POV: Minseok.
19.42 (07.42 PM
Clekk.. Pintu kamar Eunhee terbuka. Bibi Shin berdiri di depan sana. Ia berjalan menuju tempat tidur Eunhee. Eunhee duduk di atas tempat tidurnya. Ia meringkuk seperti orang ketakutan. "Euhhhh..~~" Eunhee bersembunyi di balik selimutnya untuk menghindari Bibi Shin. Kulihat secercah senyum licik di wajah Bibi Shin. "Teruslah seperti ini.. setidaknya sampai aku menemukan surat-surat peninggalan ayah mu" Ujar nya.
"Hehhh.. Eungg..", Eunhee menggeleng-geleng ketakutan.
Bibi Shin meninggalkan Eunhee dengan penuh keangkuhan. Dasar wanita Iblis!. BRAKK!! Ia keluar dari dalam kamar Eunhee.
Aku menghela nafas lega. Tubuhku muncul dari kolong tempat tidur Eunhee. "Acting mu bagus sekali..", Puji ku pada Eunhee.
Eunhee tersenyum. Benar, Eunhee hanya beracting. Pelan-pelan ia memang sudah sembuh dari depresinya. Setelah bertemu dengan orang-orang yang dirindukannya, keadaanya terus membaik. Ia tetap beracting di depan Bibi Shin, kalau sampai wanita itu mengetahui Eunhee sudah sembuh. Ia pasti akan menyakiti Jongin lagi. Seperti saat Eunhee menolak untuk meminum obat pelemah syaraf yang sebenarnya selama ini ia selalu berikan untuk Eunhee.
Aku membawa sample obat tersebut kepada Miyoung dan Kris. Mereka lah yang memberitahu ku tentang obat itu setelah mengeceknya. Alasan itu juga yang membuat Eunhee menolak untuk meminumnya. Ia merasa tubuhnya menjadi lemah setiap kali meminum obat tersebut.
"Kau sudah menemukan dokumen itu?" Tanya ku padanya.
'Belum' Jawab Eunhee melalui tulisannya. Eunhee mengingat sesuatu. Ia kembali menuliskannya. 'Ah, Bagaimana cara mu bisa berada didalam ruangan brankas? Bagaimana kau masuk tanpa kunci kesana? kenapa tadi kau tiba-tiba muncul menolong ku?'
"Aku", Aku bahkan tidak pernah mengetahui alasan ku bisa melakukan semua ini. "Aku adalah superhero dengan kekuatan super" begitulah jawab ku.
Eunhee terkekeh mendengarnya. Ia pasti berfikir aku sedang bercanda.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Chanyeol-ah, sudah hampir jam 8, kau tidak siap-siap?" Seru Chen. Ia membawa kardus-kardus berisi barang-barang Lay. Mereka masih membereskan rumah itu.
"Wwwwuuuuuzzzzzzz",Baekhyun meluncur melewati Chen sambil menunduk untuk mengepel lantai. Ia sengaja mengenai kaki Chen. "Duuuaak" Baekhyun mengelurkan suara pesawat menabrak tebing. Ia meluncur ke tempat lain setelah itu.
Chen mencoba menahan amarah nya. Ia sedang konsentrasi bicara dengan Chanyeol. "
"Aku sudah tidak bersemangat" Jawab Chanyeol.
"Wae?" Tanya Chen serius.
"Wwwuuuuuzzzzzz" Baekhyun muncul untuk kedua kalianya, dengan pose(?) dan tingkah yang sama. Ditambah lagi kain yang ia gunakan untuk mengepel lantai menggunakan tangan itu sekarang jauh lebih basah dari sebelumnya. Ia kembali meluncur dan dengan sengaja mengenai kaki Chen. "Duaaaakk" Seru nya membuat suara dengan mulut lagi.
Bukan hanya Chen yang habis kesabaran, Chanyeol pun ternyata terganggu oleh kejahilan Baekhyun, keduanya menyentak "YA!!!!"
Baekhyun memerhatikan Chen dan Chanyeol. Ia memasang wajah sedih ala anak kecil diganggu. "Eomaaaaaa huaaaa", rengeknya sambil berlari ke dapur.
"Anak itu tidak bisa membaca situasi.. Psh" keluh Chen. "Chanyeol-ah, lanjutkan ucapan mu tadi"
"Hem.." Chanyeol mengelurkan handphone nya. Ia meminta Chen membaca pesan dari Songhee. "Ia baru menjawab belum lama ini"
"Songhee bilang ia masih dirumah? Itu artinya ia berbohong.. padahal Suho hyung tadi jelas-jelas bilang akan pergi bersamanya.. Eumm mencurigakan sekali" Ujar Chen.
***
"Neo eodiya?"
"Di rumah baru Lay hyung...kau dimana?"
"Mencari udara segar"
"wae?"
Baekhyun bersembunyi didapur. Ia mendengarkan pembicaraan Chen dan Chanyeol. Tangan Baekhyun sibuk mengetik pesan untuk Kyungsoo yang tengah mencurahkan isi hatinya pada Baekhyun. Baekhyun meladeni Kyungsoo
tapi telinganya setia menguping Chen dan Chanyeol. "Kapan masalah akan berhenti datang?", gumamnya.
"Mereka membicarakan apa?", Baekhyun merinding. Setahunya tadi tidak ada siapapun di dekat dirinya, tapi sekarang ia mendengar suara wanita. "Whuaa!"
"Whuaa!" Micha yang ternyata di samping Baekhyun justru balik berteriak.
"Ah.. Kamjakkgiya.. !" Seru Baekhyun kaget. "Sejak kapan kau disamping ku?"
"Sejak tadi...aku ingin minta pertanggung jawaban mu bebek jelek. Kau membuat semua lantai menjadi basah. Kau mengepel atau menyiram lantai?" Ucapnya sebal. "Kau niat membantu atau tidak sebenarnya?", Micha menunjuk-nunjuk kening Baekhyun dengan jarinya. Micha mengambil kaim pel kering, kemudian mulai membersihkan lantai.
Baekhyun hanya bisa terdiam memperhatikan Micha. "Ia berubah sekali, atau pikiran ku yang sedang bermasalah?"
Micha beberapa kali bolak-balik di sekitar Baekhyun untuk memeras lap pel (Ember berisi air pel diletakkan didapur). Keempat kalinya Micha kembali ke arah dapur, Baekhyun sengaja menghalanginya. "Tidak boleh lewat" Ia merentangkan tanganya.
"Ya sudah...Aku juga sudah selesai. jangan lupa buang air kotor nya", jawab Micha santai.
Baekhyun mendekatkan wajahnya. "Kau pasti sudah tidak normal. Seharusnya semua yeoja akan menjauh setiap ada namja yang mendekatkan wajahnya seperti ini"
"Masalahnya kau sudah sering seperti itu. Kau juga tidak akan berani melakukan apa-apa. Aku sudah kebal dengan tingkah mu", ujar Micha santai. "Ngomong-ngomong...Kyungsoo tak ikut kemari?"
Baekhyun menarik wajahnya kembali. Ia menghela nafasnya kembali. "Molla...ia sedang ingin sendiri...biarkan saja"
"Wae? Sesuatu terjadi padanya?", tanya Micha lebih jauh.
"Ah molla! Memang aku ibunya?", gerutu Baekhyun. "Hufh~" Desahnya sebal. Ia menaikkan bagian lengan bajunya, menunjukkan sebuah luka memar di sana. "Kemarin Inkyung menyengkat kaki ku. Aku terjatuh lalu menabrak buffet" Adunya. Apa yang dicari Baekhyun akhirnya didapatkannya. Micha menyentuh lengan Baekhyun tanpa menjawab. Ia menatap Baekhyun dengan cara aneh. Ia seperti menemukan sesuatu yang salah. Micha hendak berlari.
