POV: Author
11.00 AM
"Jadi Luhan hyung dan Sungchan noona sudah putus?" Tanya Chen pada Chanyeol, mulutnya membuka lebar saking tak percaya.
Chanyeol mengangguk menyayangkan. "Noona tidak mengatakan secara rinci apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ia kelihatan sekali terpukul atas hal itu"
Chen membanjiri pertanyaan lain kepada Chanyeol. "Ngomong-ngomong, kau kemarin tidur di rumah Kris hyung Chanyeol-ah? Kau sudah baikan dengan Sungchan noona? kenapa bisa tiba-tiba begitu? Kalian berdua sebenarnya ada masalah apa? Apa kau akan tinggal disana selamanya?"
Chanyeol tertawa renyah. "Hehhe.. lupakan saja, yang penting sekarang sudah selesai.. eumm mungkin aku hanya akan menginap beberapa hari. Rumah Suho hyung lebih dekat dengan academy. Noona bilang sampai aku lulus, lebih baik aku tetap di rumah Suho hyung dulu. Kau tenang saja Jongdae-a"
Kyungsoo pamit lebih dahulu pada yang lain. "Aku harus ke perpustakaan. Kalian makan siang duluan saja...nanti aku menyusul"
"Aish...sibuk sekali anak itu...apa yang menarik di perpustakaan?", gerutu Chen.
"Kapan kalian selesai berbincang? aku sudah lapar!", Protes Baekhyun.
"Kau sabar sedikit Baekhyun-ah! Chanyeol sedang cerita!" Seru Songhee. "Eu.. tapi apa kalian mendapat kabar dari Micha eonnie? kenapa hari ini ia tidak masuk?"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Luhan membaringkan kepala diatas meja. Sonsaengnim sudah keluar sejak tadi, tapi ia nampak tak berniat beranjak dari tempat duduknya. Tak ada tegur sapa antara dirinya juga Sungchan yang duduk di sampingnya. Sejak tadi Sungchan hanya menyibukkan diri dengan bermain game pada ponselnya.
Minhyo mengerutkan dahi melihat keanehan pada kedua temannya itu. Tak terdengar rayuan-rayuan yang membuat Minhyo mual seperti biasanya. "Ya! Kalian berdua mau makan atau tidak sih?"
"Kalian saja, aku tidak lapar" Jawab Luhan malas, sedikitpun ia tak mengangkat kepalanya.
"Kau Park Sungchan? tidak mau makan juga?" Tanya Minhyo lagi.
"Aku mau, aku kan menunggu kalian sejak tadi" Ujar Sungchan santai.
Luhan tidak bicara apapun. Ia bangkit dari tempat duduk nya, kemudian menempati tempat duduk di samping Xiumin. Ia membaringkan kepalanya lagi setelah itu.
Minseok menatap Minhyo dan Kris bertanya 'wae?' melalui tatapan matanya. Minhyo dan Kris menggeleng.
***
Minseok memungut kunci yang terjatuh dari saku Luhan. Ia menyentuh pundak Luhan untuk mengembalikan kunci tersebut. "Luhan.."
Luhan mengangkat kepalanya. Ia menoleh ke samping. "Eum?"
Minseok menyerahkan kunci tersebut. "Ini jatuh.."
"Ah.. gomawo" Jawabnya lemas.
"Itu kunci apa? tumben sekali kau bawa-bawa kunci" Tanya Minseok.
"Eomma dan Appa ku sedang di luar kota, hanya Yi Jie dirumah. Dia bilang ia sering lupa meletakkan kunci, jadi memintaku membawa kunci ini", Jelas Luhan.
Minseok membulatkan matanya. "Mworago! Yi Jie tidak berangkat ke academy? Lalu kau kembawa kunci sementara adik mu didalam rumah begitu?"
Luhan mengiyakan. Ia kembali membaringkan kepalanya di atas meja. "Dia sakit.. Ia yang menyuruh ku membawa kunci, aku menurut saja"
"Luhan.. Dengan kunci ditangan mu, Yi Jie akan sulit menyelamatkan diri kalau terjadi apa-apa. Bagaimana kalau terjadi kebakaran atau hal lainnya?"
Luhan tersentak! "Eothokhe?!" Ujar Luhan panik. "Xiumin kurasa aku harus pulang"
Minseok berfikir sebentar "Tidak perlu.. berikan kunci itu padaku, ada yang ingin kulakukan juga kesana?"
"Sungguh gak apa?" Tanya Luhan memastikan. Minseok tersenyum tenang "Ne ^^"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
11.02 AM
Kelas 4-1 sudah sepi menjelang jam makan siang. Suho, Eunkyo, Miyoung dan Lay yang terisa didalam sana. Miyoung sibuk dengan laptopnya. Ia memang jarang sekali makan siang diluar. Eunkyo menunggu Suho yang sepertinya juga sedang ada sedikit urusan dengan Lay.
Miyoung melirik-lirik wajah ketiga orang yang tersisa di sana. Tersirat ketegangan. Ia menutup laptopnya, sepertinya lebih baik jika dirinya tidak terlibat. "Aku duluan", pamitnya seraya melangkah keluar meninggalkan ketiga orang tersebut.
Setelah Miyoung keluar, Suho memulai pembicaraan, "Lay-ah"
"Aku sudah mengakhiri hubungan ku dengan Inkyung, kurasa tidak ada yang perlu kita bicarakan", Jawab Lay cepat dan dingin.
"Ada apa dengan mu? Kau marah pada ku? Ya.. Aku bukan dengan sengaja mencampuri urusan mu karena kau teman ku.. aku tidak ingin kau terluka nanti", Jelas Suho setelah melihat jawaban dingin Lay.
"Gomawo", Jawab Lay singkat. Ia kemudian pergi meninggalkan Suho.
Suho mengacak-acak rambutnya pusing. "Aaasssh Mengapa ia seperti itu?!"
Eunkyo berdiri lalu mendekat pada Suho. "Mianhae", ujarnya singkat.
"Wae?" Tanya Suho bingung.
Eunkyo terdiam sesaat, tapi ia merasa ia juga bagian dari masalah ini. "Aku.. juga mengetahui tentang hubungan mereka dari awal tapi aku tidak memberi tahu mu"
"Mworago?!",Suho mendelik. "Ya!" Bantaknya kesal. "Aku sungguh tak tahu alasan mu ikut serta menyembunyikan hal ini dari ku! Aku selalu terbuka pada mu atas setiap masalah ku Eunkyo-ya! begini cara mu membalas ku?! Kau sama saja dengan yang lainnya! aaaassh", Suho menarik tasnya kasar. Ia pergi meninggalkan Eunkyo dalam keadaan marah.
Eunkyo masih mematung tertunduk di posisinya. Ia menutup matanya sambil menepuk nepuk dadanya pelan. "Gwenchana Eunkyo-ya.. gwenchana.." doktrin Eunkyo pada dirinya sendiri.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
11.15 AM.
Micha masih berbaring di tempat tidurnya. Tubuhnya terlalu lemas untuk beraktivitas. Ia tidak beranjak dari kamarnya sedari tadi. Setiap menit handphonenya dibanjiri pesan oleh Luhan. Pesan yang isinya selalu sama, berisi kecemasan atas keadaanya. Handphone Micha bergetar sekali lagi, ia berfikir luhan mengirimkan pesan lagi, ternyata pesan tersebut dari Kris "Kris Oppa?" Ujar Micha heran
Kris Oppa ««
Yi Jie, Aku ada di depan pintu rumah mu, aku membawa kunci dari Luhan. Bolehkah aku masuk sekarang?
Yi Jie »»
Ne Oppa
Satu menit kemudian suara ketukan pintu terdengar. Micha menengok kearah pintu kamarnya. "Oppa masuk saja", ujarnya mempersilahkan. Begitu pintu terbuka, wajah seseorang yang familiar untuk Micha muncul dari balik sana. Kelopak mata Micha melebar melihat sosok tersebut.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
11.16 AM.
POV: Xiumin.
