Pagi ini sebenarnya tidak terlalu istimewa. Hanya saja ketujuh orang yang bertangga ini berangkat bersama ke sekolah. Luhan, Sehun dan Soojung berada pada mobil sport merah milik Luhan. Sedang Minho harus rela menjadi supir dari Taemin, Jinri, dan Jongin. Bak idola sekolah ketujuh remaja itu keluar dari kendaraan masing-masing. Siapa yang tidak mengenal mereka di SM High School.
Ada Choi Minho si ketua tim basket sekolah. Kim Taemin ketua klub dance. Dan tentunya ketua OSIS nan menawan Oh Luhan. Tak ketinggalan empat sahabat yang memiliki beragam karakter Kim Jongin, Oh Sehun, Choi Jinri, dan pastinya Jung Soojung. Setiap siswa memandang kagum kepada tujuh siswa yang juga bertetangga ini. Namun, ada juga yang memandang iri Soojung dan Jinri, satu-satunya perempuan di antara para pemuda tampan idaman siswi SM High School.
Kini Soojung, Jinri, Sehun dan Jongin telah berada di kelas mereka untuk mengikuti pelajaran hari ini. Kebetulan mereka berada pada kelas yang sama. Sejak TK hingga sekarang mereka selalu ditakdirkan untuk satu kelas. Bertetangga, bersekolah dan menjadi teman sekelas adalah takdir yang tak dapat dihindari empat sahabat ini.
O0O
Istirahat telah tiba, Jongin, Sehun dan Jinri berada di kantin menikmati istirahat mereka. Jongin sedari tadi gelisah menyadari kehilangan sahabat favoritnya, Soojung. Sehun dan Jinri memandang Jongin heran.
“Kau seperti cacing kepanasan, Jong-ah,” kata Jinri mengalihkan perhatian Jongin.
“Ahh, bukan. Hmm, apa kalian tahu Soojung di mana? Tumben dia tidak ke kantin,” kata Jongin salah tingkah. Sehun yang mendengar kata-kata Jongin menyeringai penuh arti.
“Kau sudah merindukannya, huh? Padahal kita ini sekelas, bahkan rumah berdekatan. Tetapi kau tetap saja gelisah jika tak ada Soojung di sekitarmu,” goda Sehunsambil tersenyum jahil.
“Hishh, bu-bukan begitu. Aku ha-hanya heran,” ujar Jongin sambil mengalihkan pandangannya. Dua sahabatnya yang lain hanya terkikik melihat tingkah Jongin.
“Dia di perpustakaan, Jong. Ada buku yang dicari untuk referensi karya tulisnya,” ucap Jinri. Jongin hanya membulatkan mulutnya.
“Baiklah, aku akan menyusulnya ke perpustakaan. Soojung suka tiba-tiba kelaparan,” kata Jongin membawa sebungkus roti isi coklat sambil beranjak dari kantin. Jinri dan Sehun hanya tersenyum memandang punggung Jongin.
“Sebenarnya aku kurang setuju jika sahabat jadi cinta. Tetapi kalau Jongin dan Soojung saling cinta mau apa lagi,” ujar Jinri membuat Sehun menatapnya terkejut. Sehun menelan salivanya kasar. Jika Jinri tidak setuju sahabat jadi cinta, bagaimana dengan perasaannya?
O0O
Jongin mencari sosok Soojung di setiap sudut perpustakaan sekolahnya yang cukup besar. Dengan sedikit kerja keras akhirnya sosok anggun Soojung dapat ditangkap oleh kedua matanya. Namun, Soojung tidak sendiri. Soojung bersama seseorang yang sangat ia kenal. Yep, Soojung terlihat bersama Luhan. Sesekali Soojung tersenyum, tertawa, bahkan merajuk di hadapan Luhan. Saking gemasnya Luhan mengacak pelan rambut Soojung, sampai si empunya kesal karena tatanan rambutnaya jadi berantakan. Bukan hanya Soojung, Jongin yang sedari tadi mengamati pun ikut kesal. Bukan karena rambut Soojung berantakan, bukan. Suatu kekesalan yang lain. Hanya saja Jongin tak dapat mendeskripsikannya.
Ketika menyadari Luhan beranjak dari sisi Soojung, Jongin segera menghampiri gadis yang telah menjadi sahabatnya sejak dia berusia 4 tahun itu. Jongin tersenyum melihat ekspresi serius Soojung yang tengah membaca buku.
“Serius sekali,”ujar Jongin tiba-tiba duduk di hadapan Soojung membuat gadis cantik itu mendongakkan kepalanya menatap pemuda berkulit tan itu.
“Kau di sini. Sejak kapan?” tanya Soojung sambil tersenyum.
“Sejak kau bermesraan dengan Luhan hyung,” jawab Jongin sekenanya menyembunyikan nada cemburu dari suaranya. ‘Hei nada cemburu? Yang benar saja? Tidak ada kata cemburu di dalam kamus Kim Jongin,’ catat hati kecilnya.
“Bermesraan apanya? Luhan Oppa hanya membantuku mencari sumberuntuk karya tulisku. Kau tahu tahun lalu dia memenangkan Lomba Karya Tulis Remaja yang akan kuikuti kan?” kata Soojung jengah.
“Lagi pula dia sudah seperti kakakku sendiri, bagaimana bisa kau sebut bermesraan?” tambah Soojung sambil mengerucutkan bibirnya. Jongin hanya meringis dan menahan rasa gemasnya untuk tidak melumat gumpalan imut yang ditunjukkan Soojung tadi. ‘Melumat? Jernihkan pikiranmu Kim Jongin! Jangan berpikir yang aneh-aneh,’ ucap Jongin dalam hati sambil menggelengkan kepalanya. Soojung melihat tingkat Jongin hingga alisnya saling bertautan. Tetapi kemudian Soojung hanya mengangkat bahunya. Sahabatnya Kim Jongin ini memang sudah terbiasa bertingkah aneh.
“Kau pasti belum makan. Nih, aku bawakan roti untukmu,” ucap Jongin mencoba merayu Soojung untuk tidak kesal lagi padanya. Soojung tersenyum melihat sebungkus roti rasa coklat yang disodorkan Jongin.
“Gomawo, Jong-ah,” kata Soojung sambil tersenyum. Segera dibuka dan dimakannya roti pemberian Jongin itu. Jongin tersenyum melihat Soojung yang kini serius menikmati rotinya.
“Kau mau Jongin?” tawar Soojung tiba-tiba. Jongin hanya mengenguk dan membuka mulutnya. Soojung yang tahu kebiasaan Jongin (yang suka disuapi, bahkan disuapi oleh Sehun -,-) segera menyuapkan roti pada sahabatnya itu. Jongin tersenyum sambil menikmati roti suapan Soojung.
“Kau memang selalu mengerti diriku, Jongin,” kata Soojung sambil tersenyum.
“Mengerti kau yang selalu kelaparan?” tanya Jongin sambil tersenyum jahil membuat Soojung memukul pelan lengannya. Namun kemudian keduanya tertawa. Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada yang menatap iri kebersamaan dua remaja yang telah bersahabat sejak kecil itu.
.
.
.
.
TBC