home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Love Story In School

Love Story In School

Share:
Author : MinamiMaretha
Published : 09 Mar 2015, Updated : 16 Jul 2015
Cast : Kim Suho, Yoo Youngjae, Jeon Jungkook, Choi So Yeon (OC) , Ryu Nana (OC)
Tags :
Status : Complete
2 Subscribes |25578 Views |2 Loves
Love Story in School
CHAPTER 7 : I Surrender

Title : Love Story in School

Author : Minami Maretha

Genre : AU, School Life, Soft Romance, Angst

Rated : General

Length : Chapter

Casts :

*Choi So Yeon – OC

*Ryu Nana – OC

*EXO’s Suho

*B.A.P’s Youngjae

*BTS’s Jungkook and other casts  

Disclaimer : Minami Maretha © 2014. All casts of this fan fiction belong to themselves. But, this story is mine.

 

HAPPY READING!!!

 

            “Hei!” Suho mengetuk kepala So Yeon dengan sumpit di tangannya. “Melamun terus daritadi. Makanlah nanti keburu dingin.”

 

            “Awww! Ya! Sakit tahu,” So Yeon meringis sembari mengelus kepalanya. “Aku tidak melamun, hanya... sedang berpikir.”

 

            “Berpikir sampai-sampai makanan di depanmu dibiarkan begitu saja?” Suho mengaduk mie kacang hitam yang sudah ia pesan. “Ayo makan, kalau kau sakit aku juga yang repot.”

 

            “Kenapa juga kau harus repot ketika aku sakit? Kalau aku sakit aku jadi punya alasan untuk menyebarkan penyakit kepadamu.”

 

            “Ishh, aku ini ‘kan kekasihmu. Kalau kau sakit aku yang repot karena harus menemanimu.”

 

            “Jika kau repot tak perlu menemaniku. Masih ada orang lain yang bersedia menemaniku dengan sukarela. Tidak sepertimu.”

 

            “Heish, cari mati kau rupanya.” Suho mengangkat sumpitnya lagi—berniat memukul kembali gadis di hadapannya ini. Namun tangannya terhenti di udara saat ada tangan lain menahannya. Suho dan So Yeon serentak menoleh.

 

            “Kalian ini benar-benar pacaran atau tidak sih? Kenapa setiap kutemui kalian pasti selalu saja bertengkar,” ujar Kris menatap dua rekannya bergantian.

 

            “Memangnya tidak boleh? Walau kami selalu bertengkar tapi selalu terselip perhatian yang tidak terlihat.” Suho membela diri. “Aku baru tahu kalau sepasang kekasih harus selalu bermesraan, menurutku hubungan yang seperti itu akan monoton.”

 

            “Bukan itu maksud Kris, tapi kalian selalu bertengkar seperti tidak tahu tempat saja. Ini di tempat umum bukan di ruangan pribadi kalian.” Seul Ra mengeluarkan suaranya membela Kris, lantas mengambil tempat duduk di samping So Yeon.

 

            “Aku tahu. Aku tahu. Bisa lepaskan tanganku? Aku ingin menghabiskan makan siangku.” Kris langsung melepaskan tangan Suho lalu duduk di sebelah lelaki tersebut.

 

            “Lalu kalian sendiri? Sejak kapan kalian dekat?” tanya So Yeon mengalihkan pembicaraan. “Aku bahkan baru tahu hari ini. Ah! Apa jangan-jangan sejak kejadian di UKS itu?”

 

            “Kejadian di UKS?” Kini Suho yang bertanya polos, namun sebelum So Yeon menjawab gadis itu sudah dibekap terlebih dahulu oleh sang kakak.

 

            “Ya! Kenapa main rahasia-rahasiaan? Hei! Kris beritahu aku apa yang terjadi denganmu dan Seul Ra di UKS? Kalian berbuat mesum ya di UKS?”

 

            Sebuah toyoran keras melayang ke kepala Suho. “Kau simpan otakmu itu dimana, Tuan Kim? Sesempit itukah pemikiranmu?”

 

            “Aku hanya menebak saja kenapa kau harus pakai acara menoyorku segala, Tuan Wu?” Suho mendengus pelan seraya menegak perlahan jus apel yang sudah dipesannya bersama mie kacang hitam.

 

            “Sekarang kalian berdua yang bertengkar. Diam dan habiskan makanan kalian. Sebentar lagi masuk,” ucap Seul Ra meniup-niup kuah sup ayam, dan semuanya sibuk dengan makanan mereka masing-masing. Kecuali So Yeon. Yang masih diam berpikir tanpa ada niat sama sekali menyentuh makanannya.

 

            “Kau kenapa lagi, So Yeon-ah?” Pertanyaan Suho membuyarkan lamunan So Yeon. “Berhentilah berpikir dan mulai makan.”

 

            Tapi anehnya justru So Yeon meletakkan sumpitnya, laparnya seketika menguap begitu saja. “Ada yang ingin kubicarakan dengan kalian.”

 

            Baik Suho, Kris maupun Seul Ra serempak menghentikan aktifitas makan mereka. Mimik ketiganya berubah serius. “Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Seul Ra was-was. Berharap bukan sesuatu yang buruk.

 

            So Yeon diam lagi. Seperti memikirkan kata-kata yang tepat untuk ia ucapkan. Gadis itu menegakkan tubuhnya terlebih dahulu.

 

            “Jadi begini....”

 

 

****

 

 

            Angin siang hari berhembus pelan dari arah barat, menyentuh siapapun yang ada termasuk seseorang yang tengah berdiri tegak di atas Rooftop Gedung D. Hembusan angin yang sanggup mengacak rambut hitamnya, mata orang itu terpejam—seperti menikmati angin yang membelai wajah tampannya.

 

            Kelopak mata itu perlahan terbuka diiringi hembusan napas panjang. Ucapan seseorang di Primrose Café terngiang-ngiang telinganya.

 

            Jadi, mereka benar-benar sudah resmi? Kenapa aku baru menyadarinya? batin Youngjae tersenyum miris seperti menyadari kebodohannya. Matanya kembali menatap ke depan tepat dimana pemandangan sekolah terlihat jelas dari atas sini.

 

            Haruskah aku menyerah? Satu tangannya ia keluarkan, namun lelaki ini tertegun begitu tangan kanannya menggenggam sesuatu. Tanpa pikir panjang sesuatu yang entah sejak kapan dibawanya langsung dinyalakan dan dihisapnya benda tersebut penuh minat. Tak peduli ada yang melihat, tak peduli bahwa tingkah lakunya melanggar aturan tapi ternyata ini bisa menghilangkan beban di hatinya untuk sementara waktu.

 

            “Hei kau!”

 

            Youngjae seketika menoleh dan terkejut karena ada orang lain di sini. Ia ketahuankah?

 

            “Apa?”

 

            “Kau tahu perbuatanmu ini melanggar aturan?” Bukannya menjawab orang tersebut justru berjalan mendekat ke arahnya sambil berkacak pinggang lalu bertanya demikian.

 

            “Lalu? Apa kau di sini mau bertindak seperti pahlawan kesiangan dan memberitahu semua orang kalau ada murid yang merokok di sekolah?” Youngjae bertanya lagi dan masih setia menghisap sesuatu yang mengapit jari tengah dan jari telunjuknya.

 

            “Menurutmu begitu? Kau dari Adonis ‘kan?” tebak sosok yang ternyata seorang gadis yakin.

 

            “Kalau iya kenapa kalau tidak kenapa juga? Apa itu menganggumu, Agasshi?”

 

            “Song Soo Yoo kelas 11 asrama Lotus,” ralat Soo Yoo menunjuk name tag yang terselip di blazer birunya. “Kau tidak datang ke acara Aconite Day atau pura-pura tidak tahu namaku yang terlihat jelas di sini?”

 

            “Aku hanya tidak mengenalmu, itu saja,” jawab Youngjae cuek.

 

            “Maka dari itulah jangan bergaul dengan teman seasramamu saja, bergaullah dengan yang lain dan membuka diri.”

 

            Youngjae mencibir. “Cih! Kau sedang menceramahiku? Tolong hentikan karena aku sudah kenyang.”

 

            “Ini belum seberapa, kau akan diceramahi habis-habisan oleh ketua asramamu kalau tahu hal ini. Lagipula setauku anak-anak dari asrama Adonis tidak pernah melanggar aturan, dan kau memecahkan rekor itu.”

 

            “Terserah ucapanmu. Kalau aku melanggar berarti aku akan dapat hukuman dan aku siap akan hal itu, jadi apalagi yang dipermasalahkan?” Youngjae tersenyum penuh arti, sementara wajah Soo Yoo langsung berubah kesal.

 

            “Menyebalkan! Awas kau! Semoga Kris Sunbae atau Yongguk Ssaem mengampuni nyawamu.” Setelah mengucapkan kalimat itu, Soo Yoo berbalik dan berjalan meninggalkan Youngjae yang masih sibuk dengan aktifitas barunya. Entah apa yang dipikirkan lelaki tersebut sampai-sampai merokok di area sekolah padahal itu jelas-jelas dilarang.

 

            Cinta? Apa ini yang dinamakan cinta?

 

 

****

 

 

            “Arrgh! Aku bisa gila!!!” Jungkook tersentak dan nyaris menjatuhkan buku yang baru saja diambilnya, ia mengernyit lalu menoleh ke kiri ke kanan lantas menengok ke belakang. Tak ada siapa-siapa di perpustakaan, tapi kenapa suara pekikannya terdengar sampai di tempat ia berdiri sekarang? Apa ada hantu yang punya hobby berteriak-teriak?

 

            “Jungkook-ah, apa yang kau lakukan di sini?” Rasa terkejut Jungkook belum surut juga, saat matanya menangkap sosok gadis yang tidak asing lagi. Ternyata Nana, apa tadi yang berteriak-teriak itu Nana? Ishh! Seperti tidak tahu tempat saja.

 

            “Justru aku yang seharusnya bertanya seperti itu, kenapa tadi berteriak-teriak heh? Kau pikir tempat ini hutan jadi kau bebas bertreiak sepuasnya?” Pertanyaan Nana justru dijawab dengan sebuah protesan kecil dari Jungkook.

 

            “Kupikir tadi tidak ada orang, tapi ternyata salah.” Nana menampilkan cengiran khasnya seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

 

            “Heish... kau ini.” Setelah mengucapkan itu, Jungkook berbalik dan berjalan menuju salah satu meja dengan salah satu buku di tangannya. Anehnya, Nana mengekor di belakang lelaki tersebut.

 

            “Buku apa yang kau baca itu, Jungkook-ah?” tanya Nana ikut menarik kursi di samping Jungkook lantas duduk di sana.

 

            “Buku tentang laut,” sahut Jungkook sekedarnya.

 

            “Kau suka laut ternyata.” Nana tersenyum seraya memposisikan kepalanya di meja, bersiap untuk tidur.

 

            “Menurutmu begitu?” Jungkook melirik sedikit dari balik buku bersampul biru itu. “Astaga! Anak ini.”

 

            “Kenapa? Karena kebetulan perpustakaan sepi aku boleh tidur ‘kan? Lagipula aku mengantuk.”

 

            “Ishh, tapi perpustakaan bukan tempat untuk tidur. Ash! Sudahlah, terserah kau saja.” Jungkook kembali melanjutkan aktifitas membacanya yang tertunda dan membiarkan Nana tidur dengan posisi kepala di meja. Posisi yang menyakitkan tengkuk sebenarnya tapi jika dilihat-lihat Nana seperti benar-benar kelelahan.

 

            Karena udara dingin dari AC perpustakaan cukup menusuk kulit, Jungkook berinisiatif melepas jaket hitamnya lalu menyampirkan pada Nana yang sepertinya sudah terlelap. Yang ajaib, sudut bibir gadis ini membentuk senyuman begitu jaket tersebut menutupi punggungnya yang berlapiskan blazer kuning. Seperti merasakan Jungkook menyampirkan jaket ke punggungnya.

 

            Ada-ada saja, pikir Jungkook kembali melanjutkan membaca isi buku kesukaannya itu. Bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri, membaca setiap kalimat yang tertera di sana. Sesekali ia tersenyum saat membayangkan apa yang tertulis di buku tersebut. Sampai-sampai ia tak menyadari gadis di sampingnya ternyata sudah bangun.

 

            “Ngghh.” Nana bergerak sedikit sebelum akhirnya membuka mata.

 

            “Sudah bangun, Putri Tidur?” Jungkook bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari buku bacaannya.

 

            “Begitulah,” Nana menjawab seraya menegakkan tubuhnya. “Tapi tengkukku sakit karena tidur dengan kepala di atas meja.”

 

            “Siapa yang menyuruhmu tidur di atas meja huh?”

 

            “Aku ‘kan mengantuk jadi wajar saja aku tidur di atas meja. Kau ini bagaimana sih?” Tak sengaja Nana mengelus punggungnya dan tersenyum penuh arti. “Terima kasih blazernya.”

 

            “Tidak masalah.” Setelah itu Jungkook meletakkan bukunya di meja dan menunjukkan sesuatu di halaman dua puluh. “Menurutmu ini bagaimana? Bagus tidak?”

 

            “Ini bagus, pantainya masih jernih dan pasirnya putih. Ngomong-ngomong ini dimana, Jungkook-ah? Pasti di luar Korea ya?”

 

            “Begitulah, kapan-kapan mau ke sana tidak?”

 

            “Kau mengajakku ke pantai?”

 

            “Kelihatannya bagaimana? Tapi tidak akan jauh-jauh, mungkin hanya sekitar pantai di Busan atau pantai Haeundae. Tenang saja aku yang bayar.”

 

            “Jinjja?” Mata Nana seketika berbinar. “Awas kalau kau bohong, Jeon Jungkook.”

 

            “Memang kau pernah melihatku berbohong sebelumnya?”

 

            “Tidak sih, tapi tetap saja kau tidak boleh mengingkari janji.”

 

            Jungkook mengangguk pasrah. “Iya. Iya. Aku tidak akan mengingkarinya.”

 

            “Tapi kapan kau akan mengajakku ke pantai? Tidak hari ini ‘kan?” tanya Nana polos.

 

            “Tentu saja tidak hari ini, lagipula hari ini sudah sore.” Jungkook mengulum bibirnya sebentar. “Bagaimana kalau akhir pekan ini? Sebelum kau operasi? Jadi kita bersenang-senang terlebih dahulu. Eotteoke?”

 

            “Uhmm, baiklah. Kita ke pantai Haeundae.” Nana tersenyum manis. “Eh! Ternyata sudah gelap, kita ke asrama saja bagaimana?”

 

            “Baiklah, biar kuantar kau ke asrama.” Lantas keduanya berdiri. “Kajja!”

 

 

****

 

 

            “Nah! Itu Nana baru kembali!” seru Rae Yoo begitu Nana membuka pintu ruangan bernuansa kuning manis itu.

 

            “Ada apa? Kalian mencariku?” tanya Nana bingung.

 

            Na Eun menggeleng. “Aniyo, kami hanya memastikan kau kembali ke asrama tepat waktu. Kau darimana saja sih? Mau buah potong?”

 

            Kini giliran Nana yang menggeleng begitu Na Eun menyodorkan piring yang tersisa beberapa buah potong. “Tidak terima kasih, Na Eun-ah. Aku sudah kenyang.”

 

            “Sudah kenyang di perpustakaan bersama Jungkook ‘kan?” tebak Rin Young tersenyum penuh arti.

 

            “Su-Sunbae.” Pipi putih Nana langsung bersemu, jari-jarinya meremas ujung blazer kuningnya.

 

            Rin Young seketika tertawa. “Hahahaha aku benar ya? Padahal aku hanya asal menebak saja.”

 

            “Asal menebak atau Sunbae punya kekuatan membaca pikiran?” Rae Yoo menyandarkan punggungnya pada sofa ruang tamu asrama Cinnamon itu.

 

            “Tidak juga, tapi tadi aku memang melihat kalian di perpustakaan. Tak sengaja melihat. Hei! Sejak kapan kau dan Jungkook saling dekat?” Wajah Rin Young berubah bingung saat sosok Nana sudah menghilang dari ruang tamu.