Memang sebuah kesengajaan aku pergi keluar pada jam makan siang hari ini, Aku menjemput Eunhee untuk menemui Yi Jie. Kami sudah berada didepan kamar Yi Jie. Eunhee menatapku tak sabar. Ia sudah lama sekali ingin bertemu dnegan Yi Jie. Ia sangat cemas saat ku ceritakan tentang Luhan dan Sungchan yang sudah mengakhiri hubungan mereka, juga menceritakan tentang Yi Jie yang sedang sakit. "Bukalah pintunya", ujarku padanya.
Eunhee mengangguk pelan. Ia menyentuh handle pintu kamar Yi Jie, setelah lebih dulu mengetuknya. Eunhee memutar Handle pintu kamar tersebut. Senyum hangat terkembang dari bibir Eunhee. Yi Jie terlihat kaget saat melihat sosok Eunhee.
"Annyeong Yi Jie" Sapa ku pada Yi Jie.
"Eonnie~" Panggil Yi Jie pelan.
Melihat Yi Jie hendak bangkit dari tempat tidurnya, Eunhee segera menghampiri Yi Jie. Dengan cepat, ia melarang Yi Jie bangkit, karena ia tahu anak itu sedang kurang sehat.
Yi Jie langsung memeluk Eunhee tanpa mengatakan sepatah kata pun. Bendungan air matanya sudah terlihat, tapi ia tidak menangis. Ia menahannya untuk alasan yang hanya dirinya yang mengetahui.
Eunhee memeluk Yi Jie balik. Ia mengelus-ngelus rambut Yi Jie seperti melakukannya kepada adiknya sendiri. Jujur saja melihat mereka bertemu membuat ku sedih. Waktu dan keadaan memisahkan mereka begitu lama. Mereka berdua hanya saling memeluk juga menahan tangis saat bertemu. Kini keduanya melepas pelukan "Eonnie.. bogoshipo", ujar Yi Jie terkekeh.
Aku mendekat dan duduk di sisi kiri tempat tidur Yi Jie. Aku menyentuh pelan rambutnya. "Kupikir kau akan menangis tadi", canda ku.
Yi Jie menggeleng pelan. "Ani.. "
Eunhee tersenyum. Ia mengelurkan note nya dan menuliskan sesuatu di sana.
Yi Jie heran melihat Eunhee menulis. Ia menatap ku seolah bertanya 'Eunhee eonnie tidak bisa bicara?', dan kujawab dengan anggukan pelan. Kekhawatiran muncul sesaat dalam raut wajah Yi Jie. Ia tidak mau mempertanyakan hal itu. Ia mungkin hanya sedang memberi tahu dirinya untuk menerima keadaan Eunhee saat ini.
Eunhee menunjukkan note nya: 'Yi Jie tidak bisa menangis dalam waktu singkat. Mungkin ia tahu aku tidak bisa lama-lama disini, jadi ia tidak menangis agar dapat menikmati waktu bersama ku' Ah.. begitu rupanya.
"Eonnie selalu mengerti diriku", Jawab Yi Jie. "Eunhee eonnie benar…kalau aku menangis, pasti waktu ku dan eonnie hanya habis untuk aku menangis aja. Aku tidak ingin hal itu terjadi, karena aku sangat merindukan Eunhee eonnie", Ia memeluk Eunhee dari samping dengan manja.
"Kalian berdua pasti sangat dekat sebelumnya" Tanggap ku.
"Ne.. karena aku tidak memiliki saudara perempuan, begitu juga dengan Eunhee eonnie. Jadi setiap kali aku memiliki masalah yang sekiranya akan ditanggapi datar oleh Luhan Oppa, aku akan bercerita pada Eunhee eonnie", Jelas YiJie. Tentu saja, Eunhee juga pernah mengatakan padaku, Yi Jie terlalu mudah khawatir, karena itu ia setiap kali Eunhee memiliki masalah, ia juga akan memberi tahu masalahnya pertama kali kepada Yi Jie.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
11.20 AM
Keheningan berbuah menjadi keributan. Chanyeol, Chen, Baekhyun & Songhee datang ke kelas 4-3. Dengan suara keras, Chanyeol memanggil Sungchan "Noonaaa~~" Chanyeol berlari seperti anak kecil, lalu mengalungkan tangannya pada tangan Sungchan.
"Ya! Chanyeolie.. kau membuat ku kalah iissh!" Sentak Sungchan kaget.
"Hehehe", Chanyeol hanya terkekeh. "Noona ayo makan siang" Ajaknya.
Sekali lagi Minhyo mengerutkan dahinya, melihat tingkah mahluk lain tak seperti biasanya. "Kurasa semalam ada komet yang menyerang bumi"
"Kau pasti tidak sadar, kau selalu tidur seperti kerbau" Ejek Kris.
"Jangan mulai lagi! Kuda" Ejek Minhyo balik.
Kris mendekatkan bibirnya ke telinga Minhyo, lalu berbisik. "Ia memperhatikanmu" Bisik Kris membicarakan Chen yang terus melihat ke arah mereka.
Minhyo menyibak rambutnya. "Ara.. Aku kan spektakuler, wajar kalau banyak yang memperhatikan ku. Itu hal biasa"
"Hidung mu spektakuler wow.." Ujar Kris santai.
"YAAAAA!!!"
PLUKK.. Baekhyun mendorong wajah Minhyo dengan topi. "Berisik, berisik berisikkk!", gerutunya. "Minhyo noona tidak bisa diam sekali"
"Baekhyun.. Kau kenapa sih sensitif sekali sejak tadi? kasihan Minhyo eonnie", Bela Songhee seraya menyingkirkan tangan dan topi Baekhyun dari wajah Minhyo.
Kris berlagak panic, "Omooo.. Minhyo-ah, gwenchana?"
"Noona gwenchana? Wajah mu memerah (akibat wajahnya ditutupi topi oleh baekhyun tadi)" Ujar Chen khawatir.
"Sakitttt!! Baekhyun jahat!", adu Minhyo mengambil kesempatan untuk memegang tangan Chen. "Lihat ini pipi ku merah", Ia menggerakkan tangan Chen menyentuh pipinya. Chen hanya mengerutkan dahinya.
"Padahal pipi mu sepertinya baik-baik saja", Celetuk Kris. "Hidungmu sepertinya yang semakin terpendam" Ujung-ujungnya hidung juga yang dibahas oleh Kris.
Chanyeol terkekeh menyaksikan komedi (?) gratis dari kawan-kawannya itu. "Ah.. Luhan Hyung, Dimana Yi Jie noona? ia tidak masuk hari ini?" Tanya Chanyeol pada Luhan.
"Ia sakit.." Jawab Luhan singkat.
"Aku keluar sebentar" Ujar Baekhyun tiba-tiba.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Suho memasuki perpustakaan dan berjalan cepat menuju rak-rak buku. Kyungsoo yang melihatnya mencoba menyapanya, "Hyu.." tapi sudah sekian kalinya ia hanya dilewati begitu saja. "Sepertinya aku tidak pernah beruntung setiap menyapa orang", keluhnya.
Tak lama setelahnya, Eunkyo juga memasuki perpustakaan. Sudut mata Eunkyo menyiratkan kesedihan yang dalam. Ia berjalan menghampiri Kyungsoo dan duduk disampingnya. "Eunkyo-ya?" Tegur Kyungsoo. Namun yeoja itu tak merespon karena masih sibuk melamun. “Eunkyo-ya”, tegur Kyungsoo sekali lagi sambil mengibaskan tangannya di hadapan wajah Eunkyo.
Eunkyo tersentak dari lamunannya. “N-Ne?”
“Gwenchana?”, Tanya Kyungsoo hati-hati.
