home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > YOUR DEATH NOTE

YOUR DEATH NOTE

Share:
Author : astituidt
Published : 21 Dec 2014, Updated : 30 Mar 2015
Cast : Jin Woo (WINNER), Dara (2NE1), V (BTS), Jung Kook (BTS)
Tags :
Status : Ongoing
2 Subscribes |70796 Views |9 Loves
YOUR DEATH NOTE
CHAPTER 6 : Chapter 6

Sebegitu tertariknya kah kau tentang kehidupanku?” Jin Woo menatap DaRa meminta penjelasan setelah perempuan itu ‘kepergok’ bersembunyi dibalik mobil Jin Woo dan melihatnya berbicara dengan dosen Kim.

 

“Ah, kau. Aku tidak sengaja melihatmu berbicara dengan Dosen Kim disana. Tertarik katamu? Cih pede sekali” DaRa balik menatap Jin Woo, tatapan yang menyebalkan. Lagi-lagi Jin Woo hanya membalasnya dengan tatapan datar dan dingin yang tidak kalah menyebalkannya dari tatapan yang DaRa berikan sebelumnya.

 

DaRa kemudian membuang nafasnya keras setelah merasa jika Jin Woo sama sekali tidak mempercayai kata-katanya. Yah, walaupun lelaki itu tidak mengucapkan satu kata sekalipun, tapi DaRa bisa menebak dari tatapan dingin itu.

 

“Aisshhh… jinjaaaaa…. Aku benar-benar tidak sengaja melihatmu disana dan aku benar-benar tidak mengikutimu. Ahhhh moella, terserah kalau kau tidak percaya” ucap DaRa lagi sambil membalikkan badannya untuk meneruskan perjalanannya menuju halte bus.

 

DaRa melakukan aksi ‘melarikan dirinya’ itu bukan karena dia malu karena kepergok mengintai Jin Woo dan dosen Kim. Tetapi dia tidak berniat meneruskan perdebatannya setelah dia menyadari jika bekas tamparannya masih terlihat di pipi pucat Jin Woo. Mengingatkannya kembali pada kata-kata sadis Jin Woo ketika DaRa dengan tulusnya mengunjungi apartemennya hanya untuk memastikan jika dia baik-baik saja.

 

“Jangkamman (tunggu)” Suara Jin Woo kembali menginterupsi langkah kecil DaRa yang sudah beberapa langkah di depannya. Membuat DaRa dengan terpaksa membalikkan tubuhnya.

“Mwo? Wae? apa lagi? Hajima, aku benar-benar sedang tidak ingin berdebat denganmu”

 

Jin Woo berdehem pelan, berusaha membersihkan tengorokannya sebelum dia memulai berbicara.

“Mianhae, untuk yang tadi” ujar Jin Woo pelan sembari mengusap tengkuknya perlahan, matanya tidak menatap DaRa secara langsung. Walaupun jarak mereka sudah agak jauh dan walaupun suara Jin Woo yang kelewat pelan, tetapi DaRa masih bisa mendengarnya dengan jelas.

 

DaRa terdiam sejenak. Entah apa yang membuat perempuan itu tidak langsung membalas perkataan Jin Woo. “Kau benar-benar aneh” jawabnya kemudian sambil menggerakkan telunjuknya ke atas dahi-nya sebagai pertanda ‘kau tidak waras’ pada Jin Woo.

 

Jin Woo mendesah pelan ketika melihat DaRa hanya menjawabnya seperti itu dan dengan cepat kembali berjalan menjauh. Jin Woo lupa jika dia sedang berhadapan dengan wanita tomboy dan separuh gila.

Tapi, ayolah, perempuan itu bahkan tadi memeriksa suhu tubuh Jin Woo dan mengkhawatirkannya. Bukankah tidak berlebihan jika mengharapkannya menjawab permintaan maaf Jin Woo dengan kata-kata ‘Aku juga minta maaf karena telah memasuki apartemenmu tanpa ijin’ atau ‘ya, aku memafkanmu’ Yah, mungkin harapannya terlalu berlebihan mengingat perempuan itu bahkan pernah mengutuk sadis siaran radio karena mempercepat segmen siaran bersama artis idolanya, dan dengan cepat berubah menjadi gembira sambil bernyanyi-nyanyi riang ketika stasiun radio itu menyiarkan performance artis idolanya secara live.

