home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > The Nerd Xi Luhan

The Nerd Xi Luhan

Share:
Author : natadecocoo
Published : 24 Nov 2014, Updated : 26 Jan 2016
Cast : Xi Luhan, Yoo Jihye (you), Kim Taehyung, Kim Yura,Hong Jonghyun
Tags :
Status : Ongoing
8 Subscribes |54604 Views |16 Loves
The Nerd Xi Luhan
CHAPTER 1 : The Player; Yoo Jihye

Yoo Jihye, 17 tahun, kelas 2-D


            “Kamu gila! Kamu menyuruhnya untuk membelikanmu ponsel seharga 1 juta won (10juta rupiah)? Yaahh!! orang tua mu saja pasti tidak akan membelikannya untukmu. Jelas saja ia memutuskanmu.” pekik Yura tepat ke telingaku setelah aku mengemukakan sebuah alasan mengapa aku putus dengan namjachingu terakhirku. Oh Tuhan, dia bisa tidak sih berbicara dengan nada biasa saja.

            “Ya, katakanlah aku gila, dan kamu lebih gila lagi karena mau berteman denganku.” jawabku kalem sambil mengulum sebuah permen lolipop rasa choco-mints sambil tetap berfokus ke gadget di tanganku.

            Tepat setelah itu, aku dapat mendengarkan Yura menghentakkan kakinya kesal. “Yaa!! Aku serius, Yoo Jihye!”

         Kulepaskan perhatianku dari gadget “Aku juga serius.” Kalimat itu meluncur begitu saja dengan sebuah wajah poker face.

            “Dengarkan, ia begitu tulus mencintaimu Jihye-yaa..Aku percaya sampai sekarang ia masih mencintaimu.”

            “Lalu?”

            “Bwo? Lalu?!”

            Dapat aku bayangkan saat ini Yura memelototkan matanya.

            “Apa kau begitu menganggap enteng perasaan setiap namja?! Aish jinjjha...”

            “Sebentar... Kau tadi mengatakan bahwa ia mencintaiku? Oh Tuhan..” Aku menjeda kalimatku sejenak lalu berdiri menyusul Yura. Tanganku aku tumpukan pada bahunya dan aku giring ia untuk duduk di bangku di seberang bangku tempat aku duduk beberapa detik yang lalu. “Duduklah dulu dan jawab pertanyaanku.”

            Yura tampak begitu kesal. terlihat dari silangan lengan yang ia buat dan muka yang ia buang entah ke arah mana.

            “Jika ia benar-benar mencintaiku, ia akan membelikanku sebuah ponsel seharga 1 juta won (10juta rupiah), bukan? Dia...anak chaebol, Yura-yaa.. Hanya dengan jentikan jari ia pasti sudah bisa mendapatkan sebuah ponsel seharga 1 juta won (10juta rupiah).”

            Terdengar desisan dari mulut Yura dan suara desisan itu terdengar lagi, bahkan lebih kuat setelah aku mengucapkan moto hidupku.

            “Aku tidak peduli terhadap bagaimana perasaan mereka terhadapku. Jika perasaan suka sementaraku kepada mereka sudah habis seperti rasa manis pada permen ini, aku akan membuangnya.” ujarku sambil melempar batang permen serta bungkusnya yang aku lingkarkan ke batangnya ke luar jendela.

*chabeol: anak orang kaya di Korea


Xi Luhan, 17 tahun, kelas 2-A

            Kubuka buku Anatomi karangan Gray di atas tanganku diiringi dengan langkahku yang terburu-buru. Sial benar, aku lupa bahwa pagi ini ada pretes praktikum Anatomi. dan lebih sialnya, tadi malam termasuk dalam kategori istirahat lamaku.

            “Pons akan menempati clivus di basis cranii dan nervus trigeminus akan keluar melalui...”

            PLUKK!

            Sesuatu terjatuh di atas bukuku. Kuhentikan langkahku sejenak dan kuambil benda yang jatuh tersebut.

            Batang permen? Dan juga bungkusnya?!

            Oh Tuhan, apa sekolah ini tidak memberikan cukup tempat sampah? Atau karena beberapa orangnya yang tidak mau menyisihkan sedikit saja waktunya untuk membuangnya di tempat sampah?

            Aku menggelengkan kepalaku sambil mengelus dada. Ini memang hal yang sepele bagi beberapa orang, tapi aku memang terkenal idealis dan tidak suka akan orang yang semena-mena termasuk membuang sampah tidak pada tempatnya.

            Setelah mengambil batang dan bungkus permen tersebut, aku melangkah menuju ke tempat sampah terdekat dan membuangnya di tempatnya. Benar-benar di tempatnya karena aku membuangnya di kotak sampah ‘sampah kering’.