“Eung…gwenchana”, ujar Eunkyo datar. Yeoja itu kembali melamun.
“Wae gurae?”, pancing Kyungsoo. Tentu saja ia tahu bahwa Eunkyo tidaklah baik-baik saja. Yeoja itu tak begitu baik dalam menyembunyikan apa yang dirasakannya.
Eunkyo menghela nafas berat. Ia lalu tertunduk menyangga kepalanya dengan kedua tangannya. “Nan paboya”, gumamnya frustasi.
Kyungsoo terdiam mendengar ucapan Eunkyo. Suara yeoja itu terdengar sedikit gemetar seperti seolah berusaha menahan tangis. Tapi di saat bersamaan, ia juga bisa melihat tetesan air mata mengalir begitu saja membasahi wajah Eunkyo. "Apa ini ada hubungannya dengan Suho hyung?", tanya Kyungsoo lagi yang kali ini disambut anggukan pelan dari Eunkyo yang kini terlihat lebih tenang. Kyungsoo menghela nafas. Ia sudah menduga bahwa ini semua ada hubungannya dengan Suho. Kyungsoo melirik ke arah rak buku tepat di belakang mereka. Ia tidak memberi tahu Eunkyo, bahwa Suho ada di rak buku tepat dibelakang mereka. Ia berfikir sebuah ide yang mungkin sudah seharusnya ia lakukan. "Eunkyo-ya”, panggilnya. Yeoja itu mengangkat wajahnya menatap Kyungsoo. Kedua matanya terlihat sembap. Kyungsoo menghapus sisa-sisa air mata di wajah Eunkyo dengan ibu jarinya. “Kau tak pernah menangis sebelumnya…pasti hal buruk terjadi padamu”, ujarnya tenang.
Eunkyo mengangguk lemah. Pandangannya mengarah lurus ke depan. "Kurasa saat ini ia membenci ku", Eunkyo tersenyum getir. "Kurasa semua akan berubah, mungkin.. aku memang tidak ditakdirkan.."
Kyungsoo menyela ucapan Eunkyo, "Jangan bicara soal takdir. Kau tak pernah tahu kemana takdir akan membawa mu."
"Mianhae", jawab Eunkyo pasrah.
“Ya…dengarkan aku”, ujar Kyungsoo menggenggam tangan Eunkyo dan sesekali menepuknya pelan."Jika kau memang benar-benar ingin mendapatkannya, sejak awal aku sudah mengatakan hal itu pada mu bukan bahwa kau harus selalu mengejarnya? Berada di tengah tengah setiap saat akan menyulitkan mu.. ". Kyungsoo mengambil jeda dalam ucapannya, "Kalau kau mencintai nya, katakan padanya.. dan jika kau menyerah, mundurlah mulai saat ini" Kyungsoo sengaja menaikkan volume suaranya.
Eunkyo terdiam akibat ucapan Kyungsoo. "Aku.. menyukainya. Aku bahagia berada didekatnya, tapi.. ia tidak akan pernah melihat kearah ku. Saat ini ia bahkan membenci ku, kurasa.. Ini saat yang tepat untuk menyerah.. hufh".
"Jangan bicara begitu...kau bahkan belum mencoba bicara padanya", ujar Kyungsoo. “Cobalah bicara dulu dengan Suho hyung…biarkan ia mendengarkan semua apa yang kau rasakan padanya selama ini”, sambung Kyungsoo.
"Molla...", gumam Eunkyo. Eunkyo menengok ke arah Kyungsoo disamping kanannya. "Aku tidak konsentrasi meneruskan pelajaran setelah makan siang.. aku ingin pergi ke suatu tempat untuk meluapkan perasaan ku"
Kyungsoo tersenyum tenang. "Gurae..Kau butuh teman?" tawar Kyungsoo.
"Tentu.. Asal tidak menganggu waktu teman ku saja”, Jawab Eunkyo.
"Tentu saja tidak, aku siap" Jawab Kyungsoo. "Mianhae noona, aku terpaksa melakukan hal ini, aku tidak tau bagaimana harus memberi tahu Suho hyung tentang perasaan mu, aku yakin ia mendengar perbincangan kita barusan, ia akan memutuskan hal ini secepatnya, aku.. sudah siap melepaskan mu, jika ia memang akan memilih ku, hanya ini yang bisa kulakukan untuk membuat mu bahagia", ujar Kyungsoo dalam hatinya.
***
"Kau menangis? Kau tidak pernah menangis sebelumnya, pasti hal buruk sudah terjadi?" "Suho hyung?"
"Kurasa saat ini ia membenci ku"
"Kurasa semua akan berubah, mungkin.. aku memang tidak ditakdirkan.."
"Jangan bicara soal takdir,. Kau tak pernah tau kemana takdir akan membawa mu."
"Mianhae"
"Kau harus mengejar mimpi mu sekalipun hal itu sulit.. Jika kau memang benar-benar ingin mendapatnya. Sejak awal aku sudah mengatakan hal itu pada mu bukan, berada ditengah tengah setiap saat akan menyulitkan mu.. Kalau kau mencintai nya, katakan padanya.. Dan jika kau menyerah, mundurlah mulai saat ini"
"Aku.. menyukainya, aku bahagia berada didekatnya"
Suho mendengarnya. Ia mendengar pembicaraan Kyungsoo dan Eunkyo. Ia terpukul saat mendengar tentang perasaan Eunkyo terhadapnya. Ia tak pernah mengetahui bahwa Eunkyo menyukainya. Ia sejujurnya nyaman berada di dekat Eunkyo. Eunkyo adalah teman yang baik baginya, ia juga merasa bersalah karena membentak Eunkyo sebelumnya. "Jadi.. Eunkyo menyukai ku? Siapa yang harus kupilih sekarang.. Dua orang yeoja menyukai ku disaat yang bersamaan. Songhee dan Eunkyo. Aku menyukai Songhee, tapi.. Aku lebih nyaman bersama Eunkyo.. Aiissh" Pikir Suho.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
11.22 AM
POV : Minseok
Eunhee tertawa lepas bersama YiJie. Mereka memanfaatkan waktu bersama dengan penuh keceriaan, meski mereka hanya berbincang dan bermain didalam kamar begini. Hidup Eunhee sudah banyak berubah. Aku bahagia melihat nya dapat tersenyum dan tertawa selepas itu. Entah hanya kebetulan atau memang sungguhan tapi apa yang kualami dalam mimpi ku, secara tak langsung kudengar dari orang-orang yang terus mengunjungi ku. Semua terjadi juga dalam dunia nyata ku. Dengan begitu.. Ada kemungkinan aku juga akan bertemu Eunhee dalam dunia nyata ku. Mungkin Eunhee juga berwajah mirip dengan Eunhee dalam mimpi ku. Mungkin kondisi dan situasi Eunhee juga sama. Tapi yang pasti.. Ia tidak akan mengenali ku. Mungkin juga tidak, karena aku tak pernah tahu pasti hal aneh apa yang sebenarnya terjadi.
Keputusan ku sudah bulat. Aku.. akan mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi padaku. Saat aku sudah menemukan alasan itu, maka aku akan menjalani kehidupan nyataku. Aku akan pergi dan tak akan pernah kembali ke tempat ini lagi.
Tapi selama aku mencari tahu, tak ada salahnya aku menyelesaikan beberapa hal yang ingin sekali kuselesaikan. Karena bisa jadi, kenyataan juga akan berubah dengan apa yang ku lakukan dalam mimpi ku. Kuharap ini akan berarti untuk mereka di kehidupan nyata ku.
Kulihat sebuah buku berwarna merah diatas meja belajar Yi Jie. Aku tersenyum kecil "Baekhyun meninggalkan buku nya di tas mu lagi?" Tanya ku.
Yi Jie menatap ku. "Ia tidak pernah sengaja meninggalkannya. Aku selalu teledor, jadi tidak sengaja buku catatan itu sering terbawa oleh ku", Psh.. polos sekali jawabannya.
Aku mendekat kearahnya. Ku usap pelan kepala YiJie. "Jangan terlalu polos begitu, namja selalu menggunakan trik trik semacam ini. Meninggalkan buku nya di dalam tas mu, lalu ia akan menelpon mu untuk menanyakan bukunya. Ia sebenarnya hanya ingin mendengar suara mu haha"
Yi Jie sepertinya sedang memikirkan kata-kataku barusan. Tebakan ku tidak mungkin salah. Ia pasti memikirkannya karena Baekhyun memang selalu menelponnya untuk menanyakan buku itu. "Oppa mwoya! tidak mungkin seperti itu.."
Belum kering bibir ku bicara, Handphone Yi Jie bergetar. Kulihat sekilas nama Baekhyun tertera disana. "Chamkaman", izin Yi Jie mengangkat handphonenya. "Yoboseyo"
"Ya Shimshimi.. Kau tidak masuk hari ini? issshh buku catatan ku tertinggal pada mu! Aku jadi tidak bisa mempelajari materi sebelumnya tadi! Untung aku mengingat sebagian saat sonsaengnim bertanya... kau sakit? istirahatlah Besok kau harus masuk, araseo!"
"Ne.. Mianhae Baekhyun-ah", jawab YiJie sambil sesekali melirik ke arahku.
"Akan ada test untuk pelajaran setelah makan siang nanti. Kau tenang saja karena kau akan ikut susulan. Aku bisa membocorkan soal yang akan keluar nanti. Kau harus cepat sembuh, karena aku sedang menggoda Sungchan noona, mumpung dia sudah putus dengan Oppa mu hahaha, Bye"
"Ya..Neo.. Byun Baekhyun!", Pipi Yi Jie menggembung sebal setelah mendapat telphone dari Baekhyun, tapi justru ia terlihat lebih sehat disaat yang bersamaan. "Baekhyun bilang ia akan menggoda Sungchan, kasian oppa" Keluh Yi Jie.
Eunhee memberikan notenya pada Yi Jie. 'Baekhyun nugu? Byun Baekhyun anak keluarga Byun yang nakal itu? Kau berteman dengannya?'
"Aniya eonnie…Baekhyun sudah tidak membuat onar seperti dulu lagi.. Aku tidak tahu eonnie mengenalnya", ujar Yi Jie pada Eunhee.
'Ne.. dan Ia perhatian sekali padamu sepertinya', Goda Eunhee melalui tulisannya.
Aku ikut memprovokasi Yi Jie. "Kau benar Eunhee-ah…mereka berdua memang dekat. Kata-kata ku juga benar kan? Ia menggunakan buku ini hanya sebagai alasan untuk menelpon Yi Jie"
Wajah Yi Jie memerah, ".. A.. Aniya!", elak Yi Jie. "Baekhyun tidak seperti itu" Lanjut Yi Jie.
Kulirik jam tangan ku. Sudah waktunya Eunhee kembali ke rumahnya. "Mianhae.. Tapi sepertinya Aku harus mengantar Eunhee pulang"
"Gwenchanayo.. Eonnie lain kali main lagi kesini arasseo?" Seru Yi Jie memeluk Eunhee. Eunhee mengangguk membalas pelukan Yi Jie.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Author
11.30 AM
Sebagian meja pada kantin telah terisi penuh oleh siswa. Inkyung termenung sendiri di salah satu meja. Ia sudah mengambil makan siang. Kai, Sehun, Yoora dan Tao melihat Inkyung dari kejauhan.
"Kita makan disana saja" Tunjuk Sehun.
"Ok" Jawab Kai.
Yoora mengedarkan pandangannya ke seisi kantin, mencari tempat lain yang mungkin bisa ia gunakan selain didekat Inkyung. Ia tidak melihat Kris, Sungchan ataupun yang lainnya. "Dimana mereka?"
"Disana ada bangku kosong" Tunjuk Tao.
Yoora melirik Tao, "Tapi itu berarti aku hanya akan makan siang berdua Tao, bahaya" Gumam Yoora.
"Kami makan disana saja Sehun, Kai", Izin Tao. Ia menarik tangan Yoora tanpa permisi.
Sehun melirik tajam. "Ishh ia terus memaksa Yoora. Aku yakin Yoora pasti tidak mau!" Sehun mengkuti Yoora dan Tao dan mengabaikan Kai.
"Ya Oh Sehun.. ahhhs! Jincha…", gerutu Kai. "Terserah saja, aku akan tetap menemani Inkyung noona", ujar Kai melangkahkan kakinya mendekat. Mendadak Kai mengepalkan tangan saat dilihatnya Lay lebih dulu mengambil posisi disana. "Mau apa dia?”
***
Melihat Lay menghampirinya, Inkyung segera berdiri dari tempat duduknya. Lay segera menahan tangan Inkyung. "Beri aku waktu sebentar saja..", ujar Lay tegas.
Inkyung kembali duduk di kursinya. Ia tidak menatap Lay sedikitpun. Ia masih mencintai namja itu, menatapnya hanya akan membuat hati Inkyung semakin sakit. "Semua sudah berakhir. Kau harus menjalani kehidupan mu tanpa diriku mulai sekarang. Aku.. tidak akan mencampuri segalanya lagi. Teman.. Keluarga, sahabat baik mu, aku akan berhenti menyakiti mereka", ujar Inkyung.
"Araseo”, jawab Lay tersenyum tenang. "Aku juga tidak akan mengganggu hidup mu lagi" Jawab Lay.
Sesuatu dalam hati Inkyung begitu tersakiti. Di satu sisi, ia ingin Lay benar-benar menjauh darinya. Tapi disisi lain, ia ingin Lay bertahan disampingnya. Inkyung ingin sekali menangis saat itu.
"Setidaknya.. Sampai suatu hari nanti kau memanggil ku kembali", sambung Lay.
DEG.. Satu kalimat ucapan Lay kali itu membuat pertahanan Inkyung runtuh. Air matanya mengalir perlahan. Ia dapat merasakan sentuhan hangat telapak tangan Lay menyelimuti tangannya. "Kau akan melewatinya…percayalah padaku. Apapun itu.. seberat apapun itu, bertahanlah. Jangan memikirkan ku, jangan menyulitkan diri mu sendiri, aku tahu kau juga lelah menyakiti semua orang disekitar ku. Karena itu aku akan berhenti mempersulit keadaan mu. Karena aku percaya, apa yang ada di dalam hati mu.. Sama dengan apa yang ada di dalam hati ku. Saranghae Oh Inkyung", Lay mendekatkan tubuh Inkyung pada nya. Ia mengecup pelan kening Inkyung. Menatap sayu yeoja yang dicintainya itu. Lalu pergi dari sana.
"Hhh~ lay.. Hikss.. Hiksss..", Inkyung memendamkan wajahnya pada meja dan menangis.
Tap..Inkyung menghapus air matanya ketika menyadari seseorang kini telah duduk di sampingnya. "Noona, ayo makan", ucap Kai seolah tidak terjadi apapun.
"Jongin-ah!”, seru Inkyung dengan penekanan.
Kai menengok ke arah Inkyung, pandangan mereka bertemu."Ne?" Ia memberikan senyuman manis untuk Inkyung.
"Menjauhlah dari ku.. Aku tidak ingin menyakiti mu. Aku tidak memiliki perasaan apapun pada mu selain sebagai seorang adik. Aku memang tidak bisa bersatu dengan Lay Oppa, tapi bukan berarti aku bisa bersatu dengan mu, mianhae.."
Ucapan Inkyung bagaikan anak panah yang melesat cepat menusuk jantung Kai. Tapi apa yang Inkyung ucapkan, adalah sesuatu yang sudah diperkirakannnya. Ia hanya bisa tersenyum getir. "Noona jangan salah paham…Aku juga tidak menyimpan perasaan pada noona. Aku melakukan ini hanya karena noona adalah kakak dari teman baikku, aku.. hanya ingin berteman dengan noona juga" Elak Kai. "Lebih baik sekarang kita makan"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV: Minseok
11.24 AM
Aku dan Eunhee berada di kamar Eunhee. Syukurlah bibi Shin belum pulang saat kami kembali. Masih ada yang menganggu pikiran ku, meski aku sudah memberi kode pada Yi Jie mengenai Baekhyun. Mengapa anak itu mati-matian mengatakan mustahil Baekhyun menyukainya. "Eunhee-ah apa Yi Jie tidak memiliki kekasih selama ini?" Tanya ku penasaran.
Eunhee mengangguk. Ia menulis pada note nya: 'Ia tidak percaya ia cukup baik untuk siapapun'
"Wae? Tidak ada yang salah dengan Yi Jie.. " Ujar ku pada Eunhee.
Eunhee merentangkan telapak tangannya di hadapan ku, meminta ku menunggu sebentar, karena ia ingin menuliskan hal yang lumayan panjang. Setelah selesai, ia memberikan note nya pada ku. Aku tertegun membaca penjelasan Eunhee:
Dalam menjalin hubungan, dua orang yang bersangkutan memerlukan kecocokan, kesatuan pikiran dan sebagainya. Setidaknya itulah yang pernah kubaca. Tapi adakalanya kesamaan dan kecocokan sifat menjadi penghalang terbesar dua orang untuk bersatu.
"Boleh aku menyimpan lembaran note ini?"
Eunhee mengangguk. Ia merobek satu lembar note tersebut, lalu memberikan- nya padaku. "Gomawo Eunhee-ah", Mataku mengarah dalam pada mata Eunhee. Seperti ada magnet yang menyatukan pandangan kami. Aku ingin bertemu dengan mu, dirimu yang sesungguhnya, dengan diriku.. sebagai diriku yang juga sesungguhnya. Argghh apa ini?!, Tiba-tiba kurasakan sakit yang begitu menusuk pada dada ku. Tidak mungkin.. aku berada dalam mimpi ku, mengapa aku masih merasakan sakit ku? "Eugh"
Eunhee panik melihat ku. Kucoba mengehela nafas ku berkali-kali, mencoba memberikan signal bahwa aku baik-baik saja. "Tenanglah, aku tidak apa-apa, aku harus kembali ke academy sekarang"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
POV : Author
11.30 AM
Bunyi bel rumah Micha, memaksanya untuk bangkit dari tempat tidur untuk membukakan pintu. Ia merapihkan rambutnya juga pakaiannya. Micha menuruni tangga perlahan, berjalan menuju pintu. Ia membuka pintu rumahnya "Eo.. Oppa, ada yang tertinggal?"
"Ani.. Aku ingin bicara penting denganmu"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
11.31 AM.
Brakk!! Sehun meletakkan makanannya diatas meja dengan sedikit hentakan. Ia duduk tenang di samping Tao. Sedangkan Yoora berhadapan dengan mereka berdua.
"Kau tidak bisa pelan-pelan huh?", gerutu Yoora.
"Mau apa kau ikut-ikut kesini?", sambung Tao yang risih dengan keberadaan Sehun.
"Kau pikir kau bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan huh?", Balas Sehun.
"Ya! Kalian mau makan atau berkelah?i!", bentak Yoora. Yoora mengabaikan dua mahluk di hadapannya. Pandangannya sibuk memperhatikan Kai yang saat ini sedang duduk disamping Inkyung.
Tao dan Sehun ikut melirik ke arah pandang Yoora. Mereka lalu saling menatap. Timbul kecurigaan di hati mereka. "Yoora, kau menyukai Kai?!", Tuduh mereka.
"Ya!! Shuutt diam!", balas Yoora sambil menutup mulut mereka dengan tangan. "Kalian diam lah.. Kai itu adalah adik dari yeojachingu Oppa ku. Bahaya kalau sampai ada yang tahu aku menyukainya" Jawab Yoora. Seketika harapan Tao dan Sehun pupus begitu saja.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
12.01 PM
Normalnya jam makan siang sudah habis. Chanyeol, Songhee dan Chen kembali ke kelas mereka, sedangkan Baekhyun masih betah berada di kelas 4-3.
"Xiumin belum kembali?" Tanya Kris pada Sungchan.
"Belum" Jawab Sungchan santai, tak henti ia memainkan game pada ponselnya.
"Xiumin itu siapa?" Tanya Baekhyun, karena ia belum pernah bertemu Xiumin. "Ah.. Sungchan noona. Kau kan sudah tidak punya namjachingu, bagaimana kalau nanti malam kita kencan?", ujar Baekhyun santai mengajak jalan Sungchan di hadapan Luhan.
Luhan tetap pura-puta tidur di meja belakang Baekhyun dan Sungchan sambil menunggu Minseok, tapi beberapa kali ia hampir terpancing untuk mengahajar Baekhyun. Baekhyun melirik-lirik nakal ke belakang. Rayuannya pada Sungchan adalah memang disengaja. Ia memang berniat memancing Luhan bertindak (?). "Kita bisa makan ice cream bersama, lalu.. Berjalan bergandengan tangan, kita juga bisa pulang sampai tengah malam noona" lanjut Baekhyun.
"Penyakit centil mu belum sembuh juga" Jawab Sungchan.
Baekhyun merangkul pundak Sungchan. "Noona, atau noona mau ikut ke rumah ku? bertemu dengan orang tua ku. Kita langsung menikah saja bagaimana?"
Luhan tidak dapat menahan lebih lama lagi. Ia mengangkat kepalanya. "Ya!!" Sentak nya. Ia menyingkirkan tangan Baekhyun dari pundak Sungchan. Sungchan dan Baekhyun menoleh menatap aneh Luhan. Namja itu terlihat canggung setelahnya. "Ya Neo! kau tidak dengar bel? Masuk sana ke kelasmu!", seru Luhan sambil menarik Baekhyun minggir dari kursinya. "Ini tempat duduk ku", gerutu Luhan sambil kembali menempati kursinya.
Baekhyun belum puas sampai disana. "Ah hyung! kau bukan namjachingu Sungchan noona lagi! kau tidak berhak cemburu begitu"
"Aku tidak cemburu", sangkalnya.
"Kalau begitu hyung minggir! Aku mau duduk disitu!" Perintah Baekhyun.
"Shireoo!", balas Luhan tetap pada pendiriannya.
Kris dan Minhyo terkekeh. "Mana ada putus seperti itu" seru Minhyo.
"Yah begitulah" Jawab Kris.
"Byun Baekhyun!!", Luhan tersentak melihat Micha berada di depan kelasnya. Yeoja itu mendekat ke arah mereka sekarang. "Yi Jie..y Apa yang kau lakukan disini?" Luhan panik, ia menyentuh kening adiknya dan masih merasa suhu tubuh Micha belum juga turun. Mata Micha juga masih memerah dan sedikit berair, terlihat bahwa ia belum sehat betul.
"Gwenchanayo Oppa. Aku ada test untuk pelajaran setelah ini. Tadi aku datang bersama Xiumin Oppa" Jawab Micha berusaha terlihat sehat. Micha menghantarkan tatapan maut ke arah Baekhyun. Ia melingkarkan tangannya pada tangan Baekhyun. "Sudah kuingatkan kau untuk tidak menganggu Oppa ku dan Sungchan, kau masih juga berulah!" Gertaknya. "Oppa, aku ke kelas dulu" pamit Micha pada Luhan.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
Langkah Micha terhuyung. Baekhyun berjalan di belakangnya. Mungkin saja yeoja itu akan jatuh, pikirnya. "Kau cari mati sekali", celetuk Baekhyun. "Ya shimshimi, aku menggoda Sungchan noona bukan dengan maksud menyakiti Oppa mu. Kau tidak perlu sampai datang saat kau sakit begini!"
"Ara" Jawab Micha, ia berbalik menghadap Baekhyun "Gomawo"
Baekhyun melipat kedua tangan di depan dada. "Lalu untuk apa kau datang?"
"Aku sudah jawab tadi, aku datang karena ada test" Jawab Micha lagi.
"Apa kau akan mati hanya karena sekali saja tidak mengikuti test? Tidak ada gunanya juga kau datang test dengan kondisi semacam ini. Kau tidak akan bisa mengerjakan apapun!", seru Baekhyun emosi melihat Micha yang begitu keras kepala.
"Aku tidak suka ikut susulan", jawab Micha.
"Wae?!"
"Aku benci sendiri. Dimana pun dan apapun yang kulakukan, aku benci sendiri", Micha teringat sesuatu. Ia membuka tas nya dan mengambil buku catatan. "Ini buku mu.. "
Baekhyun mengambil buku tersebut. Ia terdiam hanya memperhatikan Micha. Baekhyun menghela nafas, "Kau sakit karena Sungchan Noona dan Luhan Hyung?"
Micha mengalihkan pandangannya kemana-mana. "Eumm.. Mungkin..
mungkin juga tidak...Yang pasti aku sakit karena mungkin sudah waktunya aku sakit.." Karena tatapan Baekhyun terus mengintimidasi Micha, ia menunggu sampai kapan Baekhyun akan terus seperti itu. Ia menggerakkan kakinya bosan.
"Psh.....Bayanganku, Byun Baekhyun", Tak sengaja Inkyung yang kebetulan lewat berpapasan dengan Micha dan Baekhyun.
Micha dan Baekhyun mengarahkan pandangan mereka padanya. Micha bergumam pelan. "Shadow?", Micha kaget saat tiba-tiba Baekhyun menariknya, melangkah pergi melewati Inkyung.
"Mengapa kau selalu takut menghadapi ku, adik kecil ku?", pertanyaan Inkyung membuat langkah Baekhyun terhenti.
"Awalnya aku berniat berdamai dengan mu. Tapi sepertinya kau masih terlalu berbahaya untuk dijadikan rekan... Noona", Jawab Baekhyun. Ia melanjutkan langkahnya.
"Ya!! Nooona mwoya?!" Bentak Inkyung namun tidak dipedulikan oleh Baekhyun.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
NEXT 7 DAYS
19.00 (07.00 PM)
"Eonnieeee... Eonnieeee", Songhee berlari memasuki kamar Miyoung. Ia berputar anggun di hadapan Miyoung "Sudah cantik belum?"
Miyoung hanya melirik sekilas, lalu mengembalikan konsentrasi pada pekerjaannya. "Ne" Jawabnya tak tertarik. "Kau ingin pergi dengan Chanyeol?" Tanya Miyoung tanpa menatap Songhee.
"Ne.. Heheheh", Songhee terkekeh. Songhee duduk di samping Miyoung. "Tapi eonnie"
"Apa lagi?" Tanya Miyoung masih tidak memperhatikan Songhee, sibuk dengan pekerjaannya.
Songhee memeluk sang kakak dari samping. "Maafkan aku" ujarnya lirih.
Miyoung menatap Songhee kaget. Ia menoleh dan menemukan ekspresi sedih ditunjukkan oleh Songhee. Ia mengelus manja rambut Songhee. "Kau mau bertemu Chanyeol, jangan sedih begitu.. Kenapa kau meminta maaf pada ku?"
Songhee meneteskan air mata. "Hiks.. Aku tidak pernah mau mengalah dari eonnie. Beberapa bulan lalu kita berdua masih sama-sama mengejar Kris Oppa, berkelahi seperti kucing dan anjing. Sekarang aku sudah menemukan namja lain tapi... Karena hubungan ku dengannya, eonnie juga harus melupakan Kris Oppa". Songhee mempererat pelukannya pada Miyoung. "Eonnie.. Aku janji pada eonnie, kalau nanti eonnie jatuh cinta pada namja lain lagi, aku 100% akan membantu eonnie untuk mendapatkannya"
"Sudahlah.. Aku juga tidak sungguh-sungguh menyukai Kris. Aku hanya suka karena ia tampan. Ia juga tidak pernah terlihat pergi dengan yeoja sana sini.. Tapi sebenarnya Kris sudah memiliki yeojachingu. Selama ini aku berpura-pura menyukainya juga hanya untuk menghalangimu jatuh cinta sungguhan padanya" Jelas Miyoung. Ia memberikan pelukan juga pada sang adik. "Jadi.. Kau tidak perlu merasa bersalah padaku, yang terpenting sekarang kau harus menjaga hubungan mu dengan Chanyeol"
Songhee menghapus air matanya. "Jeongmal? Aku tidak tahu Kris Oppa sudah memiliki yeojachingu." "Ah eonnie, eonnie sudah tau Luhan Oppa dan Sungchan eonnie sudah putus? Katanya Sungchan eonnie dan Lay Oppa sebenarnya saling menyukai. Bagaimana kalau eonnie mendekati Luhan Oppa lagi? bukankah dulu eonnie menyukai Luhan Oppa? aku akan mendukung eonnie, ayolah eonnie" bujuk Songhee.
Miyoung berfikir sesaat. "Ah sudahlah... nanti kita bicarakan lagi. Kau cepatlah berangkat, nanti terlambat"
"Baiklah.. Annyeong eonnie"
☆*:.。. o)o .。.:*☆
18.30 (06.30 PM)
Suho, Chen, Tao dan Lay sedang menikmati makan malam mereka. Tao tidak bersemangat, beberapa hari ini. Ia sangat murung, membuat Suho juga yang lainnya khawatir pada keadaan Tao.
Belum mereka memulai untuk mengetahui masalah Tao, Lay lebih dulu membuka pembicaraan. "Eum.. Suho" Lay menghentikan aktivitas makannya. "Aku.. Sebenarnya sudah menyewa sebuah rumah tidak jauh dari perkebunan bunga miyoung noona. Aku berniat untuk bekerja disana juga sampai aku lulus dan aku juga sudah bicara pada Miyoung noona"
Chanyeol, Chen dan Tao juga menghentikan aktivitas mereka, mereka menatap kaget Lay disana.
Suho sadar kemana arah pembicaraanan Lay, ia terdiam. "Jadi kau ingin pamit?" tanya Suho berat. "Lay.. Aku bukan tidak mengizinkan mu, tapi.. aku merasa bersalah karena mungkin keputusan ini kau ambil karena kau tidak nyaman setelah apa yang kulakukan. Aku hanya ingin mengatakan pada mu.. Aku sungguh tidak bermaksud mencampuri urusan mu, mianhae"
"Ah, Ani.. Aku sudah melupakan hal itu. Dan aku sangat berterimakasih karenanya. Aku sangat mengerti kau melakukannya karena kau menaruh perhatian padaku sebagai sahabat mu. Justru aku merasa tidak enak karena sudah terlalu banyak menyusahkan mu Suho-ya" Ujar Lay.
Wajah Chen tertekuk. "Maldo andwe.. Jadi Lay hyung akan pergi dari sini?"
"Kau yakin hyung? Hyung sudah memikirkannya?", Tanya Chanyeol berharap Lay akan memikirkan kembali keputusannya.
"Ne.. Tapi aku pasti akan sering main kesini, jadi kalian tidak usah sedih" Hibur Lay menenangkan dongsaeng-dongsaengnya. "Jha~ Ini makan malam terakhir ku bersama dengan kalian. Kita harus melewatinya dengan riang gembira!", Lay mengatakan hal tersebut bernada enteng, tapi ekspresi kesedihannya tidak bisa menutupi perasaan Lay.
"Secepat itu?" gumam Tao lirih.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
19.40 (7.40 PM)
Dari jendela kamarnya, Eunhee melihat Kai pergi keluar rumah. Dirumah hanya ada bibi Shin dan dirinya. Bibi Shin juga jarang sekali naik ke lantai atas. Eunhee mengirimkan pesan kepada Kris, bahwa ia akan mulai mencari surat-surat warisan yang disembunyikan oleh kedua orang tuanya untuk dirinya dan Kai. Surat itulah yang sebenarnya dicari oleh orang-orang yang selama ini mengintai keluarganya.
Eunhee membuka pintu kamarnya, lalu menutupnya lagi pelan, agar tidak menimbulkan suara. Ia pergi ke sebuah ruangan yang berhadapan dengan kamar Kai. Di sana tersimpan beberapa surat-surat juga brankas.
Eunhee memegang kunci cadangan ruangan itu. Xiumin lah yang mengambil kunci itu. Eunhee juga tidak tahu bagaimana bisa Xiumin mengambil kunci tersebut, tapi ia sangat bersyukur kunci itu ada di tangannya sekarang.
Eunhee membuka pintu ruangan dan kembali menguncinya dari dalam setelah itu. ruangan tersebut berdebu, sepertinya jarang ada yang memasuki ruangan itu. Eunhee mencari di setiap laci yang berada disana. "Appa mengatakan ia meninggalkan disuatu tempat yang dekat dengan Kai.. Hhh~ tapi dimana?" pikir Eunhee.
DUKK.. EunHee menyenggol guci. TRANGGGG.. Guci tersebut pecah dan menimbulkan suara bising yang jelas akan didengar oleh orang lain. Seketika Eunhee panik dan seketika itu juga seseorang muncul, menariknya segera, membuka pintu ruangan tersebut. "Mustahil, aku sudah mengunci pintu itu tadi" Ujar Eunhee dalam hatinya.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
18.50 (06.50 PM)
Suho menyetir mobilnya menuju rumah baru Lay. Ia, Chanyeol, Chen dan Tao sampai depan rumah tersebut. Chanyeol turun lebih dulu dari dalam mobil. Ia kaget karena rumah sewaan Lay yang baru ternyata bersebelahan dengan rumah nya (rumah orang tua Chanyeol, markas tersembunyi bandit grup). Chanyeol dan Chen saling melirik "Sepertinya kita akan sering bertemu, Lay hyung" bisik Chanyeol.
"Wae?" Tanya Lay.
"Rumah disamping itu markas tersembunyi kami, jangan beri tahu Suho hyung ya kkk" Bisik Chen menambahkan.
Lay tersenyum tenang. "Ah.. Kita berjodoh sekali sepertinya. kkk Luhan hyung yang membantu ku memilihkan rumah ini"
Chanyeol mengerutkan dahi. "Kalau itu bukan jodoh. Sepertinya Luhan hyung memang sengaja"
"Suho Hyung, kami mau disini dulu, membantu Lay hyung beres-beres" Ujar Chen pada Suho.
"Aku juga ingin membantu, tapi... Aku ada janji dengan Songhee. Mianhae Lay, eumm tapi pulang nanti aku akan kesini lagi", ujar Suho.
DEG! Chanyeol tersentak mendengar ucapan Suho. "Ada janji dengan Songhee?", gumamnya dalam hati. Ia melirik jam tangannya. "Tapi satu jam lagi seharusnya Songhee akan pergi dengan ku" gumam Chanyeol.
Chen menyenggol Chanyeol, "Chanyeol-a, bukankah kau akan kencan dengan Songhee malam ini? kenapa Suho hyung bilang.."
"Entahlah" Jawab Chanyeol muram.
"Tao, kau mau pulang atau tetap disini" Tanya Suho.
"Aku pulang saja", Jawab Tao tak bersemangat. Ia langsung masuk ke dalam mobil. Suho heran, biasanya Tao akan tetap disana untuk mengintai (?) Yoora.
☆*:.。. o)o .。.:*☆
19.28 (07.28 PM)
Songhee dan Suho sejak tadi berkeliling memasuki beberapa toko untuk mencari sesuatu. Sampai saat ini belum ada benda yang pas yang ingin Songhee beli. Mereka memasuki toko pakaian.
"Songhee-ah, apa jaket ini cocok untukku? Aku suka sekali modelnya", ujar Suho memperlihatkan jaket pilihannya.
"Eum", ujar Songhee sekilas melihat Jaket pilihan Suho. Songhee tak terlalu peduli karena ia sedang memilih beberapa jaket untuk Chanyeol di sana. "Oppa.. Suho Oppa lebih suka yang ini atau ini?" Songhee menyodorkan dua jaket, meminta pendapat Suho.
Suho menimbang-nimbang kedua jaket yang dipegang Songhee. "Dua-duanya bagus. Kau ingin beli untuk siapa? Beli saja keduanya, biar aku yang bayar"
Songhee menggeleng. "Andwaeyo.. Aku ingin membelinya dengan uang ku sendiri. Suho Oppa, aku.. sebenarnya membeli ini untuk seseorang yang spesial. Seseorang yang kusayangi. Aku mengajak Oppa kesini untuk membantu ku memilih. Aku tidak tahu selera namja" Bisik Songhee.
Suho terdiam. "Seseorang yang kau sayangi? Apakah mungkin selama ini.. aku salah paham tentang perasaan Songhee pada ku?", Tanya Suho pada hatinya. "Kalau begitu kau pilih-pilih saja dulu, aku ingin melihat-lihat dulu." Alasan suho.
***
Suho bersandar di bagian samping mobilnya. Ia menyadari selama ini ia pasti sudah salah paham terhadap Songhee. Ia merogoh kantongnya. Mengeluarkan kotak kecil berwarna merah. Ia membuka kotak tersebut. Terdapat sebuah cincin yang sebenarnya ingin ia berikan untuk event yang sudah ia siapkan besok malam untuk Songhee. Tatapan Suho menjadi miris, terlalu banyak berita menyedihkan yang harus diterimanya malam itu. "Suho hyung!", Suho menengok kearah pemilik suara yang memanggilnya. Ia melihat Kyungsoo menghampirinya. Ia buru-buru menyembunyikan cincin miliknya itu. "Oh.. D.O-a, sedang apa kau disini?"
"Aku? Mengantar Eunkyo noona mencari buku", jawab Kyungsoo tenang.
"Eunkyo?",.Suho kembali terdiam. Ia ingat beberapa waktu lalu Kyungsoo dan Eunkyo berbincang mengenai perasaan Eunkyo pada dirinya. "Kyungsoo-ya, eumh.. tidak sengaja waktu itu aku mendengar pembicaraan mu dengan Eunkyo di perpustakaan"
Kyungsoo berpura-pura tak ingat. "Pembicaraan yang mana hyung?"
"Tentang.. Perasaan Eunkyo padaku. .. sebenarnya. Apakah benar eunkyo.."
"Tanyakan langsung padanya", Selak Kyungsoo tegas. "Kalau kau ingin mengetahui perasaannya. Kau harus langsung bertanya padanya"
Songhee keluar dari toko pakaian. Ia tak sengaja menyela perbincangan Suho dan Kyungsoo. "Oh.. D.O-ya kau disini?"
"Ne Songhee-ah, ahh kau pasti mau.." Kyungsoo tidak melanjutkan ucapannya, karena Songhee pasti sudah tau maksud Kyungsoo.
Songhee tersenyum malu. "Ne....Ah...Suho Oppa, ini untuk Oppa", Songhee membuka pintu belakang mobil Suho, lalu meletakkan bingkisan untuk Suho. "Oppa, kuletakkan disini saja ya? aku buru-buru, terima kasih banyak untuk hari ini"
***
POV: Eunkyo
19.25 (07.25 PM)
Kupikir perasaan sakit akan menyelimuti ku setelah kuputuskan untuk berhenti mengejar sebuah mimpi yang selama ini selalu kuharapkan untuk kudapatkan. Tapi hidup ternyata tidak seburuk itu, perasaan ku justru lebih lega saat ini. Aku bisa menjalani hal-hal yang tidak bisa kujalani sebelumnya. Menghabiskan waktu ku untuk memikirkan tentang banyak hal dibanding memikirkan 'apakah suho sedang memikirkan ku saat ini' atau tidak.
Belakangan, sikap Inkyung juga menjadi berbeda pada ku. Ia masih menyebalkan, yah sejak dulu ia begitu, tapi eum.. Bagaimana aku menjelaskannya? Ia.... Jadi Inkyung yang dulu, Inkyung sebelum ia mengenal Lay. Meski kadang aku dapat melihat kesedihan dimatanya. Tapi aku bahagia keadaan membaik, seperti hubungan kami.
Malam ini aku pergi bersama Inkyung, Sehun, juga Kyungsoo. Inkyung dan Sehun berpisah dengan kami, karena mereka ada urusan lain. Aku dan Kyungsoo baru saja keluar dari toko buku. Sekarang kami berada di sebuah coffee shop. Cukup ramai disini, kami tidak mendapat duduk, jadi kami memutuskan untuk membeli biasa saja.
"Kau mau minum apa? Biar aku yang pesan" Tawar Kyungsoo padaku. Aku terdiam sejenak menatapnya yang masih sibuk melihat-lihat menu yang tertera di tempat itu. Berada di dekatnya semakin lama membuat ku semakin lupa bahwa usianya lebih muda dari ku. Terlebih lagi kini ia semakin terbiasa memanggilku hanya dengan namaku. Ia memperlakukan ku seperti.. eum..harus kusebut apa? tapi aku sedikit merasa ia mempelakukan ku seperti pasangannya. Mengapa aku tidak menyadari hal ini? Kalau kuputar kembali memory ku, selama ini ia selalu berada disamping ku, apapun kondisi ku, apapun yang kubicarakan, Ia selalu mendengarkan ku. Ia membuat ku merasa nyaman lebih dari semua namja yang pernah ku kenal selama ini...bahkan Suho sekalipun. Aissshh! ku ketuk-ketuk pelan kepala ku. Baru saja aku memutuskan untuk melupakan seorang namja, bagaimana mungkin virus namja lain sudah merebak di pikiran ku seperti ini?
"Neo gwenchana?", Kyungsoo menoleh ke arahku. Aish ia pasti melihatku bertindak bodoh seperti yang baru saja kulakukan. Neo paboya Kim Eunkyo.
"Eo...g-gwenchana..heheh", Kenapa aku jadi gugup begini? Tapi..setelah kupikir lagi....bisa jadi juga aku lah yang memang kurang peka. Molla.. Aku ingin menjalani hidup ku dengan tenang, dengan siapapun tak masalah. Aku yakin Tuhan telah mengatur jalan hidup ku. Aku akan menemukan seseorang yang mencintaiku dengan sungguh-sungguh.
"Jadi kau mau pesan apa? biar aku yang pesan", tanya Kyungsoo mengulangi pertanyaannya.
"Aniya! Kau sejak tadi selalu mentraktir ku Kyungsoo-ya. Sekarang biar aku yang mengantri dan membelikan kopi untuk mu dan untukku. Aku akan memilih sesuai selera ku hehe kuharap kau menyukainya"
"Kau yakin? Tapi kau.."
"Yeoja? Wae? Aku hanya memesan kopi saja bukan ingin terjun ke medan perang", ledekku. "Di depan kita juga hanya ada dua orang. Jadi tidak akan lama. Kau tunggu diluar saja ppalli.. Aku tidak mau kau melihat pilihan kopi ku", Pinta ku padanya.
"Pssh....jincha...arasseo", Ini bukan pertama kali ia mengalah padaku. Ia tersenyum tenang dan meninggalkan ku setelahnya.
***
19.30 (07.30 PM)
Tenyata lama juga menunggu selesai membeli kopi. Kyungsoo pasti menunggu lama juga diluar. Kudorong pintu coffee shop dengan pinggul ku, karena kedua tangan ku memegang kopi. Kulirik kanan-kiri ku, tapi tidak ada Kyungsoo disana. "Eodi?" Tanya ku. Kali ini kuarahkan pandangan ku ke depan.
DEG.. Kulihat sosok Suho berdiri di hadapan ku, ia menatap tepat kearah kedua mata ku. Sedang apa ia disini? dimana Kyungsoo?. Entah mengapa aku mendadak merasa panik. Mataku berpendar masih mencari-cari sosok Kyungsoo yang menghilang begitu saja. Kulihat Suho melangkah maju ke arahku. Setiap hentakan langkahnya membuat jantungku berpacu semakin cepat, kopi ditangan ku sepertinya akan segera jatuh kalau begini terus. Tap.. Ia mengambil dua gelas kopi ditangan ku. "Kau tahu kopi kesukaan ku?" Ujar nya pada ku.
"J-Joonmyeon-ah? Mwohae...jigeum..", gumamku gugup. Kurasakan handphone ku bergetar, kuambil segera handphone ku, sekaligus mengalihkan pandangan ku dari Suho. Sebuah pesan masuk dari Kyungsoo:
Aku pulang lebih dulu. Selamat menikmati malam mu ^^
Hwaiting Eunkyo-ya
Tak tahu pasti alasannya, tapi mengapa hatiku sakit membaca pesan bernada gembira dari Kyungsoo.
"Eunkyo-ya tadi Kyungsoo pamit. Ia bilang ia dan Songhee ingin main bersama Chanyeol, Chen dan yang lainnya. Mereka mau membantu Lay membereskan rumah barunya" Ujar Suho padaku.
"Eum.. Ia baru saja mengirim pesan padaku" Jawab ku lemas.
Suho mengulurkan tangannya pada ku. "Aku belum sempat minta maaf pada mu waktu itu.. Aku tidak seharusnya memarahi mu, apalagi karena urusan yang sebenarnya bukan urusan ku juga. Aku.. tidak ingin hubungan kita jadi buruk begini karena masalah kecil itu."
Aku menatap uluran tangan Suho, haruskan aku menyambutnya? Atau.. "Nado mianhae", Jawab ku tertunduk.
Suho menggerakkan telapak tangannya, ia nampak heran karena aku tidak menyambutnya. "Kau sepertinya masih belum bisa memafkan ku", gumamnya lirih. Ia hampir menarik kembali telapak tangannya. Tap.. Aku meraihnya cepat, aku tidak tahu apa yang kulakukan saat ini. Semua terasa begitu cepat dan membingungkan bagiku. Permainan Apa yang sebenarnya telah takdir mainkan padaku? Aku tak tahu...mungkin aku belum.. benar-benar siap melepaskan mimpi ku. "Aku sudah memaafkan mu" Jawab ku menundukkan kepala ku. Aku tidak bisa menatapnya. Mengapa sulit sekali bagiku untuk menatapnya seperti aku biasa menatap Kyungsoo?
Ia menggenggam erat tangan ku. Di sana hangat..berada dalam pelukan telapak tangannya membuat telapak tangan ku begitu hangat. Kurasakan sebelah tangannya lagi menyentuh dagu ku. Ia mengangkat wajah ku. Membuat mata ku menatap kearahnya.
"Aku selalu ingin bertanya hal ini pada mu, tapi baru bisa kutanyakan sekarang...", ujarnya sambil menatapku. Jantungku berdebar kencang. "Mengapa kau tidak pernah sekalipun mengangkat wajahmu dan menatapku setiap kali kau bicara denganku, Kim Eunkyo?", Tatapan nya begitu Intens mengintimidasi hati ku.
"G-Gurae? M-Mungkin...mungkin itu hanya perasanmu saja haha", ujarku canggung meskipun kenyatannya aku tetap tak berani menatapnya saat ini.
☆*:.。. o)o .。.:*☆