Yoo Jung berlari-lari kecil menaiki anak tangga memasuki gedung Hanyang University. Setelah itu ia terus melangkah dengan cepat tanpa memperdulikan orang-orang yang melihatnya dengan heran. Ia menaiki anak tangga sekali lagi dengan cepat. Setelah tiba di atas ia tampak kelelahan. Ia mengatur nafasnya, menarik dan menghembuskannya secara perlahan. Dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan ia berdiri di depan sebuah pintu. *bukan pintu ajaib doraemon ya >.<*
“Apa yang dilakukannya??” Mino melihat seorang gadis yang sangat ia kenali tengah berdiri di depan pintu ruangannya dengan membelakangi dirinya. “Kim Yoo Jung? Apa aku menyuruhnya menemuiku?” Mino menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mengerutkan kening kemudian kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan juga ke belakang melihat sekelilingnnya. Suasana kampus masih belum ramai, karena ini masih sangat pagi juga tidak banyak kegiatan. Mino kembali menaiki anak tangga dengan hati-hati
Terlihat Yoo Jung yang mencoba untuk mengetuk pintu, tapi selalu diurungkan olehnya. Gadis itu menghentak-hentakkan kakinya, berdiri dengan sedikit keraguan di depan pintu ruangan Mino. Setelah beberapa detik ia menghela nafas panjang. kepalan tangannya terangkat lagi hendak mengetuk pintu, tetapi lagi-lagi tidak jadi. Ia menurunkan tangannya kembali. Mendesah pelan, lalu berbalik.
“Kamjjakkiya,” Yoo Jung langsung terkesiap matanya melebar kaget dan juga sedikit menepi dari pintu. ia berdiri mematung di hadapan ‘Mino’. Mino tidak berkata apa-apa. Ia hanya memberengut menatap Yoo Jung. Yoo Jung membuka mulut, tapi tidak jadi berbicara karena Mino lebih cepat.
“Ada apa?”
“Anieyo! Choyo…”
“Apa?” Mino lagi-lagi menyela, dan sama sekali tidak mencoba membuat suaranya terdengar ramah.
“Aku hanya mau meminta maaf, ssaem.” ucap Yoo Jung dengan cepat lalu menelan ludah. Mino menoleh karah Yoo Jung yang dsebelahnya dan menyipitkan matanya. Yoo Jung menundukkan kepalanya dan mundur sedikit.
“Aku belum sempat minta maaf. Jadi tujuanku meminta maaf. Aku sungguh sangat menyesal. Aku benar-benar tidak sengaja,” lanjut Yoo Jung.
“Baiklah, karna kau sudah menyesalinya. Kau boleh pergi!” suruh Mino dengan cepat. Tapi tidak ada reaksi dari Yoo Jung ia masih berdiri mematung di hadapan Mino. Laki-laki itu menatapnya dengan alis berkerut.
“Apalagi?” tanya Mino membuat Yoo Jung terkesiap mengangkat kepalanya yang tertunduk.
“Apa anda perlu bantuan??” tanya Yoo Jung pelan. Jemarinya mencengkram tali tasnya dengan erat.
“Tidak!” Mino berbalik ke arah pintu, dan tertegun sejenak. Matanya menatap knop pintu, lalu ia menunduk menatap tangan kanannya yang dibebat dan tangan kirinya memegang tas.
“Anda mau saya memegang tas anda? Sementara anda mengeluarkan kunci?”
Mino menoleh ke arah Yoo Jung dengan perasaan jengkel. Tetapi ia tidak menemukan ekspressi mengejek dari wajah mahasiswinya ini. Karena Yoo Jung sangat pandai menyembunyikan ekspressi disaat-saat seperti ini ^^
Tanpa menunggu reaksi dari Mino, gadis itu langsung meraih tas Mino dan mau tidak mau Mino terpaksa membiarkan Yoo Jung mengambil alih tasnya. Sementara ia merogoh saku celananya untuk mengeluarkan kunci dan memasukkannya ke lubang kunci. Ia memutar kuncinya dan langsung tersadar, untuk membuka pintu dari luar, ia harus memutar kunci dan knop pintu secara bersamaan. Tiba-tiba Yoo Jung mengulurkan tangannya yang lain ke depan dan memutar knop pintu. Minho menarik dan menghembuskan napas kesal, kemudian ia mendorong pintu dan masuk ke ruangannya. Tapi langkahnya terhenti dan mengambil alih tas juga kunci ruangannya kembali.
