March, 3rd 2014
12.40 PM
DUKKKKKK! Suara keras terdengar seperti menghantam atap gudang. Setelah itu terjadi getaran seperti gempa bumi yang cukup kuat. Minhyuk, jungkook, Miyoung dan Seohyun berpegangan satu sama lain.
"Apa yang terjadi disini?!" Tanya Miyoung panik.
"Pasukan arwah menyerang tempat ini", Jawab Seohyun cepat. "Kita tidak dapat terus berada di tempat ini, karena jungkook tidak mungkin menggunakan kekuatannya terus menerus"
"Apa kita harus kembali ke asrama?" Saran Minhyuk.
"Tidak! Jika seorang shelter meninggalkan tempat time dimension berada, maka pasukan arwah akan dapat berkeliaran kemanapun mereka inginkan", cegah Seohyun.
Getaran itu terhenti tak lama kemudian. Saat ini mungkin pelindung Jungkook kembali bekerja. Jungkook mencoba berkonsentrasi untuk mengatur kekuatannya. "Minhyuk ssaem, Miyoung noona, dan Bibi Seohyun.. kalian pergilah dari tempat ini"
"Apa maksud mu? Kami harus meninggalkan mu sendiri disini? Jungkook-ah.. pasukan arwah itu bisa menyerang mu!", Seru Miyoung memperingati Jungkook. "Jungkook-ah, kau tidak akan bisa bertemu Yaeji kalau sesuatu terjadi pada mu! kau menyayanginya bukan? kau tidak ingin ketika ia kembali ia kehilangan mu"
Mereka tersenyap... keheningan tercipta. Minhyuk merangkul pundak Jungkook. Ia pernah merasakan kondisi seperti ini 10 tahun yang lalu, ia dan sang adik Changsub, saat keberadaan Minhyuk hanya seperti sebuah ilusi dirasakan oleh sang adik. Perasaan sakit Changsub 10 tahun lalu mungkin dirasakan oleh Jungkook kali ini.
"Kalian berdua pergilah dari tempat ini.. pergilah ke tempat yang aman" Perintah Seohyun memecah keheningan diantara mereka. "Aku.. akan menjaga anak ini bersama ku" Pernyataan Seohyun membuat Miyoung, Minhyuk juga Jungkook menatapnya. "Semakin banyak orang maka akan semakin sulit untuk bergerak.. kalian pergilah selama kalian bisa pergi" Jelasnya lagi. "Anak ini adalah seorang shelter.. pasukan arwah tidak akan bisa menyerangnya, kecuali ia telah mencapai limit kemampuannya"
"Ia murid ku.. aku tidak akan pergi meninggalkan Jungkook disini!" Tolak Minhyuk "Aku adalah orang pertama yang akan mati jika memang kelak keempat dari kita akan mati, aku akan melindungi murid-murid ku apapun yang terj....." Ucapan Minhyuk terpotong saat ia merasa Jungkook menyentuh pergelangan tangannya.
"Ssaem..", Panggil Jungkook lirih, ia tersenyum meski matanya mulai basah. "Setidaknya harus ada seseorang yang selamat diantara kita hhh", Jungkook menarik nafasnya panjang. "Aku.. ingin saaem menyampaikan maaf ku pada noona kalau aku sampai mati ditempat ini"
"Jangan bicara sembarangan Jungkook-ah!", Minhyuk menyentuh kedua pundak Jungkook. Ia dengan tegas menghalangi niat Jungkook untuk berjuang sendiri disana. "Tidak akan ada yang terjadi padamu... kau pasti akan.."
"Aku..", potong Jungkook "Dan noona.. bukanlah dua orang kakak beradik.. dan noona hikss.. telah menghabiskan hampir seluruh waktunya hanya untuk mempertahan- kan ku sebagai adiknya". Kepala Jungkook tertunduk, satu demi satu tetes air matanya terjatuh "Aku akan melakukan apapun untuk membantunya kembali, apapun Hikss.. tapi.. hh.. ss. aku tidak ingin orang lain menjadi korban dari apa yang ku lakukan.. Saaem.. jebal.. bawalah Miyoung noona ke tempat lain, biarkan aku menunggu Yaeji noona di tempat ini.. jebal" Pinta Jungkook dengan segenap hatinya agar Minhyuk pergi.
Minhyuk merenggangkan pegangan tangannya pada pundak Jungkook. Ia tahu ia tidak akan berhasil membujuk Jungkook apapun yang akan ia katakan. Ia berjalan menuju Seohyun. "Nona Seo.. tolong jaga murid ku", Pintanya. Minhyuk kemudian menarik tangan Miyoung meninggalkan gudang.
Seohyun mengelus pelan punggung Jungkook yang masih menangis. Ia tidak mengatakan apapun, hanya berusaha menenangkan anak itu. Perasaan Seohyun sangat sakit melihat anak itu menangis. Dari luar ia terlihat begitu kuat, tegas juga kadang terlihat sedikit beremosi tinggi, tapi pada akhirnya anak itu tak mampu menutupi kerapuhan hatinya.
"Wae.. hiksss waeyo bibi.. hikss mengapa bibi memilih noona.. mengapa bibi mengirim Yaeji noona ke tempat itu...", Rintih Jungkook meremas pakaiannya untuk melampiaskan apa yang ada dihatinya.
