Baro, dengan ciri khas kupluk di kepalanya tengah berjalan menyusuri lorong sekolah. Dilihatnya pada sebelah kiri, ada Joong-Ki dan Cendy sedang berdiri diam di depan pohon.
Karena dirasa tak penting, Baro berlalu.
Di depan pohon.
"Ayo katakan, apa yang ingin kau katakan? Aku tak bisa hanya diam di sini. Dan bisa gawat jika aku terlihat oleh para staff ku" ucap Joong-Ki.
Melihat bibir Joong-Ki yang tipis berkata-kata, membuat Cendy yang berdiri di depannya semakin tak bisa bersuara.
"Oke, sudah sepuluh menit aku membisu di sini bersamamu" Joong-Ki melihat jam tangan di tangan kirinya, "sekarang aku harus pergi".
Joong-Ki mulai membuat langkah pertama, kedua, ketiga sampai melawati tubuh Cendy dan....
"Tu.... Tu.... Tunggu!" ujar Cendy tertunduk dengan suara yang meninggi di akhir kata.
Joong-Ki menghentikan langkahnya dan menengok ke belakang.
"Joong-Ki, aku ingin kamu tahu jika aku....." lanjut Cendy. Joong-Ki masih memperhatikan dan menunggu kalimat berikutnya. "Jika aku menyukaimu, bolehkah aku menjadi ke.... kekasihmu?" lanjut Cendy tetap tertunduk.
Angin berhembus melintasi keduanya, "Maaf aku rasa kamu salah orang" sahut Joong-Ki.
Seketika Cendy menegakkan kepalanya dan membalikkan tubuhnya, "Loh kamu dengar apa yang tadi aku ucapkan?" tanya Cendy panik.
"Iya" jawab Joong-Ki mengangguk dan membuat Cendy lemas seketika.
"Ji... jika kamu memang mendengar, kenapa kamu jawab aku salah orang?" kedua mata Cendy tersebut mulai berkaca-kaca.
"Iya kamu salah orang, karena aku sudah punya seseorang di sini" jawab Joong-Ki tersenyum sambil menunjuk dada kirinya dengan jari telunjuk tangan kanannya.
"Loh.... bukankah kamu jomblo?" tanya Cendy tersebut meyakinkan diri.
Joong-Ki kembali tersenyum, "jomblo bukan berarti hatinya juga sedang kosong bukan?"
"Si... Siapa dia? Secantik apa dia?"
"Jika melihat kecantikan, aku rasa tak ada gadis lain di sekolah ini yang lebih cantik daripada kamu, Miss G-School Cendy Candy".
Ada air yang mulai membasahi pipi Cendy.
"Maaf, aku harus pergi dulu" Joong-Ki mulai melangkahkan kaki pergi meninggalkan Cendy.
Angin berhembus kembali, mengibas-ngibaskan rambut Cendy yang sepanjang bahu dan air matanya pun mengikuti angin berlalu.
Di lorong, Baro kembali melewati lorong yang sama dengan sebuah buku di tangan kanannya, namun kebalikkan arah dari sebelumnya. Dan dia melihat hanya ada Cendy di sana.
"Tadi kayanya ada yang cowok juga" Baro terhenti dan melihat ke arah Cendy, "Tapi, kenapa ditinggal sendiri?" Gumam Baro, "Ah, biarlah" dan Baro melanjutkan langkahnya kembali.
