Suho bangun dari tempat tidurnya dan segera menuju kamar mandi. Setelah itu dia menuju dapur. Di ambilnya segelas air
"Kuharap hari ini tidak seburuk kemarin-kemarin..." Ucapnya sambil mengusap tengkuk lehernya dengan lemas
Dia mendengar bel rumahnya berbunyi dan betapa terkejutnya Suho ketika dia tahu siapa yang mengunjungi rumahnya
"Eoh... Hal-abeoji.. Annyeonghaseyo"
"Hhmm... Olaenmanida Suho-shi. Tidak kusangka kau akan setampan ini..." Kakek terlihat memuji Suho.
"Animnida... Silahkan masuk Hal-abeoji.."
Kakek terlihat memasuki setiap ruangan di rumah Suho. Seperti seorang pembeli rumah baru, dia memeriksa setiap sudut ruangan.. Suho mengikutinya dari belakang dengan sesekali menjawab pertanyaan Kakeknya itu. Sampailah mereka di kamar Suho.
"Hhmm.. Kau sepertinya sangat kesepian saat ditinggal pergi Bingo. Aku turut berduka, Suho-shi"
Muka Suho terlihat sedih ketika mengingat Bingo
"Nde. Kamsahamnida, hal-abeoji.."
Mata kakek tertuju pada sesuatu yang terdapat di atas meja kecil di samping tempat tidur Suho.
"Apa ini? Sebuah kalung?" Kakek memegang kalung Chorong dan di angkatnya sampai di depan wajahnya untuk melihat dengan jelas. Suho terkejut..
"A-a-ahhh.. I-i-itu..." Suho menjawab dengan terbata-bata
"Apakah kau akan memberinya kepada Sojin??"
Suho lebih terkejut dengan pertanyaan itu..
"Nde??"
"Rupanya aku telah salah menilai hubungan kalian. Sepertinya kau melebihi harapanku. Jal-haesseo, Suho-shi."
Kakek menepuk sebelah pundak Suho yang terdiam.
"Bersiap-siap lah. Makan malam nanti, kau akan bertemu dengan keluarga besarmu" Kakek mengucapkan kata-kata itu sebelum Kakek memasuki mobil dan meninggalkan Suho yang masih terdiam mematung di depan rumahnya
Luhan tampak sedang mengunjungi restoran miliknya. Dia memang hampir setiap minggu datang untuk mengecek operasional restoran tersebut.
"Selamat datang, Luhan-ssi.."
"Nde.." Luhan memberi salam ke pelayan yang menyambutnya
Dia tampak sibuk berkeliling restoran.
"Bagaimana persiapannya? Apakah sudah beres, Kris??" Tanya Luhan ke Manager restoran tersebut
"Masih ada beberapa hal yang masih dipersiapkan.. Tamu spesial kita akan datang saat makan malam nanti"
"Baiklah.. Apakah tempat yang kupesan juga sudah siap??"
"Yee.. Tuan.. Semua juga sudah siap. Apakah kau akan membawa yeoja itu lagi?"
Manager membuat muka Luhan memerah
"Ahh. Nde.. Tolong cek lagi persiapannya" jawab Luhan malu-malu
"Halgeoseo, Luhan-ssi"
Sementara itu, Chorong tampak bekerja di tempat biasa.
"Aigoo..Kau rajin sekali, Chorong'a. Gomawo sudah banyak membantu"
"Aniyo, ahjumma. Aku senang kau menerima ku sebagai karyawan. Karena, aku bisa menabung untuk keperluan eomma dan Hayoung"
"Apakah eomma mu sudah sembuh??"
"Nde. Dia sudah tidak membutuhkan kursi rodanya lagi.. Gomawo, ahjumma"
"Syukurlah.. Tapi sepertinya aku harus memulangkanmu lebih cepat hari ini"
"Waeyo??"
Ahjumma menunjuk ke arah namja yang baru memasuki kedai tempat Chorong bekerja..
"Aigoo. Kau memiliki namjachingu yang tampan. Aku jadi iri padamu"
Ucap salah satu karyawan di sebelah Chorong.
Luhan yang memang sering datang berkunjung ke tempat kerja Chorong.
"Ini. Makanlah.. Aku akan segera kembali"
Chorong menghampiri meja Luhan dan memberinya sepiring tteokpokki hangat kesukaannya. Sementara Chorong kembali bekerja mengantarkan makanan ke meja lain. Luhan tampak selalu memperhatikan Chorong.
Sampai seorang ahjumma datang ke meja Luhan.
"Aigoo.. Kau datang lagi, Luhan-ssi"
"Yee, ahjumma. Bolehkan kali ini ku bawa Chorong pulang lebih awal??"
"Boleh.. Sangat boleh, Luhan-ssi. Tapi.. Kau ingatkan dengan janjimu waktu itu?? Hehee"
"Nde, ahjumma. Akan kukirimkan besok pagi"
Luhan memang sudah mengenal ahjumma pemilik kedai itu. Dia berjanji akan menambah modal untuk memperbesar kedainya itu
"Gomawo.. Luhan-ssi. Selamat menikmati makananmu"
Ahjumma itu terlihat meninggalkan Luhan dan menghampiri Chorong.
"Apa yang kau katakan kepada ahjumma sampai dia mengizinkanku pulang sore ini??"
"Ani.. Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya ingin mengajakmu makan malam di restoranku hari ini. Hehe"
"Arrasseo.. Palli habiskan makananmu"
Luhan dan Chorong memasuki restoran..
Luhan seperti biasa mengenakan tuxedonya dengan warna rambutnya yang cokelat muda dan dasi merah, serasi dengan dress warna merah yang dikenakan Chorong.
"Selamat datang Luhan-ssi" Kris, Manager restoran tersebut, menyambut mereka.
"Nde.. Apakah tamu kita sudah datang, Kris-ssi??"
"Belum, tuan. Beberapa menit lagi mereka datang."
"Baiklah. Kau tolong atur semuanya, Kris-ssi"
"Yee, Luhan-ssi"
Chorong dan Luhan di antar seorang pelayan ke sebuah teras dilantai atas restoran. Terlihat meja makan dengan 2 kursi dan sekelilingnya dihiasi bunga-bunga..
"Ippuda.." Gumam Chorong pelan yang bisa didengar Luhan..
"Kau tunggu disini sebentar ya, Chorong.. Ada yang harus ku urus dibawah"
Chorong mengangguk ke arah Luhan dan duduk di bangku yang sudah disediakan.
"Maaf, apakah anda ingin memesan terlebih dahulu, Park Chorong-ssi??"
Seorang pelayan mengejutkan Chorong yang sedang menatap pemandangan bintang..
"Eoh?? A-ani.. Nanti saja. Ta-tapi bagaimana kau tahu namaku?" Tanya Chorong dengan polosnya
"Semua karyawan di restoran ini sudah mengenalmu, Park Chorong-ssi" Jawab pelayan itu sambil tersenyum
Selamat datang, Tuan dan Nyonya." Luhan dan Kris menyambut kedatangan tamu-tamu spesial mereka..
"Selamat datang..." Luhan menyapa Suho dan Sojin yang terlihat datang bersamaan
Suho tidak menatap Luhan. Dia tampak kesal dan hanya berjalan lurus mengikuti kedua orang tuanya..
"Luhan oppa.. Tidak biasanya kau menyambut kedatangan kami" Sojin menyapa Luhan di dalam restoran
"Tamuku hari ini adalah tamu keluarga besar dan vvip. Maka dari itu aku harus menyambut kalian"
"Arrasseo. Aku kesana duli ya, oppa" Sojin berjalan menuji meja yang sudah disiapkan..
Kedua orang tua Suho dan Sojin sudah datang. Luhan terlihat menunggu seseorang..
"Selamat datang, Hal-abeoji.." Sapa Luhan saat Kakek Suho memasuki restoran
"Nde, Luhan-ssi. Gomawo sudah menyediakan restoranmu untuk pertemuan keluarga kami"
"Animnida.. Aku merasa terhormat Hal-abeoji bisa datang kesini. Hal-abeoji sudah banyak membantu bisnis appa ku"
"Nde.. Nde.." Lalu Kakek menghampiri keluarganya yang sudah menunggu kedatangannya
"Kenapa lama sekali??" Chorong terlihat kesal.
"Mianhae.. Tamu-tamu dibawah sangat penting. Jadi aku harus menyambut mereka terlebih dahulu" Ucap Luhan yang melihat Chorong menunggunya di teras.
"Kau belum memesan apa-apa?? Pelayan... Aku pesan ini.... Ini... Dan ini... Tolong dibuatkan cepat. Yeojachingu ku ini pasti sudah sangat lapar"
Luhan langsung memesan makanan saat dilihatnya meja makanan masih kosong..
"Ottae?? Sepertinya kau sangat lapar. Apa perlu kupesankan lagi?"
"Aniya, ini sudah cukup.." Chorong merasa malu saat Luhan melihat dirinya makan dengan lahapnya
"Suho-ssi. Bagaimana??" Kakek bertanya padanya saat sedang mendiskusikan masalah hubungannya dengan Sojin lebih lanjut. Orang tua mereka terlihat menunggu jawaban darinya
"Hal-abeoji, bukankah masih terlalu cepat? 2 bulan lagi aku harus mengikuti ujian. Jadi aku harus fokus pada pelajaranku."
"Geuraeyo ?? Arraseo. Bagaimana kalau kau dan Sojin melanjutkan kuliah berasama di Amerika? Dengan begitu kau bisa fokus dengan bisnis yang akan kau jalani."
Suho kembali menghela nafas pelan. Dia tidak tahu harus menjawab apa..
"Hal-abeoji.. Sebenarnya aku sudah merencanakan untuk melanjutkan pendidikan ku disini" Sojin mulai membuka suara, dan membuat Suho menoleh ke arah Sojin
"Mungkin aku agak sedikit menentang dari rencana Kakek. Tapi bisakah kali ini kau mendengarkan permintaan kami, Hal-abeoji?" Sojin terlihat memohon kepada Kakek
"Sojin-ssi. Kupikir kau akan menjadi pendamping yang baik untuk Suho. Dan aku tidak berpikir sejauh itu. Baiklah. Akan kuturuti permintaan kalian kali ini"
Suho terlihat tidak percaya dengan yang dikatakan Kakek padanya dan Sojin.
"Aku pikir, Suho juga akan menjaga Sojin dengan baik. Dan tak kusangka dia memiliki sifat romantis"
"Nde?? Apa maksud Abeoji??" Tanya Ibu Suho bingung
"Ini...." Kakek mengeluarkan kotak kecil dari sakunya
"Ini kutemukan di kamar Suho hari ini. Aku rasa ini untukmu, Sojin-ssi". Sambil memberinya kepada Sojin
Suho tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia tidak mengetahui kalau Kakeknya mengambil kalung Chorong yang ada di meja kamarnya..
Sojin membuka kotak itu..
"Omo... Jinjja ippuda" dia mengangkat sebuah kalung dari kotak itu
Kedua orang tua mereka berdua tampak senang dengan pemberian Suho itu..
"Apa benar oppa ingin memberiku ini??" Sojin bertanya pada Suho yang ada disebelahnya
"Eo-eoh..." Jawab Suho terbata-bata
Sojin terlihat sangat senang, begitu juga dengan Kakek dan kedua orang tua mereka yang melihatnya
"Bintang- bintang malam ini terlihat sangat indah"
Chorong tidak henti-hentinya menatap langit setelah menyantap makan malamnya.
"Nde.. Jinjja ippuda" Luhan menjawab ucapan Chorong tadi sambil menatap wajahnya
Kemudian Chorong menyadari kalau Luhan menatapnya daritadi. Chorong tampak salah tingkah
"Mwoya?? Apa ada sesuatu di wajahku??" Chorong memegang-megang wajahnya dengan panik
"Ani.. Hanya saja... Kau terlihat cantik, Chorong.."
Muka Chorong memerah, dia tidak berani untuk menatap Luhan
"A-a-aku ke toilet sebentar" Chorong tampak gugup
"Neomu kyowo.. Aku tidak salah memilihmu" Luhan menatap punggung Chorong yang tampak menjauh
Kakek dan kedua orang tua Suho dan Sojin sengaja memesan satu meja lagi khusus untuk Sojin dan Suho..
"Aisshh.. Kenapa menjadi seperti ini??" Suho kesal dan tampak menghabiskan minuman yang di depannya
"Oppa. Tidak bisakah kau untuk menikmati makan malam kali ini?? Sojin terlihat menyantap makanannya
"Ani.. Aku sama sekali tidak menikmatinya." Lagi-lagi, dia menghabiskan minuman didepannya yang baru di isi oleh pelayan
"Oppa, jagalah sikapmu, mereka memperhatikan kita" Chorong melirik ke arah kedua orang tua mereka
"Biar saja" Suho kembali terlihat dingin
"Pelayan, aku ingin pesan minuman lagi" Suho tampak frustasi dan hanya ingin segera mengakhiri pertemuan mereka..
"Aku ke toilet sebentar" Sojin meninggalkan Suho dan terlihat kesal dengan sikao dinginnya
"Kenapa mukamu sampai memerah seperti ini, Chorong??"
Chorong menatap dirinya di cermin toilet dan menepuk-nepuk kedua pipinya
"Eoh, Chorong'a.... Kenapa kau disini??"
"Eoh, Sojin'a... Kau juga disini??"
Mereka berdua bertemu di toilet dan menceritakan tentang makan malam mereka
"Aku sangat iri padamu, Chorong'a... Luhan oppa sangat romantis. Beda sekali dengan Suho oppa.. Jinjja" Sojin mengucapkan kecemburuannya kepada Chorong
"Hehee.." Chorong hanya bisa tersenyum malu
Keduanya keluar toilet bersama-sama dan melewati meja Suho.
"Park Chorong???" Gumam Suho ketika melihat Chorong menuju teras lantai atas
======== To be continued ========
Gomawo yang udah baca ff aku sampe chapter ini..
Kalau ada kritik dan saran, silahkan isi di kolom komen, gabsahamnida ^^