"Tidak hanya kakak mu", Jawab Seohyun. "Tapi semua anak yang telah terpilih.. adalah anak-anak dengan masa lalu buruk.. semua yang terjadi pada mereka akan berpengaruh pada kemampuan mereka mengandalikan apa yang mereka miliki.. dan semakin mereka lemah maka semakin mereka akan dikendalikan oleh kekuatan hitam yang mengincar mereka" Jelas Seohyun. "Mianhae.. tapi saat itu.. aku hanya berfikir mungkin ini adalah cara terakhir yang dapat ku gunakan untuk dapat melihat anak ku.. "
"Kau dan kakak mu.. sejak awal aku tahu kalian memiliki ikatan batin yang kuat, mengirimnya kesana dan membiarkan mu ditempat ini akan mempermudah mereka untuk menangkap kakak mu. Ia.. dapat merasakan setiap kesedihan mu begitu juga dengan mu... Karena itu kau akan merasakan sakit setiap kali kakak mu dalam bahaya"
Jungkook menatap ke arah Seohyun. "Kalau begitu bawa akau ke tempat itu.. kirim aku kesana.. aku berjanji akan segera mengambil anak bibi dan membawanya kembali"
"Tidak akan semudah itu.. terkecuali jika........ AAAAH!!", DDUUUUUKKKK Atap gudang kembali mendapat serangan, gempa yang sempat terhenti kini kembali terasa.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
WHOOOOSSHH......BUUUKKKKK!!, sesuatu seperti layaknya angin bergerak ke arah mereka berdua dan menyebabkan kedua yeoja itu terpental menghantam dinding. Tak lama kemudian sesosok namja berjubah muncul dan menghampiri mereka. "YA! APA-APAAN KAU INI? BERANI-BERANINYA MENYERANGKU!", seru yeoja itu yang berhasil bangkit setelah terpental.
"Aku hanya memisahkan kalian berdua..." ujar namja itu sambil memperhatikan Jaehee yang tidak sadarkan diri.
"Wae?? Aku baru saja hendak membunuhnya!" seru yeoja itu.
"Neo paboya?", ujar namja itu tenang. "Tak boleh ada satupun dari mereka yang mati!" seru namja itu. "Apa kau tidak bisa tidak bertindak sembarangan?! Aku tak akan melarangmu menangkap yeoja ini....tapi tidak sekarang....ingatlah bahwa fokus kita adalah anak itu. Setelah kita mendapatkannya.... maka akan kuserahkan yeoja ini padamu" ujar namja itu.
"Lalu apa yang harus kita lakukan pada yeoja ini sekarang?" gerutu yeoja itu.
"Biarkan saja…....aku belum membutuhkannya untuk saat ini karena pada akhirnya nanti, cepat atau lambat, yeoja ini dan anak-anak bodoh itu akan datang sendiri pada kita", gumam namja itu sambil tersenyum licik.
"Tapi bagaimana jika ia melaporkan rencana kita pada mereka?!" seru yeoja itu.
"Pabo....yeoja ini tak sadarkan diri! Dan ia juga tak akan tahu siapa sebenarnya yang kita incar di antara mereka", seru namja itu kesal. "Jangan sampai membuatku kesal atau kau akan menyesal nantinya!" ancam namja itu pada yeoja tersebut.
Tak lama kemudian, kedua sosok tersebut menghilang menjadi kepulan asap hitam meninggalkan Jaehee sendirian dan terkapar di sudut ruangan. Jaehee perlahan membuka matanya. Darah masih mengalir dari bibirnya dan sekujur tubuhnya terasa sakit. "Siapa..siapa anak yang mereka incar itu?", gumamnya lemah. Lalu tak lama kemudian sebuah cahaya keunguan menyilaukan penglihatannya dan semuanya berubah gelap.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Sehun dan Yichan tertidur pulas. Satu jam lalu mereka merasakan goncangan hebat seperti gempa bumi. Keduanya sempat panik karena goncangan tersebut sangat besar. Beberapa arwah hitam juga dapat memasuki ruang gudang secara tiba-tiba, Yichan dan Sehun dapat bernafas lega karena setelah setengah jam lamanya, keadaan kini telah kembali seperti semula.
Yichan tidak benar-benar tidur, begitu juga dengan Sehun. Mereka berdua hanya kelelahan saja. Mereka membuka mata bersamaan, menatap atap gudang dengan kekhawatiran yang sama. Mereka tidak memberi tahu seorangpun di perpustakaan mengenai apa yang mereka alami.
"Psh" Desis Sehun dengan senyum berat.
Yichan tidak menanggapi apapun, pikirannya begelut. Ia ingin memberi tahu Yaeji dan Yoojin atapunYoonjae untuk menjemput mereka, tapi di luar gudang terdapat banyak sekali arwah hitam yang pasti akan menyerang mereka. Ia takut.. tapi hanya ekspresi datar yang nampak darinya. Ia melirik Sehun yang berbaring di sampingnya "Eotthokhe?" Tanya Yichan tanpa sedikitpun penekanan pada nada bicaranya.
"Neon ara..?", Sehun mengubah posisinya, ia duduk dengan bersandar pada dinding sementara Yichan masih berbaring. Tidak ada tawa yang biasanya selalu menjadi ciri khas Sehun.
"Mwo?" Tanya Yichan yang tak pernah memberi penekanan pada nada bicaranya.
"Pertimbangan ku meminta ibumu memasukkan mu ke sekolah asrama seperti Yonghan bersama dengan ku... karena ...", DEG! Sesuatu dalam dada Yichan seperti hendak meledak mendengar pernyataan Sehun barusan.
Yichan menduga.. sudah banyak hal yang membuatnya terus menduga siapa Sehun, tapi ucapan Sehun kali ini tak pernah ia bayangkan akan didengarnya sekalipun.