"Ya kau mau kemana?", Tahan Baekhyun. "Ada yang lebih penting"
"Kau pikir ini lucu? Memar mu sampai seperti itu!", Bentak Micha. Ia membentak Baekhyun karena ia terlalu cemas melihat memar yang cukup besar di lengan Baekhyun.
"Tapi aku ingin kau bertanya apa hubungan ku dengan Inkyung dibanding pusing dengan memarku. Aku sudah terlalu terbiasa dengan memar semacam ini", Balas Baekhyun. "Aku sedang mau menjelaskannya kalau kau tidak mau tanya ya sudah. Tapi lain waktu aku tidak mood lagi" ancam Baekhyun sambil menggembungkan pipi.
"Bagaimana kalau aku sedang tidak mood bertanya?", balas Micha.
"Kalian berdua sedang apa ?". Lay tidak bisa lewat karena Baekhyun dan Micha adu argumen di depan dapur. "Bukan maksud ku menganggu, tapi yang lain sudah lapar nampaknya. Aku ingin masak ramyun"
"Biar kubantu Lay", ujar Micha. "Kau tidak mau diobati kan? Jadi minggir", ujar Micha sambil mendorong pelan Baekhyun.
***
20.20 (08.20 PM)
"Chanyeol-ah, kenapa kau diam saja sejak tadi? Kau sakit?", Tanya Songhee. Ia dan Chanyeol tengah berkencan, tapi sepertinya mood Chaneyol sedang tidak begitu bagus.
"Aku tidak apa-apa", jawab Chanyeol mencoba tersenyum.
Songhee menyerahkan sebuah kotak kado berwarna putih pada Chanyeol. Kado itu juga dibungkus rapi dengan pita merah muda. "Mianhae aku agak telat datang. Tadi aku menyempatkan diri untuk membeli ini dulu", ujar Songhee. "Ah, tadi aku pergi dengan Suho Oppa. Berharap ia akan membantu ku mencari kado untuk mu, tapi.. ia sama sekali tidak membantu haah~", Gerutu Songhee.
Pelupuk mata Chanyeol melebar. "Jadi kau tadi pergi dengan Suho Hyung untuk menyiapkan hadiah untukku??" Tanya Chanyeol sumringah.
"Ne..ya chamkaman.. Jangan-jangan kau marah dari tadi karena kau sudah tahu aku pergi dengan Suho Oppa? Kau.."
"Aku cemburu", Sambar Chanyeol yang mulai terang-terangan tentang perasaannya pada Songhee. Wajah Songhee memerah setelah mendengar pernyataan terang-terangan Chanyeol. Ia tersipu sampai tak bisa berkata apapun. Chanyeol keluar dari cafe tempat mereka saat ini.
"Chanyeol!", Panggil Songhee kaget kenapa tiba-tiba Songhee keluar. Ia berpikir bahwa Chanyeol marah padanya.
Chanyeol tetap berlari keluar. Ia mengetuk jendela cafe yang kini membatasi dirinya dan Songhee. Songhee menengok keluar dan menemukan Chanyeol tepat di depannya. Ia pun menghadap ke kaca jendela cafe tersebut. Chanyeol meniup kaca jendela cafe tersebut. Ia menuliskan sesuatu di kaca jendela itu:
Lee Songhee
Chanyeol menunjuk kaca tersebut, lalu mengacungkan ibu jarinya. Ia mencoba meminta Songhee untuk menunjukkan Ibu jadi apabila Songhee bisa membaca tulisannya. Saat itu juga Songhee mengacungkan ibu jarinya. Chanyeol meniup lagi kaca jendela cafe tersebut. Juga menuliskan kata berikutnya:
Aku…
Sangat…..
Menyukaimu….
Songhee tersenyum malu. Tidak ada hari yang lebih membahagiakan baginya selain hari itu. Dreetttt... Dreettt handphone Songhee bergetar, ia membaca pesan yang masuk ke dalamnya:
Park Chanyeol <<
Ku letakkan gumpalan tissu pada meja mu, bukalah
Songhee menemukan gumpalan tissu yang Chanyeol maksud. Ia membuka gumpalan tissu tersebut. Ia tidak menyangka di dalam gumpalan tissu, terdapat kotak berbentuk hati berwarna ungu. Dengan tangan yang sedikit gemetar Songhee membuka nya. Ia menemukan kertas kecil bertuliskan:
Would you be my girl, Lee Songhee?
-Your Prince, Park Chanyeol-
Dalam kotak juga terdapat sebuah cincin dengan design simple. Songhee kembali mengarahkan pandangannya pada Chanyeol yang menunggu di luar sana. Keyakinannya penuh. Ia mengangguk pada Chanyeol tanpa ragu. Ia menuliskan:
Aku…
Sangat…
Menyukaimu…
Juga….
Seulas senyum lebar tergambar di wajah Chanyeol. Malam itu, adalah malam terindah dalam hidup Chanyeol dan Songhee.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
22.00 (10.00 PM)
Suho mengantar Eunkyo sampai ke depan rumahnya setelah melewati malam panjang itu berdua. Ia turun lebih dulu dari Eunkyo, membuka pintu mobilnya untuk Eunkyo selayaknya seorang namja. Perlakukan Suho membuat Eunkyo gugup saat turun dari mobilnya. "Terima kasih banyak untuk hari ini. Aku tak tahu kau juga suka membaca", ujar Suho. Setelah dari coffee shop tadi, Suho mengajak Eunkyo mencari buku meskipun sebelumnya yeoja itu baru saja pulang dari mencari buku bersama Kyungsoo.
"Seharusnya kita lebih sering mencari buku bersama. Aku juga memiliki beberapa buku yang bagus. Kita bisa bertukar koleksi buku kapan-kapan" Jawab Suho.
Eunkyo mengangguk-angguk malu. “Ne…”, ujarnya singkat.
Suho menggaruk kepalanya. "Eumh.. Masuklah…kurasa aku terlalu malam memulangkan mu atau mungkin lebih baik aku menyapa kedua orang tua mu dulu?"
"Eum.. kebetulan kedua orang tua ku sedang menginap di rumah halmoni karena kondisi kesehatannya sedang memburuk. Aku sendiri di rumah. Kau mau mampir dulu?", Tawar Eunkyo.
"Gurae.. Tidak baik nampaknya aku berkunjung saat kau hanya sendiri di rumah. Lain waktu aku pasti mampir dulu", Suho menyentuh lengan Eunkyo. "Hati-hati.. jangan lupa kunci pintu, banyak orang jahat dimana-mana"
"Ne", Eunkyo beranjak meninggalkan Suho. Ia berjalan masuk pekarangan rumahnya, sesekali ia masih melirik ke belakang dan masih menemukan Suho disana.
Suho baru benar-benar masuk mobil ketika Eunkyo masuk ke dalam rumah. Ia hanya memastikan Eunkyo baik-baik saja. Mata Suho tertarik melihat bag bertuliskan nama sebuah shop yang sempat ia masuki bersama Songhee tadi. Ia mengambil bag tersebut, mengecek apa yang Songhee berikan untuknya. Suho terdiam sesaat setelah melihat hadian pemberian Songhee tersebut.
☆*:.。. o)o .。.:*
"Hwaaah!", Eunkyo segera merebahkan dirinya begitu ia tiba di rumah. "Hari apa ini Ya Tuhan?", gumamnya sambil menatap nanar langit-langit. Berbagai macam perasaan berkelebat dalam dirinya saat ini. Ia senang ketika Suho mengantarnya pulang, tapi di sisi lain ia juga tak bisa berhenti memikirkan Kyungsoo yang tiba-tiba pergi meninggalkannya begitu saja. Bahkan dalam perjalanan pulang tadi, Suho sempat bertanya mengapa ia terlihat gelisah. Eunkyo memeriksa ponselnya dan tak ada pesan apapun di sana. "Ia bahkan tak mengirimkanku pesan singkat setelahnya", keluh Eunkyo. Kyungsoo biasanya mengiriminya pesan singkat setiap kali mereka pergi bersama hanya untuk sekedar menanyakan apakah ia sudah sampai rumah atau belum. Namun hari ini, tak ada pesan apapun. Seperti ada sesuatu yang hilang. "Haruskah aku mengirimi pesan singkat lebih dulu?", gumamnya sambil mengetikkan kata demi kata. Ia membaca lagi pesan miliknya sebelum akhirnya memutuskan untuk menghapusnya lagi. Entah mengapa ia mendadak merasa gugup. "Neo wae irae Kim Eunkyo?", rutuknya pada dirinya sendiri. Tak lama kemudian, ponselnya berdering. Eunkyo refleks terbangun dari posisinya dan segera menjawab panggilan masuk tersebut tanpa mengecek dulu nama si penelepon. “Ne Yoboseyo?!”