 

Drtttttt!!!!

 

Jin Woo kembali tersadarkan setelah beberapa saat hanya memandangi punggung DaRa yang berjalan menjauh. Dia merogoh ponsel di sakunya untuk mengecek orang yang berusaha menghubunginya.

 

-- Jangan diangkat!!! Calling --

 

Jin Woo mendesah pelan setelah membaca nama penelfon yang tertera di layar ponsel 5 inchi-nya. Menyentuh layar itu dan menggesernya dengan malas-malasan.

 

“Wae?” tanpa berbasa-basi, Jin Woo langsung bertanya pada si penelfon tentang tujuannya menelfon. Jin Woo menjawabnya sambil berjalan kembali menuju mobil.

“Pertama-tama, aku tidak menerima jawaban ‘Nee’ atau ‘Aniyo’ darimu” ujar si penelfon dari balik ponsel Jin Woo"

“Oh..”

“Ya!! itu sama saja! bisakah kau menjawab telfonku dengan kata-kata yang lebih panjang? bukan hanya ‘Nee’ atau ‘Aniyo’ dan juga ‘Oh’ aku tidak menerima jawaban itu”

“Hyung, kau bawel sekali” jawab Jin Woo sinis sembari membuka pintu mobilnya dan melemparkan tubuhnya ke kursi kemudi.

“Hahaha dasar bocah nakal, Ya! kemana saja kau sampai tidak mengangkat panggilan dariku sama sekali hari ini?”

“Wae? apa kau mau mengingatkanku untuk menemuimu besok? Hyung, kau bahkan sudah mengirimiku pesan singkat untuk mengingatkanku. Apa masih perlu menelfonku?”

“Woaa daebakkkk.. ini adalah kalimat terpanjang yang pernah kau lontarkan padaku melalui telephone. Arasseo kalau kau sudah ingat. Seharusnya kau membalas pesanku agar aku tidak perlu mengingatkanmu lagi dengan menelfonmu seperti ini”

“Nee”

“Oh ya, satu lagi. Sudah saatnya kau mengubah namaku di kontakmu menjadi lebih normal. Aku bukan rentenir sampai-sampai harus di beri nama ‘jangan diangkat’ pada kontak ponselmu. Kau bahkan menambahkan 3 tanda seru di belakangnya. Aissshh.. jinjaa...”

“Nee” jawab Jin Woo singkat. Sebuah senyum terkuas dari wajahnya ketika membayangkan orang yang ada di balik telephone saat ini sedang mendengus sebal.

“Arasseo, aku tutup. Jangan sampai terlambat besok, karena aku juga mempunyai janji dengan pasien lain”

“Nee Hyung, gomawo” Jin Woo mengakhiri panggilannya, menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan cepat untuk kembali ke apartemennya.

 

***

 

DaRa berlari dengan cepat ketika dilihatnya bus yang akan ditumpanginya sudah mulai menurunkan penumpang-penumpangnya di halte itu. Jarak DaRa yang masih lumayan jauh dari halte tersebut membuatnya semakin mempercepat laju larinya sebelum bus itu mengeluarkan semua penumpang di dalamnya dan pergi meninggalkan halte tersebut.

 

“AJUSSHI!! AJUSSHI!! SURUH SUPIR BUS ITU MENUNGGUKU” Teriak DaRa dari kejauhan pada seorang lelaki yang sepertinya adalah penupang terakhir yang turun dari bus itu.

“AJUSSSHII!! TOLONG SURUH SUPIR ITU BERHENTI!!” Teriak DaRa lagi karena lelaki yang di panggilnya itu tidak menoleh sedikitpun padanya. DaRa terus berlari dan semakin mempercepat langkahnya.

“YA!!! KAU AJUSSHI BERBAJU BIRU!! SURUH SUPIR ITU BERHEN.... Aisshhhh jinjjaa...” DaRa lalu menghentikan teriakannya ketika bus yang akan ditumpanginya mulai melaju pergi dari sana.

 

Entah mengapa akhirnya lelaki yang sejak tadi di teriaki oleh DaRa akhirnya menoleh ke arahnya. Mungkin karena DaRa menyebut-nyebut warna baju dan lelaki itu merasa mengenakannya jadi dia tergugah untuk menoleh.

