Suho memperhatikan Chorong dari tempat duduknya. Memang tampak dia sangat menikmati lantunan lagu yang dinyanyikan Luhan. "Benarkah kau sudah menjadi miliknya??" Ucap Suho dalam hati...
Chorong terlihat malu dan memberi pujian..
"Suaramu memang bagus, Luhan-shi"
"Heheee.." Luhan tersipu malu mendengar pujian Chorong
"Tapi... Untuk apa kau mengajakku untuk makan malam di tempat ini?"
"Aku hanya ingin memamerkan kecantikan yeojaku malam ini pada mereka" Luhan menunjuk pelayan-pelayan yang memperhatikan mereka
"Para pelayan itu?? Wae"
"Kau tahu siapa pemilik restoran ini ?"
"Ani..."
"Aku.."
"Jinjja ??" Chorong terkejut dengan pernyataan Luhan
"Dan ini....." Luhan berdiri ke belakang Chorong sambil memakaikan sebuah kalung ke lehernya
"Eoh??" Muka Chorong memerah
"Kalung berbentuk hati itu, hadiah untukmu. Gomawo sudah menemaniku malam ini"
Chorong memegang kalung yang diberikan Luhan dan menatapnya
"A-ani.. Aku tidak pantas mendapatkan ini Luhan-shi"
"Anggap saja itu sebagai ungkapan perasaanku padamu, Chorong"
Chorong terdiam, mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia bisa melihat pelayan disana saling berbisik.
"Apa yang harus kulakukan??" Chorong bergumam dalam hati
"Lu-luhan-shi....."
"Kau tidak harus menjawabnya sekarang. Tenangkanlah perasaanmu" Luhan tersenyum ke arah Chorong. Dia ingin Chorong memikirkannya baik-baik
Kemudian mereka berdua terdiam sambil menikmati alunan musik...
Setelah makan malam, mereka bergegas pulang. Luhan dan Chorong bertemu dengan Sojin dan Suho di luar restoran..
"Su-suho-shi??" Chorong menyapa Suho
"Kalian sudah mau pulang??" Sojin bertanya kepada Luhan
"Eoh.. Kalian juga??"
"Nde...."
"Baiklah, kami duluan.. Kajja".
Suho melihat Luhan menggenggam tangan Chorong. Hati Suho terasa hancur. Rasanya ingin dia mengambil Chorong ke sisinya. Tapi tidak mungkin
Saat disekolah..
"Jinjja?? Kalau begitu, apa yang kau tunggu?? Luhan sudah mengajakmu makan malam. Tidak bisakah kau menerima perasaannya ?" Komentar Bomi setelah dia mendengar cerita Chorong tentang makan malamnya dengan Luhan
"Meolla.... Hanya saja...."
"Aiishhh.. Kau ... Bahkan dia memberimu ini" Bomi menunjuk ke arah kalung yang dipegang Chorong
Chorong tampak melamun menatap kalung yang di tangannya..
Bomi dan Chorong berjalan menuju kelas. Tiba-tiba kalung yang terselip di buku-buku yang dibawanya, terjatuh. Chorong tidak menyadari apapun..
Saat pelajaran selesai, Chorong membereskan buku-bukunya dan bersiap untuk pulang. Chorong dan Hayoung pulang bersama seperti biasa. Mereka menunggu bus di halte dekat sekolah.
"Hayoung'a.. Kau tahu, eonni mendapatkan hadiah yang sangat bagus semalam"
Chorong tampak ingin menunjukkan kalung pemberian Luhan kepada adiknya itu
"Semalam? Bukankah eonni makan malam bersama oppa yang sering mengantarmu?"
"Eoh... Hehee" Chorong membuka tas nya dan mencari-cari kalung itu
"Kenapa tidak ada?" Chorong mulai panik "Apakah tertinggal di kantin?? Eottokhaji??"
"Eonni. Waegaerau??"
"Kau pulang duluan saja. Bilang eomma, aku pulang terlambat hari ini. Annyeong" Chorong berlari kembali ke sekolah. Hayoung hanya bisa menatapnya heran..
Chorong menyusuri kantin dan ruang kelasnya. Tampak sekolah sudah sepi, tapi di lapangan masih terdapat beberapa siswa yang tampak sedang bermain sepak bola.
"Eottokae?? Kenapa aku harus menghilangkannya??" Chorong mulai menangis karena panik
"Kau belum pulang??"
Suara seorang namja mengagetkannya..
"Su-suho-shi...."
"Ke-kenapa kau menangis??" Suho terlihat khawatir dan berjalan mendekati Chorong
"A-a-aku mencari kalungku yang hilang.." Chorong menghapus air matanya
"Kalung??"
"Eoh... Kalung berbentuk hati. Kau melihatnya??"
Suho merogoh saku celananya dan menggenggam sesuatu di tangannya...
"Kalung itu pemberian dari Luhan" Suara Chorong menghentikan genggaman tangan Suho yang ingin memberikan kalung itu padanya..
===== Flashback =====
Suho berjalan di lorong sekolah menuju kelasnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu yang bersinar di lantai..
"Apa ini?? Kalung??"
Suho memegang kalung yanh ditemukannya..
"Kalung berbentuk hati?? Siapa ya pemilik kalung ini??"
Kemudian Suho mengantongi kalung tersebut sambil berjalan ke kelasnya..
===== Flashback end =====
"Pe-pemberian Luhan??"
"Eoh.. Semalam dia memberikannya padaku"
Chorong menjelaskan kepada Suho.
Suho terdiam, kemudian Chorong meninggalkannya untuk mencari kalungnya lagi.
Dari lapangan sekolah, Luhan bisa melihat Chorong yang sedang berjalan di lorong sekolah..
"Chorong.. Kau belum pulang??" Luhan menghampiri Chorong
"Gwenchana??" Luhan melihat Chorong yang masih menangis
"Lu-luhan-ssi ..."
Suho yang daritadi mengikuti Chorong dari belakang menghentikan langkahnya saat Luhan menghampiri Chorong
"Mianhae.... Jeongmal mianhae.... Ka-kalung yang kau berikan semalam.... Hilang.. Sudah kucari kesemua tempat, tapi tidak kutemukan" Chorong menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap wajah Luhan yang mungkin akan memarahinya
"Gwenchana.." Chorong terkejut mendengar ucapan Luhan, membuatnya menatap wajah Luhan dan mendapati senyuman di wajah Luhan..
"Kau menangis karena menghilangkan kalung dariku ? Aigoo.. Neomu kyeowo. Hehee" Luhan mengusap lembut kepala Chorong
"Jeongmal mianhae.." Chorong masih merasa bersalah
"Kalau begitu, sebagai permintaan maafmu. Aku mau kau menerima perasaanku. Hehee"
Ucap Luhan sambil tertawa pelan
Beberapa saat Chorong terdiam.
"Geurae..... Aku akan menerimanya" Ucap Chorong.
Luhan tidak berhenti tersenyum, lalu memegang tangan Chorong dan membangantarnya pulang
"Aisshhhh.. Seharusnya aku kembalikan saja ini padanya" Ucap Suho yang mendengar pembicaraan mereka sambil menggenggam erat kalung itu
Beberapa hari kemudian..
Xiumin nampak terburu-buru keluar dari mobilnya dan memasuki rumah Suho..
"Suho... Kau sudah dengar kabar dari Kakek??"
"Aniyo.. Wae??" Jawab Suho santai sambil menonton tv di ruang tamunya
"Besok.. Kakek akan ke Seoul"
"Mwo?? Jinjja??"
"Eoh.. Dan kudengar, Kakek akan mengadakan pertemuan keluarga. Kau tahu kan maksud dari itu??"
"Mwo??!! Pertemuan keluarga?? Aisshhh.. Secepat ini??!!"
"Eoh.. Kau harus menunjukkan kedekatanmu dengan Sojin, arrasseo??"
"Kau... Apakah selama ini kau mengawasi kami dan memberitahu kalau hubungan kami tidak baik?"
Xiumin terdiam... "Nde. Kakek mengirimku kesini untuk melihat keadaanmu dan Sojin. Mian.. Aku tidak memberitahumu"
Suho terkejut dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan...
==== Flashback ====
"Xiumin-shi... Aku percayakan Suho dan Sojin kepadamu. Aku ingin mereka tetap terlihat bersama. Dan tolong awasi orang-orang disekitarnya."
Xiumin menutup telpon yang sudah beberapa kali ia terima. Dia merasa tidak tega untuk memaksa Suho untuk menyukai Sojin.. Dia langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Saat dia baru memejamkan matanya, handphonenya berdering kembali..
"Yeobeuseyeo..."
...............
"Nde.. Siwon hyung.. Ada apa??"
.................
"Suho sakit?? Benarkah ??"
...................
"Chorong?? Jeongmal?? Kenapa hyung menyuruhnya merawat Suho??"
....................
"Hhhmmm... Nde arrasseo"
Xiumin terdiam. "Kenapa Siwon hyung tidak memberitahuku terlebih dahulu untuk melihat kondisi Suho?? Issangae" Lalu dia bersiap-siap untuk menjenguk Suho.
Xiumin memencet bel rumah Suho beberapa kali.
"Aneh.. Kenapa Chorong tidak membukakan pintunya??"
Tidak berapa lama, Suho sudah berada di depan Xiumin..
"Bisakah kau tidak sering-sering memencet bel ini??" Suho tampak marah kepada Xiumin
"Kenapa kau marah padaku?? Kau sudah membaik??"
"Eoh.. Masuklah. Tapi jangan terlalu berisik" Suho menunjuk ke arah sofa di ruang tamu. Xiumin melihat Chorong yang sedang tertidur lelap
"Aiieee.. Rupanya dia tertidur"
"Tapi apa benar kau sudah sembuh??" Xiumin memegang kening Suho
"Eoh... Entah kenapa kehadiran Chorong seperti menggantikan posisi Bingo"
Xiumin melihat senyum yang mengembang di wajah Suho
"Kau tahu?? Sudah lama sekali kau tidak tersenyum senang seperti itu... Sekarang aku tahu alasannya mengapa Siwon hyung menyuruh Chorong merawatmu" Gumam Xiumin dalam hati
"Tapi.. Kenapa kau datang malam-malam seperti ini??"
"Siwon-hyung menelponku. Dia hanya memberitahuku untuk mengawasimu. Dia takut kau akan menyusahkan Chorong"
Xiumin langsung berjalan menuju kamar yang sering dipakainya ketika menginap di rumah Suho..
Xiumin tampak bangun lebih awal, sambil menyeduh teh di dapur, dia terlihat menelpon seseorang
"Nde.. Luhan. Bisakah kau kerumah Suho sekarang??"
...................
"Saat kuberitahu, pasti kau akan langsung menuju kemari"
..................
"Nde.. Arrasseo"
Beberapa puluh menit kemudian, Luhan sampai di rumah Suho, dia terkejut melihat Chorong yang sedang tertidur di sofa.
"Ke-kenapa dia ada disini??"
"Dia kusuruh kesini untuk menemaniku menjaga Suho. Dan ada beberapa hal yang ku diskusikan dengannya tentang tugas sekolah. Kau tahu kan kalau Sojjn yang datang kesini, Suho tidak akan suka.Aku ingin kau mengantarnya pulang nanti"
Luhan terlihat mengerti dengan penjelasan Xiumin
"Mianhae Luhan, aku berbohong.." Ucap Xiumin dalam hati
"Kemarilah, akan kubuatkan kau teh hangat" Xiumin mengajak Luhan untuk ke dapur
====== Flashback end ======
Matahari terlihat muncul dari sela-sela jendela kamar Suho. Saat dia terbangun, matanya langsung mengarah ke meja kecil di samping tempat tidurnya. Dan dilihatnya kalung Chorong yang ia temukan waktu itu di sekolah.
"Kuharap kejadian itu hanya mimpi. Dan ternyata bukan"
Suho bangun dari tempat tidurnya dan segera menuju kamar mandi. Setelah itu dia menuju dapur. Di ambilnya segelas air
"Kuharap hari ini tidak seburuk kemarin-kemarin..." Ucapnya sambil mengusap tengkuk lehernya dengan lemas
Dia mendengar bel rumahnya berbunyi dan betapa terkejutnya Suho ketika dia tahu siapa yang mengunjungi rumahnya
"Eoh... Hal-abeoji.. Annyeonghaseyo"
======== To be continued ====