“Kau sudah pulang? Kenapa sulit sekali dihubungi?”, Tanya si penelepon.
“Mianhae Kyungsoo-ya aku-“
“Kyungsoo? Kyungsoo-ya nugu? Ya! Noona Mwoya?! Kau sedang mabuk ya?”, seru suara di seberang telepon. Eunkyo tersentak mendengar jawaban si penelepon. Ia memeriksa lagi nama si penelepon yang ternyata bernama: “Kim Taehyung”. Eunkyo tertunduk lesu ketika ia baru saja menyadari kebodohannya. “Ah…neo wae gurae Eunkyo-ya?”, gumam Eunkyo pada dirinya sendiri.
“Ya…Kyungsoo-ya nuguji? Pacarmu ya? Akan kuadukan pada Omma dan Appa kau sudah punya pacar!”, ancam Taehyung di seberang telepon.
“Aish..shikkeuro…mianhae…tadi ponselku mati”, ujar Eunkyo lesu.
“Neo gwenchanayo?”, Tanya Taehung di seberang telepon.
“Ne…sudah dulu ya…aku lelah…aku akan menghubungimu lagi besok…” ujar Eunkyo mengakhiri pembicaraannya dengan Taehyung. Ia kemudian menyangga kepalanya dengan kedua tangannya. “Apa yang terjadi padamu Eunkyo-ya?”, gumam Eunkyo pada dirinya sendiri.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Minseok
01.02 AM
Belum dapat ku pejamkan mata ku, dadaku terasa sesak. Aku takut tak dapat membuka mata ku lagi saat aku tertidur. Aku.. bahagia berada di alam mimpi ku, tetapi.. Tak akan pernah kudapatkan kebenaran jika selamanya aku hidup dalam kepalsuan. Jika memang orang-orang yang kutemui dalam mimpi ku, benar-benar ada dalam dunia nyata, maka ada kemungkinan aku bisa bertemu Eunhee. Masalah terbesar adalah, aku cacat. Sekujur tubuh ku tak bisa kugerakkan sedikitpun. Bagaimana aku bisa bertemu dengannya sementara aku hanya terkunci di atas tempat tidur ku?
Tapi tunggu.. Kurasa aku terlalu percaya diri dan terlalu cepat menyimpulkan. Bertemu dengan Eunhee di dunia nyata? Kalaupun ia mengenali ku, mungkinkah ia benar-benar membutuhkanku seperti apa yang kupikirkan? Ia memiliki namjachingu sesempurna Kris. Suatu hari nanti mungkin ia sudah tidak membutuhkan ku lagi. Lalu bagaimana dengan Inkyung? Ia telah mengorbankan hidup dan perasaan nya untukku. Sejak awal aku mengenalnya, ia mengatakan padaku bahwa ia tidak pernah menyukai ku. Ia meminta ku untuk tidak banyak berharap padanya. Kenyataannya ia tetap menjadi tunangan yang setia disamping ku. Tak peduli aku protektif dan selalu membuatnya kesal. Tanpa aku dan ia sadari.. ia telah mempersilahkan ku masuk ke dalam hidupnya. Bahkan ketika aku hanya seperti seonggok batu yang tak berguna begini, Inkyung masih rela melepaskan namja yang benar-benar ia cintai. Seharusnya aku berusaha sembuh untuk dirinya, bukan untuk wanita lain.
Clekk.. Suara pintu kamarku terbuka. Heol ~anak itu. ia hobi sekali berkunjung tengah malam ke kamar ku. Ah.. tapi aku penasaran apa yang akan ia ceritakan padaku hari ini, berhubung ada hal penting yang sudah kulakukan.
Ia datang seenaknya, mengistirahatkan diri di lantai samping tempat tidur ku. Tubuhnya bersandar pada laci. Ia tidak menarik kursi seperti biasanya. Ditangannya Handphone berwarna putih menyala. Cahaya layarnya cukup terang, mengingat lampu kamar ku sengaja dimatikan agar aku bisa beristirahat. "Kurasa ia bisa membaca pikiran ku.." kalimat pertama yang ia ucapkan. "Atau ia.. menyukai ku sungguhan? Mana yang menurut mu benar Minseok-ah?", Tanya nya sedikit kurang ajar. Ia memanggil ku hanya dengan nama meski usia nya lebih muda dari ku. Jika saja aku bisa terbangun, aku pasti sudah menjewer kupingnya.
"Hehehehhe hahahaha hohoho", Suara tawanya sekarang persis seperti Spongebob. Ekpresi wajah bodohnya meniru Patrick dan aku hanya bisa diam melihat keanehannya. Apa ia sedang bahagia? Cepat beri tahu aku alasannya!
"Telepon.. Tidakk.. Telpon tidak... Ahhh kalaupun ku telpon tidak ada topik pembicaraan. Ia bisa besar kepala nanti!", Kau bertanya, kau menjawab sendiri.
"Aku tidak akan bisa tidur malam ini. Ya Kim Minseok.. Apa kau akan tidur? Bagaimana kalau temani aku saja?", ujarnya. Ia naik ke atas tempat tidur ku lalu merebahkan diri di bagian tempat tidur ku yang masih kosong. Untung saat ini sudah tidak banyak alat-alat penopang hidup yang terpasang di tubuh ku kecuali alat infus. Ia menunjukkan sebuah foto di handphonenya. "Aku mengambil nya malam ini, kami serasi bukan haha"
Senyum ku terkembang kecil. Tak tahu mengapa tapi hatiku begitu bahagia melihat ia mengambil selca bersama yeoja yang setiap malam ia ceritakan padaku itu. Dapat kubaca juga raut bahagia dari pancaran wajahnya. Ia meletakkan handphone pada dadanya, kelopak matanya mengatup pelan. Ia belum tidur, mungkin hanya berusaha tidur. Kakinya masih terus bergerak di bawah sana. Ia seperti cacing yang tak pernah bisa diam. Meski selalu menyusahkan, ia begitu berharga bagiku.
Kupaksa diriku untuk bergerak, tapi tak satupun anggota tubuh ku medengar perintah pikiran ku ini. Mungkinkah aku sembuh jika terus seperti ini? Ani.. Aku harus sembuh! Aku juga harus mengatakan hal penting demi hidup mahluk disamping ku ini.
"Kapan kau sembuh?", Tanya nya dengan mata masih mengatup. "Aku ingin mengajak mu menemui yeoja itu hehehe.. Aku ingin minta pendapat mu tentang dirinya". Ia terus bicara tanpa mengetahui fakta tentang aku yang sebenarnya sudah cukup mengenal yeoja yang ia maksud.
Matanya terbuka, ia melirikku. "Kau selalu tahu yang baik dan buruk bagiku. Jika aku bisa mengulang waktu, aku ingin mendengarkan semua saran mu.. Kau juga masih berhutang mengajari ku bermain piano lagi. Aku ingin bermain piano dihadapannya agar terlihat keren hahahahahah", Ia terkekeh sendiri akibat ceritanya. "Tapi aku tidak suka cara-cara yang terlalu romantis, membuat selalu ingin tertawa haha" Ingin sekali aku menghajar bocah ini. Ia menarik ulur ceritanya.