"Aku selalu melihat kesedihan dimata ibumu setiap kali ia menatap mu.. beberapa kali aku bertanya padanya, jawaban bibi park selalu sama.. 'Aku.. adalah penyebab mengapa Yichan kehilangan kehidupannya. Aku.. yang menyebabkan Yichan kehilangan rasa akan hidupnya' Kupikir.. kalian berdua memerlukan waktu untuk berfikir tentang hidup kalian, berada berjauhan mungkin akan membuat kalian berfikir, kalian hanya akan bertemu beberapa kali setiap liburan sekolah... Tapi", Sehun bicara tanpa menatap Yichan sama sekali. "Sudah lima tahun semenjak kau bersekolah di Yonghan.. tidak ada sedikitpun perubahan dari mu. Tidakkah kau pikir ini sudah terlalu lama?"
***
Apa yang terjadi pada Jaehee membuat anak-anak lain kaget. Kejadian itu terjadi berulang membuat mereka khawatir. Yoonjae menulis pada bukunya tentang suatu kekuatan yang ia duga sebagai kekuatan yang mungkin dimiliki oleh Jaehee. Saat ini ia berada di pantry bersama Yaeji, Yoojin dan Baekhyun.
Yaeji meletakkan empat gelas teh hangat pada meja. Ia lalu duduk di dekat Yoojin, dimana Yoonjae dan Baekhyun duduk di hadapan mereka. Yoonjae tersenyum ramah mengalihkan perhatiannya dari buku di tangannya untuk berucap: "Gomawo" Ia menyeruput pelan teh hangat itu. "Ahh.. Massiseo"
"Mwoya ini teh biasa, berlebihan sekali", gerutu Baekhyun. Ia mengalihkan wajahnya sambil menggerutu pelan. "Yichan benar, namja ini adalah dokter yang suka tebar pesona pada semua yeoja"
"Eii.. kau harus menghargai apapun yang orang lain buat untuk mu", Ujar Yoonjae menasehati Baekhyun walau Baekhyun enggan mendengarkan. Mata Yoonjae tertuju pada handphone Yaeji yang bergetar. "Yaeji-ah handphone mu" Tunjuk Yoonjae memberi tahu.
"Ah ne", Yaeji membuka pesan dari Sehun. Ia terdiam menunjukkan wajah serius. "Sehun meminta ku untuk tidak keluar dari sini untuk sementara, ia bilang diluar sana pasukan arwah berkeliaran dan sangat berbahaya", Yaeji menoleh pada Yoonjae lalu Yoojin. "Tapi apakah tak apa membiarkan mereka berdua disana? Apa mereka akan aman-aman saja?" Tanya Yaeji khawatir.
"Sehun itu siapa?", Tanya Baekhyun yang tak pernah tahu menahu tentang keberadaan Sehun.
"Seorang namja, kami sering menemuinya ditempat biasa kami pergi. Ia berada bersama Yichan disana sekarang", Jelas Yoojin. "Ah Yoonjae-ah, yeoja yang selalu berada di gambar Jaehee, tidaklah kau pikir dia mirip dengan Joohye?"
"Memang dia", Jawab Yoonjae enteng. "Anak itu juga sepertinya salah satu otak dari semua ini. Aaaasshh!", Yoonjae mengacak-acak rambutnya. "Disaat seperti ini aku sangat berharap aku dapat mengingat sesuatu tentang masa lalu ku dan Joohye"
"Eo!?", Pekik Baekhyun. "Jadi kau mengenal yeoja pada gambar Jaehee itu?! psh sudah ku duga, terlalu banyak tebar pesona pasti bisa membuat mu salah dekat dengan seseorang pada akhirnya" Sindir Baekhyun.
"Psh.. Kawan kalian ini bicaranya tajam sekali, padahal ia tidak mengerti apapun.. pantas saja kau tak tahan hidup dengannya disini Yaeji-ah.. himnae" Celetuk Yoonjae
"Ya Hyung! Tahu apa kau tentang diriku dan Yaeji? kau baru saja datang, kau tidak seharusnya.."
"Jogiyo..", Potong Yoonjae. "Aku yang selama ini membantu Yaeji dan Yoojin mencari informasi selama kau hanya bisa mencurigai dan membuat hidup mereka sulit saja. Yaeji menceritakan semua hal pada ku karena kami bisa saling berhubungan melalui handphone. Aku bukan orang asing yang tiba-tiba datang tanpa mengetahui apapun"
Yoojin angkat kaki dari sana, ia tidak ingin ikut campur urusan kedua namja itu. Sementara Yaeji kebingungan karena karena harus berhadapan dengan keduanya. Yaeji menendang-nendang kaki Yoonjae dibawah meja.
"Wae? Kau takut pada namja ini Yaeji-ah?", Selak Yoonjae.
"A.. an.. niyo Oppa.. i. eum. Masalah ku dan Baekhyun sudah selesai", Yaeji berdiri, ia menarik tangan Yoonjae untuk segera meninggalkan tempat. "Oppa..", Yaeji terdiam. "Ya chakamman", Yaeji menatap Yoonjae. "Aku mengirimkan pesan untuk Jungkook bukan Oppa, Oppa membacanya?"
"Gurae.. Aku membuka semua pesan karena setiap pesan dari aku takut terlewat pesan penting, Mian", Jawab Yoonjae lagi-lagi tanpa beban. Yaeji menggembungkan pipinya. Tatapan sebal ia lancarkan untuk Yoonjae. Yoonjae sendiri justru tersenyum tenang melihat reaksi Yaeji. "Berterimakasihlah pada ku, karena aku bersedia membalas semua pesan mu kkk"
"Mwo?!", Pekik Yaeji, refleks ia menggerakkan tangannya ke samping kepala Yoonjae, ia seperti hendak menjewer Yoonjae, tapi tangan itu terhenti.. Yaeji mengurungkan niatnya, ia menarik kembali tangan itu, menatapnya beberapa saat dengan tatapan tak biasa, kemudian pergi dari sana.
Baekhyun dan Yoonjae sama-sama terheran-heran dengan sikap aneh Yaeji.
