Yoonjae dan Yoojin berbeicara di meja tengah tempat biasa Yoojin berada. Yaeji dan Yichan pergi menemui Sehun setelah makan malam. "Yoonjae-ah dua hari setelah Suho datang, kau mengirimkan pesan yang mengatakan bahwa Suho adalah adalah kekuatan terakhir yang dapat masuk ketempat ini, lalu bagaimana kau bisa berada disini sekarang?" Tanya Yoojin penasaran.
"Ahh makan malam tadi nikmat sekali, disini ramai menyenangkan", Jawab Yoonjae mengalihkan pembicaraan.
"Goo Yoonjae!", seru Yoojin mendesak Yoonjae agar menjawab pertanyaannya. Ia tahu akan ada dampak buruk dari datangnya Yoonjae ke tempat itu di saat semua kekuatan seharusnya telah terkumpul. "Kau memaksa Ajuma disana untuk membawa mu ketempat ini? Kau memintanya untuk mengirim mu?Matchi?"
"Yoojin-ah…"
"Apa yang akan terjadi pada mu? apa kau akan baik-baik saja? Mengapa kau begitu gegabah? sudah kukatakan kau bisa membantu kami dari sana, tanpa perlu datang ke tempat ini. Tempat ini bukan tempat untuk bermain-main ataupun sekedar menguji nyali Goo Yoonjae..kami bertahan hidup di tempat ini dari waktu ke waktu, Kau tahu itu.." Yoojin berbicara sangat cepat, nada bicaranya khawatir sekaligus panik sangat terbaca.
Yoonjae tersenyum tenang menunggu Yoojin selesai bicara. Ia tahu pasti Yoojin sangat menghawatirkannya. Tapi di sisi lain, ia menjadi justru semakin ingin berada di sisi yeoja itu karena setelah mendengar ucapannya tadi, ia bisa membaca bahwa Yoojin memikul beban yang cukup berat sebagai salah satu yang paling tua di antara anak-anak lainnya. Ia bukan hanya harus melindungi dirinya, tapi juga kesepuluh anak lainnya sebelum kedatangan Yoonjae dan Siyou. "Kau sudah selesai? Dapatkah aku bicara sekarang.. dokter han?"
Yoojin mengalihkan pandangannya, menyadari betapa ia panik dan khawatir.
"Yoojin-ah", Panggil Yoonjae sekali lagi. "Naega….", Ujarnya terhenti setelah ia menghembuskan nafanya yang terasa berat. "Aku bertemu dengan yeoja itu.. ", Yoojin kembali memperhatikan Yoonjae begitu mendengar pernyataan Yoonjae. "Di dunia nyata sana.. aku bertemu dengan yeoja bernama Miyoung. Ia teman sekamar Jaehee yang juga mencari Jaehee. Ia memiliki kemampuan yang sama dengan mu.. Saat itu ia mentransfer apa yang dilihatnya dari memory masa lalu ku.. aku juga sempat bermimpi sebelum.. mimpi mengenai hari dimana kecelakaan yang menimpa ku terjadi. Saat itu aku mengantar seorang anak laki-laki untuk menemui kakak perempuannya, saat itu juga kau memanggilku untuk mengembalikan buku... kau melihat kakak dari namja yang sedang bersama ku matchi? yeoja itu bernama Son Joohye"
"Apa yeoja itu benar yeoja yang kau cintai dulu? Kau selalu membicarakannya Yoonjae-ah, tapi aku tak pernah bertemu dengannya selain saat kecelakaanmu hari itu. Ia juga menghilang setelah mengetahui adiknya meninggal dunia karena kecelakaan..", Jelas Yoojin. "Dan sebenarnya.. ia juga yang menarik ku masuk ke tempat ini"
"Aku tahu.. Ia juga yang membawa ku ke tempat ini", Yoojin terkejut mendengar jawaban Yoonjae. "Aku melihatnya di depan ruang kesehatan sebelum kau menghilang Yoojin-ah.. Ia.. merupakan anak dari Ajuma yang bersama kami di dunia, dan Ajuma itu.. ternyata juga tidak pernah sekalipun bertemu dengannya"
"Mworago?"