Ia mengeluarkan kotak perhiasan yang sangat ku kenal dari dalam saku celananya dan menatapnya. "Dulu kau membelikan ini untukku.. Kau bilang aku harus menemukan seseorang yang kucintai dan memberikan ini kepadanya. Sekarang aku sudah menemukan yeoja itu.. tapi apa mungkin aku bisa memberikan ini padanya? aku bahkan tidak yakin apa aku bisa membuatnya bahagia.. lalu apa yang harus kulakukan dengan benda ini?"
Aku mendengar hal itu sudah ribuan kali. Ia selalu ragu untuk mengambil keputusan hingga pada akhirnya ia hanya akan membiarkan sesuatu berjalan begitu saja. Selalu seperti itu.. Ia tidak pernah berubah. Aku ingin melihatnya bahagia sekali saja.. aku ingin melihatnya berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan. Aku ingin ia berhenti menyerahkan nasib nya pada waktu yang terus berjalan. Bisakah kau melakukannya? Berhenti membuat ku cemas akan nasib mu.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
07.24 AM
"MWORAGO EVENT?!" Seru Baekhyun, Chen, Chanyeol, Songhee dan Micha bersamaan, hanya Kyungsoo yang tidak kaget dengan pernyataan Suho. Suho begitu bersemangat meminta bantuan pada anak-anak kelas itu, tapi sebagian dr mereka justru ragu untuk membantu. "Kau yakin yeoja itu menyukai mu atau tidak? Jangan-jangan kau hanya besar kepala saja menganggap yeoja itu menyukai mu", ledek Micha yang tidak yakin Suho memiliki penggemar.
"Ya! Semua yeoja disini begitu mengagumi ku! Kau saja yang buta dan selalu memandang rendah diriku Xi Yi Jie! Urus saja diri mu sendiri. Dua puluh satu tahun tanpa kekasih itu mengenaskan!", Sindir Suho.
"Tidak ada yang buruk dari dua puluh satu tahun tanpa kekasih", Celetuk Baekhyun yang secara tidak langsung ikut tersinggung karena selama hidupnya ia juga belum pernah memiliki kekasih. "Itu tidak berarti aku kurang tampan" Lanjutnya protes.
"Byun Baekhyun, kenapa kau marah? bukan kah selama di high school saja kau sudah tiga kali memiliki memiliki yeojachingu? Yang pertama dua hari, yang kedua satu minggu, yang ketiga dua jam Ahhaahhaa" Ujar Chen mengangkat cerita lama.
"Ya! Mereka yang menyukai ku! Aku tidak pernah bilang aku adalah namjachingu mereka. Kapan resmi kapan berakhir semua hanya rekayasa mereka saja" elak Baekhyun.
"Aw... Jangan sok tampan tuan Baek. Aku saja takut dekat-dekat dengan mu dulu" Chanyeol membentuk huruf X didepan dadanya seperti anak perawan yang takut ternodai. "Byun Baekhyun dulu itu menyeramkan aw.. Semua yeoja akan berkata 'jangan dekati aku, jangan dekati aku' jadi mustahil mereka mengaku-ngaku"
"Ya! Dulu aku keren, meski sekarang tidak kalah keren setelah sadar dan jadi anak baik" Baekhyun menggerak-gerakkan alisnya genit.
"Tidak ada anak baik yang mengaku baik. Belang mu sudah terlihat dari situ", Kyungsoo bergabung dengan Chen dan Chanyeol. "Dulu dan sekarang sama saja. Kau tidak keren sama sekali. Dulu menyeramkan (sebagai anak nakal) , sekarang mengerikan (sebagai anak jahil dan genit)"
"Sejak kapan kau berani ikut mencela ku? Ya! Do Kyungsoo! Setidaknya aku bukan seorang anak yang ditolak 20 kali masuk tim basket" Balas Baekhyun.
"Aku mengaku kalah", ujar Kyungsoo menyerah begitu saja saat mendengar Baekhyun mulai menguak masa lalunya.
Nyatanya Baekhyun belum puas meski Kyungsoo sudah mengaku kalah. "Ah.. dulu juga ada seorang anak yang tidak kebagian seragam karena tubuhnya terlalu kecil. Aku sudah memberi tahu sonsaengnim untuk memberinya seragam wanita saja, tapi sonsaengnim tidak percaya"
Dahi Kyungsoo semankin mengerut. Ia berdiri dari tempat duduknya. Tangannya melingkar kuat disekitar leher Baekhyun. "Aaahh.." Rintih Baekhyun.
"Coba bicara lagi", Tantang Kyungsoo. Ia masih menyiksa (?) Baekhyun.
"Lebih kuat lagi! Byun Baekhyun pantas mendapatkannya! ahhaahhaah" Tawa Chen nyaring hingga telinga siswa lain pengang.
Suho mendengus kesal. Ia belum juga mendapat jawaban, tapi justru anak-anak ini malah sibuk berkelahi. "Jadi kalian sebenarnya ingin membantuku atau tidak?" Tanya Suho sekali lagi.
"Tenang saja Oppa, aku pasti membantu mu" Jawab Songhee lantang.
"Nado Hyung" Seru Chanyeol dan Chen.
"Aku ikut saja" Ujar Micha.
Suho menunggu jawaban Kyungsoo dan Baekhyun. "Kalian berdua?"
Kyungsoo melepaskan jeratan tangannya pada leher Baekhyun. Ia terdiam sejenak. "Aku bisa membantu menyiapkannya…tapi…kurasa aku tak bisa mengikuti acaranya”, ujar Kyungsoo.
"Aku tidak bisa ikut!" Selak Baekhyun.
***
11.30 PM
"Byun Baekhyun", panggil Kyungsoo menghampiri Baekhyun.
"Eo?", Baekhyun membereskan meja nya yang sudah seperti kapal pecah itu.
"Kenapa kau menolak membantu Suho hyung?", Tanya Kyungsoo.
Baekhyun menghentikan aktivitasnya dan menoleh menatap Kyungsoo. Ia menyentuh kening namja itu. “Kau tidak sakit kan? Atau kau sudah mulai sakit jiwa? Kau pikir aku
ingin melihat yeoja yang dicintai sahabat ku direbut orang lain begitu saja?". Tatapannya tajam mengarah pada Kyungsoo. "Siapa yang pengecut sekarang? Kau menyerahkan yeoja yang kau cintai pada namja lain. Kau pikir hal itu hebat?"
Kyungsoo mendengus kesal, “Aku sudah berusaha semampuku selama ini tapi Takdir memang membawa nya pada Suho hyung, lalu aku harus berbuat apa?", ujar Kyungsoo mencoba menahan emosinya.
“Psh…apa yang kau tahu tentang Takdir? Kau Tuhan? Aniya…”, ujar Baekhyun.
“Byun Baekhyun”, ujar Kyungsoo mulai tak sabar menghadapi Baekhyun.
"Aku tak mau berdebat panjang denganmu", ujar Baekhyun berjalan hingga ia berada persis disamping Kyungsoo. "Gurae…aku akan membantu Suho hyung jika memang itu yang kau inginkan…:, ujar Baekhyun. “Tapi aku tidak jamin bahwa acara tersebut akan berjalan lancar", sambung Baekhyun pelan namun penuh penekanan. Ia pergi begitu saja meninggalkan Kyungsoo.
"Ya Byun Baekhyun!", seru Kyungsoo. "Aissh Anak itu…..apa yang akan dilakukannya?"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Sehun merasa ia harus move on dari Yoora. Ia tidak bisa meratapi nasibnya setelah Yoora menolak nya sebelum ia mulai mendekati anak itu. Sehun hanya santai menanggapi hal tersebut. Ia masih muda, ditolak bukan berarti hidup nya akan berakhir, begitu pikirnya. "Ya Wu Yoora, kau memiliki teman yang cantik tidak? kenalkan dengan ku", ujarnya santai.
"Aku bukan biro jodoh. Apa urusannya kau memintaku memperkenalkan teman padamu?" Jawab Yoora tak kalah santai.
"Kau harus bertanggung jawab, gara-gara kau hatiku berpotensi menjadi pengangguran selama dua sampai tiga tahun kedepan", ujar Sehun.
Yoora terkejut, kenapa harus hidup manusia sejenis Sehun di permukaan bumi ini? pikir Yoora. "Ya! tanggung jawab untuk apa? aku tidak pernah melakukan hal buruk terhadap mu juga hati mu! dasar bocah tidak jelas"
"Tidak mau tahu….Kau harus carikan aku yeojachingu", ujar Sehun tetap teguh memegang pendiriannya. Ia beranjak dari kursinya. "Ayo makan, aku lapar..", matanya terkunci pada sosok Kai. Api cemburu kembali membakar dirinya namun tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. "Ya Kai! Yoora mengajak mu makan siang!", seru Sehun Usil. Ia dengan santai pergi lebih dulu.
"YA NEO JINCHA!! OH SEHUN!!", Bentak Yoora yang mulai frustasi dengan tingkah Sehun.
Kai menanggapi hal itu dengan tenang. Ia tertawa, "Sudah jangan marah-marah terus. Nanti kau darah tinggi.. Ppalli Yoora-ya", ajaknya tanpa tahu apapun. Ia hanya tahu Sehun dan Yoora sedang bercanda. Kai menyusul Sehun keluar dari kelas.
Yoora segera mengejar kedua namja itu. Langkah kakinya tertahan ketika dilihatnya Tao hanya duduk di kursinya dengan pandangan melayang kemana-mana. Sekitar seminggu terakhir Tao sering begitu. Yoora kasihan juga melihatnya. "Tao-ya tidak mau makan? Ayo ke kantin sama-sama" Ajak Yoora.
Tao menggeleng lesu. "Kau saja" jawabnya kehilangan semangat hidup.
"Kau yakin? Kau sakit?" Tanya Yoora semakin miris melihat Tao.
Tao menggeleng lesu lagi. "Eumh.. gwenchana" Jawab Tao.
"Mengkhawatirkan sekali.. dia kenapa?" Gumam Yoora.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Patah hati bukan hanya milik Tao sendiri, perasaan tersebut serupa dengan Luhan. Ia juga menolak untuk pergi ke kantin bersama teman-temannya. Ia berdiri di depan pintu kaca yang langsung terhubung dengan pemandangan taman belakang academy. Banyaknya sepasang kekasih yang sedang menikmati makan siang bersama di sana membuatnya harus berkali-kali menahan kerinduan melakukan hal serupa.
Miyoung kebetulan lewat di sana. Sebagai sahabat yang cukup lama mengenal Luhan, ia menghampiri Luhan. "Kembali lah padanya kalau kau masih menyukainya"
"Uh.. Miyoung-ah?", tanya Luhan kaget.
"Hemh~ Kau jadi seperti orang lain semenjak Sungchan tidak disamping mu", ujar Miyoung duduk menempati spot kosong di samping Luhan. Sudah cukup lama ia tak berbicara berdua saja dengan namja itu.
"Benarkah? Kurasa biasa saja", elak Luhan
Miyoung mengarahkan pandangannya keluar. "Psh.. bukan satu dua tahun aku mengenal mu. Tidak ada gunanya kau berbohong padaku", Miyoung menahan ucapannya beberapa saat. "Kau.. adalah cinta pertama ku" ujarnya tertunduk.
Luhan tersenyum tipis. "Ne.. sepertinya aku sedang mendapatkan karma haha”, gumamnya tersenyum getir.
"Eumh", jawab Miyoung singkat.
Mereka berdua terdiam setelahnya, keheningan menyapa mereka. "Ternyata ini menyakitkan" Ujar Luhan.
"Apa yang menyakitkan?", Tanya Miyoung tenang.
Luhan terdiam sejenak. Ia tidak menjawab pertanyaan Miyoung, sampai Miyoung mengerti sendiri maksud Luhan. "Mengetahui seseorang yang sangat kau cintai, ternyata tidak mencintai mu?", Tanya Miyoung hati-hati.
Luhan mengangguk pelan. Perih yang terpancar dari senyumannya menjawab segalanya. "Mianhae…..Miyoung-ah…jeongmal mianhae karena aku tak pernah bisa membalas perasaanmu. Kau…..kau pasti merasa tersakiti selama ini..jeongmal mianhae", gumam Luhan tertunduk.
Miyoung menghela nafas sejenak. Yeoja itu juga menunduk. "Jangan terlalu dramatis begitu..", gumamnya pelan. "Kondisi kita berbeda"
Luhan menoleh menatap Miyoung. "Apa maksud mu berbeda?"
"Jangan bersikap bodoh….Namja yang kusukai dari kecil hingga saat ini jelas-jelas mengatakan pada ku ia tidak pernah menyukai ku.. sedangkan kau, dirimu sendiri lah yang mengatakan yeoja yang kau sukai itu tidak menyukaimu”, ujar Miyoung balas menatap Luhan. “Apa kau pernah sekali saja…bertanya padanya tentang perasaannya padamu? ".
Luhan terdiam menatap Miyoung sesaat lalu mengalihkan pandangannya kea rah lain. Ia memikirkan ucapan Miyoung. Miyoung tak menyangka ia akan bertindak sejauh ini. Ia begitu kesal melihat tingkah Luhan yang seenaknya mengambil kesimpulan. "Lay sekarang bekerja di toko bunga milikku. Kami sering berbincang.. ia mencintai gadis bernama Oh Inkyung. Ia melakukan apapun agar yeoja itu tetap bersamanya. Tidak ada hubungannya denganmu dan Sungchan”, ujar Miyoung menghela nafas. “Yang ingin kukatakan di sini adalah…jangan menyimpulkan sesuatu secara sepihak karena itu bisa menyakiti bukan hanya dirimu sendiri…tapi juga orang lain”, ujar Miyoung tanpa menatap Luhan.
Luhan tidak bisa menjawab apa yang Miyoung jabarkan. Ia.. memang tidak pernah bertanya pada Sungchan tentang perasaan Sungchan. Selama ini ia terlalu takut Sungchan akan berkata sejujurnya, lalu meninggalkan nya. Sementara kata 'sejujurnya' sendiri tidak pernah ia ketahui dengan pasti.
"Meski menyakitkan bagiku tapi aku cukup berterima kasih pada mu karena kau jujur tentang perasaanmu pada ku. Setidaknya aku tidak akan berharap banyak dan tahu resikonya jika aku ingin tetap berharap.. dengan begitu kau dan aku juga tetap bisa menjadi sahabat normal seperti ini..",ujar Miyoung. Ia kemudian menepuk pundak Luhan. "Kau seorang namja. Kau harus berani mengambil sebuah keputusan, tapi bukan berarti kau bisa mengambil nya tanpa berpikir panjang. Perbaiki apa yang masih bisa kau perbaiki, sebelum kau menyesal nantinya. Aku mengatakan hal ini bukan sebagai seseorang yang pernah menyukai mu, aku mengucapkan nya sebagai seorang sahabat yang berharap kau akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidup mu, Xi Luhan" Ujar Miyoung tersenyum.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
19.40 (07.40 PM)
Matahari sudah bersembunyi. Langit gelap menyambut. Aku berjalan di tengah keheningan danau. Mencari jawaban yang tak kian kutemukan. Aku merindukan suasana danau ini sekalipun aku sedang berada ditempat ini sekarang. Mungkin karena bukan tubuh ku yang sesungguhnya yang berada disini.
Seorang yeoja terlihat sedang terdiam di dekat danau sana. Apa yang yeoja itu lakukan sendirian saat danau sedang sepi begini? Ku pertegas penglihatan ku, sepertinya aku mengenal yeoja itu.
===
"Kau ingin pulang dengan keadaan begini?! Apa yang kau dapatkan dengan terus melakukan kebodohan semacam ini?!", Kesabaran ku mulai habis menghadapi nya. Kapan ia berhenti membuat berbagai masalah? Apa ia tidak memikirkan dampak perbuatannya?
Ia membalas ucapanku dengan menyeringai. "Cih.. Kau sudah merasa hebat? Wae? Karena kau sekarang sudah resmi menjalin hubungan dengan anak pertama keluarga Byun? Chukhae Kim Minseok.. "
"Jangan mengalihkan pembicaraan!!", Kemarahan ku memuncak. Ia tidak pernah mendengarkan semua ucapanku. Aku memang hanya anak seorang pesuruh, tapi bukan berarti aku tidak peduli kepadanya.
"BICARA?!! KAU SEBUT KITA SEDANG BERBICARA?!!! AKU HANYA MERASA KAU SEDANG MEMOJOKKAN KU!! SETIAP SAAT KAU SELALU MELAKUKANNYA!" Bentak nya. "Aku tidak memiliki tujuan hidup. Tak penting lagi apapun yang terjadi pada ku, jadi lebih baik kau urus saja tunangan mu itu.. dan berhenti mencampuri hidup ku! Biarkan aku melakukan apa yang kuinginkan! Jangan menghalangi ku!", Ia berlari jauh meninggalkan ku. Ia tidak mempedulikan kondisi dirinya saat itu, tubuhnya penuh dengan luka begitu juga dengan bagian wajahnya. Aku mengerti ia begitu kecewa, tapi.. terus melakukan kebodohan tidak akan memperbaiki apapun.
"Tolonggg...aaaa tolongg!", Mendadak suara orang meminta tolong membuyarkan konsentrasi ku. Ku cari arah suata tersebut. Ternyata berasal dari danau, seorang anak wanita tenggelam di dalam sana. Aku berlari cepat mendekat, tanpa banyak berfikir kubiarkan diriku merasakan dinginnya air danau malam itu untuk menyelamatkannya. Kubawa ia menepi, ia terlihat masih sulit mengatur nafasnya. "Gwenchana? apa yang kau lakukan disini?"
Ia menatap ku lemah. "Eungh~ Kamsahamnida Oppa"
Yeoja ini memang terlihat jauh lebih kecil dari ku. Mungkin ia melihat seragam yang melekat pada tubuh ku, karena itu ia bisa menyimpulkan aku lebih tua darinya. "Bagaimana kau bisa sampai tenggelam?"
Ia menarik pakaian ku, memeluk ku, gadis kecil ini ketakutan. "Oppa selamatkan aku.. selamatkan aku hikss... mereka menemukan ku. Mereka akan membuh ku, tapi aku harus memberikan sesuatu pada eonnie.. Oppa tolong."
"Siapa?" Tanya ku panik karena reaksinya. "Apa yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan mu?"
Anak itu sepertinya teringat sesuatu. Ia berlari menuju semak-semak. Ia kembali dengan membawa sebuah boneka teddy bear besar. "Tolong berikan boneka ini pada eonnie ku"
"Eonnie? Siapa eonnie mu?" Tanya Ku bingung.
Ia menjulurkan tangannya pada ku. "Arrgh", Ia terjatuh tiba-tiba saja, spontan ku tahan tubuhnya. "Oppa, tolong lepaskan gelang giok ini, jebal"
Ku lepaskan gelang giok milik anak itu. Anak itu mengambil gelang gioknya, lalu memasangkannya pada tangan ku. "Aku harus pergi.. mianhae", Tiba-tiba anak wanita tersebut menghilang begitu saja dari hadapan ku. Apa anak tadi hantu?
===
"Jogiyo..", Panggil ku padanya, perasaan ku mengatakan anak ini ada hubungan nya dengan apa yang terjadi pada ku.
Ia menoleh ke arah ku, "Oppa.. akhirnya kau datang"
"Kau mencari ku?" Tanya ku padanya.
Ia mengangguk "Ne.."
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Author
Perkebunan bunga ditutup untuk sementara. Suho meminta izin pada Miyoung untuk menggunakannya. Ia ingin mengadakan sebuah event penting malam ini. Lay, Chanyeol, Kyungsoo, Tao, Chen, Baekhyun, Kris, Minhyo, Songhee, Micha dan yang lainnya berada disana untuk membantu. Suho kebingungan mencari-cari seseorang. Ia bolak balik dari dalam kembali ke luar perkebunan berkali-kali.
"Hyung cari siapa?" Tanya Chen pusing melihat Suho bolak-balik sejak tadi.
"Eunkyo belum datang?" Tanya Suho singkat.
Kyungsoo yang tengah membawa kardus-kardus berisi keperluan untuk mempercantik tempat event akan di selenggarakan tak sengaja mendengar percakapan Suho dan Chen. Ia menghela nafas sejenak. Ia menoleh kea rah Suho dan Chen. "Eunkyo noona sudah dijalan hyung, tenang saja ia pasti datang sebentar lagi", ujarnya.
"Ah gurae.. Baiklah kalau begitu" Jawab Suho. Ia kembali masuk ke dalam toko bunga untuk mempersiapkan beberapa keperluan. Kyungsoo kembali melangkah lesu menjauh dari tempat itu untuk melanjutkan pekerjaannya. Chen terdiam memperhatikan temannya tersebut. Ia kemudian menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu tak mengerti dengan apa yang tengah terjadi.
DUUAAK.. Minhyo dengan sengaja menabrak Jongdae menggunakan troli berisi bunga dekorasi. "Ah Mian sengaja"
"Ya! Minhyo noona.. aww sakit", keluh Chen.
"Manja sekali…Aku hanya menabrak mu pelan.. ahh atau jangan-jangan kau sengaja menarik perhatian ku ya? Aishh kau genit sekali, Kim Jongdae!" Minhyo mencubit pipi Chen, kemudian berlalu.
"Mwoya? Aww jincha apheuda", Chen mengelus-elus kakinya yang sakit sungguhan.
***
Baekhyun dan Chanyeol mengurus kertas-kertas berisi daftar acara. Mereka menjadi MC dadakan event malam itu. "Event macam apa ini sebenarnya? aku tidak bisa membuat daftar acara kalau acara macam apa yang akan berlangsung saja aku tidak tahu", keluh Baekhyun.
"Nado Molla Eotthokhe?" Tanya Chanyeol balik. Chanyeol dan Songhee dari tadi sibuk main berdua, ia tidak terlalu fokus dengan pekerjaanya.
"AHH terserah!", gerutu Baekhyun jealous. Ia membuang semua kertas. Ia pusing mengurusi sendiri tanpa ada yang mau membantu. "Pacaran saja terus.. terus saja..", gerutu Baekhyun. Ia memperhatikan situasi di sekitarnya yang terlihat sibuk. “Acara macam apa ini…seperti akan ada yang menikah saja…..memang seharusnya aku tak datang ke acara tak jelas ini”, gerutunya. Ia memperhatikan teman-temannya yang setia membantu Suho. Matanya terkunci pada Kyungsoo yang masih sibuk bekerja dalam diam. “Aish jincha…anak bodoh itu…kalau bukan karenanya aku sudah asyik tidur di rumah…aish jincha”, gerutu Baekhyun. Ia kemudian melihat kea rah lain dan kini matanya terkunci pada Micha dan Lay.
"Lay..bantu aku memasang itu lebih tinggi…tubuh ku tidak sampai", Pinta Micha
"Ne..", Lay menghampirinya. Ia mengambil pita ditangan Micha. "Ottae?"
"Ani kurang tinggi", ujar Micha. Ia menarik bangku agar Lay bisa memasang pita tersebut lebih tinggi lagi. "Gunakan Ini Lay”
"Baiklah", ujar Lay patuh.
Baekhyun menggerutu sendiri. "HHHAAA~~~~~~~~~~!!"
"Ya Baekhyun, kenapa kau membuang kertas-kertas ini?" Tanya Chanyeol baru sadar kertas-kertas itu dibuang oleh Baekhyun.
"Aku tidak mau kerja sendiri. Aku mau pulang saja!", Ancam Baekhyun.
Chanyeol merangkul Baekhyun. "Kau jangan ngambek terus haha.. baiklah baikklah ayo kita lanjutkan", Mereka memungut kembali kertas-kertas itu.
***
Miyoung datang untuk situasi acara yang diselenggarakan Suho. "Kim JoonMyeon, sebenarnya untuk siapa hendak kau nyatakan cinta sampai membuat event seperti ini?" Tanya Miyoung. Ia dan Kris tidak ikut membantu. Mereka terlalu malas, sehingga mereka hanya menunggu di dalam ruangan kerja Miyoung.
"Seseorang yang spesial", Suho tidak ingin memberi tahu orang lain.
"Cih.. sok misterius sekali", gerutu Miyoung.
Suho menatap jam dinding di ruang kerja Miyoung. "Ah.. sudah jam segini! sudah waktunya! Aku duluan!", Suho berlari cepat-cepat meninggalkan tempat.
Kris berbaring di sofa. Matanya menerjap-ngerjap mengantuk. "Beri tahu aku bila acara sudah selesai"
"Kris", ujar Miyoung.
"Eo?", jawab Kris malas.
"Mengapa perasaan ku tidak tenang sekali?", Ujar Miyoung.
Kris menanggapi ucapan Miyoung dengan santai. "Mungkin jauh di lubuk hati mu, kau mencintai Suho, jadi kau tidak rela ia akan menyatakan cinta pada yeoja lain"
"Ya! neo michoseo?! Bukan itu! Tapi ah.. molla aku merasa tidak enak saja dengan acara ini…aku merasa sepertinya sesuatu akan terjadi”, ujar Miyoung khawatir.
"Kalau begitu kau cek saja keluar, aku tidur dulu"
"Issh…kau memang tidak bisa diandalkan”, gerutu Miyoung. Namun meskipun begitu, Miyoung tetap melakukan apa yang diucapkan Kris. Ia keluar dari ruangannya untuk kembali mengecek acara tersebut. Ia melihat di luar terdapat dua buah mobil mewah yang berhenti di depan perkebunan. Beberapa orang berpakaian rapi keluar dari sana. Mereka memasuki perkebunan melewati jalan belakang.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
20.12 (08.12 PM)
Kyungsoo segera berpamitan hendak pergi dari acar tersebut setelah ia selesai membantu. Di dekat gerbang perkebunan ia berpapasan dengan Eunkyo. Ia menggigit bibirnya pelan. Yeoja itu melihat dirinya dan ia terlihat berjalan cepat menghampirinya. Kyungsoo terdiam sejenak memperhatikan Eunkyo. Yeoja itu terlihat berbeda dalam balutan busana dress formalnya yang sederhana. Tak lama setelahnya Sesak semakin memenuhi batinnya ketika menyadari bahwa mulai mala mini, yeoja itu akan menjadi milik orang lain.
"Kyungsoo-ya! Apa acaranya sudah mulai? Apa aku terlambat?" Tanya Eunkyo.
"Belum.. kau belum terlambat", ujar Kyungsoo tersenyum.
"Jincha? Ah…dahaengida…”, ujar Eunkyo. Kemudian yeoja itu menyadari bahwa Kyungsoo terlihat hendak meninggalkan acara. “Kau mau kemana?"
"Aku ada urusan…..good luck Eunkyo noona", ujar Kyungsoo lalu ia melangkah melewati Eunkyo begitu saja. Sosoknya berlalu dengan perasaan aneh membekas pada diri Eunkyo.
Eunkyo menyentuh dadanya, terasa sesak disana. "Noona? wae?”, ia menoleh hendak mengejar Kyungsoo untuk menanyakan apa maksud dari ucapannya tadi, namun langkahnya tertahan ketika ia mendengar seseorang memanggil namanya.
"Eunkyo eonniee!!", Songhee berlari dari dalam. Ia menarik tangan Eunkyo. "Eonnie cepat! semua sudah menunggu!"
"Mwo? T-tapi itu..", ujar Eunkyo sembari menunjuk kea rah Kyungsoo yang berjalan menjauh.
"Sudah ayo cepat!", Tarik Songhee.
***
20.15 (08.15 PM)
Dekorasi manis taman bunga menyambut Eunkyo dan Songhee begitu memasuki daerah tempat event diadakan. "Dari tadi aku didalam, tapi baru sadar kalau decorasinya cantik sekali kalau dilihat dari sini", ujar Songhee.
Eunkyo belum tersadar. Ia masih tercengang melihat decorasi tempat itu. "Apa ada yang akan menikah disini?", tanya Eunkyo pada Songhee.
"Heheheh.. mungkin" Jawab Songhee. Mereka terus berjalan menyusuri jalan setapak yang sisi kanan dan kirinya sudah dihias dengan lilin putih. Cahaya lilin tersebut menerangi jalan setapak itu. Mereka kini sampai ditengah. Teman-teman mereka sudah menunggu dipinggir jalan setapak tersebut, hanya Suho yang berdiri di ujung jalan setapak. Semua mata terfokus pada Songhee dan Eunkyo. “I-Ige mwoya?”, Tanya Eunkyo yang entah mengapa ia mendadak gugup.
Setelah menyampaikan beberapa sambutan, Baekhyun menyerahkan mic di tangannya kepada Suho. Dengan sengaja ia melepaskan mic itu saat tangan Suho belum memegangnya sempurna. Alhasil suara bising yang keras mengganggu suasana romantis yang tercipta.
Chanyeol secepat mungkin mengambil mic tersebut, kemudian mematikannya "Jweisonghamnida..", ujarnya lalu kemudian menyerahkan mic nya pada Suho. Suasana disana pun kembali aman terkendali.
Alunan suara piano yang dimainkan oleh Lay membuat suasana disana semakin hangat.
"Beruntung sekali yeoja yang dicintai oleh Suho Oppa" Ujar Yoora iri.
Sehun disampingnya berbisik, "Hal simple itu lebih menunjukkan ketulusan Yoora-ya. Untuk apa acara sebagus ini hanya untuk menyatakan perasaan, kalau nanti putus sayang sekali uangnya", ujar Sehun santai.
Kai tertawa sambil memukul-mukul tangan Sehun, "Hahahaha! Maja! Maja!". Sehun terlihat bangga dengan reaksi Kai. Ia pun mengulurkan tangannya dan berhigh-five dengan Kai.
"Kalian berdua tidak romantis sekali! Huh!" cibir Yoora.
Suho mengambil nafas panjang sebelum bicara. "Sebelum aku memulai.. ku ucapkan terima kasih untuk kalian semua yang telah membantu ku merealisasikan semua ini”
Baekhyun menguap lebar "Acara apa ini huaa seperti upacara bendera" Ujarnya.
"Mungkin Suho ingin mencalonkan diri jadi presiden" Sambar Luhan.
"Atau pemimpin planet bumi bwhahah!" Tawa Baekhyun ribut. Luhan ikut tertawa bersama Baekhyun.
Suho menghantarkan tatapan listrik pada dua namja yang baru saja menganggu pidato(?) nya dengan suara tawa tadi. Keduanya pun menutup mulutnya saat itu juga. Suho lalu melanjutkan ucapannya. "Aku sengaja mengadakan acara semacam ini karena aku merasa bersalah. Aku tidak peka terhadapnya, aku selalu memikirkan ego ku sendiri. mianhae.. jeongmal minhae"
Suho mengambil setangkai bunga mawar putih. Ia kemudian melangkah pelan membawa dirinya tepat dihadapan Eunkyo dan Songhee. Songhee tersenyum pada Eunkyo, ia diminta oleh Suho untuk mendampingi Eunkyo.
