Langit Seoul tampak cerah, pagi ini. Seorang gadis cantik yang telah berseragam lengkap membuka jendela kamarnya sambil tersenyum cerah selayaknya mentari yang bersinar pagi itu. Sesekali ia menghirup nafas panjang dan merasakan udara segar yang mengisi paru-parunya. Kehangatan mentari pagi menambah kesempurnaan paginya, pagi seorang Jung Soojung.
“Soojung-ah, sarapan sudah siap!” panggil ibunya dari ruang makan.
“Ne, Eomma,” seru Soojung segera. Sekali lagi Soojung mematut bayangannya di cermin, kemudian tersenyum puas dengan dengan penampilannya dan segera beranjak untuk rutinitas sarapan paginya.
“Woow.. Princess kita sudah selesai berdandan rupanya,” kata seseorang berusaha menggoda Soojung. Soojung segera memberikan tatapan tajamnya sehingga membuat orang tadi bersembunyi di belakang seorang pemuda manis dan tampan.
“Hyung, tolong aku. Soojung mengerikan,” kata orang yang tadi menggoda Soojung.
“Ya, Oh Sehun kapan kau mau dewasa jika terus bersembunyi di belakang Luhan Oppa?” sindir Soojung sambil menatapnya sinis.
“Lihat kan hyung, dia seperti nenek sihir,” ujar orang tadi yang ternyata adalah Oh Sehun, sahabat Soojung sejak kecil. Soojung menghela nafas kesal mendengar rengekan sahabat karibnya itu.
Luhan hanya mengulum senyum melihat tingkah kekanakan adiknya. “Pantas saja Jinri terus mengacuhkanmu. Kau saja selalu meminta perlindungan padaku,” ujar Luhan sambil tersenyum mengejek. Soojung tersenyum puas mendengar ejekan Luhan pada Sehun.
“Ya, hyung, kau itu kakakku bukan sih. Selalu saja membela si Ice Princess ini,” ujar Sehun kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
“Ahh, nemu kyeopta, Sehunnie,” ujar Soojung sambil mencubit pipi Sehun.
“Ya, Jung Soojung, berhenti menyebutku kyeopta,” kata Sehun sambil memberikan tatapan siap membunuh Soojung. Luhan tertawa melihat tingkah kedua sahabat yang tak pernah absen untuk ribut setiap paginya ini.
“Kapan kalian akan sarapan jika terus bercanda seperti itu?” instrupsi Eomma Soojung. Ketiga remaja itu hanya meringis dan segera duduk di meja makan.
Sarapan pagi berjalan seperti biasa, ada Tuan dan Nyonya Jung, Soojung putri semata wayang mereka, dan tidak ketinggalan kedua putra keluarga Oh. Sebenarnya baru seminggu ini Sehun dan Luhan terpaksa sarapan dan bahkan makan malam di rumah keluarga Jung. Kakek mereka yang berada di Busan sedang sakit, sehingga kedua orang tua mereka harus menemani sang Kakek.
“Kami berangkat dulu, Appa, Eomma,” pamit Soojung sambil mengecup pipi kedua orang tuanya.
“Ne, hati-hati,” kata Tuan Jung sambil mengusap lembut puncak kepala putrinya.
“Terima kasih untuk sarapannya kali ini bibi,” kata Luhan sambil tersenyum.
Setelah berpamitan mereka berjalan keluar rumah dan melihat empat orang dengan seragam yang sama dengan mereka bertiga sudah ada di depan rumah Soojung.
“Kalian lama,” celetuk Jinri melihat orang yang ditunggunya sudah siap.
“Mian, baby. Si Princess ini dandannya lama sekali,” jawab Sehun dengan mendapat tatapan mengerikan dari Soojung sekali lagi.
“Hissh, berhenti memanggilku baby. Aku bukan bayi,” kesal Jinri sambil memukul kepala sahabatnya itu. Semua yang di situ hanya tertawa mendengar rintihan Sehun.
“Tumben Minho Oppa dan Taemin Oppa belum berangkat?” tanya Soojung.
“Hanya sesekali ingin berangkat dengan kalian saja,” jawab Minho kakak Jinri sambil mengangkat bahunya. Soojung hanya menganggukan kepalanya mengerti.
“Dan karena Taemin Oppa ingin menjagaku sampai di sekolah dengan selamat,” sahut Jinri sambil merangkul lengan putra pertama keluarga Kim itu.
“Ya, jangan bermimpi hyungku mau denganmu bayi besar,” ujar pemuda tampan yang sedikit lebih hitam, Jongin sambil menyembunyikan kakaknya di belakang punggungnya.
“Ckckck. Bisakah kita berangkat sekarang? Aku sudah cukup terlambat dengan membangunkan Kkamjong yang pemalas ini,” sahut Taemin melerai debat kecil adik dan para tetangga yang telah dikenalnya sejak kecil. Semua hanya mengangguk patuh atas intrupsi Taemin. Mereka segera berangkat bersama menuju sekolah.
.
.
.
TBC