 

            “Hei, Ryu Nana! Sampaikan salamku untuk Jeon Jungkook yaa!” teriak Na Eun diiringi tawa cekikikan ketiga gadis itu, Nana yang baru saja ingin membuka pintu kamarnya hanya bisa memutar bola mata malas. Gadis itu kemudian masuk ke dalam kamar dengan beberapa tempat tidur tingkat dan tak lupa warna kuning kayu manis terlihat mendominasi.

 

            Nana menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dan menatap langit-langit kamar. Jeon Jungkook. Laki-laki yang sering menemaninya akhir-akhir ini. Laki-laki yang berhasil menutup luka di hatinya karena lelaki Adonis itu. Laki-laki yang juga berhasil mencuri ciuman pertamanya. Ya, tepat kemarin malam. Saat Jungkook mengantarnya kembali ke asrama dan....

 

            “Ahhh! Bodoh! Aku mengingat kejadian itu lagi!” Nana menggerutu kesal seraya mengacak rambutnya. “Dia bahkan terlihat biasa saja saat bertemu aku lagi dan seperti melupakan kejadian kemarin. Ish! Apa setiap laki-laki selalu begitu?”

 

            Nana menghela napas sembari bergerak ke kiri, membuat dirinya tidur dalam keadaan menyamping. “Sudahlah! Mungkin tidur membuatku lebih baik,” gumamnya pelan, matanya perlahan-lahan terpejam dan tak lama gadis ini tertidur.

 

 

****

 

 

            “Kris Sunbae tunggu!!!” Langkah kaki Kris terhenti begitu seseorang di belakang memanggil namanya, ia berbalik dan mendapati seorang gadis tengah berlari ke arahnya.

 

            “Ada apa memanggilku?” tanya Kris dingin.

 

            Gadis itu terengah-engah, satu tangannya ia lebarkan seperti memberi isyarat. “Tunggu sebentar, aku mengatur napas dulu.”

 

            Dan ya, mau tak mau Kris menunggu gadis di depannya ini mengatur napas sambil melipat dada. “Baiklah, aku harus menunggumu berapa lama hanya untuk mengatur napas hmm?”

 

            “Iya. Iya. Aku sudah selesai.” Soo Yoo menarik napas terlebih dahulu. “Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu.”

 

            “Cepat katakan aku tidak punya banyak waktu.”

 

            “Sabar, Tuan Wu. Aku tahu kau sibuk tapi aku yakin kau akan tertarik mendengar ini.” Soo Yoo tersenyum penuh arti. “Aku tahu anak-anak dari asrama Adonis tidak pernah melanggar meskipun mereka terlihat dingin dan jarang berbicara. Tapi sepertinya ada yang tidak mematuhi peraturan itu.”

 

            “Apa maksudmu?”

 

            “Kulihat kemarin di Rooftop Gedung D seseorang yang kuyakin dari asrama Adonis dengan santainya merokok. Tidak kusangka, Adonis yang terlihat baik-baik saja ternyata bisa diam-diam menghanyutkan dan melanggar.” Soo Yoo terkekeh pelan meski Kris tahu tidak ada yang lucu saat ini.

 

            “Kau bercanda? Mana mungkin anak buahku melanggar,” bantah Kris tak mau terperangkap dalam pembicaraan ini.

 

            “Kau tidak percaya padaku?” Soo Yoo melipat tangannya di depan dada. “Baiklah cari saja seseorang yang bernama Yoo Youngjae dan tanyakan sendiri apa yang dilakukan lelaki itu. Bukankah setiap siswa yang melanggar diberi hukuman? Kuharap kau memberi hukuman yang pantas. Atau mungkin hukuman dari Yongguk Ssaem lebih baik.”

 

            Kris diam. Masih berusaha mencerna baik-baik ucapan Soo Yoo. Sial! Anak buahnya ada yang melanggar dan itu memecahkan rekor anak Adonis yang tidak pernah melanggar. Bagus sekali.

 

            “Aku harus pergi menemui Kai. Semoga harimu menyenangkan.” Soo Yoo tersenyum kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Kris yang masih mematung.

 

 

****

 

 

            Youngjae mengetuk pelan pintu ruang guru setelah mendapat jawaban, ia melangkahkan tungkai kakinya perlahan. Sosok guru yang paling ditakuti di sekolah berbalik. Wajahnya datar terkesan dingin.

 

            “Kau tahu kenapa kau dipanggil kemari, Youngjae-ssi?” tanya Yongguk membuka percakapan.

 

            “Eum... kurasa begitu,” jawab Youngjae ragu. Ya, setiap tindakan pasti ada resiko. Dan inilah resiko yang ia ambil karena melanggar kemarin. Merokok di lingkungan sekolah yang jelas-jelas itu ada tindakan terlarang.

 

            “Aku tidak menyangka salah satu murid dari asrama Adonis berani melanggar. Ada apa denganmu? Merokok di lingkungan sekolah? Sekalian saja kau bakar sekolah ini, Youngjae-ssi.” Perkataan dingin seorang Bang Yongguk yang begitu menusuk, bahkan Youngjae sendiri sampai menelan ludah tak mampu berkata-kata.

 

            “Kau tahu setiap yang melanggar akan terkena hukuman ‘kan?” Youngjae mengangguk saat Yongguk melempar pertanyaan lagi. “Baiklah sebagai hukumannya, bersihkan kandang kuda di dekat gazebo Amaya. Kerjakan sekarang dan kuharap kau membersihkannya dengan baik.”

 

            “N-Ne, sonsaengim.” Youngjae mengangguk lagi namun pandangannya tetap lurus pada lantai ruang guru seolah-olah pemandangan di bawah kakinya lebih menyenangkan daripada harus menatap guru kesenian itu.

 

            “Satu lagi, kau boleh membawa seseorang untuk membantumu. Tapi hanya satu orang saja.” Lagi Youngjae mengangguk saja, keberaniannya seakan lenyap hanya karena berhadapan dengan seorang guru. Ralat! Guru paling dingin di sekolah.

 

            “Kau boleh pergi.”

 

 

****

 

 

            “Apa sebaiknya aku menyerah saja?” Nana menoleh saat telinganya mendengar pertanyaan yang dilontarkan Youngjae. Keduanya telah menyelesaikan hukuman—atau lebih tepatnya Youngjae telah menyelesaikan hukumannya. Siapa yang tahan membersihkan kandang kuda yang sudah tak terpakai tapi kotorannya begitu banyak? Beruntunglah tadi ia tak sengaja melihat Nana lewat, lalu gadis itu berinisiatif membantu Youngjae tanpa protes sedikitpun. Dan sekarang keduanya tengah berbaring berdampingan di rerumputan dekat Danau Canna, beristirahat sejenak setelah tadi berperang dengan bau tak sedap khas kotoran kuda.

 

            “Maksudmu? Menyerah bagaimana?”

 

            Youngjae justru tersenyum mendengar pertanyaannya dibalas dengan pertanyaan lagi. Tentu saja gadis di sampingnya ini tak mengerti karena ia memulai obrolan dengan pertanyaan aneh. “Maksudku, apa sebaiknya aku menyerah mendapatkan So Yeon? Kurasa aku sudah tidak ada harapan lagi bersamanya.”

 

            “Apa kau yakin? Takutnya sekarang kau bicara seperti ini, besok-besok kau malah berusaha mengejar So Yeon Sunbae lagi.” Nana malah tersenyum sambil kembali menatap ke langit cerah khas siang menjelang sore.

 

            “Aku yakin.” Nada suara Youngjae masih terdengar meragukan. “Lagipula untuk apa mengejar seseorang yang justru sudah jatuh cinta pada orang lain?”

 

            Senyum Nana masih belum sirna di wajah cantiknya, ia melirik jam pink yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. “Baiklah, jam 15.53 KST tanggal 07 September 2013 Yoo Youngjae menyatakan dirinya menyerah.”

 

            Reflek Youngjae tertawa mendengar pernyataan Nana tadi. “Hei! Untuk apa kau menyebutkan hal tadi?”

 

            “Hanya ingin mengingatkan hari dan jam dimana kau menyatakan menyerah, agar kau ingat dan tidak melupakan ucapanmu sendiri.”

 

            Youngjae geleng-geleng kepala. Tingkah gadis ini ada-ada saja.

 

            “Hei kalian!!”

 

            Keduanya serempak bangun dan menoleh ke belakang—tepat dimana asal suara terdengar. Seorang gadis bertubuh ramping yang baru saja mereka bicarakan datang sambil menggendong sesuatu di tangannya.

 

            “Kalian sedang apa?” tanya So Yeon menatap curiga Youngjae dan Nana bergantian.

 

            “Hanya sedang beristirahat setelah bergelut dengan kotoran kuda,” jawab Youngjae terdengar dingin. “Kau sendiri?”

 

            “Aku sedang berjalan-jalan sore dan kebetulan melihat kalian di sini, kupikir kalian melakukan sesuatu yang... aneh.” So Yeon mengusap lembut sesuatu di tangannya yang terlihat seperti anak anjing.

 

            “Aneh bagaimana? Kami hanya sedang tidur-tiduran saja dan kau sudah menganggap kami berbuat aneh,” dengus Youngjae kesal.

 

            “Aku ‘kan hanya melihat sekilas siapa tahu penglihatanku salah makanya aku mendekat,” ujar So Yeon terdengar beralasan. “Hei! Apa kalian sudah bertemu dengan Kim Yeon?”

 

            “Kim Yeon?” Nana yang sedari tadi diam akhirnya bersuara juga, sebenarnya gadis ini malah sibuk memperhatikan anak anjing di gendongan So Yeon daripada ikut campur dalam pertengkaran Youngjae dengan Sunbaenya ini.

 

            “Ya, Kim Yeon. Anak anjing yang ada di gendonganku ini namanya Kim Yeon.” So Yeon mengangkat sedikit anak anjing berwarna putih itu. “Ayo beri salam pada paman Youngjae dan bibi Nana.”

 

            “Halo Kim Yeon.” Nana tersenyum melihat kaki mungil Kim Yeon digerakkan So Yeon seolah-olah tengah melambaikan tangannya. “Sunbae dapat darimana anak anjing itu?”

 

            “Dari Suho, dia tak sengaja menemukannya di jalan Lotus. Dan kami sepakat memberinya nama Kim Yeon. Gabungan namaku dan dia. Eotteo? Dia lucu ‘kan?”

 

            Nana mengangguk. “Ne, dia sangat lucu.”

           

            “Kau benar, Nana-ya.” So Yeon tersenyum mengiyakan ucapan Nana. “Geurrae, aku harus menemui Suho sekarang. Aku pergi dulu. Kalian jangan berbuat yang aneh-aneh lagi.”

 

            “Tanpa kau beritahu pun kami sudah tahu.” Justru Youngjae yang menyahut ucapan So Yeon, nada bicara lelaki itu tetap saja terdengar dingin. Entah ada angin apa Youngjae bersikap demikian.

 

            “Aku juga mau pergi, Youngjae-ya kau masih mau di sini?” Nana bertanya seraya berdiri, tangannya menepuk-nepuk rok kuningnya dari rumput yang menempel.

 

            “Ya, aku masih mau di sini. Berhati-hatilah, maaf aku tidak bisa mengantarmu.”

 

            “Tak apa, kau juga hati-hati. Kembali ke asrama sebelum jam 9 malam.”

 

            “Iya aku tahu itu.”

 

            Nana tersenyum mendengar itu lalu berbalik. Berjalan menjauhi area Danau Canna sebelum akhirnya langkah gadis itu terhenti mendengar teriakkan Youngjae.

 

            “Apalagi?” tanya Nana menolehkan kepalanya ke belakang.

 

            “Terima kasih sudah membantuku menyelesaikan hukuman,” ucap Youngjae terdengar tulus diiringi senyuman. “Mungkin jika tidak ada kau, sampai sekarang aku tidak akan selesai membersihkan kandang kuda.”

 

            “Tidak masalah, teman seharusnya saling membantu ‘kan?” Setelah mengucapkan itu, Nana berbalik lagi dan melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Youngjae yang masih menatapnya penuh arti. Ada sesuatu. Hati lelaki tersebut seperti dimasuki rasa asing. Rasa untuk melindungi gadis bermarga Ryu itu.

 

            Tapi apakah secepat ini?

 

            Apakah secepat ini ia melupakan So Yeon?

 

           

To Be Continued

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK