"Hancur! kata itu bahkan tak mampu menggambarkan perasaaanku saat ini" -Kim Raya-
****
Raya sudah tak mengerti dengan apa yang tengah dia rasakan saat ini. Hancur? Kata itu bahkan tak mampu mewakili segala perasaannya. Saat ini hati dan perasaan Kim Raya benar-benar sudah tak berbentuk, dia luluh lantak, mungkin jika diibaratkan saat ini dia hanya mampu menunggu seseorang untuk mengumpulkan serpihan hatinya yang sudah benar-benar tak terbentuk.
Sesak? Entahlah, apa ini perasaan sesak, nyatanya Raya sudah tak mampu merasakan apapun, mungkin karena hatinya telah hancur tak bersisa, ibarat sebuah cristal dandelion yang pecah terinjak, dia sudah tak mampu lagi merasakan sakit dihatinya, karena dia sendiri sudah tak mampu merasakan keberadaan hatinya.
Ucapan pengakuan sekretaris suaminya bagaikan sebuah godam yang menghancurkan seluruh dirinya. Airmata terus keluar dari mata Kim Raya tanpa lirihan tanpa isak tangis, hanya terus keluar tanpa henti. Raya sendiri tak sanggup untuk menghentikannya, dia sepertinya sudah lupa cara untuk memerintahkan otaknya agar berhenti menangis.
Raya bingung apa yang harus dia lakukan sekarang, baru beberapa bulan ini dia merasakan indahnya sebuah pernikahan sesungguhnya, kebahagiaan tak terkira menjadi seorang istri yang dicintai. Tapi kenyataan yang terjadi saat ini justru menghentikan semua kebahagiaannya.
Apa yang harus dia lakukan, semesta seolah berkomplot untuk selalu mengurung Kim Raya dalam nestapa, takdir seolah tak pernah membiarkannya untuk merasa bahagia, Tuhan seperti sedang mempermainkannya.
Raya benar-benar tak tau apa yang harus dia lakukan, baru saja dia mulai merajut mimpi indah bersama pria yang mencintai dan dia cintai, tapi kenyataan pahit bahwa ada wanita lain yang tengah mengandung anak dari prianya… entahlah, Raya sendiri tak mampu mengungkapkan bagaimana perasaannya saat ini. Jika di ibaratkan, seperti sebuah luka sayatan bernanah yang ditaburkan garam serta perasan jeruk lemon, perih teramat perih.
Kim Raya tak pernah menyangka bahwa kebahagiaan yang tengah dia rasakan kini ternyata laksana sebuah istana pasir yang dibangun di pesisir pantai, rapuh, begitu laut pasang dan ombak menerjang kebahagiaannya hancur tak bersisa, hilang tak berbekas. Raya merasa Sepertinya dia memang tak pernah ditakdirkan untuk meraih kebahagiaan bersama suaminya, Choi Siwon, pria yang sangat dia cintai.
“mianhae… jeongmal mianhae” ucapan lirih disertai isak tangis tak henti dikeluarkan oleh Choi Siwon yang saat ini tengah duduk bersimpuh sambil memeluk kaki Kim Raya. Siwon tak pernah mengira bahwa tindakan bejatnya akan meninggalkan bekas yang tak pernah hilang, dia berpikir selama ini dia selalu bermain aman, tapi pengakuan sang sekretaris yang saat ini tengah mengandung anaknya benar-benar membuat Choi Siwon bagai dipaksa masuk ke dalam lubang kehancurannya.
“maafkan aku, kumohon maafkan aku” Lirihan dan isakan Choi Siwon yang terus meminta maaf tak berhasil menarik Kim Raya dari sikap diamnya, Raya benar-benar tak bergeming, seakan tubuhnya menjadi katalepsi, kaku, tak bergerak.
Hingga akhirnya Raya menundukkan kepalanya, menatap penuh luka pria yang sejak tadi tak berhenti berucap maaf penuh kelirihan dengan linangan airmata sambil terus berlutut memeluk kedua kakinya. Raya menatap pria yang juga ikut hancur karena kenyataan yang terjadi.
Sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, Raya menghembuskan nafasnya pelan, kemudian dia menengadahkan kepalanya menatap langit-langit apartment mereka yang dia harapkan runtuh saat ini juga sehingga mampu mengubur luka sekaligus dirinya hidup-hidup. Jika ada yang bertanya apa yang dia harapkan saat ini, dia berharap kematian datang menjemputnya saat ini juga.
Pandangan Raya menerawang, otaknya berputar cepat laksana sebuah film yang di fast rewind, ingatannya mundur sangat cepat kebelakang melintas berbagai memori dan semua kenangan yang selama ini dia lewati bersama pria yang masih setia bersenandung maaf di kakinya.
Janji suci pernikahan, awal pernikahan yang begitu dingin, pengorbanan Raya, kelelahannya, keputusannya untuk meninggalkan sang suami, kemudian permohonan maaf dan pengakuan cinta suaminya, keputusan mereka untuk kembali bersama hingga moment beberapa saat lalu dimana seorang wanita mengaku tengah mengandung anak suaminya.
“arggghhhhh” erangan frustasi akhirnya keluar dari bibir Kim Raya, erangan itu ibarat sebuah pintu bagi Kim Raya untuk mengeluarkan seluruh perasaannya, Raya terisak sambil menyembunyikan wajah dengan kedua telapak tangannya, dia menangis tergugu meratapi nasib yang telah Tuhan atur untuknya, isakkan lirih menyayat hati tak henti keluar dari mulut Kim Raya, dia ingin siapa saja membangunkannya dari mimpi buruk ini.
“Raya-ya mianhae… mianhae… jeongmal mianhae” isakan putus asa ikut keluar dari mulut Choi Siwon, Siwon memeluk pinggang Kim Raya kemudian menenggelamkan kepalanya pada perut sang istri, menyembunyikan wajahnya yang bersimbah airmata sambil tak henti mengucapkan kata maaf akan semua penyesalan dan rasa bersalahnya.
Raya tak henti mengeluarkan rasa sakitnya melalui isak tangis, apakah harus seperti ini jalannya, apakah harus seperti ini akhirnya, kenapa Tuhan tak langsung membunuhnya saja agar dia tak perlu merasakan derita yang saat ini menghancurkan dirinya.
Kenapa Tuhan harus mempersatukannya kembali dengan Choi Siwon bila ternyata Tuhan tak mengijinkannya berbahagia dengan pria itu. kali ini Raya mulai menyalahkan Tuhan akan semua nasib buruk yang menimpanya.
Semakin lirih erangan dan isakkan yang dikeluarkan Kim Raya semakin dalam juga rasa sakit yang melingkupi Choi Siwon. Siwon benar-benar membenci dirinya sendiri, dia membenci semua tindakan yang dia lakukan yang telah membawa istrinya pada kesakitan yang begitu dalam.
Raya mencoba mengatur nafas, menahan isakkannya sambil mencari sisa-sisa akal sehat yang masih ada di kepala, kemudian dia menegakkan duduknya hingga membuat Choi siwon yang sejak tadi menangis dipangkuannya ikut merubah posisi hingga menatapnya.
Wajah Choi Siwon memerah, matanya bengkak karena airmata, lelehan airmata masih setia mengalir di wajah pria itu. Hancur, Raya tau mereka berdua sama-sama hancur tak bersisah karena kenyataan yang terbentuk akibat kesalahan suaminya. Raya dapat melihat penyesalan hebat yang bermain dimata redup pria dihadapannya.
Raya menarik nafas dalam-dalam mencoba menormalkan suaranya, “jawab pertanyaanku dengan jujur” pinta Raya dengan nada lirih, siapapun orang yang mendengarnya pasti tau bahwa wanita yang tengah menegarkan hatinya ini tengah menahan luka yang amat dalam. Choi Siwon mengangguk cepat sambil menahan isakan dan laju airmatanya.
“apa kau yakin anak yang tengah dikandung wanita itu adalah anakmu?” Tes… airmata kembali berhasil lolos dari mata bulat Kim Raya, ternyata sekuat apapun wanita itu menahan tangisnya, tetap saja dia tak mampu menutupi luka yang tengah dia rasakan.
Mendengarkan pertanyaan Kim Raya, Siwon hanya mampu menundukkan kepalanya dalam-dalam. Dia tak tau harus berkata apa, karena Siwon yakin kalimat apapun yang keluar dari mulutnya akan semakin menyakiti hati wanita yang sangat dia cintai ini.
“kumohon jawab aku Oppa” pinta Raya masih dengan isakan tertahan dan linangan airmatanya.
“ya… itu anakku” jawab Siwon ikut menahan isakannya. Dan benar saja, jawaban yang keluar dari mulut Choi Siwon benar-benar memperparah kondisi hati Kim Raya yang memang saat ini sudah tak berbentuk.
Raya menutup mulutnya, menahan raungan isakan yang sudah siap meluncur dari mulutnya. Tubuh Raya bergetar hebat menahan ledakan isakan yang berusaha dia tahan mati-matian.
“dari mana kau begitu yakin kalau itu anakmu?” tanya Raya dengan suara tertahan.
Siwon menundukkan kepalanya semakin dalam mendengar pertanyaan baru yang keluar dari mulut istrinya. Siwon benar-benar seperti pendosa yang siap dan rela menerima hukuman apapun yang akan dilayangkan kepadanya.
“kubilang jawab pertanyaanku” lirih Raya kembali setelah menerima sikap diam Choi Siwon cukup lama.
“ku mohon… jangan… terluka” ucap Siwon terputus-putus menahan rasa sakit yang juga menyelimuti dirinya karena untuk kesekian kali dia membuat wanita yang dia cintai hancur karenanya. “Jung Jaehyun, dia wanita baik-baik, akulah… akulah yang pertama kali merenggut kegadisannya”
‘Brengsek! Brengsek! Brengsek! BAJINGAN!!’ rasanya Raya begitu ingin memaki pria yang saat ini masih bersimpuh dihadapannya, namun saat ini yang mampu keluar dari mulutnya hanyalah raungan kesakitan akan luka kasat mata yang menghancurkan dirinya.
Raya mencengkram erat bagian dress di depan dadanya, tubuhnya jatuh meringkuk menahan perasaaan sakit tak terkira yang bukan hanya mendera dadanya tapi seluruh tubuhnya.
“ku mohon maafkan aku Kim Raya, maafkan aku… maafkan aku… maafkan aku” Siwon memohon penuh harap, kini dia sudah mensejajarkan wajahnya dengan wajah sang istri yang sudah terbaring bergelung di atas sofa.
Siwon mencoba meraih kedua tangan Kim Raya yang terkepal sempurna mencengkeram erat dress yang dikenakan wanita itu, “maafkan aku… maafkan aku… ku mohon maafkan aku” namun permintaan maaf Choi Siwon justru ibarat sebuah mars kematian yang menggiring Kim Raya pada lubang kuburnya. Semua permohonan ampun Choi Siwon tenggelam oleh raungan airmata kesakitan Kim Raya.
****
Hari sudah beranjak dini hari, Raya dan Siwon tak tau sudah berapa lama mereka menangis dengan kondisi Raya yang bergelung di atas sofa dan Siwon yang masih duduk dilantai namun ikut membaringkan kepalanya di atas sofa mensejajarkan wajah dengan wajah wanita yang dicintainya sambil menggenggam erat kepalan tangan wanita itu, di depan dada sang wanita.
Kini sudah tak ada airmata dari keduanya, mereka sudah terlalu lelah atau mungkin persediaan airmata keduanya telah habis. Tapi tak ada satu pun dari keduanya yang memejamkan mata sekedar untuk mengusir perasaan lelah, karena entah kenapa mereka merasa takut ketika mereka tertidur dan kemudian terbangun, mereka tak akan mampu lagi menatap wajah orang yang mereka cintai. Yang saat ini mereka lakukan adalah saling menatap dalam diam wajah masing-masing, larut dalam pikiran masing-masing dan ‘apa yang harus mereka lakukan setelah ini’.
“ermm…” Raya berdehem mencoba menormalkan suaranya yang serak, “secepatnya… bawa wanita itu kemari” Siwon mengangkat kepalanya, menatap bingung dan tak mengerti maksud perkataan istrinya.
“untuk apa?”
“kau harus bertanggung jawab terhadapnya… terhadap” Raya menarik nafasnya, “anakmu… nikahi dia”airmata kembali meluncur di mata Kim Raya dan Choi Siwon.
“ani… aniya… shireo!!” Siwon bergeleng cepat menolak gagasan gila istrinya.
“dia mengandung anakmu Choi Siwon, kau harus menikahinya, ada makhluk suci yang harus kau pertanggung jawabkan keberadaannya” Raya melirih dengan airmata yang kembali deras.
“ani! aku tak mau Kim Raya! hanya kau yang akan menjadi istriku, dan hanya kau yang akan melahirkan anak-anakku!!!” tolak Siwon keras dengan airmata berlinang, Siwon benar-benar menolak gagasan yang akan menghancurkan istrinya semakin parah.
“tapi saat ini dia sedang mengandung anakmu!!” tegas Kim Raya lelah, “anak itu ada karena kesalahan kalian berdua, tapi anak itu sendiri bukan sebuah kesalahan, dia makhluk tak berdosa, dia makhluk suci, jangan buat keberadaannya tak diharapkan” Raya kembali tenggelam dalam tangisnya.
“apakah kau sanggup membayangkan apa yang akan terjadi nanti (hiks) jika anakmu lahir tanpa seorang ayah disisinya (hiks) bagaimana orang lain memandangnya nanti (hiks) bagaimana masa depannya (hiks) (hiks)” Raya melirih, “bagaimana masa depan ibunya (hiks) (hiks)” Raya semakin terisak membayangkan wanita yang kini tengah mengandung benih dari suaminya.
“aku tak mau.. ku mohon aku tak mau.. aku tak mau menikahinya, aku tak mau menyakitimu lagi” tolak Siwon lemah dalam rintihan tangisnya.
Raya yang seperti tak mendengar ucapan penolakan Choi Siwon kembali melanjutkan kalimatnya, “Jung Jaehyun adalah seorang wanita yang belum pernah menikah (hiks) bagaimana dia menghadapi semuanya sendirian nanti (hiks) ini akan sangat sulit baginya (hiks) (hiks) mengandung anakmu, merawatnya sendirian” sambil tetap mengenggam tangan Kim Raya, Siwon kembali menenggelamkan wajahnya pada sofa, dia meraung dalam tangis, merutuki semua perbuatan bejat dan bodohnya dimasa lalu yang mengantarkannya bersama Kim Raya pada keadaan penuh kesakitan seperti ini.
Saat ini Siwon rela memberikan semua yang dia miliki agar dapat memutar waktu, mengembalikan semuanya pada track yang benar, andai semua itu dapat dia lakukan, rasanya dia ingin berada di negeri komik sehingga dia dapat meminjam mesin waktu milik doraemon untuk meletakkan semuanya pada posisi dan tempat yang benar.
“aku akan segera menghubungi pengacaraku untuk mengurus perceraian kita”
“MWORAGO??!!!” ucapan Raya selanjutnya ibarat petir yang menghancurkan Choi Siwon yang memang sudah luluh lantak, “kau ingin menceraikanku Kim Raya??!!!” tanya Choi Siwon tak percaya dengan airmata terhenti seketika akibat informasi yang dia dengar.
“memangnya apa yang kau harapkan?” tanya Raya dengan suara lemah masih dengan airmatanya, “aku masih sepenuhnya manusia, bukan malaikat” Raya terisak, “aku hanya seorang wanita biasa, apa menurutmu aku sanggup berbagi suami yang kucintai dengan wanita lain, eo?”
Siwon kembali terisak, “andwae! ku mohon jangan lakukan ini Kim Raya! jangan ceraikan aku, aku bersumpah akan melakukan apapun yang kau inginkan, tapi jangan ceraikan aku, jangan tinggalkan aku, aku mencintaimu, sangat mencintaimu” Siwon berucap cepat, dia tak sanggup menerima kenyataan kalau dia harus benar-benar berpisah dengan wanita yang sangat dia cintai.
“kau tau aku juga sangat mencintaimu Choi Siwon (hiks) tapi-“ dengan cepat Siwon memotong ucapan Kim Raya dengan ciuman mendesak, membungkam istrinya dari perkataan apapun yang akan semakin menyakiti keduanya.
Ciuman Siwon yang biasanya penuh kelembutan dan rasa cinta, kali ini terasa seperti sebuah siksaan bagi Kim Raya. Raya tak mampu membalas cumbuan Choi Siwon, yang justru terjadi airmata Kim Raya semakin menderas seiring dengan semakin mengganasnya cumbuan Siwon pada bibir ranumnya. Siwon mencumbunya cepat dan menggebu, menyalurkan rasa sakit dan frustasinya pada bibir Kim Raya yang membengkak akibat cumbuan kasarnya.
“eunghhh.. hiks… hiks.. hiks…” Siwon yang mendengar serta merasakan isakan Kim Raya yang sarat akan luka langsung menarik wajahnya, dia melihat wajah istrinya yang sudah sangat basah oleh airmata menunduk dengan tubuh yang bergetar, dengan perasaan bersalah yang amat sangat Siwon meraih wajah istrinya lembut dengan kedua telapak tangannya, menengadahkan wajah terluka sang istri agar mampu dia lihat secara jelas.
“mianhae.. jeongmal mianhae” ucap Siwon lirih sambil menempelkan keningnya pada kening sang istri. Merasakan istrinya yang begitu tersiksa membuat Siwon ikut kembali mengeluarkan airmatanya, keduanya menangis kembali dalam keheningan dini hari yang menjelang.
Raya yang merasakan tubuh sang suami bergetar karena ikut menangis langsung melepaskan rengkuhan tangan sang suami pada wajahnya. Raya menjauhkan wajahnya untuk melihat wajah penuh airmata milik suaminya yang sama-sama berkalang duka.
Kali ini dengan penuh kelembutan Raya gantian meraih wajah suaminya, dengan penuh kehati-hatian Raya mendekatkan bibirnya pada bibir sang suami, mengecupnya lembut merasakan bibir tipis suaminya yang bercampur rasa asin airmata.
Siwon yang merasakan ciuman lembut dibibirnya ikut terlarut dalam cumbuan yang sarat akan rasa luka yang diberikan istrinya. Ciuman yang tercipta penuh akan kesakitan dan rasa frustasi dari keduanya.
Hingga akhirnya ciuman itu berubah menjadi cumbuan-cumbuan penuh hasrat menggebu namun sarat akan kekalutan dari keduanya. Hingga entah siapa yang memulainya lebih dulu, mereka berdua sudah bergumul melepaskan semua rasa menyiksa yang mereka tahan hampir seharian ini.
Pergumulan mereka malam ini benar-benar terasa lain, sarat akan rasa sakit, kalut, luka dan frustasi dari keduanya. Choi Siwon dan Kim Raya seperti melepaskan semua perasaan yang sejak tadi menghimpit, membuang semua beban hingga menjadikan percintaan mereka malam ini benar-benar berbeda dan terasa lebih panas dari biasanya karena di iringi oleh perasaan takut kehilangan dari satu sama lain.
Mereka seperti berusaha mereguk semua madu dari semua kenikmatan yang tercipta dari apa yang tengah mereka lakukan saat ini. Mereka tak ingin melewatkan sedikitpun kenikmatan yang betul-betul terasa lain, mereka melakukannya berkali-kali, lebih panas, lebih menggebu seolah esok mereka benar-benar tak bersama lagi.
****