home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > YOUR DEATH NOTE

YOUR DEATH NOTE

Share:
Author : astituidt
Published : 21 Dec 2014, Updated : 30 Mar 2015
Cast : Jin Woo (WINNER), Dara (2NE1), V (BTS), Jung Kook (BTS)
Tags :
Status : Ongoing
2 Subscribes |70796 Views |9 Loves
YOUR DEATH NOTE
CHAPTER 5 : Chapter 5

Terdengar derap langkah seperti memburu mengarah ke kamar V. JungKook yang sejak sore tadi masih betah merebahkan tubuhnya di tempat tidur V segera bangkit dan terduduk setelah mendengar itu. Matanya kemudian memandang V dengan tatapan ‘itu siapa?’ pada V.

 

“DaRa” V menjawab tatapan JungKook dengan cuek dan kembali melanjutkan kegiatannya dengan game di ponselnya.

 

JungKook kemudian berjalan kearah pintu kamar dan membukanya untuk memastikan. Ternyata benar, suara derap langkah mengerikan itu adalah DaRa. Perempuan itu kini sudah berada di depan pintu kamar.

 

“Oh, Kookie-ah anyyeong..” sapa DaRa melambaikan tangan pada maknae di hadapannya. Kemudian dia kembali memanyunkan bibir dan meneroboskan tubuhnya masuk ke dalam kamar melewati JungKook yang masih penasaran dengan tampang kusut Noona-nya itu.

"JungKook-ah, tutup pintunya” seru V yang langsung menghentikan langkah JungKook yang hendak beranjak dari pintu kamar.

“JungKook-ah, bul (air)” V kembali meminta JungKook melakukan perintahnya setelah memastikan jika sang maknae sudah menutup pintu kamar.

“Naega wae? Kulkas itu lebih dekat darimu hyung”

“Jauuuhhh.. tanganku tidak sampai” rengek V lagi dan akhirnya membuat JungKook dengan terpaksa melenggangkan kakinya menuju kulkas dan mengambilkan air untuk Hyung-nya yang masih serius dengan game di ponselnya.

“Bisakah kau menambahkan sirup? Sepertinya aku butuh yang manis ma…”

“Ania ania, moella! Aku tidak akan mengambilkan apa-apa” Belum sempat V menyelesaikan perintahnya lagi, JungKook yang tampak sangat dongkol lalu mengembalikan botol minum yang hampir di tuangkan di gelas.

“Aaaaa… arasseo arasseo, air saja”  ujar V kembali merajuk tanpa melirik sedikitpun ke arah sang maknae yang sudah memanyunkan bibirnya sebal. JungKook akhirnya kembali menuruti suruhan V dengan ekspresi sebal yang tak kunjung hilang dari wajahnya.

“Iriskan sedikit Cheese Cake ya Jung….”

“Shireooo!!” JungKook memasukkan kembali gelas beserta airnya ke dalam kulkas dan menutup pintu kulkas dengan keras, membuat V yang sejak tadi tidak memperhatikan wajah JungKook yang sudah masam akhirnya sedikit menggunakan ujung matanya untuk melirik sang maknae.

“Yaa… yaa.. kenapa kau kembalikan airnya lagi. Kalau kau tidak mau ambilkan Cheese Cake yasudah tidak apa-apa, tapi airnya jangan dimasukkan lagi”

“Shireo!! Lagipula kan hyung bisa ambil sendiri. Kulkas ini tidak lebih dari 2 langkah di belakangmu. Hyung kan bisa mempause sebentar game itu? Dasar anak kecil”

“Yaaa Jeon JungKook kau pelit sekali. Kalau saja aku tidak sedang bermain game, sudah ku tendang bokongmu sekarang. Kemarilah, kemarilah…” ujar V sambil mengayun-ayunkan kakinya ke udara seakan bersiap menendang JungKook yang langsung memukul-mukul kaki V yang sedang terayun dengan kepalan tangannya berkali-kali. Kedua bocah yang tadinya berkelahi itu dengan cepat kembali terkekeh dengan permainan kekanak-kanakan mereka.

“Yederaaaaaa (anak-anak) nan yogisoooo (aku disini)” akhirnya DaRa yang sejak tadi merasa diabaikan oleh kedua sahabatnya itu merengek sebal meminta perhatian.

 

Kedua lelaki itu akhirnya menghentikan pertengkaran konyol mereka dan menatap ke arah DaRa yang saat ini wajahnya tampak memerah seperti habis menangis. Menangis? Ralat. Emm mungkin karena sedang marah berat. Setahu mereka berdua, wanita tomboy di hadapan mereka itu tidak pernah mengeluarkan air matanya sekalipun selama hidupnya. Yah, mungkin bukan selama hidupnya karena DaRa pasti menangis ketika masih bayi. Tapi sungguh, demi dewa neptunus, JungKook dan V pasti akan sangat sangat shock jika wanita di depannya itu benar-benar menangis.

 

“Arrggghhhh aku maraaaahhhh… marah sekaliiii…”

“Wae geurae (ada apa) noona?” JungKook menghampiri DaRa dan duduk di sebelahnya.

“Wae geurae wae geurae?” timpal V menirukan perkataan JungKook dengan nada imut (yang dipaksakan) mencoba menghibur yeoja di hadapannya itu. Dan pastinya gagal, karena DaRa dengan cepat menunjukkan tatapan sengitnya pada V.

“Aku tadi kerumah Jin Woo. Tapi lelaki sialan itu malah mengusirku. Aiisshhh jinjja aku marah sekali”

“Mwo???????” jawab kedua sahabatnya bersamaan

“Geundhae wae? bukannya noona bilang tidak mau berurusan dengan hyung itu lagi?”

“A..aku hanya penasaran dengan keadaannya, aku juga sedikit merasa bersalah. Emm sedikiitttt…” jelas DaRa dengan suara yang sudah mulai tenang sambil merapatkan ibu jari dan jari telunjuknya menggambarkan sesuatu yang kecil.

“Penasaran? Sepertinya aku mendengar sesuatu yang tidak pernah kau ucapkan selama hidupmu? Emm kecuali untuk Idol K-pop favoritmu pastinya. Sejak kapan seorang wanita brutal sepertimu penasaran dengan seorang lelaki?” tanya V meminta penjelasan, dan pastinya bukan jawaban yang V dapatkan melainkan lemparan bantal yang mendarat mulus di wajahnya. Bukan dari DaRa, tapi lemparan dari JungKook karena menurutnya pertanyaan V tadi bisa-bisa membuat yeoja di depannya itu mengambil garpu untuk ditusukkan ke bibir merah V.

“Wae? aku kan Cuma bertanya?”

“Kau bosan hidup??” kali ini giliran cercaan dari DaRa yang didapatnya.

“Apa noona merasa bersalah karena meninggalkan Jin Woo hyung di jalanan kemarin?” ujar JungKook berusaha menengahkan

“Emm begitulah, Kookie-ah, apa aku salah kalau pergi ke rumahnya?”

“Aniaa, tidak sepenuhnya salah. Tapi mungkin agak terlalu aneh untuk seseorang yang baru dikenal. Apalagi sepertinya image noona tidak terlalu baik di mata hyung itu”

“Jinjjaa? Ahh.. kenapa aku tidak bertanya padamu dulu sebelumnya Kookie-ah. Padahal kan aku kesana Cuma karena merasa bersalah. Mungkin saja kemarin itu aku membuat sakitnya semakin parah atau bahkan membuatnya meninggal. Geucchi geucchi? Siapa yang akan tau kalau dia tiba-tiba meninggal di apartemennya? Dia kan tinggal sendiri” ujar DaRa panjang lebar dengan nada yang terkesan membela diri. Kedua sahabatnya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya seakan membenarkan perkataan DaRa barusan.