***
NEXT 2 HOURS
Jaehee membuka matanya. Sekujur tubuhnya masih terasa sedikit sakit meskipun tidak separah sebelumnya. Ia terbangun dari kasurnya. "Argh...punggungku..." keluhnya sambil memegangi punggungnya. "Kau sudah sadar?", Jaehee menoleh dan mendapati Taehyung duduk di sampingnya sedang asyik berkutat dengan ponselnya. "Mwohaneun goya?" taya Jaehee. Ia kemudian memperhatikan sekelilingnya yang terlihat sepi. "Kemana yang lainnya?" tanya Jaehee.
"Semua sedang berkumpul di ruang tengah...", jawab Taehyung sambil tetap berkutat pada ponselnya. "Aaarrgggh! kalah! sial!", gerutunya kesal. Ia lalu meletakkan ponselnya di sampingnya. "Kau tak ikut berkumpul bersama mereka?" tanya Jaehee pada Taehyung yang biasanya selalu ikut bergabung jika mereka sedang berkumpul.
"Shireoyo....aku sedang malas....lagipula, Kyungsoo hyung memintaku untuk menemanimu agar kau tak berbuat sembarangan lagi seperti tadi", ujar Taehyung cuek. "Dia pasti akan memarahimu nanti..." ujar Taehyung menakut-nakuti Jaehee. “Mwohaneun goya? Bukankah kau sudah diperingatkan agar tak melakukan hal itu lagi sendirian? Aish…neo jincha”, gerutu Taehyung.
"Gwenchana....bukankah ia memang selalu memarahiku?", jawab Jaehee tenang.
"Ya....soal salah satu anak yang menjadi incaran Namja itu....", gumam Taehyung tiba-tiba. Wajahnya mendadak berubah serius.
"B-Bagaimana kau tahu tentang hal itu?", tanya Jaehee terkejut. Seingatnya, ia tak pernah menyebut hal itu pada siapapun.
"Kau menyebutnya dalam tidurmu, seperti orang mengigau", ujar Taehyung.
“Apa yang lain juga mengetahui tentang hal ini?”, Tanya Jaehee khawatir.
“Aniyo…hanya aku saja karena aku yang menjagamu sejak tadi. Waeyo?”
“Dahaengida…..ani gwenchana..aku hanya tak mau membuat mereka panic”, ujar Jaehee.
"Bagaimana jika anak itu aku?", sambungnya dengan ekspresi khawatir tergambar di wajahnya.
"Wae? Kau takut?" jawab Jaehee.
"Aniyaa! aku hanya bertanya saja!" seru Taehyung.
"Jangan bicara macam-macam.....aku....aku tak akan membiarkan hal itu terjadi padamu", gumam Jaehee sambil menunduk tanpa menatap Taehyung. "Lagipula, Namja itu pasti rugi jika menangkapmu! Kau ini menyusahkan dan makanmu banyak sekali!" seru Jaehee tak lama kemudian.
"Pssh....benar juga...", gumam Taehyung. Ia kemudian melirik Jaehee yang sedang menunduk sambil memainkan selimutnya. "Gomapta", gumam Taehyung. “Geundae…tto hajimarago! Jangan lagi berbuat gegabah seperti tadi! Kau ini tak bisa berkelahi dengan baik!”, gerutu Taehyung sambil menepuk pelan kening Jaehee.
“Aish! Ya! Aku ini kakakmu!”, gerutu Jaehee hendak membalas Taehyung namun ia menunda aksinya ketika mendengar suara lainnya.
"Kau sudah sadar?", Taehyung dan Jaehee menoleh lalu mendapati Kyungsoo tengah berdiri sambil bersandar di ambang pintu. "Psh...pangeranmu sudah datang sepertinya...tugasku selesai!", seru Taehyung riang. Taehyung akan beranjak dari posisinya namun Jaehee menahannya.
"Ya! Kau mau kemana?" tanya Jaehee panik.
"Wae? aku mau main dengan Yaeji noona!. Tugasku menjagamu sampai kau sadar sudah selesai. Lagipula, Kyungsoo hyung juga sudah datang...lepaskan tanganku!", seru Taehyung.
"Shireo!", Jaehee semakin mengeratkan pegangannya pada pergelangan tangan Taehyung.
"Ya! Ige mwoya?! ya lepaskan!", seru Taehyung. Taehyung mendapatkan ide, ia menggerakkan mulutnya seolah-olah ingin menggigit Jaehee. Jaehee segera melepaskan tangannya karena takut Taehyung benar-benar akan mengigitnya. Taehyung mengambil kesempatan itu untuk kabur. Ia terkekeh nyaring. "Ahhahah.. selamat bersenang-senang"
"Moon Taehyung ,emang tidak bisa diajak bekerja sama…" Jaehee menatap Kyungsoo dan segera menunduk saat itu juga. Ia berpura-pura merapikan rambutnya karena salah tingkah.
"Biarkan dia...", ujar Kyungsoo datar sambil berjalan menghampiri Jaehee dan kemudian duduk di hadapannya. "Bagaimana keadaanmu?" gumam Kyungsoo.
"Begitulah...", gumam Jaehee sambil menunduk tanpa menatap Kyungsoo. Sebenarnya ia merasa cukup takut dengan ancaman Taehyung yang berkata bahwa Kyungsoo akan memarahinya."M-Mianhae...awalnya aku hanya ingin belajar mengontrolnya saja...tapi...ternyata Yeoja itu sudah ada di belakangku", gumam Jaehee sambil menunduk. Jaehee tak mendengar sepatah katapun keluar dari mulut Kyungsoo. Ia justru merasakan tangan Kyungsoo bergerak menyentuh rambutnya dan menyibakkannya di telinganya. Jaehee melirik Kyungsoo yang masih menatapnya. Tangan Kyungsoo bergerak menyentuh pipinya hingga....."Aarrggh! yayayaya!", rintih Jaehee karena Kyungsoo mendadak mencubit pipinya.
"Neo paboya?", gerutu Kyungsoo. "Bukankah sudah kukatakan untuk tidak melakukannya ketika aku tidak ada?" sambungnya masih sambil mencubit pipi Jaehee dan melepaskannya tak lama kemudian.
"Yayaya! Aku kan sudah minta maaf!", seru Jaehee sambil mengelus-elus pipinya yang tadi dicubit Kyungsoo. “Aish jincha…”
"Jangan melakukannya lagi jika tidak ada aku", Ujar Kyungsoo sambil tersenyum
"Ne. .", jawab Jaehee. "Lagipula aku sengaja melakukannya agar aku bisa belajar keluar dari sana sendiri tanpa bantuan Joonmyeon!", gerutu Jaehee. “Nanti jika Joonmyeon membantuku kau marah-marah lagi padaku…aish jeongmal”, gerutu Jaehee.
".......mianhae.....", gumam Kyungsoo. "Tapi tetap saja jangan melakukannya jika aku tak ada", sambungnya.
"Arasseo! aish...jeongmal...", gerutu Jaehee.
“Apa yang terjadi di sana?”, Tanya Kyungsoo.
“Ah..itu…”, Awalnya ia berniat untuk tak memberitahu yang lainnya karena tak ingin menimbulkan kepanikan. Tapi setelah dipikir lagi, ia merasa bahwa anak-anak lainnya harus tahu perihal apa yang dikatakan namja itu. "Mereka membebaskanku....", ujar Jaehee menceritakan apa yang terjadi padanya.
"Mworago?", tanya Kyungsoo. "Mereka..mereka siapa?"
"Yeoja itu....dan....Namja berjubah itu...mereka...membebaskanku...", gumamnya lagi. "Mereka...... mereka....", gumam Jaehee. "Mereka mengincar salah satu dari kita......" sambungnya.
"Mworago? Nugu?" tanya Kyungsoo penasaran.
"Nan molla....tapi jika...jika.... anak itu tertangkap.... maka mereka akan bertambah kuat....", gumam Jaehee lagi. "Dan setelah ia tertangkap, barulah ia...ia....Namja itu....ia...akan memburu kita satu per satu...", Jelas Jaehee.
Kyungsoo terdiam sejenak mendengar ucapan Jaehee. “Kau yakin?”
“Ne….meskipun saat itu aku setengah sadar, tapi namja itu berdiri di dekatku dan aku bisa mendengar suaranya”, ujar Jaehee.
"Arasseo…Kau tenanglah dulu disini, jangan melakukan hal yang tidak-tidak! aku akan mencari Yoojin noona untuk membicarakan hal ini", Pinta Kyungsoo kemudian meninggalkan Jaehee untuk mencari Yoojin
***
"Oppa...", Joonmyeon menoleh dan mendapati Siyou berdiri di sampingnya.
"Eo? neo ya?" sapa Joonmyeon. Siyou hanya tersenyum dan kemudian duduk di samping Joonmyeon yang sedang berdiam diri memperhatikan keadaan di luar melalui jendela besar di tengah ruangan.
"Kau sedang apa?" tanya Siyou hati-hati. Semenjak ia berada di sana, ia merasa bahwa interaksinya dengan Joonmyeon tidaklah sedekat biasanya, ia seperti tak mengenal lagi Joonmyeon saat ini.
"Eung? aku tidak melakukan apa-apa" gumam Joonmyeon tersenyum lalu menghela nafas pelan.
"Oppa.....apa tempat ini menyeramkan?" tanya Siyou.
"Seperti yang kau lihat sendiri Siyou-ya....", jawab Joonmyeon. "Selama kau terperangkap di sini, sebaiknya kau belajar untuk lebih mandiri....dan jangan terlalu bergantung padaku karena kita tak tahu apa yang akan terjadi pada kita nantinya..." jelas Joonmyeon. Siyou hanya terdiam sambil memperhatikan Joonmyeon yang menatap lurus ke depan. "Kau bisa belajar dari para Yeoja lainnya.... mereka semua selalu berusaha untuk bertahan sendiri jika sesuatu terjadi pada mereka..." sambung.
"Termasuk Jaehee onnie?" tanya Siyou.
"Ne....beban Jaehee justru lebih berat dibandingkan yang lainnya...karena ia juga harus melindungi Taehyung" ujar Joonmyeon. "Ah...bagaimana keadaannya? aku belum melihatnya sejak kejadian tadi", gumam Joonmyeon sembari beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan Siyou yang menatapnya dari kejauhan. Siyou menghela nafas berat.
***
"Annyeong", Jaehee yang sedang asyik menggambar mendongak melihat siapa yang baru saja menyapanya. Ia segera menutup buku gambarnya dan menyimpannya di belakangnya. "Pssh....padahal Kyungsoo sendiri yang berkata agar kau tak ditinggal sendirian tapi ia sendiri malah membiarkanmu sendirian" gumam Joonmyeon .
"Eo...ani Joonmyeon-ah...aku baru saja berbicara dengannya. Ia baru saja pergi beberapa menit yang lalu sebelum kau datang" ujar Jaehee.
"Oh...jincha? gurae...", gumam Joonmyeon. Ia lalu menghampiri Jaehee dan duduk di hadapannya. "Bagaimana keadaanmu?"
"Sudah lebih baik", jawab Jaehee sambil tersenyum.
"Kalau kau mau latihan...eum...mengendalikan kemampuanmu, kau bisa melakukannya sekarang... aku akan menjagamu" ujar Joonmyeon.
"Ah...aniyo.....aku belum benar-benar pulih dan aku sudah berjanji bahwa aku tak akan melakukannya lagi" gumam Jaehee.
"Berjanji? pada Kyungsoo?" Jaehee mengangguk mendengar pertanyaan Joonmyeon. Ia sendiri mendengus kesal melihat respon dari Jaehee. "Ya Jaehee-ah", panggilnya.
"Ne?", Tangan Joonmyeon bergerak menggenggam kedua tangan Jaehee. "J-Joonmyeon-ah"
"Aku tahu selama ini bahwa aku tak bisa jadi namja yang baik untukmu...tapi....aku akan berusaha untuk memperbaiki kesalahanku", ujarnya sambil menatap Jaehee serius. "Apa kau.....kau mau memberiku kesempatan sekali lagi?"
Jaehee terdiam menatap Suho yang duduk di hadapannya dan menatapnya dengan penuh harap. "Joonmyeon-ah, aku...."
***
Taehyung berkeliling memperhatikan satu persatu orang yang dapat ia ganggu, karena ia sangat bosan. Tapi semua Hyung dan noona disana sedang sibuk dengan urusan mereka. Taehyung hanya dapat duduk disamping Myungeun yang sedang berlatih sendiri "Noona kau sedang apa? menggerak-gerakkan tangan seperti ingin melakukan kamekameha begitu", Ujarnya asal.
"Aku sedang belatih menggerakkan tanaman diujung ruangan sana Taehyung-ah", Jawab Myungeun sedikitpun tidak mengurangi konsentrasinya pada tanaman di ujung ruangan "Kau tidak belatih?"
"Apa yang mau dilatih noona? Aku sudah jenius sejak lahir.. tak perlu dilatih juga kekuatan ku sudah maximal", celetuk Taehyung asal. Tiba-Tiba saja BUKKK!, Siyou yang berjalan terburu-buru menabrak Taehyung. "Ya!! Kau ini...main tabrak sembarangan sa-", Kata-kata Taehyung terputus ketika melihat Siyou yang wajahnya basah karena air mata. "He?? Kau habis melihat hantu? kenapa kau banjir air mata begitu?", tanya Taehyung sambil mengamati Siyou yang memalingkan wajahnya dari Taehyung lalu pergi berlalu dari hadapannya. "Ada apa sih dengannya noona?" tanya Taehyung bingung.
"Mungkin seseorang memarahinya", Jawab Myungeun tak terlalu memperhatikan. Taehyung kemudian menoleh ke sisi kanannya dan melihat Joonmyeon yang sedang menggenggam tangan Jaehee. "I Namjaga.....", gumamnya geram. Tak lama kemudian, Taehyung melihat Joonmyeon bangkit dari posisinya dan berjalan ke arahnya. Mereka berpapasan dan saling melempar tatapan tajam satu sama lain. "Apa yang kau bicarakan dengan Jaehee?" tanya Taehyung dingin.
"Apapun yang kubicarakan dengan kakakmu itu sama sekali bukan urusanmu" jawab Joonmyeon tak kalah dingin. Ia hendak berlalu dari hadapan Taehyung namun perkataan anak itu sempat menahannya.
"Bukankah sudah pernah kukatakan bahwa Jaehee dan diriku ini adalah satu paket?", tanya Taehyung.
"Aku sudah mencoba bersikap baik padamu Moon Taehyung tapi kau-"
"Aniyo...sejak awal kau sudah berpikir bahwa aku adalah anak berandalan yang tak tahu aturan...sampai kau menyadari bahwa Jaehee adalah kakakku dan kau bersikap sedikit manis padaku", ujar Taehyung. "Tapi hanya di depan Jaehee", sambungnya.
"Seandainya saja jika kau bisa bersikap sedikit lebih baik seperti Jaehee maka aku-"
"Jika kau bisa menerima Jaehee apa adanya, maka kau juga harus bisa menerimaku apa adanya", ujar Taehyung. "Berhentilah memberikan janji yang tak pasti pada kakakku...Kau bahkan tak tahu bahwa ada seorang lainnya yang sakit hati karena dirimu yang tak bisa konsisten itu...Dulu kau mengabaikan kakakku dan sekarang...... anak cengeng itu.... pssh... namja macam apa kau ini?" gumam Taehyung ketus.
Joonmyeon menoleh hendak mengutarakan kekesalannya pada Taehyung yang sudah memuncak, namun rupanya anak itu sudah berjalan menjauhinya. "Arrggh!!" DUAAAK!, Ia memukul rak buku yang berada di sampingnya. "Ah...sakit..." gumamnya sambil mengelus tangannya setelahnya.
Myungeun menoleh kaget. "Gwenchana Joonmyeon-ah?"
"Ahhh sssh.. Gwenchana"
***
Taehyung menghampiri Siyou, ia berniat untuk mengata-ngatai Siyou pada awalnya. Tapi melihat yeoja itu menangis sedih sekali, Hati Hello kitty nya mengalahkan setan dalam diri Taehyung. "Ya....uljima....", ujar Taehyung datar ketika melihat Siyou yang masih menangis. "Aish jeongmal....ya, kalau sudah terjebak di sini kau tak boleh cengeng!. Baru patah hati begitu saja sudah menangis tersedu-sedu begitu...bagaimana jika kau bertemu manusia-manusia jahat berkekuatan super di luar sana yang siap meyerang dan membunuhmu kapan saja!", ujar Taehyung ketus.
Siyou menangis semakin tersedu-sedu. "Yayaya uljimaaa!" seru Taehyung yang panik karena tangisan Siyou yang semakin keras. "Ya uljimaaa! nanti yang lain berpikir bahwa aku yang membuatmu menangis!", Siyou mengabaikan Taehyung dan ia terus saja menangis. Taehyung mulai frustasi. "Aish ottokhaji?" gumamnya sambil mengacak-acak rambutya frustasi. Ia pun kemudian mendekati Siyou dan duduk di sampingnya. "Ya uljimaaa jebal!", pinta Taehyung sekali lagi. Tangan Taehyung bergerak ragu-ragu hendak menyentuh pundak Siyou yang masih menangis. Taehyung tak tahu bagaimana cara menenangkan seorang gadis yang tengah menangis, karena ia sendiri jarang menenangkan Jaehee jika ia sedang sedih karena ia sendiri jarang melihat Jaehee menangis. Meskipun awalnya ia sempat ragu, namun akhirnya ia berhasil merangkul pundak Siyou. "Ya uljima....", gumamnya kali ini dengan nada yang lebih pelan. Tangisan Siyou perlahan mereda apalagi ketika menyadari bahwa Taehyung yang selama ini selalu ketus padanya mampu bersikap lembut padanya. Ia menoleh lalu menatap Taehyung. "W-Wae? Ya! Jangan menatapku seperti itu!", seru Taehyung ketus. Ia lalu melepaskan rangkulannya pada Siyou.
Tawa pelan terdengar dari Siyou yang wajahnya masih basah karena air mata. "Oppa...neo jincha kwiyeowo..." ujar Siyou sambil tersenyum.
“Nan kwiyeowo? Ah..jincha?”, Tanya Taehyung tak percaya. Siyou adalah orang kedua yang menyebutnya lucu setelah Yaeji.
“Eung”, jawab Siyou mengangguk pelan.
“Ah…gurae”, Taehyung ikut tersenyum bodoh, tapi setelahnya ia heran sendiri mengapa ia ikut tersenyum. "Ya ya Ya! M-Mworago? ya! tadi kau menangis tersedu-sedu sekarang tertawa sendiri seperti ini...kau tidak gila kan?" ujar Taehyung ketus seperti Taehyung yang biasanya.
"Mianhae...." gumam Siyou.
"W-Wae neo?" tanya Taehyung tak mengerti.
"Mianhae, karena aku.... Jaehee onnie selalu diabaikan oleh Joonmyeon oppa.....", gumam Siyou tanpa menatap Taehyung. "Kau pasti sangat membenciku karena hal itu bukan?" gumam Siyou.
"Ya Siyou-ya chakkaman..."
"Aku tahu kau sangat menyayangi kakakmu... kau pasti kesal sekali ketika melihat bahwa Joonmyeon oppa lebih sering menemaniku dibandingkan Jaehee onnie yang merupakan kekasihnya sendiri...... mianhae..... ini semua memang salahku", ujar Siyou yang terus saja menyalahkan dirinya sendiri.
"Ya Siyou-ya...sudahlah..."
"Sekarang aku tahu bagaimana rasanya jika aku berada di posisi Jaehee onnie...." gumamnya sambil menghela nafas. "Oppa......kau harus selalu berada di sisinya karena Jaehee onnie sangat menyayangimu", gumam Siyou. "Gomapta...telah menghiburku.... kau tidaklah seburuk yang kupikirkan" sambung Siyou yang kini sudah bisa tersenyum.
"Neo....wae neo?" gumam Taehyung yang masih belum mengerti sepenuhya mengapa Siyou bisa mengetahui apa yang dirasakannya selama ini.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
March, 3rd 2014
12.42 PM
TRAAAANGGGG..... BUKKKK BUKKK... suara pecahnya benda juga suara pukulan terdengar berulang kali dari sebuah rumah sederhana dipinggir kota seoul itu. Didalam sana seorang namja setengah baya dalam keadaan mabuk memasuki rumahnya dan menyeret seorang yeoja dengan menyematkan tangannya disela-sela rambut yeoja tersebut, erangan dan rintihan rasa sakit sang yeoja terdengar.
"HANYA INI HASIL KAU BEKERJA SEHARIAN!!! AKU BUTUH LEBIH BANYAK UANG!!" Sang namja memekik keras dengan sebelah kakinya kini berada dipunggung sang yeoja. Ia memberikan tekanan kuat pada kakinya hingga sang yeoja tak mampu lagi berdiri.
"Jweseonghabnida Hikss.. jebal.. ", DUKKKKK! "ARGH!" Semakin sang yeoja merintih maka semakin namja itu menyiksanya.
Kedua anak manusia itu adalah sepasang suami istri. Perusahaan Sang suami bangkrut dua tahun silam, semenjak itu ia menjadi sering berprilaku kasar pada sang istri juga putrinya. Ia akan semakin kasar saat mendnegar istri atau anaknya menahan sakit saat ia bertindak kasar. Sang istri bekerja untuk menggantikan peran suaminya yang semenjak mengalami kebangkrutan juga sering sekali mabuk juga berjudi. Ia bekerja menjadi sekertaris pribadi seorang yeoja pemilik sebuah perusahaan cukup besar. Ia mendapatkan gaji yang cukup besar dari pekerjaannya, tapi sang Suami selalu saja mengambil uang itu dan menghabiskannya dalam waktu singkat, sebanyak apapun uang yang sang istri dapatkan tak akan mencukupi kebiasaan sang suami.
Malam itu pun tak ada perbedaan dari malam-malam sebelumnya. Di mana sang istri mendapat perlakuan kasar kembali. Ia menyembunyikan anak perempuan satu-satunya itu di dalam kamar agar sang anak tidak terkena sasaran perlakuan kasar suaminya. Anak mereka berusia 15 tahun, semester depan ia akan menganginjak tingkat akhir Junior Higschool.
