*Haneul PoV
Aku baru saja menerima panggilan dari Seunghyun oppa. Dia mengatakan saat ini dia bersama Hana sedang menungguku di restoran langganan kami. Jantungku berdetak kencang mendengar suara beratnya memintaku datang kesana. Aku ragu untuk menemuinya. Diriku belum bisa memaafkan kesalahan yang ia lakukan padaku juga Hana. Terbayang kembali kehidupan rumah tangga yang berjalan selama tujuh tahun bersamanya di dalam benakku. Masa-masa itu suram karena dia selalu ringan tangan dan cemburu buta saat emosinya sedang tidak stabil. Wajahku telah terbiasa dengan tamparannya, begitu pula tubuh ini sering didorong keras ke dinding ketika ia mabuk. Aku selalu menahan rasa sakit penyiksaannya karena aku tau bahwa kami saling mencintai. Tapi, aku tidak dapat memaafkan perlakuan kasar Seunghyun oppa kepada Hana. Dia tidak senang dengan tangisan rewel Hana. Tanpa rasa bersalah, dia mengunci Hana di kamar mandi seharian saat diriku tidak ada di rumah. Aku sering memergoki kejadian ini beberapa kali. Naluri keibuanku tak dapat mentolerir peristiwa itu. Seunghyun oppa boleh menyakitiku semaunya tapi tidak dengan anakku.
Akan tetapi, kali ini Hana bersamanya. Aku terpaksa bertemu dengannya demi menjemput anakku. Dengan berat hati, aku meninggalkan pekerjaanku dan bergerak menuju tempat tersebut. Lokasi restoran itu tidaklah jauh dari kantorku. Sesampainya disana, kulihat dia duduk bersama Hana di meja sudut favorit kami. Aku berjalan gontai ke arah mereka dan mengambil tempat di kursi hadapannya.
“Ah, kau telah tiba, Haneul. Apa kabarmu?” tanyanya ramah. Ia berinisiatif mendekatiku dan ingin mengecup dahiku, tapi kutolak dengan membuang wajah ke arah lain.
“Baik, oppa. Aku kesini hanya ingin menjemput Hana. Terima kasih telah menemani Hana.” jawabku dingin. Aku lalu menghentikan Hana yang tengah menikmati es krimnya dan mengajaknya pulang.
“Jangan begitu, Haneul! Aku telah bersusah payah mereservasi restoran ini. Sebaiknya, kau bersama Hana makan siang terlebih dahulu disini. Aku juga ingin membicarakan sesuatu padamu.” ujar Seunghyun oppa sambil menghadang langkahku. Kulihat ekspresi memelas dari wajahnya. Entah kenapa, kali ini aku percaya dengan kata-katanya. Aku kemudian menempatkan Hana di sampingku dan kembali duduk di hadapannya.
“Baiklah. Aku memberikanmu kesempatan. Apa yang ingin kau bicarakan?” tanyaku. Kutatap wajahnya serius. Dia menghela nafasnya dan membuka buku menu di hadapan kami.
“Kau ingin makan apa, Haneul? Kau masih suka dengan spaghetti aglio e olio kan?” tanyanya balik padaku. Ia lalu memanggil pelayan restoran. Aku terdiam terpaku melihat tingkahnya.
“Saya ingin memesan Spaghetti Aglio e Olio satu. Pomodoro Rissoto satu. Pizza Margherita satu dan Pana Cottanya dua. Oh iya, saya juga ingin memesan Caffelatte dua dan Strawberry gelato satu lagi. “ ucapnya lancar menyebutkan menu yang selalu kami pesan saat makan di restoran Italia ini pada pelayan tersebut. Pelayan itu mencatat pesanan Seunghyun oppa dengan telaten dan mengulang kembali pesanan kami.
###
Suasana hening menyelimuti kami berdua. Sepulang dari restoran, Seunghyun oppa bersikeras untuk mengantarkanku dan Hana pulang. Hana tertidur pulas dalam gendongan Seunghyun oppa.
“Haneul, pulanglah ke rumah kita. Aku janji aku akan berubah.” suara berat Seunghyun oppa membuka percakapan di antara kami. Aku menghela nafas perlahan. Hal ini memang telah kuprediksi sebelumnya, tapi aku belum menemukan jawaban yang tepat untuk menjawab kegundahan hati ini. Haruskah aku memaafkan kesalahannya?
“Ma, Hana ingin tidur sama ayah. Kita pulang ke rumah saja yuk!” suara halus Hana yang telah terbangun membuyarkan kebingunganku. Ah, apa yang harus kulakukan? Baiklah kalau begitu, aku akan membuktikan kesetiaannya pada keluarga ini.
“Oppa, aku dan Hana akan pulang ke Jeju tiga hari lagi. Kami akan menunggumu di bandara. Apabila kau memang mencintai kami, kau akan menghadang kepergian kami.” ucapku dengan tegas.
“Tapi, Haneul. Aku tak bisa. Aku harus menemui investor dari Osaka dan mengadakan rapat bersamanya. Aku telah membuat janji dan aku tak bisa membatalkannya begitu saja. Proyek bersama pengusaha Osaka itu bernilai besar dan juga demi pembangunan kota Seoul.” jawabnya sungguh-sungguh. Aku tak mau mendengarkan alasannya. Kalau dia memang menyayangi kami, dia akan mencari jalan keluar yang terbaik, kan?
“Baiklah,Haneul jika itu maumu. Aku akan menghubungi sekretarisku untuk memajukan pertemuan tersebut. Kau pulang jam 2 siang kan? Kupastikan aku akan menjemputmu dan Hana serta membawa kalian pulang.” janjinya padaku. Aku tersenyum penuh kemenangan mendengar janjinya. Baiklah, aku akan menunggu pembuktian janjimu itu!
###