Klotak.. Yoojin dan Yoonjae mendapati sesuatu terjatuh. Mereka menoleh dan tak seorangpun terlihat. Yoonjae memicingkan matanya curiga. Tapi belum kecurigaan itu terbukti, Kyungsoo muncul dari dekat tempat dimana benda tadi terjatuh. "Ah.. mianhaeyo aku menganggu, Hyung bisa ikut aku sebentar?"
"Ah ne.. tentu saja", ujar Yoonjae tersenyum memberikan kode untuk Yoojin untuk meneruskan pembicaraan mereka nanti. Ia mengusap satu kali kepala Yoojin agar tak terlalu mengahawatirkannya. “Nan gwenchana…jincha…kkokjongma”, gumamnya tersenyum sebelum bergegas pergi dari hadapan Yoojin.
***
"Kau ingin tidur di mana hyung?", tanya Kyungsoo menemani Yoonjae yang sedang memperhatikan sederetan kasur lipat di hadapannya.
"Kalian tidur bersama?!" tanya Yoonjae tak percaya.
"Eung untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu", ujar Kyungsoo. “Untuk memastikan tidak ada salah satu dari kami yang berbuat sembarangan jika malam hari tiba…dengan begini lebih mudah untuk mencari siapa yang sedang tidak ada di tempat”, ujar Kyungsoo.
"Ah...arasseo...", ujar Yoonjae yang kemudian menoleh ke arah Siyou yang sepertinya ingin bertanya sesuatu tapi ia terlalu malu untuk bertanya. "Siyou-ya kau mau tidur di mana?" tanya Yoonjae.
"Eung...aku..." gumam Siyou.
"Joonmyeon tidur di ujung sana...dekat dengan Baekhyun", ujar Kyungsoo yang seolah bisa membaca pikiran Siyou. Kyungsoo cukup tahu tentang Siyou berdasarkan cerita-cerita dari Taehyung. "Gwenchana...kau tak perlu malu-malu", ujar Kyungsoo.
"Ara...aku...di sini aja mungkin...", ujar Yoonjae sambil menunjuk kasur kosong di samping Kyungsoo.
"Ah…Eo....hm…kasur itu....sudah ada penghuninya hyung", gumam Kyungsoo.
"Eo jincha? Nugu?" tanya Yoonjae menyelidik.
"J-Jaehee..." ujar Kyungsoo salah tingkah.
"Ah.......mianhae kkkk~" gumam Yoonjae.
"Ah!...bagaimana kalau di samping Yaeji saja?", ujar Kyungsoo sambil mengantar Yoonjae berjalan ke ujung. "Siyou akan tidur di samping Joonmyeon dan bersebelahan dengan Myungeun. Dan kau...bisa tidur di samping Baekhyun bersebelahan dengan Yaeji. Hubungan mereka kurang begitu baik....", bisik Kyungsoo. "Kuharap kau bisa jadi penengah" gumam Kyungsoo.
“Ah…gurae? Apa tak apa tidur bersebelahan dengan lawan jenis begini? Hahaha”, Tanya Yoonjae.
“Tak semua anak menempati kasur mereka setiap hari hyung…Yaeji dan Yoojin noona...lebih sering tidur di ruang tengah. Myungeun juga sedang sering bergabung dengan mereka akhir-akhir ini…Yichan…Yichan selalu tidur dimana saja sesuka hatinya…jadi beberapa kasur ini memang sering kosong. Aku hanya memastikan jika, sewaktu-waktu mereka kembali ke kasur mereka, masih ada tempat untukmu dan Siyou”, ujar Kyungsoo.
"Ah...gurae…arasseo...kkk", ujar Yoonjae. "Aku ingin mengobrol sejenak dengan Yoojinnie", ujar Yoonjae sambil pergi berlalu dari hadapan Kyungsoo dan Siyou.