            Beberapa orang memandangku aneh. Apalagi saat mereka melihatku menutup tong ‘sampah basah’ yang tadinya terbuka.

            ketika sesuatu yang benar dianggap aneh.

            Sesuatu yang sampai sekarang belum sepenuhnya aku pahami. Mengapa mereka menganggap aneh sesuatu yang memang benar? Apa mereka tidak tahu dampak negatif dari tempat sampah terbuka? Lalat, serangga vektor penyakit dan lain-lain akan hinggap di sana bukan jika tempat sampah tidak segera ditutup?

            Aku mengambil kacamataku dari tongkrongan hidungku lalu mengelapnya menggunakan kemeja yang ada di balik rompi sweater yang aku kenakan.

            Kutatap sebentar kacamata di tanganku ini.

            Kacamata dengan lensa netral. Tanpa lensa negatif, positif ataupun silindris.

            Kacamata ini hanya menjadi penyembunyi rahasiaku. Sebuah rahasia yang akan kusembunyikan seumur hidupku. Rahasia yang telah mengusik hidupku dan membuatku harus hidup dengan cara seperti ini. 



 

            Jihye’s POV

            “Kim~ Ah~ Young~~” Aku mengeja namanya entah untuk yang ke berapa kalinya. Aku tahu ia marah, tanpa harus menanyakannya padanya. Mendiamkanku sejak bel masuk hingga sekarang kita berada di kantin.

            “Apa kamu akan terus mendiamkanku seperti ini? Yaa!! Berhentilah bersikap seperti ini!” ucapku, dengan emosi sedikit meledak.

            Ia bergeming. Masih terus berkutat pada bacaannya (buku textbook Fisika).

            Aku tahu ia marah karena kepribadianku yang seperti ini. Aku tahu itu. Dia dan diriku sungguhlah kedua kepribadian yang berbeda. Dia sangat konvensional, cerdas, taat peraturan dan begitu kaku sementara aku cenderung ke arah yeoja yang player, dan sedikit semaunya. Entah, mengapa kita tak saling mempengaruhi , terpengaruhi atau bagaimana. Aku tak juga tertular kepintarannya meskipun hampir setiap saat ia menggumamkan rumus-rumus absurd matematika dan membisikkanku betapa indahnya teori Archimedes.

            Yura sangat peduli kepadaku, apalagi saat aku melakukan kesalahan barang satu bulir upil.

            “Heyy... Geumanhae, arrasso?! Aku akan meminta maaf padamu dengan sepiring kare kesukaanmu.” Rajukku sambil memasang aegyo, meskipun ia tak melihatnya sama sekali.

            Aku berdiri dan melangkah menuju ahjussi kantin yang melayani pemesanan kare.

            Seminggu yang lalu, aku putus dengan seorang namja dari sebuah sekolah tetangga. SM High School. Sekolah super kaya. Dalam arti sekolah yang kaya difasilitasi donator orang kaya dan murid yang kaya. Jonghyun, namanya. Ada sebuah alasan mengapa aku mulai berhubungan dengannya dan ada alasan mengapa aku memutuskannya. Sebuah alasan yang tak bisa kuutarakan ke Yura.  Jadi, aku menipu Yura bahwa aku memutuskan Jonghyun karena Jonghyun tak mau  ‘membelikanku ponsel baru seharga 1juta won’. Padahal sejak diriku dan Jonghyun berhubungan, aku sama sekali tak meminta apapun ke dirinya. 

Lagi-lagi sebuah alasan yang tak bisa kuutarakan pada Yura. Alasan yang kujaga erat-erat.

            Dan... kita pun berakhir sampai di sini.

            Kecewa? Oh Ayolah.. Aku Yoo Jihye. Untuk apa aku kecewa karena namja sepertinya?

             Setelah mengambil pesanan kare, aku melangkah menuju ke meja Yura.

            “Masih marah?” tanyaku sembari menyodorkan sepiring kare ke mejanya, masih dengan aegyo terbaikku.

            Dia tampak sedikit ragu, melemaskan otot wajahnya dan akhirnya menurunkan bukunya. “Mungkin tidak, tapi aku masih sebal kepadamu.”

            Dan ceramah panjang lebar khas Yura terulang kembali. Meski begitu, tampak wajahnya yang tidak sekaku sebelumnya.

            Semudah itukah untuk menjinakkan Yura?

            “Yaaa!! Apa kamu tidak mendengarkanku?” Yura mengayunkan tangannya ke arahku       “Nae?” Dengan refleks, aku melepaskan headset yang terpasang di kedua telingaku kemudian menyadari tindakan bodoh tersebut. “Ah mian.”

            Yura tampak kesal. Sangat kesal. Sedetik kemudian ia menghembuskan nafas lalu melihat entah ke arah mana. Aku kemudian mengikut arah pandangannya yang berakhir ke lapangan basket di seberang kantin. Seusai itu, ia kembali memandangku dengan pandangan yang sulit diartikan. Sepasang matanya menatapku tajam seolah aku adalah kare berukuran besar baginya dan senyum yang mengembang di bibirnya tampak begitu...misterius.

            “Aku menantangmu, Yoo Jihye. Bad boy, flower boy, flamboyan boy, segala macam namja telah berhasil kamu taklukan. Sekarang aku menantangmu, Apakah kamu bisa menaklukkan seorang namja culun seperti Xi Luhan?”         

            Mataku terbelalak, membulat hampir sempurna.

            “Maksudmu... namja freak bermata empat yang tiga semester berturut-turut maju di pidato penghargaan murid berprestasi setiap awal semester?” tanyaku sambil menyilangkan tanganku. Aku menghembuskan nafasku. “Oh Ayolah, dia bukan tipeku.” Yura mengangguk berulang kali dan aku memutar kedua bola mataku.

            “No, absolutely, no.” Aku menggeleng-gelengkan kepalaku.

            “Bwoya... Bukankah kamu sudah menaklukkan...” Yura tampak menghitung jari-jari di tangannya. Aku sudah tahu dia sedang menghitung apa karena ia menyebutkan nama-nama mantan kekasihku saat menghitung jarinya.

            “17.”

            “Ah, matta!” “Kamu bisa mendapatkan 17 namja dan tak satupun di antara mereka yang seperti Luhan bukan?”

            “Yura-yaa. Aku tahu kamu marah kepadaku tapi ide ini sungguh gila. Kamu ingin aku mengencani seseorang yang hanya peduli kepada buku seperti dia?”

            “Aku tahu kamu tak akan bisa...”

            “Bukan seperti itu...Cuma dia memang bukan styleku—“

            Yura kadang memang menyebalkan tapi tidak semenyebalkan ini.

            “Apa itu bisa menjadi sebuah alasan untukmu.. Seorang Yoo Jihye--..”

            “Dengar, sampai kapanpun dia tidak akan layak mendapatkan yeoja sepertikuu”

            Wajah melecehkan Yura membuat darahku mendidih dan emosiku mulai menghilangkan kendaliku.

            “Seorang Yoo Jihye menye~~ rah~~~”

            “Tidak, aku tidak menyerah!” Aku mulai berdiri, sambil sedikit menggebrak meja. “Dengarkan, aku pasti bisa mendapatkan Xi Luhan! Dalam waktu kurang dari sebulan!”

            Sontak, seisi kantin memandangku. Satu detik berlalu, mereka masih memandangku. Dengan wajah heran lalu beberapa dari mereka mengambil ponsel mereka dan mengetik sesuatu yang aku jamin adalah perkataanku beberapa detik yang lalu.

            Kiamat.

            Goodbye to my highschool life.

            Yura menunjukkan wajah bersalahnya sambil mengangkat salah satu alisnya. “Sebenarnya...tadi itu.. aku cuma bercanda. Tapi sepertinya...semua orang telah mendengarnya...”

            Aku memijat keningku dan tak lama, aku pergi meninggalkan kantin dengan perasaan campur aduk.

            Sebenarnya, tadi itu aku cuma bercanda. Tapi aku tidak menyangka suaraku akan sekeras itu.

 

            Luhan’s POV

            “Hatsooo!!”

            Sejenak, aku terhenti dari langkahku. Sangat jarang sekali bagiku untuk bersin di siang hari seperti ini. Mungkinkah debu siang hari merangsang hidungku? atau memang ada yang sedang membicarakanku? Aku mendengar mitos bahwa jika seseorang bersin tiba-tiba tanpa ada suatu penyebab yang pasti itu tandanya ada seseorang yang sedang membicarakannya.

Jaggaman...Membicarakanku? Bwoya.. Jika ada strata sosial di sekolah ini, mungkin aku masuk ke kategori paling bawah. 

Untuk apa mereka membicarakanku. 

Tak akan ada yang mau mendekati namja culun sepertiku. Tak akan pernah ada...

Kecuali jika orang itu terpaksa 

atau

sangat terpaksa.

 


TBC



 

My first trial in writing sciencefiction-action-romance fic >< Hope it goes smoothly~

Update Chajatta aku pending karena lack of response :P

Holaaa ada pasangan WGM di sini fufufufu

Jonghyun x Yura suka banget deeh :3

Tapi pasangan utamanya tetep Jihye x Luhan kok :)

jangan jadi sider yah. Itu bener-bener sakitnya tuh.. Sakit...Sakit...*trus nyanyi*

Selamat membaca!

Annyeong~!

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK