home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Our Story

Our Story

Share:
Published : 08 Feb 2015, Updated : 09 Apr 2015
Cast : Choi Siwon, Kim Raya (fictional character)
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |15618 Views |10 Loves
Our Story
CHAPTER 7 : After Six Years

Suara hiruk pikuk khas keramaian sebuah taman kanak-kanak terdengar sangat menyenangkan. Beberapa wanita dan seorang pria dewasa terlihat mengobrol santai di ruangan yang bertuliskan ruang kepala sekolah.

Tak jauh dari sana, seorang anak laki-laki dengan pipi penuh berisi berlari kencang menuju ruang kelasnya. Hentakan tubuhnya karena berlari membuat pipi gembulnya bergoyang naik turun menggemaskan.

“Ray-chan… Ray-chan… Ray-chan” panggil anak laki-laki itu tak sabar saat memasuki ruang kelasnya. Seorang anak perempuan yang merasa terpanggil, langsung mengangkat wajahnya dari kertas gambar yang ia tekuni sejak tadi.

“eo, Youngie-ya~ kau sudah selesai?”

Anak laki-laki yang baru saja tiba mengangguk penuh semangat, “Nona Han bilang sekarang giliranmu” ada jeda sesaat, “sepertinya ayahmu sudah datang” lanjut anak laki-laki yang memiliki nama lengkap Cho Young Hyun itu dengan suara berbisik penuh rahasia sambil mencondongkan tubuhnya lebih dekat kearah sang sahabat.

“benarkah??” Young Hyun kembali menggangguk dengan senyuman penuh melihat ekspresi riang sahabatnya.

“ayo aku bantu” tawar Young Hyun sambil tangan kecilnya bergerak cepat merapikan crayon milik sahabatnya yang berserakan di atas meja, sang sahabat yang memang tak sabar ingin segera bertemu ayahnya, tak menolak tawaran teman kecilnya itu.

Baru saja Young Hyun selesai memasukkan crayon yang terakhir pada tempatnya, matanya langsung terpaku pada hasil gambar yang dibuat sahabatnya.

“Ray-chan, kau menggambar ibumu lagi?”

“emm” jawab Ray-chan tanpa melihat kearah Young Hyun karena kali ini dia sibuk mengalungkan botol airminum dan meraih kotak bekalnya untuk dia bawa segera.

“Raya~” kedua sahabat cilik itu sontak menoleh kearah pintu mendengar nama salah satu dari mereka dipanggil, “sekarang giliranmu, ayahmu sudah tiba, ayo sayang.”

“ne, Nona Lee” gadis cilik yang tadi dipanggil Raya menjawab dengan penuh semangat, “gomawo Youngie-ya, annyeong” lanjut Raya riang sambil melambaikan tangannya pada Young Hyun kemudian berlari menggunakan kaki kecilnya menyongsong guru kelas yang sudah menunggunya didepan pintu.

Young Hyun yang ditinggalkan begitu saja menatap punggung Raya yang semakin menjauh dengan tatapan menyipit penuh rasa ingin tau, “kenapa dia selalu menggambar dua orang ibu?” gumam Young Hyun penasaran.

****

“terimakasih banyak Nona.Han, Nona.Kim, anda berdua benar-benar memberi kami jalan keluar bagaimana menghadapi sikap ingin tau dan keras kepala Young Hyun” ucap seorang wanita muda yang diikuti oleh anggukan tanda setuju dari pria disampingnya, “selama ini kami -orangtuanya- benar-benar sering merasa sakit kepala menghadapi rasa ingin tau dan sikap egoisnya yang kelewat batas”

“hal seperti itu sangat wajar diusia Cho Young Hyun sekarang, anak seusianya suka sekali bereksplorasi dengan apa yang ada disekitar dan menganggap semua yang dia sukai harus jadi miliknya, anda harus semakin membesarkan hati menghadapinya, Nyonya Cho. Dan sekali lagi saya sarankan untuk tidak memberi batasan kepada Young Hyun terhadap rasa ingin taunya, Young Hyun adalah anak yang cerdas”

“ne, saya mengerti, sekali lagi terimakasih banyak Nona. Kim”

Wanita yang disapa Nona. Kim Mengangguk penuh senyum.

“sampai bertemu lagi dipertemuan orang tua bulan depan tuan dan nyonya Cho” ucap nona Han Boyoung selaku kepala sekolah yang sejak tadi menemani konsultasi yang dilakukan oleh kedua orang tua salah satu muridnya.

“ne, terimakasih banyak Nona.Han. Sepertinya uri-Youngie masih ada dikelasnya, kami berdua permisi menjemputnya langsung kalau begitu. Permisi Nona Han, Nona Kim” ucap ayah Young Hyun undur diri diikuti oleh istrinya.

Sepeninggal kedua orang tua Cho Young Hyun, wanita yang disapa Nona Kim berbalik menuju mejanya.

“hah, aku benar-benar tak tau harus mengucapkan apa lagi selain terimakasih padamu, aku tak tau apa yang harus ku lakukan jika kau tak bisa kembali ke Korea secepatnya” ucap Han Boyoung terdengar tulus sambil mengikuti langkah konsultannya, “kau taukan untuk hal ini aku sudah tak bisa percaya pada siapapun, hanya kau satu-satunya konsultan yang bisa ku andalkan”

“sudahlah, kau tak berhenti mengucapkan terimakasih sejak tadi” sahut sang konsultan -nona Kim- sambil lalu dengan tangan yang mulai sibuk merapikan berkas dan data diri milik Cho Young Hyun yang tadi dianalisa, “dan kau seharusnya mulai mencari konsultan baru untuk sekolahmu ini, aku tak bisa tiba-tiba kembali ke Korea hanya untuk membantumu bekerja”

“ya aku mengerti, aku janji ini akan jadi yang pertama dan terakhir aku memintamu membantuku” balas Boyoung sinis menanggapi keluhan sang konsultan sekaligus sahabatnya.