"Apa ada lagi yang kau butuhkan Siyou-ssi?", tanya Kyungsoo.
"Aniyo oppa...kamsahamnida...", gumam Siyou sambil menunduk.
“Gurae…kau tak perlu terlalu tegang atau ketakutan begitu…tak akan ada yang berbuat jahat padamu di sini…kecuali….hm..mungkin Taehyung akan sedikit menganggumu”, ujar Kyungsoo. “Geundae….hal itu tak perlu dipikirkan…ada kakaknya di sini, jadi ia tak akan banyak berbuat macam-macam..kkokjongma”, ujar Kyungsoo tersenyum.
“Ne oppa…gomawoyo”, gumam Siyou membungkuk pelan.
Tak lama kemudian Jaehee pun datang menghampiri kasurnya. "Kau sudah mau tidur?" tanya Kyungsoo.
"Aniya aku ingin gambar-gambar dulu sebelum tidur...eo? Siyou-ssi annyeong" sapa Jaehee ramah.
"N-Ne...onnie...annyeong", gumam Siyou.
"Arasseo...aku akan mengambil kasur untuk Yoonjae hyung dan Siyou" ujar Kyungsoo.
"Kau akan keluar? Malam-malam begini?" tanya Jaehee.
"Aniya....masih ada stok beberapa kasur gulung di pojok ruangan sana...wae? kau mengkhawatirkanku?"
"Psssh...solma...pergi sana", ujar Jaehee sambil menjulurkan lidahnya pada Kyungsoo lalu bergegas duduk di kasurnya sendiri.
Kyungsoo hanya tertawa pelan sebelum bergegas meninggalkan ruangan meninggalkan Jaehee dan Siyou berdua. “Kau sudah mau tidur?”, Tanya Jaehee pada Siyou yang masih memperhatikannya diam-diam.
“N-Ne…onnie”, jawab Siyou.
“Ah…gurae…jalja…eo! Tapi sebelumnya…Aku ingin meminta maaf atas sikap adikku padamu tadi…Joonmyeon juga baru saja memberitahuku bahwa Taehyung sering sekali menjahilimu di sekolah…apa itu benar?”, Tanya Jaehee.
“A-Aniyo…onnie…”, gumam Siyou gugup.
“Kau tak perlu menutupinya dariku…Taehyung memang seperti itu…kuharap kau tak terlalu memasukkan perbuatannya ke dalam hati. Kau tak perlu takut padanya”, ujar Jaehee tersenyum.
“Ne onnie”, jawab Siyou. Ia melirik Jaehee sekali lagi yang kini tengah asyik menggambar. “Jadi….Jaehee onnie adalah kakak dari Taehyung oppa? Apa ini sebabnya mengapa Taehyung oppa tak pernah menyukaiku? Karena aku…mencoba merebut Joonmyeon oppa dari Jaehee onnie…”, gumam Siyou dalam hati.
***
NEXT DAY
Pukul 2.30 pagi Yaeji mengambil tas ransel untuk mengambil bahan makanan seperti biasa. Ia mencuci muka pada wastafel toilet wanita. Dilihatnya pantulan dirinya pada cermin setelah itu. Wajahnya terlihat pucat dan lelah. Ia hanya bisa menghela nafas. Banyak hal yang ia pikirkan.. bahkan terlalu banyak. Ia juga kehilangan satu-satunya orang yang selalu menjadi teman bicaranya, Sang adik Jungkook. "Aniya Yaeji.. kau tidak boleh lemah" Doktrin Yaeji pada dirinya sendiri.
Yaeji keluar dari toilet wanita. Bersamaan dengan itu ia mendengar pintu toilet pria juga terbuka. Baekhyun keluar dari sana. Wajahnya masih terlihat basah. Mungkin ia juga baru mencuci muka. Yaeji membungkuk canggung tanpa bicara apapun.
"Kau sudah mau berangkat?" Tanya Baekhyun pelan. Baekhyun meraih ransel yang biasanya selalu dikenakan Joonmyeon untuk mengambil bahan makanan bersama Yaeji. "Tak apa pergi dengan ku?" Tanya Baekhyun.