 

“Ajusshi!! kenapa kau tidak menghentikan supir bus it... Hhhhh... Hhhh.. Jangkamman...” celoteh DaRa setibanya dia di depan ajusshi yang dimaksudnya tadi. Tapi sepertinya dia gagal mengomeli ajusshi itu dalam sekali tarikan nafas, pada akhirnya DaRa yang masih ngos-ngosan karena berlarian tadi memilih untuk mempause ocehannya untuk mengambil nafas.

“Hhhhh... Hhhh.. Yakkk.. seperti itu... tarik nafas panjang... okee.. sekarang buang perlahan... guereuchii..” ujar ajusshi itu seperti mengomandoi DaRa untuk mengatur nafasnya terlebih dahulu. Walaupun sedikit sebal karena seharusnya dia marah pada ajusshi kitu, tapi tetap saja dia butuh mengatur nafas, jadi mau tidak mau DaRa seakan terhipnotis untuk mengikuti komando dari ajusshi tersebut.

“Okay? sudah lebih baik? baiklah, kau mau bicara apa?” tanya ajusshi itu setelah melihat nafas DaRa mulai teratur.

“Ajusshi! kenapa kau tidak menghentikan bus itu??? gara-gara ajusshi aku jadi ketinggalan bus itu. Aisshhh jinjja!! padahal aku sudah berteriak-teriak memanggilmu ajusshi!!” tukas DaRa dalam satu helaan nafas, kemudian dia kembali ngos-ngosan dan mengatur nafasnya lagi.

“Oh, jadi kau memanggilku?” tanya ajusshi itu dengan raut wajah yang polos.

“Siapa lagi kalau bukan kau ajusshi! Aisshhh... Keunnata.. Keunnaseo... (matilah aku) aku benar-benar ketinggalan bus. Dan itu karena kau!”

“Ah, begitukah? Mianhae.. aku tidak sadar kalau kau memanggilku. Itu karena kau memanggilku ajusshi, makanya aku tidak menyadarinya. Apa kau tau jika umurku baru 24 tahun?” jawab ajusshi itu dengan sabar dan dengan sedikit raut wajah menyesal.

 

DaRa menatap wajah ajusshi itu dengan tatapan kaget setelah dia menyebutkan umurnya. DaRa mencoba menyusuri setiap inchi dari wajah ajusshi di depannya. Ah ralat, bukan ajusshi karena DaRa kemudian menyadari jika memang wajah lelaki di depannya ini sama sekali tidak terlihat tua, bahkan cenderung baby face. Mungkin cara berpakaiannya saja yang terlihat dewasa karena lelaki itu mengenakan kemeja, celana kain dan sepatu pantofel seperti lelaki-lelaki kantoran yang sering dia lihat.

 

“Aishhhh moella.. ahhhh benar-benar malam yang panjang” DaRa kemudian berjalan menjauh dari lelaki itu setelah sadar jika dia benar-benar akan pulang larut malam ini. DaRa menjatuhkan dirinya di kursi halte dan meratapi nasibnya yang sungguh sial.

 

***

 

Hello, my name is JIN from BTS^^

 

Lelaki dengan tinggi badan sekitar 180 cm itu masih tetap berdiri di tempat semula sambil terus memperhatikan gerak-gerik perempuan yang baru saja selesai menceramahinya. Sesekali tampak bibirnya tertarik kesamping dan mengulaskan senyum tipis saat dia mendengar perempuan itu mengutuk dirinya sendiri dan menyalahkan kaki kecilnya karena tidak mampu berlari dengan cepat.

 

Setelah beberapa lama memperhatikan, akhirnya lelaki itu memutuskan untuk berjalan mendekati perempuan itu dan menempatkan diri duduk di sampingnya. Halte bus sudah mulai sepi, hanya tinggal mereka berdua yang tampak duduk disana. Lelaki itu menggerakkan tangannya untuk mengecek jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Kemudian kembali memperhatikan perempuan di sebelahnya yang kali ini tampak mengusap-usap layar ponselnya yang sepertinya sudah kehabisan baterai.

 

“Sepertinya tadi adalah bus terakhir yang lewat malam ini” ujar lelaki itu pada perempuan yang kemudian tampak menunjukkan raut wajah terkejutnya.

“Oh, ajusshi kau masih disini?”

“Nee” jawab lelaki itu sambil menyunggingkan senyum lembutnya. Kemudian perempuan itu kembali asik dengan kegiatan ‘mengutuk dirinya sendiri’ itu dan tampak tidak tertarik untuk meladeni perkataan lelaki itu lagi.

 

Lelaki itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, membiarkan rambut coklatnya yang semula rapi menjadi agak berantakan karena gerakan jari-jarinya yang menggaruk berkali-kali. Dia sedang mencoba menarik perhatian perempuan di sebelahnya. Ah, bukan menarik perhatian, lebih tepatnya dia saat ini sedang mencari cara agar perempuan di sebelahnya ini mau menerima bantuannya.

 

Ya, lelaki itu berniat menawarkan tumpangan pulang pada perempuan itu karena tidak tega membiarkannya menunggu bus terlalu lama sendirian disana. Toh, lelaki itu juga bersalah, lebih tepatnya telah disalahkan oleh perempuan itu karena tidak membantunya menghentikan si supir bus (?) Entahlah, sebenarnya lelaki itu juga masih bingung karena disalahkan, tetapi walau bagaimanapun dia merasa bersalah juga.

 

“Ajusshi, apa kau tinggal di sekitar sini?” perkataan perempuan di sebelahnya kemudian membuyarkan lamunan lelaki itu.

“Ne, apartemenku di belakang gedung ini, beberapa blok dari sini” jawab lelaki itu seraya menunjukkan gedung besar yang berada tidak jauh di belakang mereka.

“Oh, pantas saja”

“Maksudnya?” tanya lelaki itu karena tidak memahami maksud dari perkataan perempuan itu.

“Pantas saja semua yang ada disini terasa menyebalkan, itu semua karena kau tinggal disini. Karena ajusshi menyebalkan, karena bus itu menyebalkan, karena halte bus ini menyebalkan, karena daerah apartementmu ini menyebalkan. Ya! bagaimana bisa daerah dengan apartemen dan gedung elit di sekelilingnya bahkan tidak di lewati oleh taksi sama sekali. Ahhhh... bagaimana aku bisa pulang?”

 

Lelaki itu terkekeh mendengar penjelasan panjang lebar dari perempuan disebelahnya. Terdengar sangat kekanak-kananan memang, cocok dengan wajahnya yang juga kekanak-kanakan. Tapi entah kenapa otot-otot wajah lelaki itu memaksanya untuk tersenyum setelah mendengar ocehan perempuan itu.

 

“Mau kuantar pulang? Ehmm.. sebagai permintaan maaf mungkin?” akhirnya lelaki itu berhasil menawarkan bantuannya. Dia kembali meraih belakang kepalanya dan menggaruknya dengan pelan. Lelaki itu seperti khawatir jika perempuan itu menolak tawaran bantuannya. Cukup memalukan bukan jika dengan tegas dia menolaknya. Oh ya, bahkan mereka berdua baru bertemu hari ini dan belum kenal, mana mungkin perempuan itu mau menerima bantuannya. Sepertinya lelaki itu tampak menyesal dan jika bisa sesegera mungkin menarik tawaran bantuannya barusan.

 

”Jinjjaaa?? jinjjaaa?? jinjjaaaaa??? kau mau mengantarku ajusshi?? jinjjaa??” mata perempuan itu terbelalak tidak percaya, wajahnya bersinar seperti baru saja menemukan sebuah sumur di tengah gersangnya padang pasir.

“Kalau kata-kata jinjja 3 kali mu itu berarti kau mau kuantar pulang, berarti kau harus menungguku disini sebentar sementara aku akan mengambil mobil dulu di apartemenku” lagi-lagi lelaki itu mengulas senyum menawannya dan beranjak dari halte itu setelah melihat perempuan itu mengangguk-anggukkan kepalanya mantap. Sangat merasa lega karena ternyata reaksi perempuan itu tidak semengerikan yang dibayangkannya. Seperti dengan cepat menamparnya atau berteriak-teriak dan menyebutnya lelaki mesum.

“Oh, satu hal lagi. Namaku Jin. Dan aku masih 24 tahun, itu artinya jangan lagi memanggilku dengan sebutan ajusshi” Jin mengulurkan tangannya ke arah perempuan itu, mengisyaratkan perempuan itu untuk balik menyebutkan namanya.

“DaRa imnidaaa.. palli juseyooo.. sebelum aku tertidur di halte ini” jawab DaRa memperlihatkan rentetan giginya yang rapi berusaha membuat lelaki itu cepat-cepat pergi mengambil mobilnya dan mengantarnya pulang dengan segera.

 

***

 

“Akkkkkkkkkk, appooo” erangan Jungkook seketika membangunkan V yang sejak tadi malam tertidur dengan posisi kepala menopang pada lengan tangan atas JungKook yang membuat maknae itu merasakan nyeri yang hebat pada lengannya.

 

JungKook menarik tangannya dengan kasar, membiarkan kepala V bergeser jatuh di kasur. Dia memegang lengannya yang saat ini mulai mati rasa karena tindihan kepala berat V. V yang semula terbangun karena kegaduhan sang maknae akhirnya memutuskan kembali untuk tidur tanpa rasa bersalah setelah melihat JungKook lebih memilih menyelesaikan masalahnya sendiri dengan memijat-mijat tangannya pelan.

 

“Hyung” panggil JungKook berusaha membangunkan V.

“Aiiisshhh kenapa lagiiii?”

“DaRa noona belum kembali” ujar JungKook setelah meyakinkan dirinya sendiri jika DaRa benar-benar belum kembali kesana sejak semalam, dan setelah dia melihat jam di meja belajar V yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi, JungKook juga yakin jika dia akan terkena masalah besar karena eomma-nya akan marah besar karena dia tidak pulang kerumah semalam.

“Dia mungkin sudah pulang, coba kau periksa mobilnya di garasiku” jawab V pelan tanpa membuka matanya. Sepertinya bocah itu benar-benar belum berniat untuk bangun dari tidurnya. Dan lagi, V bahkan menutup kepalanya dengan bantal yang berarti dia sungguh-sungguh sedang tidak ingin dibangunkan lagi.

 

JungKook mau tidak mau menuruti perkataan V yang menyuruhnya mengecek mobil DaRa yang terparkir di garasi rumah V. Rumah besar V yang selalu tampak sepi kadang menjadi tempat menyenangkan untuk berkumpul, tetapi juga sedikit menyeramkan jika harus berjalan sendirian seperti ini di tengah tengah ruangan besar yang kadang mengeluarkan gema jika ada seseorang yang berbicara.

 

Ayah V sudah pasti sedang berada di gedung perkantoran miliknya sekarang. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa periklanan memang sedang bertumbuh pesat di Negara ini. Ditambah lagi dengan semakin banyaknya agensi-agensi yang menjamur dan sudah pasti membutuhkan jasa periklanan untuk mempromosikan para artisnya membuat ayah V bahkan tidak terlalu sering pulang kerumah dan lebih memilih berkutat di kantornya.

 

JungKook melongokkan kepalanya ke garasi V yang penuh dengan beberapa mobil. Lelaki itu kemudian berjalan keluar rumah ketika di lihatnya mobil DaRa masih terparkir disana.

 

“Shhhh.. kenapa noona belum mengambil mobilnya ya? Apa dia belum pulang?” tanya JungKook pada dirinya sendiri sambil mengarahkan kakiknya berjalan menuju pagar rumah JungKook, membukanya perlahan dan menoleh ke sekitar untuk menemukan barangkali tubuh DaRa berada disana.

“Nuguya?” ujar JungKook ketika melihat seseorang melambaikan tangan padanya dari balik sebuah mobil berwarna hitam sedang terparkir tepat di sebrang rumah V. Lelaki itu menutup mobilnya dan berlari ke arah JungKook.

“Anyyeonghaseo, apa kau tinggal disini?” tanya lelaki itu dengan sopan

“Oh, anyeonghaseo. Aniyo aku tidak tinggal disini. Ini rumah temanku. Waeyo?”

“Iegoo.. aku sedang membantu mengantarkan seorang perempuan pulang, dia bilang alamatnya disini. Dia sedang tertidur dan susah sekali dibangunkan, jadi aku hanya bisa menunggu sampai dia terbangun” Jelas lelaki itu panjang lebar dan sontak membuat JungKook dengan refleks menyebrangi jalan menuju mobil lelaki itu. Lelaki tadi membuntutinya dari belakang.

“DaRa noona? Ne, dia temanku. Geundhae, apa kau mengenalnya?” tanya JungKook memasang wajah waspada pada lelaki itu.

“Aniyo, aku baru saja mengenalnya. Aku membantunya pulang karena dia ketinggalan bus terakhir tadi malam”

“Ah.. geurikunaa..” jawab JungKook mencoba memahami, dia juga menatap lelaki itu dari ujung kaki sampai rambutnya. Mencoba menemukan suatu keganjilan karena mungkin lelaki itu telah berbuat macam-macam pada sahabatnya.

“Oh, ini kartu namaku. Seok Jin imnida, kau bisa memanggilku Jin. Hubungi aku jika ada apa-apa” ujar Jin sambil mengeluarkan kartu nama dari saku bajunya setelah memahami tatapan waspada dari JungKook.

“Ah, kau psikolog? Itukan semacam dokter kejiwaan?” tanya JungKook dengan sopan, menghilangkan pandangan waspadanya setelah melihat kartu nama yang di berikan oleh Jin.

“Nee, majayo” jawab Jin dengan menunjukkan senyum tipisnya.

“Oh, JungKook imnida. Kalau begitu akan membawa DaRa noona masuk. Gamsahamnida telah membantunya”

 

***

 

Jin menganggukkan kepalanya dan mengembangkan senyumnya lagi. Memperhatikan JungKook yang mulai mengangkat DaRa keluar dari mobil dan menggendongnya di punggung belakangnya. Perempuan itu benar-benar seperti orang mati ketika sedang tidur. Tidak ada bedanya dengan V.

 

“Kalau begitu aku pergi dulu” pamit Jin menundukkan sedikit kepalanya dan menjatuhkan tubuhnya ke dalam mobil. Matanya masih tetap memperhatikan punggung JungKook dan DaRa sampai menghilang dari balik pagar tinggi itu.

 

Senyum tipis kembali mengembang dari bibirnya ketika dia mengingat bagaimana tingkah perempuan itu ketika tidur di dalam mobilnya. Sangaaaatttttttt banyak bergerak. Entah kakinya yang di angkat ke kursi, menyilangkannya di atas, menopang kedua kakinya ke samping sampai menendang-nendang dashboard mobil untuk mencari posisi nyaman. Membuat Jin sama sekali tidak bisa tidur dan tidak tega membangunkan tidurnya.

 

“Auuuhhhhh aku capek sekali” Jin merenggangkan tangannya keatas sebelum mulai menyalakan mesin mobilnya.

 

Tringgg!!

 

Sebuah pesan masuk menyebabkan dering di ponselnya. Jin yang masih belum memulai melajukan mobilnya memutuskan untuk mengecek isi pesannya terlebih dahulu.

 

--Kim Jin Woo--

*Neon Jigeum oedie-isseyo? (kau sekarang dimana)?*

 

Dengan cepat Jin langsung menelfon si pengirim pesan setelah membaca isi pesannya.

 

“Wae? kenapa mencariku?” ujar Jin sembari menyalakan mobilnya yang mulai melaju menajuh dari sana.

“Aku di ruanganmu sekarang Hyung” jawab seseorang dari balik telephone.

“Jam berapa ini? Kenapa kau sudah di ruanganku?”

“Kau yang menyuruhku datang” jawab lelaki itu dengan nada yang saaaaangaaat datar.

“Jadwal terapimu jam 10 nanti paboya, dan ini masih jam 8 kau tau?”

“jam 10 nanti aku ada kuliah. Palli juseyo, aku menunggumu”

 

Dan seseorang dari balik ponsel Jin sudah memutus sambungannya sebelum Jin sempat menumpahkan kekesalannya.

 

“Aisshhhh dasar bocah itu..” Jin menguap dengan lebar, kemudian mencoba membuat dirinya berkonsentrasi pada jalanan dan mencoba bertahan dari rasa kantuknya yang teramat sangat.

 

***

Please Leave Your Comment or Love ^^

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK