When Love Bring You Back
Part 2
Author : tiara ekha (@khaiicheen)
*****
Leaving? I’m Sorry :(
Hyura baru saja menginjakkan kaki di depan pintu masuk rumahnya, ketika ia mendengar suara eommanya yang terdengar panik. Ia lalu segera membuka pintu dan menghampiri sang ibu yang tengah terduduk lemas di ruang keluarga. Hyunsik yang sudah pulang hanya terdiam melihat sang ibu yang hampir menangis.
“Eomma, waegeure?” tanya Hyura ketika ia baru saja masuk. “Oppa, apa yang terjadi?” tanya Hyura yang ikut menjadi panik.
“Hyura-ya, harabeoji..” ujar sang ibu.
“Harabeoji? Waeyo eomma?” tanya Hyura yang saat ini menjadi sangat panik ketika melihat mata sang ibu sudah digenangi air mata.
“Oppa, ada apa dengan harabeoji?” tanya Hyura pada Hyunsik.
“Harabeoji meninggal dunia. Seoyoung imo baru saja mengabarkan dari Indonesia. Harabeoji mengalami serangan jantung tadi pagi, ia sempat kritis sebelum akhirnya meninggal dunia.” Jelas Hyunsik.
“Mwo?” air mata sontak keluar dari mata kecil Hyura. Hyunsik relflek memeluk sang adik. Ia tahu, kalau Hyura pasti sangat terpukul. Mengingat ketika terakhir kali sang kakek berada di Korea, Hyura sangat dekat dengannya.
Setahun belakangan ini, kakek Hyura dan Hyunsik dari sang ibu berada di Indonesia bersama sang bibi, Seoyoung untuk mengurus salah satu perusahaannya yang ada disana. Kakek Hyura berjanji padanya akan kembali ketika natal dan merayakan ulang tahun Hyura di Korea. Namun, takdir berkata lain. Tuan Park Jaehyun, kakek Hyura mengalami serangan jantung tadi pagi dan ia menyerah pada kondisi kritisnya.
“Kapan harabeoji akan dibawa kembali ke Korea eomma?” tanya Hyura.
“Kita tidak akan membawanya kembali kesini, Raa-ya. Semuanya akan di urus di Indonesia. Ricky ajushi sudah mengurus semuanya disana.” Jawab nyonya Im.
“Lalu kapan kita akan ke Indonesia eomma? Aku ingin melihat harabeoji untuk terakhir kalinya.” Ujar Hyura diselingi suara tangis. Hyunsik masih memegang pundak sang adik untuk kembali menenangkannya.
“Kita akan melakukan penerbangan nanti malam, Raa-ya. Appa sudah memesan tiket penerbangan ke Jakarta nanti malam. Karena keberangkatan tercepat ada nanti malam. Kau bisa bersiap sekarang.” Ujar Hyunsik.
“Seulong oppa bagaimana?” tanya Hyura lagi.
“Ia sudah dalam perjalanan pulang. Appa sedang menjemputnya. Kalian bersiaplah.” Ujar nyonya Im. “Setelah appa dan Seulong sampai dan selesai bersiap, kita akan segera berangkat.”
Hyura dan Hyunsik lalu pergi ke kamar mereka masing-masing lalu mempersiapkan barang bawaan mereka untuk pergi ke Jakarta. Ketika tengah merapihkan barang bawaannya, Hyura teringat pada hadiah ulang tahun untuk Minho. Ia belum memberikannya pada Minho. Seulong dan sang ayah sudah tiba beberapa waktu yang lalu. Sepertinya tidak ada waktu untuk menyampaikan hadiah itu langsung pada Minho. Nyonya Im sudah memanggil Hyura untuk segera turun karena mereka akan segera berangkat. Hyura langsung membawa koper miliknya untuk dimasukan ke mobil. Hyura memutuskan untuk mengirimkan Minho sebuah pesan.
To: Minho oppa
Oppa, mian. Sepertinya malam ini kita tidak jadi untuk bertemu.
Aku harus pergi ke Indonesia. Ada sesuatu yang harus ku urus dengan keluargaku.
Sesuatu yang ingin aku berikan padamu, aku tinggalkan di meja depan rumahku.
Kau bisa mengambilnya oppa.
*****
Minho POV
Jinki, Jonghyun, Kibum dan Taemin baru saja berpamitan untuk kembali pulang. Waktu sudah menujukan sore hari. Aku mengantarkan mereka sampai kedepan pintu gerbang. Ketika selesai mengantarkan mereka, aku melihat keluarga Hyura tengah sibuk memasukan beberapa koper kedalam mobil mereka. Wajah mereka terlihat sendu. Seperti terjadi sesuatu. Tidak lama, mobil mereka pergi meninggalkan rumah berlantai 2 itu. Aku baru saja ingin menanyakan apa yang terjadi pada keluarganya dengan menelfon Hyura, tapi ponselku sudah bergetar lebih dulu. Pesan masuk dari Hyura.
From : Hyura
Oppa, mian. Sepertinya malam ini kita tidak jadi untuk bertemu.
Aku harus pergi ke Indonesia. Ada sesuatu yang harus ku urus dengan keluargaku.
Sesuatu yang ingin aku berikan padamu, aku tinggalkan di meja depan rumahku.
Kau bisa mengambilnya oppa.
Aku lalu memutuskan untuk pergi ke rumahnya dan mengambil benda yang dimaksud Hyura dalam pesannya. Sebuah kotak bewarna biru dengan pita bewarna coklat berada diatas meja yang Hyura maksud. Aku lalu mengambilnya dan membawanya pulang kerumah.
Dear Minho oppa,
Saengil chukae. Mian aku tidak bisa mennyampaikannya langsung padamu.
Tapi, dibandingkan aku tidak memberikannya langsung padamu, lebih baik seperti ini.
Oppa, aku bingung ingin memberikanmu hadiah apa.
Jadi aku putuskan untuk memberikan gelang ini padamu.
Semoga kau menyukainya.
Note : gunakan terus gelang ini oppa. Jangan pernah kau lepaskan.
Annyeong J
Hyura
Sebuah surat terdapat di dalam kotak tersebut. Aku tersenyum membacanya dan juga setelah melihat apa isinya. Gelang perak bermodel rantai kapal kecil. Aku lalu segera menggunakannya. Pas sekali ditanganku. Aku menggunakannya di pergelangan tangan sebelah kanan.
“Gomawo, Raa-ya. Aku akan menggunakannya dan tidak akan melepaskannya.” Ujarku.
*****
Setelah menempuh 8 jam penerbangan dari Seoul menuju Jakarta, Hyura dan keluarganya tiba di Jakarta ketika pagi hari. Setelah membereskan barang-barang bawaannya di hotel, mereka segera menuju rumah duka, dimana sang kakek disemayamkan. Tangis Hyura dan sang ibu pecah ketika tiba di rumah duka dan melihat sang kakek untuk terakhir kalinya. Tuan Choi mencoba menenangkan sang istri dengan memeluk pundaknya lalu Seulong memeluk Hyura untuk menghentikan tangisnya. Sedangkan Hyunsik, ia masih terdiam tanpa ekspresi melihat sang kakek untuk yang terakhir kalinya.
“Semoga kau tenang disana harabeoji. Kami menyayangimu.” Ujar Hyunsik pelan. Seulong lalu mengusap punggung Hyunsik untuk menenangkannya.
“Harabeoji, aku menyayangimu. Natal kali ini, kau cukup melihatku dari atas sana saja. Selamat jalan harabeoji.” Ujar Hyura yang masih diselingi dengan tangis.
Siang ini, jenazah sang kakek akan di kremasi lalu abu sisa pembakarannya akan disebar disalah satu pantai di daerah Jakarta. Hyura mengikuti segala proses untuk mengantarkan sang kakek yang terakhir kalinya samapi dengan selesai. Setelah prosesi tersebut selesai, Hyura dan keluarganya kembali ke hotel untuk mengambil barang-barang mereka sebelum mereka pergi ke rumah sang kakek. Setibanya di kediaman sang kakek, Hyura dan keluarganya telah ditunggu oleh Seoyoung imo dan suaminya, Ricky ajhusi dan seorang pengacara.
Mereka akan membicarakan mengenai kelanjutan perusahaan sang kakek di Indonesia. Tuan Lee, pengacara kepercyaan kakek Hyura menjelaskan permintaan terakhir sang kakek yang sudah dibuatnya sejak beberapa bulan yang lalu. Tuan Park Jaehyun meminta agar sang purti, Park Sinhee, eomma Hyura untuk tinggal di Indonesia untuk membantu sang adik menjalankan perusahaan miliknya.
Nyonya Im sempat bimbang untuk memutuskannya sebelum akhirnya sang suami mengizinkannya. Nyonya Im memutuskan untuk tinggal di Indonesia membantu sang adik untuk menjalankan perusahaannya. Hyura diminta sang ayah untuk menemani eomma nya tinggal di Indonesia. Awalnya Hyura sempat menolak, namun karena ia juga tidak bisa berpisah jauh dengan sang ibu dalam waktu yang lama, ia memutuskan untuk mau menemani sang ibu tinggal di Indonesia.
*****
Seulong POV
Hyura sedang duduk di gazebo kecil di halaman belakang rumah harabeoji. Ia terlihat murung. Sejak pertemuan dengan pengacara harabeoji tadi sore, Hyura terlihat diam sekali. Sepertinya ada hubungannya dengan keputusan eomma tinggal disini dan juga dengan keputusannya untuk menemani eomma.. Aku lalu menghampirinya.
"Waeyo, Raa-ya? Kenapa kau terlihat murung sejak tadi sore." Tanyaku ketika aku duduk disebelahnya.
"Anniyo, oppa. Aku baik-baik saja. Hanya sedang ingin sendiri." Balasnya. Ia lalu menoleh kearahku. Sebelumnya ia sempat mengelap pipinya. Sepertinya ia habis menangis.
"Ceritakanlah. Aku akan mendengarkannya. Jangan kau pendam sendirian." Ujarku.
Ia hanya terdiam. Lalu kembali menunduk. Bahunya terlihat bergetar pelan. Aku merangkulnya. Mengusap pundaknya perlahan.
"Kau merasa berat untuk tinggal disini, Raa-ya?" Tanyaku pelan.
"Mollaso oppa. Aku tidak mengerti."
"Katakan saja padaku."
"Sejujurnya, aku tidak ingin tinggal disini oppa. Aku ingin kembali ke Seoul. Kembali bermain bersama temanku." Ia menahan kalimatnya. Aku menangkap sesuatu yang berbeda ketia ia menyebutkan kata 'teman'. "Tapi, aku juga tidak mau meninggalkan eomma sendiri disini. Walaupun ada Seoyoung imo, ia pasti akan merasa sendiri bila salah satu dari kita tidak ada disini."
"Mengenai temanmu, apa Minho yang kau maksud?" Tanyaku. Ia kembali diam. Sepertinya benar tebakanku mengenai perasaannya pada Minho.
"Arasso. Tapi kau bisa mengatakan yang sejujurnya, Raa-ya. Aku rasa appa dan eomma akan mengerti dengan apa yang kau rasakan." Balasku.
"Anniyo oppa. Aku tidak mau mengecewakan eomma. Aku ingin menemaninya. Lagipula, kalau aku di Seoul, aku akan sendirian. Kau akan latihan setiap harinya, appa akan pergi ke perkebunan dan kembali seminggu sekali."
"Masih ada Hyunsik yang akan menemanimu."
"Tidakkah kau tahu, oppa? Aku melihat ada form pendaftaran trainee di Cube entertaiment di kamar Hyunsik oppa. Sepertinya dia akan mengikuti pelatihan sebagai trainee di Cube. Aku tidak ingin mengganggunya. Tidak apa, aku akan menemani eomma disini."
Aku baru mengetahui kalau Hyunsik akan mengikuti pelatihan trainee di Cube Entertaiment. Dia belum bercerita apaapun padaku, dan pada kami.
"Tolong jangan beritahu teman-temanku alasan mengenai kepindahanku." Pintanya.
"Termasuk Minho? Kau akan memberitahukannya langsung?"
"Mungkin. Aku belum tahu akan memberitahukannya atau tidak? Aku tidak ingin menggangu konsentrasi latihannya oppa."
"Lebih baik kau mengatakannya. Kalau kau tidak mengatakannya sama sekali, itu akan lebih mengganggu konsentrasinya. Dia pasti akan bingung dengan sahabatnya yang tiba-tiba menghilang."
"Akan aku pikirkan lagi. Ah, iya. Appa, sudah menelfon sekolahku tadi. Semua surat kepindahanku akan diurus besok pagi."
"Secepat itu? Kau tidak akan ikut kembali ke Seoul lagi bersama kami?"
"Anniyo, oppa. Akan memakan biaya lagi kalau aku ikut kembali ke Seoul. Biar saja semuanya diurus saat ini." Balasnya lalu tersenyum. Senyum yang sedikit ia paksakan. Aku masih bisa melihat dari sorot matanya, kalau sebenarnya ia masih belum puas menceritakan semua yang dirasakannya saat ini.
*****
Seulong, Hyunsik dan Tuan Im sudah berada di pintu masuk menuju ruang tunggu. Hyura dan nyonya Im mengantar mereka ke bandara, sebelum akhirnya ketiganya akan kembali ke Seoul.
"Jaga diri kalian. Arasso? Kami akan menyempatkan diri mengunjungi kalian disini." Ujar tuan Im lalu memeluk sang istri dan putri bungsunya bergantian.
"Kami pulang dulu, eomma." Pamit Hyunsik."Jaga dirimu baik-baik. Jangan membuat eomma susah dengan sikap manjamu." Lanjutnya pada Hyura lalu mengusap kepala adiknya itu dengan lembut.
"Nde, oppa." Balas Hyura. "Katakan padaku bila kau sudah diterima sebagai trainee Cube Entertaiment." Lanjut Hyura berbisik pada Hyunsik. Hyunsik menunjukan ekspresi bingung. Ia bingung, bagaimana Hyura mengetahu bahwa dirinya akan menjadi trainee dari Cube.
"Sering-sering menelfon kami, eomma. Kami akan merindukanmu tentunya." Ujar Seoulong lalu memeluk tubuh nyonya Im.
"Nde, Seoulong-ya. Eomma akan menelfon kalian setiap hari." Balas nyonya Im.
"Kau juga jangan ragu untuk menelfonku dan Hyunsik bila merasa ada yang mengganggu. Jaga diri baik-baik. Kami pamit." Ujar Seulong pada Hyura lalu memeluk gadis itu.
"Kami pamit." Pamit tuan Im meninggalkan Hyura dan eommanya.
"Hati-hati, appa, oppa." Seru Hyura.
*****
Minho POV
Sudah lebih dari 3 hari aku tidak melihat Hyura. Entah disekolah ataupun dirumah. Ia juga tidak menghubungiku sejak ia bilang harus pergi kemarin. Rumah kediaman Im ajjushi juga tampak sepi beberapa hari ini.
"Eomma, apa kau tahu keluarga Im ajhusi sedang berada dimana?" Tanyaku pada eomma ketika kami sedang sarapan.
"Mereka sedang pergi ke Indonesia. Beberapa hari yang lalu, kakek dari Hyura meninggal." Jelas eomma.
"Hyura tidak memberitahumu, Minho-ya?" Tanya Minseok.
"Anniyo. Dia tidak menghubungiku beberapa hari ini. Aku juga tidak sempat menghubunginya. Latihanku sedang padat-padatnya." Balasku.
"Sudah, ayo kalian segera habiskan makanan kalian dulu. Kalian bisa melanjutkannya di mobil nanti." Ujar appa.
Mobil milik Im ajushi tampak sudah berada di garasi rumah mereka. Sepertinya Hyura sudah pulang. Pikirku. Aku memutuskan untuk bertemu disekolah saja dengannya.
"Hyemi-ssi. Dimana Hyura? Dia sudah masuk?" Tanyaku pada Hyemi, sahabat Hyura di kelas.
"Kau belum tahu, oppa?" Tanyanya kembali padaku.
"Wae? Ada apa memangnya?"
"Hyura tidak menghubungimu?"
"Anniyo, wae?"
"Dia sudah tidak bersekolah disini lagi, oppa. Dia pindah ke Indonesia. Sudah sejak kemarin ia tidak bersekolah." Jelasnya. Aku kaget.
"Jinja? Hyura memberitahumu langsung?" Tanyaku.
"Anniyo. Aku masih belum bisa menghubunginya sejak ia berangkat ke Indonesia hari minggu yang lalu. Ia juga tak kunjung menghubungiku. Aku mengetahuinya dari Cho Seonsaengnim."
"Arasso. Aku akan bertanya pada appanya saja nanti di rumah. Gomawo, Hyemi-ssi."
*****
Minho meninggalkan ruang kelas Hyura dengan langkah gontai. Ia terlihat menjadi tidak bersemangat. Ia seperti kehilangan sesuatu yang berarti baginya. Ya, ia kehilangan sahabatnya saat ini. Hyura, gadis ceria yang selalu memeberi semangat untuk Minho.
"Raa-yaa, kenapa kau tidak memberitahukanku mengenai kepindahanmu?" Batinnya sambil memainkan gelang perak pemberian Hyura yang saat ini dikenakannya.
Hari ini Minho memutuskan untuk tidak mengikuti latihan. Ia tiba-tiba merasa tidak enak badan. Ia pun memutuskan untuk langsung pulang ke rumah.
"Kau tidak ada jadwal latihan, Minho-ya?" Tanya nyonya Choi yang heran karena sang putra sudah berada di rumah sepulang sekolah.
"Aku merasa tidak enak badan eomma. Tapi tenang saja, aku sudah mengabari Lee Seonsaengnim kalau aku tidak bisa ikut latihan hari ini." Balas Minho.
"Kau sakit?" tanya nyonya Choi lagi. Ia selalu khawatir bila putra bungsunya itu terlalu lelah dengan latihannya. Ia meletakan tangannya di dahi Minho.
"Anniyo eomma, hanya tidak enak badan saja. Aku istirahat dulu." Pamit Minho.
"Geunde. Istirahatlah. Eomma akan membuatkanmu bubur." Ujar nyonya Choi.
Minho langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Ia mencoba memejamkan matanya untuk beristirahat, namun tak bisa. Pikirannya kemabali pada apa alasan Hyura pindah ke Indonesia dan mengapa ia tidak menghubunginya sampai saat ini? Banyak hal yang bekelibatan di kepala Minho.
Tidak lama, nyonya Choi masuk kedalam kamar Minho dengan membawa semangkuk bubur hangat dan sebuah surat. Surat dari Hyura untuk Minho.
"Minho-ya, makan ini dulu. Setelah itu baru kau beristirahatlah. Kembalikan kondisi badanmu seperti biasa. Eomma tidak mau melihatmu kelelahan." Ujar nyonya Choi. "Dan ini, ada surat dari Seulong. Ia mengantarkanya tadi pagi ketika kau sudah berangkat."
Minho mengambil surat tersebut. Sebuah surat dengan amplop hijau tosca lembut. Warna kesukaan Hyura.
"Nde eomma. Aku kan menghabiskannya. Gomawo."
Nyonya Choi pun meninggalkan kamar Minho dan kembali ke lantai bawah untuk menyiapkan makan malam mereka.
Dear Minho oppa
Annyeong oppa :)
Kau pasti bertanya-tanya saat ini oppa? Kemana sahabtmu yang menyebalkan ini.
Oppa, mian.
Aku harus menemani eomma tinggal di Indonesia. Harabeoji meninggal beberapa hari yang lalu.
Harabeoji berpesan agar eomma menemani Seoyoung imo disini untuk mengurus perusahaannya.
Mian tidak memberitahukanmu langsung.
Bila kau bertanya sampai kapan?
Aku tidak tahu. Mungkin akan sampai setahun atau juga lebih.
Oppa, kau tidak perlu mengkhawatirkanku.
Aku baik-baik saja disini.
Fokuslah pada persiapan debutmu nanti.
Aku akan melihat debute stage mu dan Seulong oppa dari sini.
Gelang yang kuberikan sebagai hadiah ulang tahunmu, masih kau pakai bukan?
Oppa, jaga gelang itu. Anggap saja itu adalah aku. Aku akan berada dekat denganmu.
Geunde oppa, boleh aku meminta sesuatu?
Aku mohon, kau tidak perlu lagi menghubungiku. Aku akan baik-baik saja. Aku tidak ingin mengganggumu.
Annyeong :)
Hyura
*****