"J-Joonmyeon…"
"Tak perlu pergi dengannya", Potong Baekhyun. "Dia protes hanya karena dibangunkan oleh mu. Dia itu pilih-pilih sekali membantu orang, padahal mencari bahan makanan untuk kita semua juga.. menyebalkan", gerutu Baekhyun. Ia menghela nafas sejenak mengingat ucapan Myungeun dan Taehyung beberapa hari yang lalu. “Kurasa Taehyung benar…selama ini aku belum berkontribusi banyak untuk kalian…mianhae…”, gumam Baekhyun. “Jadi aku akan membantumu mencari makanan hari ini”, ujarnya setelahnya.
***
Baekhyun dan Yaeji memilih bahan makanan untuk mereka hari itu. Yaeji mengambil kentang dan wortel juga bumbu instan kare. Baekhyun melirik ke arahnya, sejak tadi mereka sama sekali tidak saling bicara. "Kau akan masak kare?"
"Kau tidak suka? Ah mianh..", Yaeji hendak meletakkan kembali apa yang diambilnya. Baekhyun menatap Yaeji heran, cukup lama, membuat Yaeji berfikir ada yang salah darinya. "W..wae?"
"Apa kau selalu merasa salah apapun yang kau kerjakan?", Tanya Baekhyun. “Atau kau begini hanya padaku saja? Aku bahkan belum bicara apapun, kau sudah minta maaf dan hendak membatalkan niat mu melakukan sesuatu"
"Mianhae.."
Baekhyun semakin intens menyelidik. "Yaeji-ah", ujar Baekhyun pelan. "Apa kau menyukai ku?", Tanya Baekhyun yang sudah mencurigai hal ini cukup lama.
***
Matahari semkin meninggi. Sehun membuka catatan yang diberikan oleh Yoonjae. Sejak semalam sampai hari ini, Yichan menginap bersamanya. Mereka berdua mengadu cepat bermain sebuah game pada handphone mereka sambil memecahkan kasus yang Yoonjae minta untuk selesaikan. "Kira-kira hal apa yang akan membuat ia benar-benar akan kehilangan harapannya?" Tanya Sehun dengan jari-jari yang terus bermain diatas keypad handphone. "Mungkin saja ada alternatif lain dari jawaban dokter Goo"
"Kematian, Yaeji bilang ia takut mati", Jawab Yichan tanpa menatap Sehun karena matanya sibuk pada ponsel.
"Yang lain?"
"Tersesat, Yaeji bilang ia takut tersesat. Tapi yang ia takutkan banyak"
"Hahahaha geu noonaga jincha Daebakkitda", Tawa Sehun. "Wohoo ahhahahaha Aku menang! satu kali lagi noona!", Pintanya setelah Yichan berhenti ditengah permainan akibat jarinya yang mulai lelah. "Ah! Mati lampu.. ", Jawab Sehun tiba saja Sehun mengingat suatu hal. Ia menatap Yichan dan Yichan juga menatap kearahnya.
"Aku frustasi sekali saat mati lampu.. aku akan sulit makan, main dan yang lainnya dalam kegelapan", Jelas Sehun. "Mungkin dugaan dokter Goo benar.. seperti ini", Sehun mengarahkan tangannya ke atas dimana ia seolah-olah mengapit sinar matahari diantara kedua jarinya.
Yichan tersentak pertama kali ia mendengar ucapan Sehun. Ia terdiam sesaat, lalu mengalihkan padangannya setelah itu. Sehun disampingnya terlihat bingung, kemudian Yichan menjawab "Aniya Aku hanya kesal mengapa anak seperti mu harus memiliki kemampuan yang berguna"
***
"Berhasil!", Myungeun memetik beberapa buah tomat dari pohon yang akhirnya berhasil ia tumbuhkan. Myungeun tersenyum tenang, lebih nyaman baginya mengetahui ia dapat melakukan hal yang berguna. Sesaat ia berfikir kembali tentang Jaehyung. Ia berfikir apa yang harus ia lakukan untuk dapat menyelamatkan kakaknya itu.
"Kau belum mengusai kekuatan mu sepenuhnya", Sambar sebuah suara yang muncul dari balik rak buku. "Annyeonghaseyo", Sapa suara itu ramah pada Myungeun.
"Ah…Yoonjae Oppa…annyeonghaseyo", Sapa Myungeun menjawab. "Oppa.. apa yang bisa kulakukan untuk mempelajari seluruh kekuatan yang seharusnya ku miliki?"
"Plant manipulation", Jawab Yoonjae "An ability to grow a plant from the body and separate it. A person with ability can also control a tree's roots and re-growing the plants that have already dead" , Jelas Yoonjae. “Mengendalikan tanaman adalah singkatnya”
"Oppa pernah membaca dimana?", Tanya Myungeun heran.
"Tidak pernah membaca dimana-mana.. Hhaha hanya terfikir begitu saja", Jawab Yoonjae. "Aku bukan Sehun kkk" Gumamnya pelan tanpa beban. "Myungeun-ah, kau harus mencoba memberi jarak antara dirimu dan tanaman-tanaman itu. Kau harus bisa mengendalikan mereka sekalipun mereka berada jauh dari mu"
Myungeun menggaruk kepalanya, antara tak mengerti juga tak yakin dapat melakukan hal tersebut, tapi ia ingin sekali mencobanya. "Aku akan mencobanya Oppa", Jawab Myungeun. Ia mencoba menjauhkan dirinya dari tanaman dan berusaha menggerakkan tanaman itu dulu..
Yoonjae duduk tak jauh dari sana. Ia mengawasi Myungeun berlatih. Dalam persekian detik ia terfikir berbagai macam cara untuk memaksimalkan kekuatan Myungeun, tak jarang Myungeun berhasil menggerakkan tanaman meski masih sedikit gerakan setelah mengikuti apa yang diberi tahu Yoonjae.
Konsentrasi Yoonjae terpecah saat ia mengamati lantai. Ia melihat perbedaan yang mungkin tak akan dilihat oleh orang biasa. Bahkan debu-debu yang sedikit menyingkir dari tempatnya saja tertangkap oleh pandangannya. Segala jenis teori dan proses suatu hal dapat tertebak oleh Yoonjae. "Percaya dirilah sedikit agar kau bisa menghilang.. kau dengar.. m.e.n.g.h.i.l.a.n.g... bukan hanya bersembunyi dan tak terlihat"
Myungeun menoleh, "Maksud Oppa apa?"
"Kkkk.. aku bicara pada Yaeji"
Myungeun tak melihat bahkan tidak merasakan kehadiran siapapun juga, tapi tak lama setelahnya ia melihat Yaeji muncul ditengah-tengah dirinya dan Yoonjae. "Omo!!" pekik Myungeun kaget "Bagaimana Yoonjae Oppa tau ada Yaeji disini?"
***
"Jaehee-ah..", panggil Yoojin ketika mereka semua sedang sarapan bersama. "Ne onnie?" jawab Jaehee.
"Soal kemampuanmu itu apa kau...."
"Noona, hajimaseyo", potong Kyungsoo cepat sebelum Jaehee sempat berkata apapun.
"Wae? "
"Aku mengerti kau sangat membutuhkan hal itu....tapi kemampuan Jaehee belum stabil...kau tak tahu apa yang akan terjadi jika ia tak bisa mengontrol kemampuannya sendiri", ujar Kyungsoo. "Ia harus belajar bagaimana mengontrol dirinya sendiri..." Kyungsoo kemudian menoleh ke arah Jaehee. "kalau kau bisa masuk ke dalam area mereka, maka kau harus belajar bagaimana agar bisa keluar dari sana dan bisa kembali lagi ke sini dengan selamat" ujar Kyungsoo pada Jaehee.
"Tapi aku bisa menyelamatkannya" potong Joonmyeon.