“Kau bilang dia mengusirmu kan? Apa kita perlu memberinya pelajaran? Aku akan memikirkan sesuatu yang seru untuk mengerjainya ha ha ha ha” senyum usil terpaut di wajah V. Sudah pasti lelaki childist itu sedang memikirkan rencana menyenangkan di otaknya.

“Hajima (jangan lakukan)”

 

Perkataan DaRa langsung membuat kedua sahabatnya melirik tajam. Tidak biasanya DaRa tidak menyetujui hal-hal semacam ini. Apalagi jika V yang merencanakannya. Belum pernah DaRa menolak tawaran ‘berharga’ itu.

 

“Hajima, biarkan saja” tegas DaRa lagi

“Hmm, isangeee (aneh)” V mendekatkan wajahnya ke tubuh DaRa seakan mencoba mengendus suatu keanehan dari sana (jadi keinget J-Hope kalo ngebayangin tampang kaya gini >.< #abaikan)

“Wa..wae? wae isange?”

“Ahhh sepertinya kau sedang jatuh cinta hahaha. Kau akhirnya jatuh cinta DaRa yaa.. auuuhh cukkhaeeeee… Akhirnya temanku ini sadar atas ‘ketidakmungkinannya’ berpacaran dengan Chanyeol” V memeluk DaRa dengan sangat erat.

“Yak! Lepaskan! Mwosunsuriyaaa (apa yang kau katakan)? Jatuh cinta katamu? Awhhh, maldoandwae jinjja..”

“Aku juga berfikiran begitu. Sepertinya noona benar-benar jatuh cinta. Coba fikirkan, sejak kapan noona menolak ide-ide konyol V hyung? Dan sejak kapan juga noona ‘penasaran’ dengan lelaki yang bahkan membuat noona kesal. Geuchhi?” imbuh JungKook menegaskan dan memberi penekanan pada kata ‘penasaran’.

“Yak Kookie-ah, aku pernah menolak ide konyol V. Ah.. aku ralat. Sering! Terakhir aku menolak idenya mengerjai Dosen Jung dengan mengisi mayonaise ke dalam wig-nya”

“Mwo? yak! apa yang kau maksud dengan menolak ideku itu adalah dengan menambahkan saus tomat ke dalam wig-nya?”

“Ahh.. keugee (itu). itu kan karena kau bilang kalau mayonaise itu baik untuk pertumbuhan rambut dosen Jung yang gundul? Ehmm.. aku hanya membantumu untuk ‘menyelamatkan rambut Dosen Jung’ itu saja. Laipula aku sempat menolaknya dan baru melakukan keesokan harinya. Jadi intinya, aku PERNAH MENOLAK IDE KONYOLMU. Benarkan Kookie-ah?? Yak! Kookie berhenti menatapku seperti itu!” jelas DaRa panjang lebar dan lalu menjauhkan wajahya dari tatapan aneh yang di lemparkan JungKook padanya.

“HA HA! Sepertinya noona benar-benar sedang jatuh cinta pada hyung itu. Tidak biasanya noona sampai melakukan pembelaan diri seperti ini. Kalau noona tidak suka pasti kau hanya cuek atau semacamnya. Tapi sekarang?? waa noonaaa.. apa kau benar-benar akan terus menutupinya?” JungKook menggoda DaRa sambil memperlihatkan smirk-nya yang seketika membuat DaRa ingin langsung mencabik wajah maknae itu dengan kuku jarinya. Sayang-nya, senyuman imut JungKook masih bisa membuatnya mengurungkan niat.

“Ya! kan kalian sendiri yang ingin aku mendekati Jin Woo. Kenapa malah menyudutkanku? anggap saja ini sebagai bagian dari misi kita” DaRa kembali melakukan pembelaan diri,

“Poboyaa! apa kau lupa? Dosen Kim sudah mendengar rencanamu untuk membolos dari kelasnya selasa depan, dan kau masih berfikiran untuk lolos dari kelasnya? Ya! Jangan lupa kalau Dosen Kim bahkan berencana memberikanmu kelas tambahan”

 

DaRa terhenyak, dia benar-benar melupakan tragedi yang terjadi tadi siang. Kekesalannya pada Jin Woo membuatnya seketika melupakan itu semua.

 

“Jadi bagaimana? apa kau masih belum mau mengakui kalau kau mulai menyukai Jin Woo?”

 

DaRa beranjak dengan cepat dari sana tanpa menggubris pertanyaan V. Dia mengambil tas-nya dan berjalan dengan cepat keluar kamar sebelum kedua sahabatnya itu kembali menyerangnya dengan godaan-godaan konyol yang sangat mengganggu fikirannya.

 

“Noona odiyaaa?”

“Kemana saja asal bisa menghindari kecerewetan kalian berdua” jawab DaRa asal sambil terus melangkahkan kakinya menjauh dari kamar. DaRa tidak berjalan keluar dan menuju mobilnya, tetapi malah terus berjalan kaki dan berhenti di sebuah halte bus.

 

 

***

 

 

Baby don’t cry, tonight. eodumi geochigo namyon. Baby don’t cry tonight. eobseotdeon iri doel geoya..

 

Terdengar suara lembut DaRa bersenandung di tengah kesunyian. Bagaimana tidak sunyi? suasana di sekeliling DaRa sangatlah sepi. Hanya tampak beberapa mobil terparkir rapi di samping kiri dan kanan jalan. Tidak ada tanda-tanda makhluk hidup yang berniat menampakkan diri dari dalam rumah-rumah dengan pagar dan tembok-tembok tinggi mengelilinginya.

 

Disanalah DaRa saat ini. Sedang berjongkok didepan salah satu rumah dengan pagar dan tembok tinggi seperti rumah lainnya. Perempuan itu sepertinya sudah sekitar 2 jam berjongkok disana. Earphone yang sudah menempel awet di kedua daun telinganya juga sudah sejak tadi menemaninya bersenandung ringan meyanyikan lagu mellow milik EXO.

 

Ini adalah Dorm EXO. Tempat ini adalah salah satu dari 3 tempat favorit DaRa. Selain rumahnya dan kamar V, tempat ini juga menjadi daftar wajib kunjungan DaRa. Tidak banyak fans EXO yang mengetahui dorm idolanya itu. Mungkin hanya beberapa ‘freaky fans’ atau sassaeng semacam DaRa yang mengetahui tempat ini karena ketatnya penjagaan dan minimnya informasi dari pihak manapun.

 

Sudah 2 tahun semenjak DaRa menjadi fans EXO dan mengetahui alamat dorm para idolanya itu.Dan tentu saja sudah 2 tahun pula gadis itu selalu meluangkan waktunya untuk sekedar lewat atau mencoba mengintip keadaan di dalam dorm. Entah karena suasana hatinya sedang buruk atau sassaeng itu benar-benar sedang merindukan para idolanya itu, malam ini DaRa tampak betah berjongkok di depan dorm selama berjam-jam.

 

“Chanyeol-ah mianhae, noona tidak bisa bertemu dengamu di acara fansign. Neon bogosipho??? Oh, na dooo. Nan neomu bogosiphoso Chanyeolie” DaRa kembali dengan kebiasaannya berbicara dengan Chanyeol yang menjadi wallpaper ponselnya.

“Chanyeol-ah, apa kau dengar kata-kata V dan JungKook tadi? mereka bilang aku mulai menyukai Jin Woo. Kau tau Jin Woo kan? lelaki vampir itu. Gesshhh.. berfikir untuk mengenalnya saja aku tidak pernah”

“Ania aniaa.. jinjja Chanyeol-ah. aku benar-benar tidak menyukainya. Emm well kalau mau jujur mungkin aku Cuma merasa kasihan padanya. Kau tau? aku tadi melihatnya menangis ketika tidur. Sepertinya dia mempunyai kenangan buruk tentang sesuatu. Hmm.. yah benar.. aku pasti Cuma merasa kasihan” DaRa menempelkan layar ponsel ke pipinya. Seakan meminta Chanyeol untuk menenangkan fikirannya.

 

DaRa kemudian memejamkan matanya ketika pemutar musik di ponselnya akan memutarkan part Chanyeol pada lagu Baby Don’t Cry. Rap dengan suara berat tetapi lembut. Rap dengan tempo cepat tapi menenangkan. Membuat DaRa selalu ingin memejamkan matanya untuk membuat dirinya larut dalam suara itu. Walaupun dia bukan tipe perempuan yang terlalu menggunakan perasaan, entah kenapa lagu ini selalu bisa menyihirnya dan membuatnya sedikit sensitif.

 

“Eoudukeomkeomhan gotongui geuneul wi ibyeorui munteoge naega muchami..” DaRa dengan fasih mengikuti setiap lirik rap yang dinyanyikan Chanyeol. Suara dari balik earphonenya semakin lama terdengar semakin nyata, membuat DaRa yang tadinya asik mengikuti setiap liriknya kemudian berhenti bersenandung dan hanya mendengar suara Chanyeol dari pemutar musiknya.

“Akkkkkk!! kamcagiyaaa..!!” DaRa yang baru saja membuka matanya langsung terjungkal kebelakang setelah melihat sesosok manusia sudah ikut berjongkok di sampingnya.

“Cha.. chanyeol? Hmmmpphhhfffhhhhh....” Lelaki itu langsung membekap mulut DaRa sebelum wanita itu sempat menjerit.

“Jangan berteriak. okay?” pinta Chanyeol dan di jawab dengan anggukan bersemangat DaRa yang tampaknya tidak keberatan jika tangan Chanyeol terus menempel di separuh wajahnya.

 

DaRa menatap Chanyeol dengan tatapan tidak percaya. Pantas saja suara Chanyeol tadi tampak begitu nyata ketika DaRa mendengarkan lagu itu. Ternyata Chanyeol benar-benar ikut bernyanyi bersamanya.

 

“Pulanglah, disini dingin” ujar Chanyeol membuyarkan lamunan DaRa dan tatapan kagum pada pria di depannya.

“A.. ANYEONGHASEO. DARA IMNIDA. AKU FANS BERAT MU CHA..hmmmppphhppppfftt” lagi-lagi lelaki itu membekap mulut DaRa yang terlalu bersemangat memperkenalkan diri dengan suara melengkingnya yang bisa saja membuat seluruh membernya keluar dari Dorm.

“Jangan keras-keras. Oh?’ pinta Chanyeol lagi sebelum membuka bekapan tangannya.

“Haersssemmmpph” suara itu yang bisa keluar dari mulut DaRa ketika dia mencoba mengiyakan perkataan idolanya itu.

“Gamsahamnida..” Chanyeol menunjukkan senyum terbaiknya dan melepas bekapan tangannya “Bukankah sebaiknya kau pulang? sudah larut malam. Aku melihatmu sudah 2 jam berjongkok disini? apa lututmu baik-baik saja?” lanjut Chanyeol yang menunjukkan rasa perhatian pada gadis yang mengaku fans-nya itu.

“Ahh,, gwaenchanaseyoo. Ahhh ottokae, aku sungguh gugup. Sudah 2 tahun aku sering berkunjung kesini tapi tidak pernah ada satu memberpun yang keluar dari sini. Gamsahamnida sudah mau menemuiku”

“Oh, begitukah? Sepertinya wajar saja kau tidak pernah melihat kami, karena rumah ini memang bukan dorm EXO”

 

DaRa menoleh terbelalak pada rumah yang selama ini dikiranya sebagai Dorm EXO. Wajahnya seketika memerah, seperti tercekik sesuatu ketika Chanyeol memberitahunya.

 

“Ahh.. mianhae, sepertinya aku salah. Mianhae Chanyeol-ssi, apeuroo (di masa depan) aku akan menjadi Fans EXO yang lebih baik lagi” ujar DaRa menahan malunya “Ngomong-ngomong, Dorm EXO dimana? Dan kenapa kau disini?”

“Apa aku terlihat seperti akan memberitahumu letak Dorm EXO yang sebenarnya? Haha mianhae, aku tidak bisa memberitahumu. Yang jelas, rumah ini adalah rumah manager dan staf EXO. Aku berkunjung kesini untuk menyetorkan hasil lagu buatanku. Mohon dukungannyaaa..”

 

DaRa membulatkan bibirnya menyerupai huruf ‘O’. Dia terlampau mengagumi Idol di depannya itu sampai bingung harus mengatakan apa lagi.

 

“Kau pulanglah, malam semakin dingin. Aku akan kembali ke dormku. Jangan berfikiran untuk mengikutiku. Okay?” Chanyeol melambaikan tangannya pada DaRa yang masih tercengang seakan masih tidak percaya jika Chanyeol benar-benar berada di hadapannya.

“Pastikan untuk datang ke acara FanSign selasa depan. Sampai bertemu disana, Byeee…” Senyum Chanyeol mengembang dengan tulus. Lelaki itu berjalan menjauhi DaRa yang sampai sekarang masih terbelalak tidak percaya dengan setiap kata-kata manis yang dilontarkan sang Idola.

“Ahh.. aniya aniya.. aku tidak boleh mengikutinya. Chanyeol bilang aku tidak boleh mengikutinya” DaRa menggelengkan kepalanya mantap dan menghentikan langkahnya yang hampir saja berniat untuk mengikuti Chanyeol.

 

***

 

 

“Arghhhhhhh!!!” Jin Woo menendang-nendang kasurnya dengan gusar setelah beberapa jam lalu gagal membuat dirinya kembali tertidur.

 

Jin Woo sepertinya masih merasa tidak nyaman dengan kehadiran DaRa beberapa saat lalu. Sebenarnya dia menyadari jika reaksinya terhadap DaRa sangatlah berlebihan saat itu. Hati kecilnya pun sangat menyesali perlakuannya tadi. Tetapi mau bagaimana lagi? Dia bukanlah tipe orang yang bisa mengekspresikan perasaannya dengan mudah.

 

Drrttt!!!

 

Jin Woo menatap layar ponselnya dengan malas dan kemudian menjawab panggilannya.

 

“Jin Woo-ya” terdengar suara berat memanggilnya dari balik telephone

“Nee”

“Bisakah kita bertemu sekarang? Aku ingin berbicara denganmu”

“Besok aku akan menemuimu” jawab Jin Woo dingin

“Jin Woo-ya, aku akan mengirimkanmu alamat. Temui aku disana sekarang”

“Samchun..”

“Pastikan kau kesana Jin Woo-ya. Aku tidak menerima penolakanmu malam ini” suara diseberang sana langsung memutuskan pembicaraan.

 

Drrttt!!!

 

Sebuah pesan muncul di layar ponsel Jin Woo. Tidak sampai 1 menit setelah suara disebrang sana mengakhiri panggilannya, dia langsung mengirimkan sebuah pesan berisikan alamat pada Jin Woo. Lelaki itu menghela nafasnya panjang. Mencoba menahan ketidaknyamanan yang di rasanya setelah mendengar suara itu.

 

***

 

 

Seorang lelaki dengan umur sudah sekitar 50 tahun menegak secangkir soju di hadapannya dengan cepat. Mengabaikan rasa panas terbakar yang mengguyur tenggorokannya. Di hadapannya duduk seorang pemuda berwajah dingin dan pucat terdiam tanpa berbicara sama sekali seakan menunggu si lelaki tua untuk memulai pembicaraannya.

 

“Kau pasti sudah tau kenapa aku mengajakmu berbicara” akhirnya lelaki tua itu memulainya.

 

Jin Woo hanya menatap lelaki di depannya dengan ekspresi yang tidak berubah dari sebelumnya.

 

“Aku sudah beberapa kali memintamu untuk mengelola perusahaan ayahmu. Dan sampai sekarang kau masih belum memberikan keputusanmu Jin Woo-ya”

“Aku kira aku sudah beribu kali memberimu jawaban. Aku menolak, kau tau itu”

“Jin Woo-ya. Sampai kapan kau akan terus membiarkan sepupumu memegang kendali perusahaan. Sebentar lagi dia akan menikah dan mengelola perusahaan mertuanya. Dia sudah cukup banyak membantumu” lagi-lagi lelaki itu meneguk sojunya dengan cepat, menahan perasaan getirnya ketika membicarakan anak lelakinya yang sebentar lagi akan menikah

“Kau bisa menutup perusahaan itu. Aku sama sekali tidak tertarik. Atau kau bisa memegang perusahaan itu karena sepertinya kau lebih tertarik”

“Aku punya pekerjaan sendiri Jin Woo-ya. Menjadi seorang dosen bukanlah pekerjaan yang dapat dengan mudah membuatku bisa membagi waktu untuk juga ikut memikirkan masalah perusahaan ayahmu”

“Samchun bisa menyuruh Woo Bin hyung untuk menutup perusahaan itu. Aku masih punya cukup uang peninggalan ayah dan ibuku untuk bertahan hidup sampai aku mendapat pekerjaan. Kau tau passionku adalah menjadi seorang jaksa. Jangan paksa aku lagi untuk meneruskan perusahaan ayahku” Jin Wo bangkit dari duduknya dan menundukkan kepalanya. Memberi hormat pada lelaki tua di depannya sekaligus meminta ijin untuk pergi dari sana. 

 

Jin Woo berjalan menjauh, meninggalkan kedai soju yang semakin ramai dengan teriakan orang-orang yang sudah mulai mabuk. Lelaki itu berjalan menuju mobil merah yang terparkir di pinggir jalan. Matanya kemudian seperti menangkap selembar kain bermotif kotak-kotak mengintip dari balik mobilnya. Dengan penasaran, Jin Woo melongokkan kepalanya untuk mengecek.

 

"Mwoanenggoya.." suara datarnya mengagetkan si pemilik kain kotak-kotak yang sedang berjongkok di samping mobil Jin Woo seperti berusaha menyembunyikan dirinya sendiri agar tidak terlihat.

"Ahh..aa..anyeongg" perempuan yang sempat terkejut dengan pertanyaan Jin Woo berusaha menyapanya dengan canggung dan terbata-bata.

"Mwoanenggoya? apa yang kau lakukan di balik mobilku?"

"Ahh.. ania.. aku cuma emm.. cuma.. apa yaa? Ahh hehe mian aku juga lupa apa yang mau ku lakukan. Kereom, anyyeong" DaRa melangkahkan kakinya dengan cepat, mencoba menghindari pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan lagi oleh Jin Woo.

 

 

"Huhhhh, untung sajaa.. Aisshhh kenapa aku harus berjongkok disanaa" DaRa memukul-mukul kepalanya sendiri sambil terus berjalan menuju halte bus yang jaraknya tidak jauh dari sana.

"Apa, dia benar-benar anak Dosen Kim? Hmm sepertinya mereka tidak akur. Kalau Jin Woo benar anak Dosen Kim, kenapa mereka tidak tinggal serumah? padahal setiap hari mereka sama sama pergi ke kampus yang sama"

"Apa kau membutuhkan jawabanku?" suara yang tidak asing itu langsung membuat DaRa menolehkan wajahnya. Benar saja, ternyata Jin Woo tidak membiarkan DaRa pergi begitu saja setelah melihat pertemuannya dengan Dosen Kim.

 

***

Please Leave your Love or Comment ^^

ZzzzZzzzz....

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK