Sudah setengah jam Soeun sibuk dengan kamera kecil yang dibawanya. Sedangkan Junho sedang berdiskusi dengan kliennya mengenai letak-letak bangunan yang nantinya akan dibangun.
Soeun berdiri di pinggir tebing, dihadapannya terhampar luas lautan biru dengan ombak yang sedang bekejar-kejaran.
"Aaahhh.. Jotah.. " katanya sambil mengambil napas panjang serta menyunggingkan senyumnya.
Tak lama kemudian, ponsel Soeun berdering dan tertampang nama Lee Junho disana.
"Yeoboseyo? Ne Sajangnim."
"Oddiya?"
"Tebing dekat kalian," kata Soeun sambil berbalik mencari Junho di tempat mereka terakhir berpisah, namun ternyata Junho dan kliennya tidak ada disana.
"Dekat kami? Cepat ke tempat parkir. Dan jangan sampai tersesat."
"Ne Sajangnim," jawabnya cepat lalu bergegas menuju tempat parkir.
Disana Junho sudah duduk didalam mobil yang membawa mereka tadi, namun Soeun tidak melihat supir mobil tersebut. Lalu ia langsung duduk dikursi penumpang samping Junho.
"Kau yang akan menyetir?" tanya Soeun ragu.
"Ya. Ada apa? Kau ragu?"
"Bukan itu maksudku. Hanya saja aku bingung kemana perginya supir tadi."
"Ia sudah kusuruh pulang dan aku meminjam mobilnya karena aku ingin jalan-jalan."
"Jongmalyo?"
"Sudahlah jangan banyak bertanya. Kau mau ikut apa tidak?"
"Haruskah ku jawab pertanyaanmu sajangnim? Tentu saja aku ikut," kata Soeun bersemangat lalu memasang sabuk pengamannya.
-Junho POV-
Aku menikmati perjalanan sambil bersenandung lagu-lagu yang terdengar dari radio dimobil, sekilas kulirik Soeun yang sibuk dengan ponselnya.
"Ah maja," kataku karena teringat sesuatu.
"Waeyo?" tanyanya bingung.
Aku tidak menjawab tapi langsung menekan tombol yang ada di dasbor mobil. Seketika itu juga, atap mobil terbuka dan angin musim gugur langsung menerpa wajah Soeun.
"Wuahhh dingin," teriaknya.
"Ambil ini," kataku sambil melempar jaket yang ada di kursi belakang. "Wuhuuuuu.. Jarang-jarang bisa menikmati udara segar seperti ini, di Seoul mana bisa menikmati naik mobil dengan atap terbuka. Iya kan?" tanyaku lalu berpaling kearah Soeun yang masih mencari kenyamanan dengan jaketku.
"Ya dengan mobil atap terbuka dan udara seperti ini," cibir Soeun yang semakin merapatkan jaketku karena aku menambah kecepatan mobilku.
"Jaemisseo?"
"Aniyo."
-Soeun POV-
Aku semakin merapatkan jaket yang ada di tubuhku. Benar-benar gila. Sepertinya otak bossku ketinggalan di tebing tadi, atau jangan-jangan tertiup angin Jeju yang sedang kencang-kencangnya? Aku dengan pakaianku ini diajak keliling Jeju dengan mobil atap terbuka. Bukankah ia gila? Bukan. Sangat gila.
Aku memalingkan wajahku untuk melihatnya sekilas. Bagus dia bernyanyi sangat lantang yang aku perkirakan ia tidak ingat sudah berapa banyak angin yang masuk melalui mulutnya.
"Kita mau kemana?" tanyaku menghentikan senandungnya.
"Air terjun Cheonjiyeon," jawabnya singkat lalu meneruskan kembali senandungnya yang sempat aku interupsi.
"Air terjun? Di cuaca seperti ini," gumamku dengan memasang wajah tak percaya.
Mobil yang kami kendarai berhenti di pelataran parkir dekat pintu masuk wisata air terjun yang terkenal di Jeju ini. Tempatnya sangat sepi, hanya ada beberapa orang yang terlihat memasuki kawasan air terjun tersebut.
"Kaja," serunya gembira lalu keluar dari mobil dan tak lupa menutup kembali atap mobilnya.
Aku menurutinya turun dari mobil lalu memandang hampa kearah pintu masuknya. Ada ribuan anak tangga menghiasi tempat tersebut. Aku menutup mataku kemudian menatap kakiku. Tidak mungkin aku menaiki anak tangga itu dengan heels ini.
"Sajangnim."
"Eo?"
"Sepatuku."
"Ada apa dengan sepatumu? Karena pakai heels?" tanynya yang kujawab dengan anggukan. "Ambil bungkusan di bangku belakang, ada sendal didalamnya. Cepat pakailah."
Aku mematuhinya lalu cepat-cepat memakai sandal yang sudah disiapkan oleh Junho dan ternyata ada satu bungkusan yang sudah kosong lalu kulihat kearah Junho, ternyata ia sudah memakainya dari tadi.
"sial ternyata dia sudah merencanakan semua ini."
-Junho POV-
Aku melangkah dengan ringan menaiki tiap anak tangga. Tidak sia-sia aku menyuruh supir tadi membelikan sandal ini.
"Sajangnim, tidak bisakah kau berjalan lebih pelan?"
Aku menengok ke belakang dan mendapati sekretarisku berhenti dengan wajah memerah karena kelelahan.
Cantik.
"Eheeeyyy.. Masa baru setengah jalan kau sudah menyerah?" kataku langsung untuk menepis pikiranku yang aneh-aneh tentangnya.
"Setengah jalan? Anhaeyo. Aku tidak mau lagi, lebih baik aku menunggu kau disini atau aku kembali lagi ke mobil," katanya lalu berjongkok di salah satu anak tangga.
"Yakin?Disini sepi lho. Lagipula kalau kau menunggu dimobil, memangnya kau memegang kunci mobil?" godaku yang membuatnya ragu akan keputusannya.
"Ya Sajangnim berikan kuncinya kepadaku."
"Mian, aku tidak akan memberikannya kepadamu," kataku sambil tersenyum jahil. "Jadi?"
"Aku tunggu disini," katanya sambil memasang wajah cemberut.
"Baiklah kalau itu keputusanmu. Bersenang-senanglah sendirian ditempat ini. Hati-hati ada yang menemani," godaku lalu tertawa dan meninggalkannya.
"Sajangnim," sahutnya dengan nada kesal.
Aku kembali meniti anak tangga tersebut lalu aku berhenti setelah beberapa langkah. Kuarahkan pandanganku kearah Soeun. Tidak mungkin aku meninggalkan dia sendiri disini.
"Aish," aku berbalik kearahnya. "Bangun," kujulurkan tanganku sambil melihat kearah lain dan bukan menatapnya.
"AAAAAAAAAKKKK.."
-Soeun POV-
"Sajangnim," sahutku ketika ia menggodaku dan pergi meninggalkanku sendirian.
"Aku tidak habis pikir dengan orang itu. Benar-benar menyebalkan padahal baru beberapa hari ia menjadi bossku, pantas banyak yang tidak betah dengannya," kataku dalam hati sambil melihat ngeri disekitarku.
"Bangun," sebuah suara mengagetkanku dan yang lebih mengagetkan ada sebuah tangan yang terjulur tepat dimukaku.
"AAAAAAAAKKKKK.."
"Yaaaakkk.. Sikkereo! Joyonghae," katanya sambil menutup mulutku.
"Sajangnim. Aku kira kau hantu," sahutku dengan sebal.
"Hantu? Menurutmu ada hantu disiang hari?"
"Tapi tadi kau yang menakutiku," sahutku masih kesal.
"Ppali ireona!" katanya sambil mengibaskan tangan di depanku.
"Aaahhh shireo!"
"P-pe-pegang tanganku," katanya gugup.
"Eh?" aku tak percaya apa yang diucapkannya.
"Ppali! Hana, dul,.. "
Ia mulai mengitung dan aku cepat-cepat meraih tangannya sebelum ia berubah pikiran.
Akhirnya setelah hampir 15 menit berjalan, kami sampai di air terjun Cheonjiyeon. Tidak terlalu banyak orang disana, mungkin karna akan memasuki musim dingin ditambah hawa hawa hujan sudah bisa tercium di hidungku.
"Wuaahhhh.. Joaaahhh," katanya sambil menutup mata dan menarik napas dalam-dalam. "Eotte?"
"Yeppoyo," kataku sambil tersenyum.
"Na?" tanyanya sambil menunjuk dirinya dan tersenyum sumringah.
"Ne? Aniyo. Jongmalyo," kataku dengan wajah bersungguh-sungguh.
"Aish. Anjaemisseo."
-Author POV-
" Disini lebih indah kalau malam hari," kata Junho tiba-tiba sambil terus menatap air terjun dihadapannya.
Mereka duduk di bangku yang ada di pinggir kolam air terjun Cheonjiyeon. Soeun sibuk berfoto dan mengambil beberapa foto pemandangan air terjun tersebut.
"Memang kau pernah kesini malam hari?"
"Pernah tapi sudah lama sekali. Lampu warna warni nantinya akan dinyalakan disekitar air terjun."
"Hmmm.. Aku membayangkannya saja sudah berpikir pasti romantis sekali."
"Ya, memang romantis."
"Sajangnim, kau kesini bersama siapa? Yeochin?" goda Soeun.
"Menurutmu?"
"Hmmm.. Burobda," kata Soeun sambil menopangkan dagu pada kedua tangannya.
"Wae?" tanya Junho bingung.
"Karena aku berpikir akan romantis sekali."
"Ck, kau sudah berapa kali pacaran?" tanya Junho tiba-tiba.
"Wae?"
"Jawab saja. Atau jangan-jangan kau belum pernah sekalipun?"
"Aniyo, aku pernah kok," bantah Soeun dengan gugup.
"Gojitmal."
"Sajangnim, aniyo jinjjayo. Aku pernah berpacaran," sahut Soeun.
Tiba-tiba wajah Junho sudah sejajar dengan wajah Soeun. Jarak hidung mereka hanya beberapa centi. Soeun terdiam kaku setelah mendapatkan serangan mendadak seperti itu dari Junho, dia belum siap dan tidak siap. Jantungnya berdegup sangat kencang sampai ia takut Junho akan mendengar degup jantungnya.
Junho tiba-tiba menutup matanya yang membuat Soeun ikut menutup matanya.
"Kau yakin sudah pernah berpacaran? Tapi sepertinya pengalamanmu belum banyak," kata Junho masih dengan posisinya tadi.
Soeun kaget dan membuka matanya. Ia melihat Junho tersenyum jahil lalu menjauhkan diri sambil tertawa terbahak-bahak.
"Sajangnim," kata Soeun kesal karena tahu ia dipermainkan oleh Junho.
"Hahahahaha.. Kau harus lihat wajah lucumu tadi. Hahahahha.. Jaemisso," kata Junho sambil terus tertawa.
"Sajangnim!" kata Soeun sekali lagi lalu ia bangkit berdiri dan pergi.
"Yak Kim Soeun kau mau kemana?"
"Pulang."
"Yak Soeun tunggu aku," sahut Junho lalu mengejar Soeun.
-Soeun POV-
"Benar-benar menyebalkan, aku baru kali ini bertemu orang yang sangat-sangat menyebalkan seperti ini," kataku dalam hati.
"Yak, kau marah?"
"Marah? Dia masih bertanya aku marah atau tidak?" jawabku didalam hati.
"Aku hanya bercanda Soeun," katanya lagi masih terus berbicara karena aku tidak menjawab pertanyaan-pertanyaannya dari tadi.
"Cih, selera humor yang buruk," kali ini aku benar-benar tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaannya.
Aku langsung membuka pintu mobil dan duduk ketika Junho membuka kuncinya.
Junho menyerah untuk berbicara padaku lalu melajukan mobilnya meninggalkan kawasan air terjun Cheonjiyeon. Aku mengalihkan pandanganku kearah jalanan melalui kaca jendela yang sudah diwarnai rintik hujan.
"Kau. Sampai kapan kau berdiam diri?" tanyanya memecah kesunyian.
"Sampai aku bosan," jawabku tanpa menengok kearahnya.
Aku menikmati pemandangan disekitarku, sawah-sawah terhampar luas dan terkena hujan menambah kesan sejuk.
"Ige mwoya?" seru Junho tiba-tiba dibarengi dengan berhentinya mobil yang mereka kendarai.
"Waeyo?" tanyaku bingung.
"Kau sudah bosan diam?" tanyanya tiba-tiba.
"Eh? Maksudnya?"
"Iya, tadi katamu kau akan berbicara sampai kau bosan untuk terdiam. Jadi, kamu sudah bosan diam?"jelasnya.
"Sajangnim," seruku kesal. Disaat seperti ini dia masih bisa bercanda.
"Wae? Apa aku salah? Coba jelaskan dimana salahku?"
"Y-yaa setidaknya ini berbeda karena kita masih berada disini dan mobil tidak bisa jalan," kataku berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Aahhh.. Maja. Hujan lebat dan mobil mati."
JEGEERRR..
"AAAAKKKKKK.."
"Yaaakkk.."
-Junho POV-
JEGEERRR..
"AAAAKKKKKK.."
"Yaaakkk.." seruku kaget tak kalah kencangnya dari suara gadis disebelahku.
"Sajangnim, bisakah kita cepat kembali ke hotel? Aku benar-benar takut sekarang," katanya sambil memegang erat ujung bajunya.
"Aku periksa dulu mobilnya. Kau diamlah disini dan jangan berisik," kataku.
Aku keluar dan membuka kap mobil. Aku tidak menghiraukan hujan deras yang terus mengguyurku. Jujur, aku tidak terlalu mengerti mengenai mobil dan akhirnya aku hanya terdiam dan sesekali memegang kabel-kabel yang ada disana.
“Sajangnim,” kata Soeun tiba-tiba sudah ada dibelakangku dengan menggunakan payung.
“Yak. Bukankah sudah kubilang untuk diam saja didalam mobil dan darimana kau mendapatkan payung ini?” tanyaku bingung.
“Payung ini ada di dasbord mobil. Kalau kau terus terkena hujan, kau akan sakit.”
“Ohooooo Kim Soeun, kau sudah mulai mengkhawatirkanku?” tanyaku percaya diri.
“Your words, not mine,” katanya kemudian berniat meninggalkanku.
JEGEERRR..
“AAAAKKKKK..”
Belum sempat ia berjalan, suara petir kembali terdengar. Soeun yang ketakutan lalu melepaskan payungnya dan segera memeluku.
Wait.
Memelukku?
Oh God...
Setelah beberapa bulan hiatus, akhirnya bisa juga posting chapter ini...
Please show your love... Click the right button yeessss...
And don't forget to leave a comment..
Salam hangat dari Abs Junhooo...