Dan mereka berdua masuk ke ruang kerja yang cukup luas. Sekitar berukuran kurang lebih 10x10m, di dalamnya terdapat seperangkat fasilitas kerja, dengan desain serba putih di padukan dengan corak kehijauan yang terlihat segar, membawa suasana alami ditambah dengan tanaman-tanaman hias di sudut ruangan. Sepertinya CEO yang satu ini memiliki hobi yang sehat. Kim Youri terlihat tertarik dengan desain interior ruangan ini, tidak membosankan.
Di dalam, ada seseorang yang sudah menunggu. Rupanya dia adalah sang CEO. Belum cukup tua, umurnya masih terlihat sekitar 35 atau 40-an tahun. Perawakannya tinggi tegap, rambut dipotong cepak, cara berpakaiannya pun stylist.
“ Ah, ternyata kamu ya yang bernama Kim Youri.” Sapa sang CEO yang langsung menjabat tangannya terlebih dahulu.
“ Ahh, ne. Senang bertemu dengan anda sajangnim.” Jawab Kim Youri dengan senyuman dan tak lupa sedikit membungkukkan kepala.
“ Kyopta. What a beautiful girl. You’re good-looking.” Baru percakapan pertama dia sudah meluncurkan beberapa compliment kepada Kim Youri.
“ Thank you.”
“ Ne. Kamu masih sekolah?” Pertanyaan pertamanya yang diluncurkan sang CEO kepadanya.
“ Tentu, saya masih duduk dibangku kelas 2 SMA.”
“ Jika kamu trainee, bagaimana sekolahmu? Apa kamu mau dipindahkan kemari?”pertanyaan kedua yang tiba-tiba membuat Kim Youri kaget.
“ Eh? Bagaimana bisa? Tapi saya masih ingin disana. Em, mungkin hanya sampai kenaikan kelas tahun depan saja.” Jawabnya harap-harap cemas dengan keputusan sang CEO.
“ Apa kamu yakin ini semua tidak akan mengganggu sekolahmu disana?”
“ Akan saya usahakan jika anda mengijinkan.” Kim Youri menunggu keputusan sambil mulai menggigit bibirnya sendiri dengan berusaha menghilangkan keringat yang menempel pada telapak tangannya karena gugup.
“ Oke. Tapi disana kamu harus tetap menjalankan trainee. Bagaimanapun caranya.”
Kim Youri merasa senang karena sudah diijinkan untuk tetap di Indonesia terlebih dahulu. “Tetapi sambil trainee? Di rumah maksudnya?” gumamnya dalam hati.“ Trainee di Indonesia?” Tanya Kim Youri kepada sang CEO untuk meyakinkan pendengarannya.
“ Iya, nanti saya akan mengirimmu kembali ke Indonesia bersama dengan guru dance dan vokal kamu beserta translater untuk mendampingimu.”
“ Ah, jinjayo?” Tanya Kim Youri belum puas. Ia berulangkali membungkukkan kepala dalam-dalam untuk berterimakasih kepada CEO.
“ Jadi, kapan adikmu akan pulang?” Pertanyaan sang CEO yang kali ini ditunjukkan kepada Joon Do.
“ Dua hari lagi sunbae.”
“ Baiklah, aku akan memesankan tiket untuk jadwal pemberangkatannya besok lusa.”
“ Gamsahammida sunbae. Dari dulu kau memang baik, tak pernah berubah.”
“ Selama 2 tahun bekerja denganku apa kamu baru tahu bahwa aku baik? Dasar anak nakal.”
“ Ah, aniyo.”
Entah apa yang mereka bicarakan sepertinya terlihat asyik hingga melupakan gadis manis yang hanya duduk di sofa sambil melihat album member SM yang kebetulan berada di atas meja tamu. Jadi mulai sekarang Kim Youri harus benar-benar menguasai bahasa Korea sebelum ia kembali lagi kesini. Ia akan mulai bekerja keras saat ini bagaimanapun caranya. Ah, ini rasanya seperti mimpi bagi Kim Youri.
Tak lama kemudian, Kim Youri telah sampai di apartemen tempatnya menginap beberapa hari ini. Ia tak memiliki banyak aktivitas yang akan dilakukan. Ia sudah mulai bosan, kemudian memutuskan untuk membaca novel dan akhirnya sampai ketiduran.
Kim Youri tidur sudah begitu lama. Saat ia membuka jendela, langit sudah mulai gelap. Aigoo, kenapa sampai tertidur lama begini, dia lupa sejak tadi siang ia belum makan lagi. Tak selang berapa lama, Kim Youri mendengar bunyi yang aneh yang tak asing di telinganya. Yak, itu memang dari perutnya. Itu menandakan bahwa Ia memang sedang merasa lapar. Tidur panjang tadi memang telah menguras perut Kim Youri.
Gadis itu berjalan ke dapur untuk mencari makanan, tapi tidak tersedia apapun. Di kulkas pun nihil hasilnya. Ia memutuskan untuk mandi kemudian keluar mencari makan sekalian mencari angin malam di sekiar sungai Han.
Kim Youri berjalan sendiri di pinggiran sungai sambil membawa snack untuk mengganjal perut sembari menunggu oppa-nya yang belum menyelesaikan pekerjaannya. Yang bisa dibilang itu akan membutuhkan waktu yang lama. Tapi mau bagaimana lagi, mana mungkin Ia makan di resto seorang diri. “huhh” Ia selalu menghembuskan nafas ketika mulai merasa bosan.