“tinggal satu siswa lagikan?”

“ah iya, ini siswa yang terakhir” Boyoung meraih satu berkas tersisa yang berada di atas meja, “setelah ini aku akan mentraktirmu makan siang” lanjutnya sambil memindahkan berkas yang ia pegang ke atas meja sofa set yang terletak di tengah ruangan itu, “ayahnya sudah tiba, aku akan memanggilnya dulu.”

Sepeninggal Han Boyoung, wanita itu berjalan ke deretan sofa yang berada di tengah ruangan. Setelah membantu mengidentifikasi bakat, kemampuan dan kesiapan lebih dari 15 siswa untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah dasar, wanita itu bisa bernafas lega karena ini adalah siswa yang terakhir.

Kini dikepalanya berputar berbagai macam rencana yang akan dia lakukan untuk bernostalgia menikmati kota Seoul yang sudah dia tinggalkan selama 6 tahun sebelum kembali ke Singapura esok pagi, pasti semakin banyak hal menarik yang ada di Seoul, baru membayangkannya saja sudah membuat senyum indah terukir dibibirnya. Tapi dia harus menahan diri, dia harus menuntaskan pekerjaannya dulu, masih ada satu siswa lagi yang harus dia tangani.

Ketika akan meraih berkas siswa yang tergeletak dimeja, wanita itu merasa ada yang sedang memperhatikan. Sontak dia mengarahkan pandangannya kearah pintu yang terbuka, dan benar saja, seorang gadis kecil berkuncir dua tengah mengintip kegiatannya dari balik pintu tersebut.

“annyeong” wanita itu menyapa ramah sang gadis kecil sambil berjalan perlahan mendekatinya, kemudian dia mensejajarkan diri dengan si gadis kecil dengan bertumpu pada lutut kanannya, “kau ingin menemuiku?” tanya wanita itu penuh senyum.

“annyeonghaseyo” sapa sang gadis kecil dengan gugup sambil menundukkan kepalanya, “nona. Lee menyuruhku datang ke ruangan ini”

“begitukah?” sang gadis kecil menggangguk menggemaskan, ada binar bahagia yang tampak dalam sorot mata gadis kecil itu.

“kalau begitu ayo masuk” wanita itu berdiri sambil kemudian menggandeng tangan sang gadis kecil, sementara gadis kecil itu, Raya, memandang takjub tangannya yang digenggam wanita dewasa yang kini tengah menuntunnya, “dimana orang tuamu?”

“a-ayah sedang berbicara dengan nona Han”

Nona.Kim yang mendengar nada gugup dari gadis kecil yang bersamanya, kembali mensejajarkan diri dengan gadis kecil itu, “kalau begitu kau duduk dulu di sini ya, mau susu?”

Raya kembali menggangguk penuh semangat menerima sekotak susu yang diambil nona.Kim dari meja disampingnya.

“oh iya, siapa namamu?” tanya Nona.Kim dengan posisi yang masih bertumpu pada salah satu lututnya.

“Raya”

“Raya??” Nona Kim mengulang nama yang disebutkan gadis kecil dihadapannya dalam bentuk pertanyaan, “namamu Raya?” anggukkan mengemaskan diberikan gadis kecil itu sebagai tanda mengiyakan.

“woah… nama kita sama, aku juga Raya, Kim Raya” jawaban wanita dihadapannya sontak membuat Raya cilik menghentikan aksi minum susunya seperti terkejut karena menyadari sesuatu.

“kenapa?”

Raya kecil tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan wanita yang juga bernama Raya dihadapannya, dia justru menyerahkan kertas gambar yang dia pegang sejak tadi.

 

“ini gambarmu?” Raya cilik mengangguk dengan sedotan susu yang masih menempel dibibirnya, “Bagus” puji Kim Raya penuh senyum, “siapa ketiga wanita ini?”

“ini aku” Raya cilik menunjuk gambar perempuan yang terletak di tengah, “Choi Raya” jawaban gadis kecil dihadapannya membuat alis Kim Raya bertaut bingung, ada sesuatu yang tak asing dari nama itu.

“yang ini ibuku” tunjuk Raya kecil kembali pada gambar wanita yang berada disebelah kiri, “Kim Raya” jawaban Raya cilik membuat Kim Raya semakin heran.

“yang ini juga ibuku” tunjuk Raya cilik pada wanita yang berada di sebelah kanan, “Jung Jaehyun”

Bagai sebuah kepingan mosaic yang disatukan, Kim Raya seperti menarik sebuah benang merah dari semua ini, Choi Raya, Kim Raya, Jung Jaehyun,

“Raya?” sebuah suara berat menginterupsi pemikiran liar Raya, kedua wanita berbeda generasi itu merasa terpanggil dan sontak menengokkan wajah mereka ke sumber suara.

“Appa!” seru Raya cilik senang sambil beranjak dari kursinya menuju sosok tinggi laki-laki yang merentangkan tangan untuknya, namun situasi berbanding terbalik justru sedang dialami wanita dewasa yang juga bernama Raya.

Seperti dipaksa membuka kenangan pahit enam tahun silam, Raya terpaku melihat sosok laki-laki yang selama enam tahun ini menjadi sumber penderitaannya.

“Choi Siwon?!”

 

 

 

****

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK