Baik Kedua orang tua Suho maupun Songhee keluar dari persembunyian mereka. Mereka mempertanyakan apa yang terjadi. Saat mereka keluar semua yang datang disana sudah tahu pasti maksud sebenarnya dari Event ini, termaksud Chanyeol. Kini semua mata menatap prihatin kea rah Chanyeol.
Baekhyun dan Chen menatap ke arahnya. Mereka sadar perasaan Chanyeol pasti hancur saat itu. "Chanyeol-ah.. Songhee belum tentu menerima kalaupun Suho hyung menyatakan cinta padanya", Hibur Chen.
Baekhyun hanya diam, ia memiliki firasat kurang baik sejak awal. Acara ini telah menghancurkan hati kedua sahabatnya, tanpa Suho sadari.
Micha disampingnya juga terlihat sangat terpukul. "Kedua orang tua mereka disini.. bagaimana cara Songhee menolaknya?", Ucap nya sedih. "Kasihan Chanyeol" suara Micha sangat pelan, ia tidak ingin ucapannya terdengar banyak orang, hanya Luhan dan Baekhyun yang berada di dekatnya yang mendengar.
Sungchan yang berdiri di samping Chanyeol terus menggenggam tangan Chanyeol, berharap itu dapat menguatkan adiknya. Cukup apa yang telah terjadi pada dirinya, ia tidak ingin hal serupa terjadi pada sang adik.
"Noona", gumam Chanyeol pelan.
"Eum?”, jawab Sungchan.
"Malam ini…aku ingin menonton fim horor lagi dengan noona", ujar Chanyeol. Ia menoleh menatap Sungchan.
"Kita bisa menonton sampai pagi.. aku akan menemani mu", ujar Sungchan mencoba tersenyum.
Chanyeol merangkul Sungchan. "Nan….gwenchanayo…noona…kkokjongma..Nan Happy Virus, Park Chanyeol.. Aku harus selalu terlihat bahagia.. bukankah begitu?", ucap Chanyeol mencoba tersenyum namun hal itu semakin membuat hati Sungchan teriris.
***
Setelah hampir tiga puluh menit lebih, Songhee dan Miyoung kembali ke tempat event berlangsung. Miyoung memoles sedikit wajah sang adik agar tidak terlihat sekali ia baru saja menangis.
"Kalian berdua dari mana saja, jangan pergi begitu saja" Ujar Ny. Lee kepada kedua anaknya.
"Acaranya belum selesai eomma?", Tanya Miyoung seolah tak tahu.
Pakkk Ny.Kim memukul bokong anaknya, "Aigoo.. ini juga gara-gara kau terlalu lama bicara JoonMyeon-ah!"
"Mianhae eomma.. jangan memukul ku dihadapan Calon ku ehem.." Jawab Suho.
Sudut mata Songhee menemukan sosok Chanyeol. Mereka saling bertatapan meski jarak di antara mereka cukup jauh, Chanyeol tersenyum tenang memberikan semangat untuk Songhee.
Songhee yakin Chanyeol sudah bisa menduga Suho akan mengungkapkan cinta pada Songhee, tapi mengapa ia masih tersenyum tenang seperti itu. Songhee semakin takut, ia takut Chanyeol akan sakit hati.
Suho menggenggam tangan Songhee. "Aku tidak akan bertele-tele lagi.. Aku sempat ragu dan berfikir mungkin aku salah paham tentang perasaan mu pada ku. Tapi disaat itu kau kembali menyadarkan ku, kau juga menginginkan ku.. Kemarin kau mengatakan padaku, kau akan memberikan hadiah untuk seseorang yang berarti bagimu. Kau mengajakku karena kau ingin aku membantu mu mencari hadiah tersebut, tapi ternyata hadiah yang kau pilih adalah hadiah pilihan ku.. dan untuk diriku. Tak kusangka kau begitu manis Lee Songhee."
Suho benar-benar salah paham atas kejadian kemarin. Songhee memang memberikan jaket yang Suho sukai untukmya, tapi itu hanya sebagai hadiah karena Suho telah mengantar Songhee membeli hadiah untuk Chanyeol. Songhee menyesali perbuatan baiknya yang justru disalah artikan oleh Suho.
"Karena itu", Suho berlutut di hadapan Songhee. Ia mengeluarkan kotak cincin yang memang sudah disiapkan nya. "Maukah kau menjadi kekasih ku Lee songhee?"
Songhee tertunduk dan terdiam selama beberapa saat. Air mata menetes secara perlahan mengaliri wajahnya. "Hiks.. Ne.. Ne Suho Oppa" jawabnya gemetar. "Hhhh~ Hiksss.."
Ny. Kim dan Ny. Lee tersenyum sumringah atas pemandangan di hadapan mereka saat itu. Mereka sudah memimpikan menjadi besan dalam waktu yang lama.
Miyoung setia memeluk Songhee dari belakang sejak tadi. Ia tidak meninggalkan sang adik sendiri disaat berat seperti itu. "You are strong, Lee songhee" Bisik Miyoung di telinga Songhee.
Tepuk tangan hampa dilakukan oleh teman-teman mereka yang datang. Hampir semua dari mereka mengetahui tentang hubungan Chanyeol dan Songhee. Mereka tidak tahu harus bahagia atau bersedih dengan kenyataan ini. Mereka yang bahagia dengan keputusan itu hanya Suho dan Ny. juga Tuan Kim dan Lee saja.
***
21.00 (09.00 PM)
Minhyo berada di ruangan kerja Miyoung. Kris baru bangun dari mimpi indah nya. Ia tertawa terbahak-bahak melihat Minhyo menangis. "Bwhahaha Patrick.. kenapa menangis begitu? Kau sedih karena jongdae tidak jua menyatan cinta pada mu ya? ahhaha"
"Hikss.. Hikss kasihan Chanyeol hikss Songhee juga…Suho bodoh sekali.. Dimana ia letakkan mata nya selama ini, apa yang ia lihat? bodoh! " Umpat Minhyo.
Kris kebingungan karena ia melewatkan apa yang terjadi di acara tersebut. "Ah Wae? Chanyeol, Songhee, Suho?"
Minhyo memukuli Kris saking sebalnya. "Aw. aw.. Ya.. Mwoya?! Aww!"
"Makanya kau jangan tidur terus! sampai-sampai sepupu mengalami masalah kau tidak tahu!”, gerutu Minhyo.
Clekk.. Pintu ruangan itu terbuka di saat bersamaan. Miyoung masuk ke dalam sana, diikuti Songhee dan Chanyeol. "Kalian bicara lah berdua.. kupastikan tidak akan ada yang masuk", ujar Miyoung. Ia melirik Kris dan Minhyo "Kalian berdua ikut aku keluar dulu"
***
Songhee menjelaskan pada Chanyeol hal yang sebenarnya terjadi. "Aku tidak memiliki pilihan lain Chanyeol-ah, maafkan aku.. ", gumam Songhee terisak.
"Gwenchana", ujar Chanyeol tersenyum getir.
Songhee tersenyum mendengar jawaban Chanyeol, "Goma..."
"Tolong jangan beri tahu Suho Hyung", Potong Chanyeol.
Tubuh Songhee membeku seketika. "A..Apa maksud mu?"
"Songhee-ah.. Suho hyung tulus mencintai mu, Ia mencintaimu bahkan sebelum aku bertemu denganmu", Chanyeol berusaha untuk terus mengatur nafasnya. "Ia tidak pernah merebut mu dariku, akulah.. yang telah merebut mu darinya", gumam Chanyeol tertunduk di hadapan Songhee.
Songhee menutup kedua telinganya. Ia sangat takut. "Hajima! aku tidak mau kau melanjutkan kata-kata mu! Hajima Park Chanyeol…jebal….hiks", Ia membuang muka dari Chanyeol. Tak terhitung lagi berapa tetes air mata yang telah membasahi pipinya.
"Songhee-ah", Sebut Chanyeol lirih. Chanyeol menahan bahu Songhee, "Suho hyung sudah ku anggap seperti kakak ku sendiri, terlepas dari segalanya. Aku telah berhutang banyak pada nya. Ia menyelamatkan ku dari kehidupan ku yang menyakitkan sebelumnya, aku tidak bisa egois. Kau harus belajar mencintai Suho hyung. Lupakan. .... aku…jebal”, ujar Chanyeol.
Songhee memukul dada Chanyeol berkali kali. "shireo.. Shire!!! SHIREO..!! Ahhh~ Hiksss hiksss hh..Kau jahat Chanyeol, kau jahat!! Aku benci padamu!"
"Mianhae.. mianhae Songhee Hiks.. Aku tidak ingin menikam Suho hyung dari belakang, hiks.. ia sudah terlalu banyak melakukan berbagai hal untukku, mianhae"
"AKU PASTI SEDANG BERMIMPI.. AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!!", Songhee menarik pakaian Chanyeol. Ia frustasi karena Chanyeol lebih memilih melepaskannya "KATAKAN PADA KU, BAHWA AKU SEDANG BERMIMPI PARK CHANYEOL..KAU BUKAN PARK CHANYEOL!! KAU... hiksssssss aaaaaarrrhhh~"
"Mianhae..", gumam Chanyeol. Hatinya bagai tersayat melihat kondisi Songhee saat ini.
"HAJIMAAA!", teriak Songhee frustasi. Songhee mendorong Chanyeol dengan kuat. "Kau pasti bukan Chanyeol, kau bukan Chanyeol yang ku kenal! pergi dari hadapan ku! PERGI!!", bentak Songhee.
***
Miyoung di depan pintu mendengar semua pembicaraan mereka. Hal ini berada di luar dugaannya. "Mianhae….Songhee mianhae…hhhs", gumam Miyoung memukul-mukul keras kepalanya sendiri. "Neo Paboya Lee miyoung! neo paboya! hhh~"
"Miyoung-ah hentikan!", seru Kris menarik Miyoung kedalam pelukannya sebelum Miyoung menyiksa dirinya sendiri. "Tenanglah..."
"Semua ini kesalahan ku Kris.. semua ini kesalahan ku hikss..." Umpat Miyoung pada dirinya sendiri.
"Tenanglah..", Ujar Kris mempererat pelukannya.
"Eonnie ini bukan kesalahanmu..jebal..", ujar Minhyo ikut menenangkan Miyoung.
Pintu ruangan itu terbuka, Chanyeol keluar dari dalam sana tanpa mengatakan apapun.
***
"Chanyeol-ah kau mau kemana?" Chen mengikuti Chanyeol, ia tidak ingin Chanyeol berbuat nekat.
"Aku ingin ke rumah Suho hyung", ujar Chanyeol datar. Taka da ekspresi apapun tergambar di wajahnya yang biasanya selalu memancarkan senyum.
"Untuk apa?", Tanya Chen berusaha mengejar Chanyeol.
"Membereskan barang-barang ku", Chanyeol berjalan semakin cepat menuju halte bus, Chen mempercepat langkahnya untuk mengejar Chanyeol.
"Ya Aku ikut! Aku tidak bisa tetap berada disana kalau tidak ada kau, tapi kita akan tinggal dimana? Aku tidak punya rumah disini", seru Chen.
Chanyeol memberikan kunci rumahnya pada Chen. "Kau bisa tinggal di rumah ku dulu jika kau mau. Malam ini aku akan menginap di rumah Kris hyung", ujar Jongdae. “Aku sedang ingin sendiri Jongdae-ah…mengertilah…jebal”, ujar Chanyeol menatap nanar Chen lalu pergi meninggalkannya begitu saja.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Eunkyo sudah hampir satu jam berada di kawasan danau. Ia langsung pergi sebelum event tadi selesai. Ia tidak ingin menangis. Ia tidak boleh menangis. Ia melakukan apapun untuk menengkan dirinya. Menyendiri, itulah pilihannya. Di dalam tas nya ia membawa beberapa buku. Ia mencoba melupakan apa yang terjadi dengan membaca buku sendirian di pinggir danau. Ada yang aneh dalam buku yang tengah dibacanya. Beberapa bagian dari buku tersebut sudah diberi warna. Ia tidak yakin buku itu miliknya. Eunkyo membuka halaman paling awal buku tersebut, tertera nama `Do Kyungsoo` disana. Eunkyo menghela nafas. “Bahkan di saat aku sedang ingin sendiri kau masih saja ‘mengikutiku’…”, gumam Eunkyo pada buku itu seolah buku itu bisa bicara. Mereka sering bersama, jadi ini bukan pertama kalinya buku mereka tertukar satu sama lain. Eunkyo kembali melanjutkan membaca buku tersebut. EunKyo tertarik dengan beberapa kalimat yang telah digaris bawahi dan diberi warna oleh Kyungsoo dalam buku itu:
Fate is like a strange, unpopular restaurant filled with odd little waiters who bring you things you never asked for and don't always like.
Knowing too much of your future is never a good thing.
Some things are destined to be -- it just takes us a couple of tries to get there.
Fate is never fair. You are caught in a current much stronger than you are, struggle against it and you'll drown not just yourself but those who try to save you. Swim with it. and you'll survive.
"Semua tentang takdir? Mwoya Kyungsoo-ya….kau bukan Tuhan", gumam Eunkyo. Ia kemudian menutup buku tersebut. "Sigh~", Eunkyo mulai bosan. Ia mengambil sebuah batu kecil yang ada disekitarnya. Ia memperhatikan batu tersebut. "Dapatkah kutemukan takdir ku dengan cara ini?", gumamnya. Eunkyo melemparkan batu kerikil tersebut ke dalam danau. Gluppp~ Selang 2 detik Glupp~ batu lain terdengar masuk kedalam danau.
“Eo?”, gumamnya terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Seseorang melemparkan batu bersamaan dengannya di danau cinta. Eunkyo menaikkan sebelah alisnya. Ia hanya terkekeh pelan. "Jika kutemukan haraboji tua renta didekat sini, berarti ia jodoh ku. Danau ini tidak adil..", gerutu Eunkyo. Meski ia tidak percaya, tapi karena penasaran, ia mencari-cari sang pelempar batu selain dirinya. Ia mengambil bukunya lalu bangkit dari posisinya. Matanya berpendar ke sekitar danau hingga tak jauh darinya, ia menemukan sosok seseorang tengah berdiri menatap ke arahnya.
Eunkyo menjatuhkan semua buku ditangannya saat ia menyadari siapa yang melemparkan batu bersamaan dengannya. Memory nya memutar kalimat terakhir yang sempat ia baca dari buku milik Kyungsoo:
People who are meant to be together find their way back, they may take a few detours, but they're never lost.
***
Kyungsoo melangkah menyusuri danau. Langkahnya terhenti sejenak lalu ia terdiam menatap pemandangan danau yang terlihat tenang. Ia menghela nafas panjang. "Kkeutnaso...", gumamnya datar. Ia mengambil sebuah batu kecil di dekatnya dan memperhatikan batu tersebut. "Aku akan benar-benar melakukannya kali ini...Sudah saatnya aku berhenti...", gumamnya. Ia menarik nafas panjang sebelum akhirnya melemparkan batu itu ke dalam danau. PLUNG~ suara batu tersebut bisa di dengarnya. Selang beberapa detik setelahnya, PLUNG~ suara batu lainnya juga terdengar. Kyungsoo terkejut ketika menyadari ada seorang lainnya yang juga turut melempar batu bersamaan dengannya. "Kenapa cepat sekali? ah..chakkaman...bagaimana jika yang melempar barusan adalah halmeoni? atau ahjumma? atau bahkan namja? Aish...ottokhaji?", gumamnya. Ia menggelengkan kepalanya mencoba mengusir pikiran buruk dari kepalanya. "Andwae...itu hanya mitos...aku tak boleh mempercayainya....geundae...geunggumhae", Ia kemudian melangkah pelan mencari-cari sang pelempar batu lainnya yang membuatnya penasaran. Dari kejauhan ia melihat seorang yeoja yang juga tengah menatap ke arahnya. Yeoja itu terlihat membawa beberapa buku namun buku-buku itu terjatuh tepat ketika yeoja itu menatapnya. Ia mengernyitkan alisnya untuk memperjelas penglihatannya yang tidaklah terlalu baik. Ia perlahan berjalan mendekat. Ia merasa sepertinya ia mengenali yeoja itu. Ia kemudian berjongkok di dekat yeoja itu dan membantunya memungut buku-bukunya. "Jogiyo...apa kau-", kata-katanya terputus ketika ia melihat namanya sendiri tertulis pada buku yeoja itu. Ia kini tahu siapa yeoja itu. "Eunkyo Noona? Ya Noona jigeum mwohaeyo? Bukankah kau seharusnya-", Kyungsoo mendadak terdiam ketika Eunkyo mengangkat wajahnya lalu menatap Kyungsoo. Yeoja itu terlihat sedih. "Noona...gwenchanayo?", tanya Kyungsoo hati-hati. Yeoja itu tiba-tiba terisak di hadapannya. "Waeyo? Waeyo? Noona waeyo?", tanya Kyungsoo panik ketika melihat Eunkyo tiba-tiba nenangis.
"Aku menyerah....Kyungsoo-ya...hiks...aku..aku benar-benar menyerah kali ini...hhs...aku akan berhenti mengejar...J-Joonmyeon...hiksss", ujar Eunkyo terisak.
"Mworagoyo? Tapi bukankah...", Kyungsoo menghentikan ucapannya karena yeoja itu belum juga berhenti menangis.
“Neomu…apheuda…jincha..hikss…”, ucap Eunkyo terisak. Tangis yang berusaha ditahannya sejak tadi pecah begitu saja di hadapan Kyungsoo.
Sesuatu yang buruk pasti terjadi di sana. Ia merapikan buku-buku milik Eunkyo lalu membantu yeoja itu berdiri. Ia membimbing Eunkyo menuju sebuah kursi taman terdekat dan membiarkan yeoja itu menangis sepuasnya hingga ia bisa sedikit lebih tenang. Kyungsoo mengeluarkan sapu tangannya dan menyerahkannya pada Eunkyo."Untuk menyeka air matamu karena....make up mu sedikit luntur", gumam Kyungsoo tersenyum mencoba menghibur Eunkyo.
"Wae neo? hiks...", ujar Eunkyo masih terisak namun ia menerima sapu tangan Kyungsoo dan menyeka air matanya serta menghapus nake upnya dengan sapu tangan milik Kyungsoo dan menyerahkannya kembali pada sang pemilik. "Gomawo...hiks"
"Pffh....ambil saja untukmu noona...nanti ibuku bisa curiga ketika beliau menemukan ada sisa eyeliner pada sapu tanganku", ujar Kyungsoo tersenyum.
"Eung? Eo...maja...kalau begitu akan kukembalikan setelah aku mencucinya nanti...mianhae", gumam Eunkyo tertunduk sambil memainkan sapu tangan milik Kyungsoo.
“Gwenchanayo…kau tak perlu mengembalikannya padaku”, ujar Kyungsoo. Keduanya terdiam selama beberapa saat. "Kau sudah merasa lebih tenang?", tanya Kyungsoo memecah keheningan.
"Ne...sedikit", jawab Eunkyo.
"Apa kau tak keberatan menceritakan apa yang terjadi sampai kau seperti ini?", tanya Kyungsoo hati-hati.
Eunkyo menghela nafas panjang sebelum akhirnya ia menceritakan apa yang terjadi. "Ia membuat event itu bukan untukku....melainkan Songhee", gumam Eunkyo tertunduk sedih.
Kyungsoo menghela nafas berat setelah mendengar cerita Eunkyo. Ia tak percaya semua jadi seperti ini. Ia merasa lega sekaligus sedih di saat yang bersamaan. "Aku benar-benar tak mengerti jalan pikiran Suho hyung", ujarnya. Ia kemudian menceritakan pada Eunkyo, ketika Suho meminta bantuannya dan teman-temannya, termasuk Songhee untuk menyiapkan event tersebut.
"Sudahlah...sejak awal aku juga sudah tahu bahwa ia tak punya perasaan sedikitpun padaku...aku hanyalah seorang teman baginya...tidak lebih", gumam Eunkyo tertunduk sedih.
"Himnaeseyo....kau akan segera bertemu dengan seseorang yang benar-benar tulus mencintaimu", ujar Kyungsoo tersenyum sambil menatap Eunkyo.
DEG! Entah mengapa jantung Eunkyo berdegup kencang ketika Kyungsoo mengatakan hal itu sambil menatapnya dalam. "M-Menurutmu begitu?", ujarnya terbata-bata.
"Ne...bersabarlah...saatnya akan datang", ujar Kyungsoo tersenyum manis sambil menatap Eunkyo.
***