BRUKKKK BRUKKK BRUKKK! Suara rintihan dan pukulan itu terdengar lagi. CLEK... suara pintu terbuka, pintu kamar anak mereka lebih tepatnya. Sang istri membelalak hebat mendapati anaknya keluar dari dalam kamar. Sang suami tersenyum licik melihat sosok cantik anak mereka yang mulai beranjak dewasa. Ia berjalan tertatih karena kondisinya yang tengah mabuk. "ANDWEEE!!!" Teriak sang istri sambil memegangi kaki suaminya untuk menghalangi suaminya menghampiri sang anak. "Jebal Andwe.. jangan sakiti anak kita jebal...", DDDDUUUKKKK tendangan terasa mendarat tepat pada kepala sang istri hingga pelipis sang istri mengeluarkan darah dan ia mulai kehilangan kesadarannya sedikit demi sedikit.
***
Suasana airport yang ramai tak menyurutkan air mata jatuh pada pipi seorang yeoja yang duduk menunggu waktu untuk penerbangan kembali ke Seoul. Kenangan rasa sakitnya itu menyeruak saat karena kekhawatirannya setelah mengetahui anak semata wayangnya kini berada ditempat yang entah seperti apa kondisinya. Anak itu telah mengalami kehidupan yang berat sebelumnya dan sekarang ia harus mempertaruhkan nyawa di tempat itu.
"Sekertaris Park", Panggil yeoja lain yang duduk disampingnya. "Kau menangis?"
Yeoja yang sering disapa sekertaris park itu segera menghapus air matanya. "A.. aniya Nyonya, aku baik-baik saja"
Yeoja disampingnya meminjamkan telapak tangannya untuk mengenggam tangan sekertaris Park. "Aku percaya pada mereka. Mereka.. adalah anak-anak yang kuat. Kau tak perlu khawatir", Ia menoreh saat seorang namja datang menghampiri mereka berdua membawa dua gelas kopi hangat. "L-ah"
"Ini, minumlah dulu untuk menenangkan pikiran kalian", Tawar namja bernama L kim itu. Ia lalu duduk disamping sekertaris Park. Ia menarik nafas perlahan. "Anakku Jongdae sudah keluar dari Universitas. Ia bilang banyak arwah berkeliaran disana.. hhhuf~ Sudah lebih dari 20 tahun kejadian ini menimpa kita, tapi.. mengapa hal seperti harus menimpa anak-anak kita juga?", keluh L.
"Jongdae mengatakan sesuatu tentang anak ku?", Tanya Yeoja disamping sekertaris park, ia adalah Precise yang juga mengalami masa-masa sulit bersama L lebih dari 20 tahun silam saat Yonghan masih hanya sebuah Highschool bernama Han Yong Highschool. "Kau sempat bicara pada Seohyun?"
"Apa yang terjadi 20 tahun lalu?", Tanya sekertaris Park yang tak mengetahui apapun tentang kejadian yang menimpa Precise, L juga beberapa teman mereka di Han Yong higschool.
“Mianhae…..tapi apa yang terjadi pada anakmu…kurasa kami juga harus bertanggung jawab..”, ujar L.
"Jweseonghabnida.. aku terlambat", Seorang namja lain datang kepada mereka dengan keadaan terburu-buru. Orang pertama yang dihampirinya adalah Precise. Ia menggapai Precise yang segera memeluknya setelah melihatnya.
"Howon-ah.. apa yang Sehun katakan pada mu? apa ia membalas pesan mu lagi?", Tanya Precise khawatir pada keadaan Sehun, Anaknya dengan Howon.
Lee Howon, suami dari Precise itu menggeleng. Ia lah yang pertama mendapatkan kabar dari anaknya, Sehun. Ia menghilang tepat saat ia berusaha menghubunginya. Sehun sempat mengangkat telpon, tapi sambungan terputus begitu saja. Tak lama setelah itu, Ia menghubungi L, karena ia tahu kedua anak mereka bersekolah di sekolah yang sama. Secara tak disengaja. Anak L, Jongdae ternyata juga berada di gudang bersama Sehun, Jongdae sedikit menjelaskan apa yang terjadi dan menyampaikan pengakuan bahwa Sehun telah menghilang. Jongdae juga memberitahu informasi yang ia dapatkan dari Yoonjae, bahwa siswi bernama Yichan sudah menghilang lebih dulu sebelumnya.
L terdiam sejenak "Howon-ah, Precise-ah.. ", Hoya, Precise dan Sekertaris Park menoleh memperhatikan L yang terlihat begitu serius. "Hal ini terlintas begitu saja dalam pikiran ku….apa mungkin pria itu….kembali?"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
KREEK.. KREEKK.. terdengar suara seperti batang kayu yang hendak patah cukup keras pada atap gudang. Sehun menatap celah pada atap gudang tersebut, kemudian berdiri, hal pertama yang ia lakukan adalah mengambil time dimension. "Benda ini harus selamat apapun yang terjadi". Ujar Sehun. Tak ada sedikitpun tawa dalam raut wajahnya.
Seolah telah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya, Yichan ikut berdiri, tetap tanpa ekspresi yang berarti ia berucap tegas. "Bawa benda itu ke perpustakaan"
"Shireo.. ", Jawab Sehun. " Kita akan membawanya kesana, Kau.. dan aku"
KREEEKK..
Sehun dan Yichan bersamaan mendongakkan kepala mereka ke atas atap, terbentuk lubang cukup besar di sana. Di hadapan mata mereka lebih dari puluhan arwah hitam menatap lurus ke arah mereka. Sehun dan Yichan saling berpandangan dengan tatapan yang sulit dideskripsikan.
BRAAAAAAKKKKK~!!!
☆*:.。. o)o .。.:*☆