"Ya Shikkeuro!", potong Kyungsoo cepat. "Kita tak bisa selamanya bergantung padamu karena yang lain juga akan membutuhkanmu" sambung Kyungsoo.
"Memang apa yang akan terjadi?", Tanya Yoojin lagi.
"Seseorang di sana bisa saja memusnahkan jiwanya....dan hanya menyisakan tubuhnya saja di sini" jawab Kyungsoo.
"Jinchayo?!", Taehyung terkejut mendengar penjelasan Kyungsoo. "Kenapa kemampuanmu menyeramkan sekali?" seru Taehyung.
"Molla! kau pikir aku senang dengan apa yang terjadi padaku?!", jawab Jaehee. "Onnie mianhaeyo..." gumam Jaehee.
"Arasseo gwenchana Jaehee-ah..." ujar Yoojin.
***
NEXT DAY
Yoonjae berjalan menyusuri setiap rak buku mencoba mencari beberapa informasi yang dibutuhkannya. "Sial...tak ada satupun buku yang tersisa!", gerutunya. Ia terus berjalan mencoba membuka beberapa buku hingga tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat sosok Jaehee yang tengah duduk sendiri di ruang tengah. Gerak-gerik yeoja itu terlihat mencurigakan.
Pertama ia terlihat seperti sedang mencoret-coret sesuatu pada bukunya. Lalu, aktivitasnya terhenti dan ia menoleh ke kiri dan kanan seperti memastikan sesuatu. Yoonjae memperhatikannya dari kejauhan. Tak lama kemudian Jaehee terlihat agak sedikit tegang. Yeoja itu menghela nafas panjang lalu perlahan memejamkan matanya.
"Apa yang dilakukannnya?" Tanya Yoonjae. Yeoja itu terdiam selama beberapa menit dalam keadaan mata terpejam. Yoonjae berjalan mendekatinya lalu duduk berseberangan dengan Jaehee. "Jaehee-ssi...", panggilnya namun Jaehee tak meresponnya. "Jaehee-ssi kau tertidur?", panggil Yoonjae lagi. Yoonjae kemudian menggerakkan telapak tangannya di depan wajah Jaehee namun yeoja itu tak memberikan respon apapun. Yoonjae menyentuh kening Jaehee dengan telunjuknya namun yeoja itu tetap tak memberikan respon padanya. "Mustahil anak ini.... aisssh!" gumam Yoonjae. Tak lama kemudian, tiba-tiba Jaehee tersentak dan darah mengalir dari mulutnya. Tubuhnya mulai terhuyung dan hampir saja terjatuh sebelum Yoonjae menahannnya. "YA! Jaehee-ssi ireona!" seru Yoonjae segera menepuk pipi Jaehee untuk menyadarkannya "Ya! Ireona jebal!" seru Yoonjae sambil menggoyang-goyangkan tubuh Jaehee.
DRAP! DRAP! DRAP!, terdengar beberapa langkah kaki lainnya. Yoonjae menoleh dan terlihat Yoojin, Siyou, Taehyung, Myungeun dan Yaeji. “Ada apa?!”, seru Yoojin. Ia segera menghampiri Yoonjae. “Omo! Jaehee-ah!”, seru Yoojin membantu Yoonjae membangunkan Jaehee.
“YA MOON JAEHEE!”, seru Taehyung panic. Ia lekas menghampiri Jaehee.
“Ada apa ini?”, Tanya Kyungsoo yang baru saja datang bersama Baekhyun setelah keluar mencari bahan makanan dan obat-obatan. Ia melihat anak-anak lainnya berkumpul seperti tengah mengerubungi sesuatu. Ia dan Baekhyun mendekat lalu dilihatnya Jaehee terbaring di pangkuan Yoonjae dan Yoojin. “Solma…”, gumamnya tak percaya. “Ya Jaehee-ah!! Ireona!”, seru Kyungsoo segera mendekat pada Yeoja itu.
“Apa ini yang terjadi beberapa hari yang lalu Kyungsoo-ya?”, Tanya Yoojin perihal apa yang tejadi pada Jaehee.
“Majayo noona”, ujar Kyungsoo. “Ya Moon Jaehee ireona jebal!”
“Biar aku-“, Joonmyeon hendak menyentuh Jaehee, namun Yoonjae menahannya.
“Ani….”, ujar Yoonjae.
“T-Tapi Hyung! Nanti ia bisa ma-“
“Ia harus bisa…keluar sendiri dari sana”, ujar Yoonjae.
***
"Oke sekarang saatnya kembali....", gumam Jaehee. Ia mencoba memejamkan matanya dan berkonsentrasi namun......"Kenapa terburu-buru sekali?" Jaehee kembali membuka matanya ketika mendengar sebuah suara di belakangnya. Ia segera menoleh untuk melihat siapa pemilik suara itu. "Aish....dia lagi" gumamnya dalam hati.
"Kau tak mau bertegur sapa dulu denganku?" ujar yeoja berdress putih yang dulu hampir saja membunuhnya. "Bukankah sudah pernah kukatakan sebelumnya jika kau memasuki areaku maka kau tak akan bisa kembali lagi?" ujar yeoja itu sambil tersenyum licik.
"Kau ini siapa sebenarnya? dan apa yang kau inginkan dariku dan teman-temanku?" ujar Jaehee memberanikan diri.
"Pssh....rupanya kau benar-benar pure.... polos... dan bodoh...", ujar yeoja itu. "Memang sudah seharusnya aku memusnahkanmu", ujar yeoja itu. yeoja itu mengangkat tangannya dan WHOOOSSSHH BRUKKK!, yeoja itu mengangkat tubuh Jaehee lalu menghempaskan tubuhnya hingga menghantam dinding. Darah mengalir dari bibir Jaehee. Ia mencoba bangkit kembali. Sosok yeoja tersebut kemudian menghilang dalam kepulan asap hitam lalu muncul kembali tepat di hadapannya. yeoja itu berjongkok tepat di depan Jaehee yang mencoba berdiri. "Biar kubantu..." ujar yeoja itu sambil tersenyum licik. Ia mencengkeram leher Jaehee lalu mengangkat tubuhnya.
"Hnnggg...k-kau m-mau apa..hngg...s-sebenarnya..." gumam Jaehee terbata-bata. Ia kesulitan bernafas karena yeoja itu mencekik lehernya. Jaehee memberanikan diri mengangkat tangannya lalu ia juga mencengkeram leher yeoja itu.
"Arggh! n-neo ya!", gumam yeoja itu tak menyangka bahwa Jaehee akan menyerangnya balik. Kedua yeoja itu saling mencekik hingga....
WHOOOOSSSSHH......BUUUKKKKK!! sebuah pusaran hitam bergerak ke arah mereka berdua dan menyebabkan kedua yeoja itu terpental menghantam dinding. Tak lama kemudian sesosok pria berjubah muncul, menghampiri mereka. Ia menyingkap bagian penutup kepala pada jubahnya sehingga wajahnya nampak dengan jelas .
"YA! APA-APAAN KAU INI? BERANI-BERANINYA MENYERANGKU!" pekik yeoja itu yang berhasil bangkit setelah terpental.
"Aku hanya memisahkan kalian berdua...", ujar Pria itu sambil memperhatikan Jaehee yang tidak sadarkan diri. Darah terlihat di dahi yeoja itu setelah sebelumnya, kepalanya sempat terbentur dinding.
"Wae?? Aku baru saja hendak membunuhnya!" seru yeoja itu.
"Neo paboya?" ujar pria itu tenang. "Tak boleh ada satupun dari mereka yang mati! Paling tidak…untuk sat ini!", seru pria itu. "Apa kau tidak bisa tidak bertindak sembarangan?! Aku tak akan melarangmu menangkap yeoja ini....tapi tidak sekarang....ingatlah bahwa fokus kita adalah anak itu. Setelah kita mendapatkannya.... maka akan ku serahkan yeoja ini padamu" ujar pria itu.
¢¢¢TBC¢¢¢