"Eunkyo-ya", Suho menyerahkan setangkai mawar putih tersebut pada Suho. "Aku selalu menganggap mu teman yang baik. Tapi terkadang, kupikir kau tidak terlalu menyukai ku. Entah cara bicara ku atau yang lainnya. Karena kau sering menghindar dariku. Sekarang aku menyadari semua itu adalah kesalahan besar. Aku ingin lebih dekat dengan mu, apapun itu alasannya.. aku tidak ingin kau merasa canggung berada di dekat ku. Aku ingin kau dan aku.."
☆*:.。. o)o .。.:*☆
20.14 (08.14 PM)
Miyoung tetap merasa tidak tenang. Ia membiarkan Kris tidur di ruangannya. Ia keluar dari ruang kerja itu. Ia menemukan Tao melamun sendirian di dalam toko bunga. "Tao-ya sedang apa kau sendiri disini? kau tidak ke tempat acara?"
"Tidak.. acara itu hanya membuat hati ku semakin sakit. Aku iri Suho hyung bisa mengungkap kan perasaanya pada yeoja yang telah lama dicintainya. Sementara aku... hufh~"
"Gurae.. sabar lah", Miyoung kasihan pada Tao. Ia menepuk-nepuk pucuk kepala Tao "Aku tinggal dulu"
"Ne noona"
***
Tak lama setelah Miyoung keluar dari toko bunga nya, berniat menuju perkebunan bunga, ia bertemu dengan sekertaris Han. Salah satu orang kepercayaan Ayahnya yang selalu mendampingi sang Ayah. Ia kaget dengan keberadaan sekertaris Han disana "Sekertaris Han, apa yang anda lakukan disini?"
"Annyeonghaseyo nona muda.. Ah, saya disini tentu untuk menemani tuan dan nyonya. Mereka datang khusus untuk Event ini, tadi mereka melewati jalan belakang bersama Tuan dan Nyonya Kim" Jawab Skertaris Han.
DEG! Miyoung tertohok mengetahui kedua orang tuanya berada di sana. "M-Mworago?! Eomma dan Appa? Tidak mungkin.. andwe", seru Miyoung segera berlari ke arah perkebunan bunga seketika itu juga.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
20.16 (08.16 PM)
"Aku ingin lebih dekat dengan mu, apapun itu alasannya.. aku tidak ingin kau merasa canggung berada di dekat ku. Aku ingin kau dan aku.. bisa menjadi.. sahabat mulai saat ini", ujar Suho. Kesunyian mendadak menyeruak di acara tersebut. Sebagian besar dari mereka yang datang ke acara tersebut tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Suho.
"Mworago?!!! Oppa kau mengadakan event seperti ini hanya untuk menjadikan Eunkyo eonnie sahabat?!", seru Songhee yang tak kalah terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan Suho.
Eunkyo sangat terpukul. Ia mematung pada posisinya. "Apa yang kau pikirkan Kim Eunkyo? tentu saja.. tentu saja ia tidak akan menawarkan sesuatu yang lebih dari sekedar sahabat, hiks.. Kim Joonmyeon hanya sebuah mimpi bagimu, mimpi yang tak akan pernah kau raih" Rintih Eunkyo dalam hatinya.
"Kau tidak perlu protes begitu Lee Songhee, Aku memang ingin meminta maaf pada Eunkyo karena selama ini mengabaikan dirinya meskipun ia selalu berada disamping ku….maka dari itu aku mengadakan acara ini agar ia tahu bahwa aku benar-benar tulus meminta maaf atas apa yang pernah kulakukan padanya…Kau tak perlu iri", Jawab Suho polos.
"Iri katamu?!!", seru Songhee frustasi. Ia benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran Suho.
"Hentikan semua ini..!!!", seru Miyoung sampai disana dengan nafas terengah. Tanpa basa-basi ia menarik Sang adik pergi dari tempat itu. "Mianhae JoonMyeon-a, kau harus menunggu". Ia membawa lari Songhee dari sana.
"Ya Miyoung noona!!”, seru Suho namun tak dipedulikan Miyoung. Ia menghela nafas lalu kembali memperhatikan Eunkyo yang masih berdiri mematung di posisinya. Kini semua mata hanya terfokus padanya setelah kepergian Songhee. “Eunkyo-ya?”, panggil Suho.
“M-Mianhae..aku..aku…aku harus segera pergi Joonmyeon-ah”, gumam Eunkyo tertunduk. Ia segera berbalik pergi meninggalkan acara tersebut.
“YA EUNKYO-YA!”, seru Suho ketika yeoja itu pergi begitu saja dari hadapannya. “Ada apa dengan mereka semua?”, gumam Suho tak mengerti.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
"Ah eonnie.. huhh.. huhh!", Songhee menghempaskan tangan Miyoung. "Eonnie kenapa mengajakku berlari begini? heels ku membuat kaki ku sakit"
"Ya paboya! kau masih belum mengerti juga?! Event ini diadakan Joonmyeon untuk menyatakan cinta padamu!"
Songhee terdiam tak percaya dengan ucapan Miyoung. "Mwo?"
"Eomma, Appa juga kedua orang tua Suho juga berada disini! Ia serius ingin menjadikan mu pasangan hidupnya!" Jelas Miyoung.
"Kalau begitu aku harus lari!", ujar Songhee seenaknya. "Terimakasih telah menyelamatkan ku Eonnie!"
"Aku justru datang untuk meminta mu menerima pernyataan cinta Suho!", seru Miyoung.
Hati Songhee sakit mendengar Sang kakak mengatakan hal semacam itu padanya. "KAU KAKAK KU! BISA-BISANYA KAU MEMINTA KU MENERIMA NYA?! Aku hanya mencintai Chanyeol eonnie tahu itu.."
PLAKKKK.. Sebuah tamparan Miyoung daratkan di pipi Songhee. Ia tahu ia akan menyesalinya meski begitu ia tetap melakukannya.
Songhee meneteskan air mata. "Hiks.. hiks.." Songhee sangat kecewa dengan sikap Miyoung. Miyoung juga meneteskan air matanya. "Mianhae.. tapi aku ingin kau berfikir lebih jauh sekali saja. Hiks.. Sudah kukatakan..Eomma, Appa dan kedua orang tua JoonMyeon berada disini Lee Songhee. Jika kau pergi ataupun menolak JoonMyeon malam ini.. Kau juga tidak akan pernah bisa bersama dengan Chanyeol. Eomma dan Appa tidak akan pernah menerimanya. Mereka akan membandingkan Chanyeol dan JoonMyeon, sementara kau tahu JoonMyeon sudah memiliki tempat tersendiri di hati eomma dan Appa. Hikss.. Ini pasti sulit untuk mu, tapi jika kau menolaknya.. semua bisa semakin sulit. Biarkan malam ini berlalu, kita bisa bicarakan semuanya dengan JoonMyeon setelah ini. Aku yakin meskipun ia begitu menyebalkan, ia pasti mengerti dan bisa melepaskan mu. Aku akan meminta Suho yang mengakhiri hubungan kalian, sehingga eomma dan appa tidak akan menganggap hubungan berakhir karena kesalahan mu. Dengan begitu saat kau membawa Chanyeol kehadapan mereka nanti, meski mereka juga pasti akan tetap membandingkan, tapi setidaknya mereka tidak akan menekan Chanyeol..jebal Lee Songhee", ujar Miyoung memohon.
Miyoung benar.. Menolak ataupun pergi dari tempat ini akan mempersulit hubungan Songhee dan Chanyeol kedepannya. Mengingat keluarga keduanya begitu dekat. Songhee mendekap erat Sang kakak. "Eonniee.. hiksss aku takut hikss aku takut kehilangan Chanyeol.. hikss aku takut"
Miyoung mengelus punggung Songhee. "Kita akan langsung bicara padanya.. agar Chanyeol tidak salah paham, aku akan menahan Chanyeol agar tidak pergi sampai acara selesai.. uljima..", gumam Miyoung mencoba menenangkan Songhee.
"Hiks.. hikss.."
***