“Kabwa!” suruh Mino tanpa melirik kiri kanan lagi, dan ia langsung menutup pintu ruangannya dengan Yoo Jung yang masih berdiri di depan pintu.
“Aish. Aku pagi-pagi ke sini untuk meminta maaf dan ingin bertanggung jawab atas semua yang sudah kulakukan. Minta maaf saja dianya seperti ini, bagaimana jika tidak. Ah,” untuk beberapa detik kemudian Yoo Jung melangkah mundur dengan teratur, berbalik, lalu pergi, sebelum banyak orang melihat ke arahnya.
“Tunggu!” Yoo Jung menghentikan langkahnya ketika mendengar suara yang dalam dan tajam itu, ia membalikkan tubuhnya dan melihat seonsaengnimnya berdiri di ambang pintu dan Yoo Jung melihatnya dengan kening berkerut.
“Ye, ssaem?”
Mino berkacak pinggang dan menghembuskan napas berat. Menatap Yoo Jung dengan alis terangkat juga dengan raut wajah yang sulit ditebak oleh Yoo Jung.
“Tunggu!” Mino melangkah masuk kembali ke ruangannya. Beberapa detik kemudian ia kembali keluar dengan sebuah map. Berjalan lurus melewati Yoo Jung dan bertanya. “Kau bawa mobil?” Yoo Jung menjawab pertanyaannya dengan cepat.
“Ye!” Yoo Jung melihat ia yang dilewati oleh seonsaengnimnya dengan heran dan ia langsung membuntuti Mino dari belakang dengan langkah kecil tapi cepat. *ngerti gak?*
“Bagus. Temani aku bertemu Tn. Lee Kwang Soo, kau juga bisa bertanya dengannya tentang theater musical!” ucap Mino yang mulai menuruni anak tangga. “Jangan coba-coba jatuh lagi!” ucapnya dengan tajam sambil menuruni anak tangga.
Yoo Jung sedikit bingung. Tapi sepertinya ia menyadari apa yang dimaksud Seonsaengnimnya.
“Sudah cukup kau membuat ku hancur dengan menjadikan tangan kananku cacat. Jadi jangan membuatku semakin hancur.” lanjut Mino
Ucapan Mino membuat Yoo Jung menghentikan langkahnya di tangga terakhir. Dan melihat punggung Seonsaengnimnya yang terus berjalan tanpa menyadari Yoo Jung yang berhenti di tangga.
“Mwo? cacat!! Anda tidak cacat. Itu akan sembuh dalam waktu 45 hari!! Seharusnya mulutnya yang ku buat cacat. Ah, jinjja,” Yoo Jung melanjutkan langkahnya sebelum mulut menyebalkan itu mengeluarkan kata-kata yang lebih mengesalkan lagi. Dengan langkah yang berat juga dengan perasaan yang kesal membuat Yoo Jung menggerutu tidak jelas di belakangnya.
***
Yunhyeong baru bangun dari mimpi indahnya. Ia mengerang dan membuka mata dengan bersusah payah. Ia menyipitkan mata menatap jam kecil di meja di samping tempat tidurnya. Yunhyeong bergegas turun dari tempat tidur dan berjalan dengan langkah yang terseret-seret ke arah dapur.
Mendadak langkahnya terhenti. Ia mengerjap kaget dan seketika kantuknya menghilang menatap keadaan dapur yang kacau-balau. Biji-biji kopi tersebar di meja dan di lantai. Genangan air terlihat di permukaan meja dan juga di lantai. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Itu lah yang ada di dalam pikiran Yunhyeong.
“MINO HYUNG~ IGE MWOYA?” teriak Yunhyeong di dalam rumah mereka yang besar dengan sekeras-kerasnya. “Ah!” ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, berkacak pinggang, mendengus dan kembali menatap kekacauan di hadapannya.
~
Hanbin menekan bel intercom rumah Yoo Jung dan menungu beberapa detik sebelum pintu itu terbuka. Ibu Yoo Jung menyambutnya di depan pintu dan disapa dengan hormat oleh Hanbin.
“Apa dia (Yoo Jung) sudah bangun?” tanya Hanbin masih berdiri di depan pintu dengan mata yang mencari sesuatu di dalam rumah.
“Oh? Dia sudah berangkat pagi-pagi sekali, bibi pikir kalian pergi bersama.”
Mata Hanbin langsung beralih ke wajah Ibu Yoo Jung. “Aniyo. Bahkan kami tidak ada janji untuk pergi pagi-pagi. Apa dia membawa mobil?” Hanbin melirik jam di tangannya.
“Oh!”
“Kalau begitu aku pamit dulu!” Hanbin pamit kepada ibu Yoo Jung. Kemudian ia merogoh sakunya mengambil ponsel dan mengirim pesan singkat pada Yoo Jung.
~Message~
To. Yoo Jung
From. Hanbin
____________
H: Neo Eodiga?
*1minute*
Y: Hha, apa kau menjemputku? Mianhae!! Pagi ini aku ada urusan mendadak! Aku akan menyusul kalian dengan segera. Pergi lah naik bis, karna aku bawa mobil. Untuk sekarang jangan hubungi aku dulu. Nee! ;)
Hanbin menghembuskan napasnya setelah membaca balasan dari Yoo Jung. Tapi seseorang mengagetkannya dari belakang dengan menepuk pundaknya.
“Apa dia sudah pergi?”
“Uh, Jiwon? Ne! Katanya dia ada urusan mendadak. hm, kajja! Hari ini kita naik bis.”
“Wae?” nada suara Jiwon seperti menolak dengan ucapan Hanbin
“Yoo Jung bawa mobil!”
“Dan dia meninggalkan kita? Aei!!!” Jiwon menggerutu kecil.
Hanbin mengangkat bahu tidak peduli. “Kajja!!” Hanbin menarik tas Jiwon membuat laki-laki bergigi kelinci itu berjalan mundur, dan semakin membuatnya jengkel, tapi Hanbin hanya tertawa tidak peduli melihat kekesalan sahabatnya itu.
~
“Give love sarangeul jom juseyo, Give Love sarangi mojarayo, maeilmaeil… Oh” Suhyun melepas headphonenya ketika melihat Jackson dan Young Ji menghampirinya.
“Sudah lama menunggu??” tanya Jackson yang langsung duduk di sebelah Suhyun.
“Ani! Aku baru duduk 1 menit di sini.”
“Ah, mereka terlambat lagi, kenapa disaat janjian seperti ini, hanya kita yang selalu tepat waktu!” gerutu Young Ji.
“Hhe..” Suhyun menunjukkan senyum manisnya dengan matanya yang tidak terlihat lagi. >.< “Nado meolla!” Suhyun menyeruput minumannya dan tidak memperdulikan gerutu Young Ji.
~30menit kemudian~
Hanbin dan Jiwon tiba di kantin kampus, mereka sudah melihat kekesalan dari wajah Young Ji, tapi mereka tahu bagaimana cara mengubah wajah kesal Young Ji menjadi imut lagi.
'Ttaaadddaaaa…" Hanbin menyodorkan coklat kesukaan Young Ji dengan senyum polos.
“Maaf kami terlambat, karena mencari ini untukmu. Mianhae!” Hanbin mengacak-acak rambut Young Ji yang wajahnya sudah kembali cerah.
“Apa hanya dia yang kau belikan? Ya! Aku di sini juga menunggu kalian.” kata Jackson yang mencoba untuk cemburu.
“Kau cemburu!!” goda Hanbin. Tapi hanya dibalas Jackson dengan decakan lidah. kemudian Hanbin mengeluarkan laptop dan beberapa kertas dari dalam tasnya.
Sedangkan Jiwon mulai mengganggu ketenangan Soohyun. Ia mengenakan headphone Soohyun dan mendengar lagu yang berada di ponsel Soohyun. Tapi gadis itu tidak mengijinkannya kemudian ia melepaskan headphonenya dari kepala Jiwon dengan paksa. Ia juga menatap Jiwon dengan tajam dengan bibir sedikit diangkat begitupun dengan Jiwon.
“Apa yang kau tatap? Huh!!!” Jiwon membesarkan matanya dengan bantuan kedua jari telunjuk dan jempolnya mengejek mata Soohyun yang begitu sipit. *gak sadar diri*
Soohyun melayangkan kepalan tangannya ke udara hendak memukul Jiwon. Tapi itu hanyalah gertakan kesalnya saja, ia memasang headphonenya dan mengabaikan Jiwon. Begitupun dengan Jiwon. *Aiisshhh >.<
***
Yoo Jung dan Mino tiba di depan sebuah restoran Jepang. Yoo Jung membuka seatbeltnya dan hendak membuka pintu untuk keluar, tapi ia kembali menoleh ke arah Seonsaengnimnya.
“Cheosonghamnida, aku lupa!!” Yoo Jung mencodongkan tubuhnya ke samping sedangkan Mino menegakkan tubuhnya.
“Hati-hati!” ucap Mino. Dan membuat Yoo Jung berhati-hati membuka seatbeltnya, karena takut menyakiti tangan kanan Mino.
Ketika selesai, Yoo Jung keluar dari mobil. dan saat itulah Mino menghembuskan napasnya yang ditahan sedari tadi, kemudian ia terkesiap ketika Yoo Jung membuka pintu untuknya.
“Oh, Gomawo!” Mino keluar dari mobil dan mulai memasuki restoran Jepang yang bernuansa istimewa tersebut. Yoo Jung juga mengikutinya dari belakang.
“Oh, Song Mino-ssi…” sapa Tn. Lee Kwang Soo dengan ceria ketika melihat kedatangan Mino. Mendengar seruan ceria itu, Yoo Jung mengangkat wajah dan mengintip dari balik punggung Mino. Seorang pria bertubuh tinggi kurus dan berusia sekitar empat puluhan, yang adalah senior Mino.
“Lee Kwang Soo-ssi. Cheosonghamnida! Apa anda menunggu lama??” tanya Mino seraya menundukkan tubuhnya.
“Aniyo. aku belum lama tiba!!” tiba-tiba mata Tn. Lee tercengang, matanya terpaku pada tangan kanan Mino yang dibebat. “Astaga. Gwaenchanayo? Apa yang terjadi pada anda, Mino-ssi?”
“Ah,” Mino tersenyum kecil. “Ini hanya kecelakaan kecil!!” ucap Mino ringan.
Yoo Jung melihat Mino dari belakang. Tn. Lee mengangguk dan menepuk pundak Mino. Lalu saat itu ia baru melihat Yoo Jung yang berdiri tegang di belakang Mino dan ia tersenyum ramah dan menyapa Yoo Jung. Dan Yoo Jung kembali membalas sapaannya dengan sedikit kaku. Mereka pun mulai duduk dan membicarakan project tentang theater musical yang akan diadakan kelak. Tn. Lee mulai bertanya kepada Mino.
“Apa anda bisa mengurusnya dengan keadaan seperti ini?”
“Ah, anda tidak perlu khawatir!!” setelah melirik Tn. Lee, Mino melirik ke arah Yoo Jung yang berada di sebelahnya. “Asistenku akan mengurus semuanya. Benarkan Kim Yoo Jung-ssi?” tanya Mino dengan sedikit menyungging senyumnya. Tapi Yoo Jung tahu itu bukan senyuman yang tulus. Tn. Lee juga melirik ke arah Yoo Jung. Yoo Jung menjadi gugup dan membenarkan ucapan Mino dengan terbata-bata..
“Oh, Ye. Hhe…” Yoo Jung tersenyum hambar.
“Apa kau sudah mendapatkan idenya? Tentang apa ceritanya?” tanya Tn. Lee namun nada suaranya terdengar ringan.
“Ye? Oh! Belum. Kami berencana hari ini untuk menentukannya dengan teman-teman yang lain. Apa boleh saya meminta pendapat anda? Karena yang kami tahu anda sukses mengadakan theater musical tahun lalu.” ucap Yoo Jung.
“Kau berlebihan!” Tn. Lee tersenyum malu mendengar pujian dari Yoo Jung, “Buatlah dengan sekreatifmu. Jangan lupakan cerita komedinya, karena itu yang paling sangat menghibur penonton. Kau harus bisa mendapatkan amarah, emosi, bahagia, dan sedih, dari cerita itu.” kata Tn. Lee
Yoo Jung menjadi semangat mendengar masukan dari Tn. Lee. Pertemuan singkat itu pun usai. Mino dan Yoo Jung pamit kepada Tn. Lee seraya membungkukkan tubuh mereka. Setelah sampai di parkiran, Yoo Jung mulai melayani Mino, dari membuka pintu mobil, hingga memasang seatbeltnya Mino.
***
Suasana kaku di tengah-tengah acara perkumpulan Hanbin and the gank. Tampak dari wajah Young Ji dan Soohyun dengan kesal melihat sosok gadis yang duduk di antara mereka lebih tepatnya di sebelah Hanbin dan Jiwon. Jackson yang sedari tadi melihat mereka-pun memutar kedua bola matanya.
Kenapa kau membawanya kemari? Kenapa kau mengajaknya bergabung dengan kami? Apa yang ada di dalam pikiranmu Kim Han Bin? Neo Micyeosseo? Itu lah gagasan yang ada di pikiran Young Ji dan Soohyun.
“Hayi-ya, apa kau sudah mendapatkan ide?” tanya Hanbin kepada gadis yang duduk di sebelahnya. Ya,. Lee Hayi, gadis yang membuat suasana kaku, dan membuat Young Ji dan Soohyun tidak banyak bicara.
“Naega? Uhm… belum!!” Hayi menggeleng kecil. “Lebih baik kita tunggu Yoo Jung saja.!!”
“Mwoyo??” gumam Soohyun pelan. Kemudian ia mulai mengutak-atik ponselnya, mencoba mengabaikan yang ada di hadapannya.
~
Yunhyeong yang baru tiba di kampus memakirkan mobilnya dengan indah. Ia turun dari mobil dan menyandang ranselnya di pundak kirinya saja. Telepon berdering berkali-kali tapi ia tidak mempedulikannya. Karena ia tahu siapa yang menghubunginya.
Yunhyeong baru hampir menaiki anak tangga pertama untuk masuk ke dalam,tapi pandangannya terpaku pada mobil lexus merah yang terpakir di depan gedung. Alisnya terangkat heran ketika melihat ‘Mino’ turun dari mobil yang sudah tidak asing lagi di matanya.
Yoo Jung melihat ke arah Yunhyeong, juga ke arah mahasiswi-mahasiswi di sana.
Ini bukan untuk yang pertama kalinya. Tolonglah. Pikir Yoo Jung. Mino juga menoleh ke arah Yunhyeong yang tersenyum lebar ke arah mereka berdua. Yunhyeong menoleh ke arah Hyung-nya.
“Mwoyo??” tanya Yunhyeong heran. Yoo Jung dan Mino pun bertegur sapa dengan Yunhyeong.
“Oh, Yunhyeong, kau baru tiba?”
“Oh! Karena ketika aku bangun, ada seorang kucing mengacaukan dapurku, dan membuatku harus membereskannya dulu.” ucap Yunhyeong dengan sedikit menyindir Mino yang pura-pura tidak tahu, dan tanpa basa-basi mendahului Yoo Jung dan Yunhyeong. Tapi Yoo Jung tidak tahu apa yang dimaksud Yunhyeong.
“Seorang? yang ku tahu kucing seharusnya seekor.” ucap Yoo Jung dengan polos.
“Lupakan! Kajja. Kurasa mereka sudah menunggu kita dengan bosan.” sela Yunhyeong dan menggandeng tangan Yoo Jung, menyeretnya masuk ke dalam dengan cepat, dan melewati Mino tanpa hormat sedikitpun, Mino hanya setengah mendengus dan setengah tertawa melihat kelakuan adiknya.
“Apa kalian memang sudah mulai berkencan? Oh?” desis Mino, kemudian ia melanjutkan langkahnya.
Yoo Jung dan Yunhyeong tiba di kantin kampus dan langsung menemukan posisi mereka, Yunhyeong melambai ke arah soohyun yang menyadari keberadaan mereka. Soohyun membalas lambaiannya dan membuat teman-temannya berdelik ke arah Yoo Jung dan Yunhyeong. Membuat Yunhyeong dan Yoo Jung menghentikan langkahnya, mereka berdua saling pandang satu sama lain.
“Mwoyo?” tanya Yunhyeong pelan kepada Yoo Jung dan dibalas gelengan kepala oleh Yoo Jung.
“Sebenarnya apa yang terjadi?”
Please Leave Comment & Your Love guys *Yang tertera dipojok kanan atas* ^.^/
Kamsahamnida ^,^/