When Love Bring You Back
Part 1
Author : tiara ekha (@khaiicheen)
*****
It’s US
Desember 2007
Seorang gadis melangkah ringan di lorong ruang kelas sekolah menengah Cheonguk. Dengan senyum ceria, ia melangkah menyusuri lorong dengan membawa sebuah tas kecil berisi kotak bekal makan siangnya.
"Oppa keluarlah, aku sudah berada di depan ruang kelasmu. Eomma menyiapkan bekal makan siang untukmu." Ujarnya pada seseorang yang ditelfonnya.
"Arraso. Aku akan segera keluar." Balas orang tersebut.
Sesosok anak laki-laki dengan tubuh tinggi di antara teman-temannya keluar dan menghampiri si gadis. Mereka lalu pergi menuju lapangan olahraga di luar gedung. Sebuah bangku tunggu dipinggir lapangan olahraga menjadi pilihan untuk mereka singgahi.
"Kimchi kimbab dan telur gulung." Ujar si gadis.
"Gomawo, Raa-ya." Balas si anak laki-laki tersebut.
"Cheonmaneyo, Minho oppa. Eomma bilang, kau harus menghabiskan bekal ini sampai bersih sebagai pengisi tenagamu sebelum kau latihan nanti sepulang sekolah." Balas si gadis.
"Baiklah nona Im Hyura. Aku akan menghabiskannya." Balas Minho lalu memasukan potongan kimchi kimbab ke mulutnya.
"Chankam, aku akan ke kantin sebentar. Aku lupa membawa minumnya. Kau tunggu disini."
Minho hanya tersenyum melihat sahabatnya itu berlari kecil meninggalkannya menuju kantin. Seorang gadis berambut hitam lurus dengan tinggi semampai untuk ukuran murid tingkat pertama sebuah sekolah menengah, mata sipit yang akan selalu ikut tersenyum ketika ia tersenyum. Dia adalah Im Hyura, sahabat dekat salah satu trainee calon artis manajeman besar para bintang Korea Selatan, Choi Minho.
Tidak lama, Hyura sudah kembali dengan 2 botol orange juice di tangannya. Ia lalu memberikan kedua botol tersebut pada Minho yang terlihat sudah menghabiskan bekal yang dibawakannya.
"Sudah habis, whoaa, daebak. Eomma pasti senang dan aku tidak akan di omelinya karena bekal yang dibawakannya tidak habis." Ujar Hyura.
"Katakan pada eommonim, terima kasih banyak sudah mau repot-repot membawakan bekal untukku."
"Geure, nanti akan aku sampaikan padanya. Oppa, aku kembali ke kelas dulu. Sampai ketemu besok." Pamit Hyura.
"Nde, annyeong." Balas Minho.
*****
Hyura POV
Perkenalkan, aku Im Hyura. Anak bungsu dari 3 bersaudara, aku memiliki 2 orang kakak laki-laki diatasku, Im Seulong dan Im Hyunsik. Salah satu oppaku, Seulong juga merupakan trainee salah satu manajemen besar di Korea, JYP Entertaiment. Ia akan segera debut tahun depan.
Saat ini aku adalah siswi tingkat pertama sekolah menengah Cheonguk. Choi Minho adalah sahabatku, kami bertetangga. Usia kami terpaut 2 tahun, namun karena kedua orang tuaku memasukanku sekolah diusia yang lebih cepat satu tahun, maka saat ini aku hanya berbeda satu tingkat saja dengan Minho yang saat ini berada di tingkat keduanya. Kami sudah bersahabat lebih dari 4 tahun.
"Hyemi, bisa temani aku pergi nanti sepulang sekolah?" Tanyaku pada sahabatku di sekolah, Jung Hyemi.
"Bisa, tapi aku tidak bisa lama-lama. Aku memiliki jadwal les sore ini." Balasnya.
"Geunde, arasso. Lagipula tidak akan lama. Hanya menemaniku sebentar saja." Jawabku lalu tersenyum padanya. "Gomawo, Hyemi-ah."
Kami sudah berada di kawasan pertokoan Dongdaemun. Aku ingin membelikan Minho hadiah untuk ulang tahunnya besok. Saat ini ia pasti sudah berada di gedung latihan SM Entertaiment untuk melakukan latihan. Menjadi dirinya sungguh melelahkan. Pergi sekolah di pagi hari, lalu melakukan latihan sepulang sekolah dan kembali kerumah di malam hari. Ia bahkan bisa baru kembali dari trainingnya larut malam. Dan itu berlangsung hampir setiap hari, tapi begitulah perjuangan yang harus dilakukannya demi menggapai impiannya menjadi seorang artis.
"Raa-ya, kita mau kemana?" Tanya Hyemi setelah kami selesai membeli 2 gelas minuman dingin.
"Ah, sebenarnya aku ingin membeli hadiah untuk Minho. Tapi aku bingung ingin membelikannya apa." Balasku.
"Untuk ulang tahunnya besok? Arasso. Bagaimana kalau kau membelikannya sepatu olahraga? Dia kan gemar berolahraga." Balas Hyemi.
"Aku sudah bosan melihat sepatu olahraganya, Hyemi-ah. Di rumahnya, sudah banyak sepatu olahraga tersusun di lemari sepatu miliknya. Dia punya banyak."
"Lalu apa?"
"Entahlah, aku juga bingung. Aku tidak tahu ingin memberikannya apa? Bagaimana bila aku membelikannya sebuah gelang?"
Kami kembali berjalan menyusuri deretan pertokoan di kawasan Dongdaemun. Sebuah toko perhiasan menarik perhatianku. Kami masuk kedalam toko tersebut. Toko ini menjual berbagai macam perhiasan dengan berbagai pilihan bahan, mulai dari titanium hingga emas. Aku dan Hyemi melihat-lihat etalase yang memamerkan berbagai macam gelang yang terbuat dari perak. Sebuah gelang perak bermodel rantai kapal kecil menarik perhatianku.
"Agassi, boleh aku melihat yang ini?" Tanyaku pada salah satu pelayan yang melayani kami.
"Kau yakin ingin membelikan Minho ini? Apa uangmu cukup?" tanya Hyemi.
"Tenanglah Hyemi, aku sudah memiliki budget tersendiri untuk ini. Lagipula, harganya tidak terlalu mahal. Dan aku pikir uangku juga cukup." Jawabku.
"Yang ini noona?" Tanya pelayan itu.
"Nde, gomawo." Balasku. "Hyemi-ah, eotthe?" Tanyaku pada Hyemi.
"Kenapa kau ingin membelikannya ini? Kenapa tidak membelikannya yang lain?"
"Entah, ketika melihat toko ini tadi, aku langsung terfikirkan untuk membelikan Minho sebuah gelang. Sesuatu yang bisa ia gunakan terus. Kalau aku membelikan sepatu olahraga untuknya, tidak setiap saat dia menggunakannya. Kau tahu, kan Minho ada tipe yang mudah bosan dengan barang-barang miliknya. Apalagi ia punya banyak sepatu olahraga." Jelasku.
"Ah, nde. Aku mengerti maksudmu, Raa-ya. Geure, yang itu saja. Modelnya simple." Lalu ia tersenyum.
"Agassi, tolong bungkuskan yang ini saja. Gamsahamnida." Pintaku pada pelayang yang melayani kami.
Setelah selesai membayar di kasir, kami lalu keluar dari toko tersebut. Hyemi pamit untuk kembali lebih dulu karena ia memiliki jadwal les setelah ini.
*****
Ponsel Hyura berdering, Hyunsik oppa call.
"Eodiya? Aku baru saja selesai latihan sepak bola." Ujar Hyunsik, oppa dari Hyura.
"Aku di Dongdaemun oppa. Kau bisa menjemputku sekarang?" Tanya Hyura.
"Geure, chankam. 10 menit lagi aku sampai." Balas Hyunsik.
Tidak sampai 10 menit, Hyunsik telah tiba di tempat dimana Hyura sudah menunggunya. Ia lalu memberikan helm milik Hyura.
"Oppa, antarkan aku dulu ke Miracle Cafe. Aku ingin membelikan cake ulang tahun untuk Minho oppa."
"Ah, besok ia berulang tahun?"
"Nde, temani aku dulu sebentar."
Hyunsik pun mengantarkan Hyura ke Miracle Cafe, cafe langganan mereka dan salah satu tempat bersantai untuk Hyura dan Minho bila mereka sedang penat berada di rumah.
Sebuah Chocolate Banana Cake sudah berada di tangan Hyura. Ia segera kembali ke tempat Hyunsik menunggunya. Tradisi merayakan ulang tahun ini sudah sering mereka lakukan sejak mereka mulai bersahabat 4 tahun lalu. Setelah siap, Hyunsik kembali menyalakan mesin motornya dan melajukan motornya untuk kembali pulang ke rumah.
*****
Minho POV
"Baiklah, latihan hari ini aku rasa sudah cukup. Kalian beristirahatlah. Besok aku berikan kalian libur. Terima kasih untuk kerja keras kalian. Sampai jumpa lagi." Ujar Lee Seonsaengnim, koreograferku.
Perkenalkan, aku Choi Minho salah satu trainee di manajemen terbesar Korea, SM Entertaiment. Saat ini aku berada di tingkat kedua sekolah menengah Cheonguk. Saat ini aku dan keempat rekanku sedang menjalankan latihan rutin dimasa trainee kami. Beberapa bulan lagi, kami akan di debutkan dalam sebuah grup yang beranggotakan 5 orang. Jinki hyung, si pecinta ayam, Jonghyun hyung yang memiliki wajah seperti baby dino, Kibum, si laki-laki paling cerewet diantara kami yang berada di ruangan ini dan yang terakhir, Taemin, si rambut jamur. Kami berlima memiliki kemampuan vocal dan dance yang berbeda-beda. Jinki dan Jonghyun hyung serta Kibum memiliki karakter vocal yang sangat baik, Taemin memiliki bakat dance yang luar biasa untuk anak seusianya dan aku, aku memiliki kemampuan dibidang rapper.
“Jangan lupa untuk ke rumahku besok. Eomma meminta kalian untuk berkunjung. Aku tunggu besok. Annyeong.” Pamitku ketika kami semua sudah sampai di depan pintu gedung SM Entertaiment.
Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Latihan hari ini lebih cepat dari biasanya. Aku memutuskan untuk segera pulang ke rumah lalu beristirahat untuk besok. Besok adalah ulang tahunku yang ke 17 usia Korea atau 16 tahun usia Internasional. Eomma mengajak keempat teman trainee ku untuk datang berkunjung ke rumah, kebiasaan setiap tahunnya.
“Yoboseo..” sapa suara di sebrang.
“Raa-ya, eodiga?” tanyaku.
“Wae, oppa? Kau sudah selesai latihan?”
“Nde, aku sedang dalam perjalanan pulang. Kau sedang sibuk?”
“Waeyo?”
“Bisa kau bermain ke rumahku malam ini? Ajak Seulong hyung dan juga Hyunsik. Kita menonton film seperti biasa.”
“Aah, mian oppa. Bibiku sedang datang berkunjung, aku tidak bisa meninggalkannya. Hyunsik oppa juga sedang keluar bersama Seulong oppa. Mian, kami tidak bisa menemanimu.”
“Geunde, gwenchana. Aku tutup dulu telfonya.”
*****
Hyura, Seulong, Hyunsik dan Minseok sudah mempersiapkan pesta kejuta untuk ulang tahun Minho malam ini. Mereka berempat akan memberikan kejutan kecil nanti malam untuk Minho. Chocolate Banana yang sudah dibeli Hyura tadi akan diberikannya pada Minho nanti malam. Sebenarnya, Hyura sedang berada di kamarnya menonton sebuah drama ketika Minho menelfonnya tadi.
“Raa-ya, kau memberikan Minho hadiah apa di ulang tahunnya kali ini?” tanya Seulong ketika ia masuk ke kamar adiknya itu.
“Aku memberikannya gelang oppa.” Jawab Hyura lalu mengambil kotak kecil bewarna biru dari dalam tasnya. “Eotthe?”
“Ya, ya, ya. Kau memberikannya hadiah seperti ini? Daebak. Aku saja tidak pernah kau berikan hadiah ketika berulang tahun.” Seru Hyunsik yang baru saja datang dan menghampiri kedua saudaranya itu.
“Wae oppa? Aku kan membelikanmu tas ketika kau berulang tahun kemarin.” Balas Hyura.
“Kau ini, sirik saja. Memang kau tidak tahu kalau adikmu ini...” ujar Seulong terhenti ketika Hyura menyenggol lengannya.
“Adikmu ini apa oppa?” tanya Hyura.
“Wae hyung? Katakan, palli.” Seru Hyunsik penasara.
“Anniyo, lupakan saja.” Balas Seulong lalu tersenyum penuh arti.
“Kau tidak seru hyung.” Seru Hyunsik lalu memajukan bibirnya.
Karena melihat sikap oppa nya yang seperti anak kecil, Hyura kemudian melemparkan bantal yang sedang dipegangnya ke wajah Hyunsik.
“Oppa, hentikan wajah sok imut mu itu. Aku risih melihatnya.” Seru Hyura.
“Oh iya, kita akan ke rumah Minho jam berapa? Apa menunggu Minseok menelfon?” tanya Seulong.
“Minho oppa baru saja selesai dari latihannya. Tadi ia menelfonku dan mengajak kita untuk menonton di rumahnya. Tapi aku mengatakan padanya kalau bibi sedang berkunjung kesini dan kalian sedang pergi. Ia percaya dan tidak bertanya macam-macam.” Balasku.
“Baiklah, panggil aku kalau Minseok hyung sudah menelfonmu. Aku mau kembali ke kamar dulu.” Pamit Hyunsik.
Sepeninggal Hyunsik, Hyura hanya berdua saja dengan Seulong. Ia lalu bermanja-manja dengan oppanya itu. Sebuah bantal kepala diletakkannya di atas kaki Seulong lalu ia meletakkan kepalanya disana. Seulong sudah terbiasa dengan kebiasaan adik tirinya ini.
Seulong adalah kakak tiri dari Hyura dan juga Hyunsik. Eommanya meninggal ketika ia berusia 4 tahun lalu setahun kemudian appanya menikahi eomma Hyura dan Hyunsik. Ketika ia berusia 5 tahun, Hyunsik lahir dan setahun kemudian Hyura. Mereka bertiga tumbuh dengan penuh kasih sayang, sehingga Seulong tidak pernah merasa berbeda dengan Hyunsik dan juga Hyura walaupun mereka bukan saudara kandung. Kedua orang tua mereka memiliki bisnis dibidang pertanian, sehingga keduanya jarang berada di rumah. Hanya diakhir pekan saja biasanya mereka kembali ke rumah.
“Raa-yaa, kenapa kau memberikan Minho hadiah gelang itu?” tanya Seulong.
“Entahlah, oppa. Aku hanya tertarik saja ketika melihatnya di toko perhiasan di Dongdaemun.” Jawab Hyura.
“Kau yakin hanya itu saja? Tidak ada makna lain? Kenapa kau tidak membelikannya yang lain?”
“Mungkin. Tapi aku berfikir kalau aku memberikan hadiah yang lain, ia pasti akan mudah bosan.”
“Lalu kenapa gelang?”
“Molla, aku hanya ingin hadiah yang aku berikan akan selalu digunakan olehnya. Hanya itu.”
Seulong hanya tersenyum mendengar jawaban adik bungsunya itu. Lalu ia mengacak rambut adiknya tersebut. Sebuah senyum penuh arti. Ia tahu, kalau sebenarnya adiknya itu memiliki perasaan lebih pada Minho, tetangganya yang sudah setia bersahabat dengan mereka sejak 4 tahun yang lalu.
*****
Jam sudah menunjukan pukul 23.50, sebuah panggilan masuk ke ponsel Hyura yang tengah ia letakan di pinggir meja makan. Ia tengah mengambil Chocolate Banana Cake yang di belinya tadi dari dalam kulkas. Minseok oppa call.
“Kalian sudah siap? Minho sudah tertidur. Sepertinya ia kelelahan sehabis latihan tadi.” Ujar Minseok.
“Nde oppa. Kami sudah siap. Biarkan saja, kita bangunkan dia nanti.” Balas Hyura.
“Geurom, kalau begitu kalian cepat kesini.” Titah Minseok.
“Arasso oppa. Tunggu kami. Okey.” Balas Hyura lagi. Sambungan telfon terputus.
“Oppa, kajaa. Minseok oppa sudah menelfon. Ayo kita segera kesana.” Ajak Hyura pada kedua oppanya yang sedang menonton tv.
Tidak sampai 10 menit, ketiganya telah berada di rumah Minho. Eomma dan Appa Minho tengah berada di ruang keluarga. Keduanya masih menonton tv untuk menunggu kedatangan ketiga anak tetangganya itu.
“Annyeonghaseo aboji, eommonim.” Sapa Seulong. Keduanya tersenyum lalu mengajak mereka untuk naik ke lantai atas dimana kamar Minho berada.
Hyura sempat mampir ke meja makan terlebih dahulu untuk meletakan lilin di atas kue ulang tahun Minho. Beberapa batang lilin sudah menancap diatas kue dan siap diberikan api. Ketika mereka telah sampai di depan pintu kamar Minho, lilin sudah dinyalakan. Nyonya Choi yang membawa kue dan Hyura berada di barisan paling depan untuk membangunkan Minho. Pintu kamar Minho terbuka, Hyura masuk lebih dulu bersama Minseok untuk membangunkan Minho.
“Oppa, palli irona.” Seru Hyura sambil menggucangkan tubuh Minho. Namun, Minho tidak bergeming sedikitpun. “Ya, Choi Minho. Banguuun.” Ujarnya sekali lagi. Minho hanya menggeliat sebentar lalu menarik selimut yang digunakannya.
Minseok yang sudah berada di dekat saklar lampu lalu menyalakan lampu kamar Minho dan Hyura menarik selimutnya. Minho akan terganggu bila ada sinar lampu ketika ia sedang tertidur. Ia pasti akan bangun.
“Oppa, palli irona.” Seru Hyura sekali lagi. Kali ini Minho membuka matanya.
Semua yang berada di kamar tersebut langsung menyanyikan lagu ulang tahun untuk Minho. Malam ini, 9 Desember 2007 Minho genap berusia 17 tahun. Minho yang masih merasa mengantuk lalu membuka matanya lebar-lebar. Nyonya Choi datang menghampirinya lalu memberikan kue yang ada di tangannya agar Minho meniup lilinnya. Setelah meniup lilinya, Minho meletakan kue tersebut di beja belajar yang ada disebelah tempat tidurnya.
“Saengil Cukhae, adeul. Semoga semua mimpimu bisa terwujud. Eomma menyayangimu.” Ujar nyonya Choi lalu memeluk putra bungsunya itu. Sebuah ciuman sayang dari sang ibu mendarat di kening Minho.
“Gomawo eomma.” Balas Minho.
“Ah, putra bungsuku sudah besar rupanya. Saengil cukhae, Minho-ya. Lanjutkan perjuanganmu selama ini. Jangan mudah menyerah. Aku mendukung impianmu kali ini.” ujar tuan Choi lalu menepuk pundang sang putra bungsunya itu.
“Nde, appa. Aku akan melakukan semuanya dengan baik. Aku tidak akan mengecewakanmu.” Balas Minho lagi.
“Saengil cukhae nae dongsaeng. Semoga tahun depan kau akan benar-benar melakukan debutmu.” Ujar Minseok. Minho membalasnya dengan senyum.
“Saengil cukhae Minho-ya. Tetaplah semangat sampai kau berdiri dipanggung nantinya.” Ujar Seulong.
“Gomawo hyung. Kau juga, kita bertemu di atas panggung bersama nanti. Semangat juga untuk latihanmu di JYP.” Balas Minho.
“Saengil cukhae, hyung.” Seru Hyunsik.
“Nde, gomawo Hyunsik-ah. Kau tidak ingin mengikuti jejaku dan hyungmu untuk menjadi artis? Aku rasa kau juga mempunyai bakat untuk menjadi penyanyi. Suaramu bagus.” Balas Minho.
“Mwo? Bagus katamu oppa? Andwee, cukup kalian berdua saja yang menjadi artis. Tidak untuk Hyunsik oppa. Andwe.” Seru Hyura yang tengah mencopot lilin dari atas kue ulang tahun Minho.
“Kau ini, selalu bertengkar dengan nya.” Ujar Minho.
“Kau tidak memberinya selamat, Raa-ya?” tanya Seulong.
“Ah, nde. Mian, aku sampai lupa. Saengil chukae Minho oppa. Semoga semua kerja kerasmu terwujud di tahun ini.” ujar Hyura lalu memeluk Minho.
Keduanya memang sudah sangat dekat. Minho sudah menganggap Hyura seperti adiknya sendiri. Kontak fisik seperti ini sudah bukan hal yang baru lagi bagi mereka. Kedua orang tua mereka pun sudah terbiasa dengan keakraban dan kedekatan anak-anaknya itu. Acara kembali berlanjut dengan melakukan potong kue. Kue pertama Minho berikan pada eomma dan appanya. Lalu selanjutnya ia berikan pada Hyura, Minseok, Seulong dan Hyunsik secara bergantian.
*****
Setelah kejutan kecil semalam, siang ini Hyura sudah berada di rumah Minho kembali. Ia tengah membantu nyonya Choi menyiapkan makanan untuk teman-teman Minho yang akan berkunjung. Nyonya Choi menyiapkan sebuah pesta kecil dengan menjamu teman-teman trainee Minho yang akan menjadi groupnya nanti untuk makan siang. Namun kali ini Seulong dan Hyunsik tidak ikut, Seulong tengah pergi latihan di gedung manajemennya, sedangkan Hyunsik sedang pergi mengerjakan tugas sekolahnya.
“Eomonim, apa yang bisa aku bantu untukmu?” tanya Hyura yang tengah sibuk berada di dapur membantu pekerjaan nyonya Choi. Karena sudah akrab, Hyura memanggil nyonya Choi dengan sebutan eomonim.
“Kau bawakan piring buah ini saja ke meja makan. Selebihnya sudah selesai, nanti biarkan Shin ajhuma saja yang merapihkannya.” Balas nyonya Choi. Hyura pun langsung mengambil piring yang berisikan berbagai macam potongan buah tersebut ke meja makan.
Tidak lama kemudian, bell rumah terdengar. Minho segera turun dari kamarnya dan membukakan pintu. Keempat temannya yang akan menjadi satu dalam groupnya sudah tiba. Jinki, Jonghyun, Kibum dan Taemin. Keempatnya lalu disambut hangat oleh nyonya Choi dan Minseok yang tengah berada di ruang tv.
“Annyeonghaseo ajhuma. Choneun Lee Jinki imnida.” Sapa Jinki.
“Kim Jonghyun Imnida.” Ujar Jonghyun.
“Kim Kibum imnida.” Ujar Key.
“Maknae Lee Taemin imnida.” Lanjut Taemin.
“Nde, annyeonghaseo. Naega, Minho eomma.” Balas nyonya Choi.
“Perkenalkan, ini hyungku, Choi Minseok.” Ujar Minho “Dan ini Im Hyura. sahabatku.” Lanjut Minho lalu menarik tangan Hyura.
“Choneun Choi Minseok.” Ujar Minseok.
“Annyeonghaseo, Im Hyura imnida. Bangapta.” Ujar Hyura lalu tersenyum.
“Geure, silahkan duduk. Ayo kita santap makan siangnya. Aku tahu, kalian pasti sudah lapar.” Ujar nyonya Choi lalu disambut dengan senyuman oleh para teman Minho.
Acara makan siang untuk merayakan ulang tahun Minho pun berjalan dengan penuh canda diantara mereka. Taemin dan Jinki memberikan kado untuk Minho. Minho pun membukannya. Sebuah jaket dari Taemin dan sebuah sepatu dari Jinki. Sedangkan Jonghyun dan Kibum memberikan Minho sebuah bola bertanda tangan dari atlet nasional, Park Jisung. Entah darimana mereka mendapatkannya. Minho terlihat senang sekali menerima hadiah dari teman-temannya itu.
Setelah selesai makan siang, Minho mengajak keempat temannya untuk mengobrol di taman belakang rumahnya. Banyak hal yang mereka bicarakan, gelak tawa dan candaan terdengar dari bagian belakang rumah Minho. Sedangkan Hyura tengah membantu nyonya Choi dan Shin ajhuma merapihkan beberapa piring kotor dari meja makan ke tempat cuci piring. Setelah selesai, ia membantu nyonya Choi untuk menyiapkan beberapa gelas orange juice untuk Minho dan teman-temannya.
“Minho-ya, Hyura-ssi nugu?” tanya Jonghyun.
“Dia yeojachingu mu hyung?” tanya Taemin.
“Anniyo, dia sahabatku. Ia tinggal tidak jauh dari sini. Kami sudah bersahabat sejak 4 tahun yang lalu.” Jawab Hyura.
“Dia manis. Wajahnya memiliki ciri khas.” Ujar Jinki.
“Nde, hyung. Dia memang manis. Dia juga sangat baik.” Balas Minho.
“Jinki hyung. Kau menyukai sahabat Minho?” tanya Kibum.
“Anniyo. Bukan seperti itu. Hanya saja aku merasa wajahnya tidak akan mudah untuk dilupakan walau kau baru bertemu sekali dengannya.” Balas Jinki.
“Minho-ya, hati-hati. Nanti Hyura bisa diambil oleh Jinki hyung.” Seru Kibum.
Ditengah keseruan mereka, Hyura datang dengan membawa nampan di tanganya. Beberapa gelas orange juice dan kue berada diatas nampan tersebut. Hyura segera meletakannya diatas meja yang tengah Minho dan teman-temannya kelilingi.
“Gomawo, Raa-ya.” Ujar Minho.
“Nde, oppa. Cheonmaneyo.” Balas Hyura. “Silahkan menikmatinya. Aku kembali dulu.” Lanjutnya.
Hyura lalu kembali kedapur untuk meletakkan nampan yang isinya sudah ia letakan diatas meja taman belakang. Hyura memutuskan untuk kembali pulang ke rumahnya, ia tidak ingin mengganggu Minho yang tengah mengobrol dan bersantai dengan teman-temannya. Ia memutuskan untuk pamit pada Minho melalui pesan singkat yang dikirimkannya.
To : Minho oppa
Oppa, aku pulang dulu. Aku takut mengganggumu dan teman-temanmu.
Nanti malam, kau bisa kerumahku?
Ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu.
Sampai jumpa nanti malam.
Aku pamit.
Hyura lalu pamit pada nyonya Choi dan Minseok untuk pulang.
*****
Minho POV
Ponselku bergetar, pesan masuk dari Hyura.
From : Hyura
Oppa, aku pulang dulu. Aku takut mengganggumu dan teman-temanmu.
Nanti malam, kau bisa kerumahku?
Ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu.
Sampai jumpa nanti malam.
Aku pamit.
Aku tahu, Hyura adalah gadis yang sangat menghargai orang lain. Ia tidak ingin menggangguku dan teman-temanku saat ini, walaupun sebenarnya bila ia ikut bergabung dengan kami itu tidak akan menjadi masalah. Keempat teman-temanku ini pasti akan menerimanya dengan baik juga. Tapi mungkin kali ini ia memang sedang tidak ingin menggangguku dan ingin beristirahat di rumahnya. Aku tidak mempermasalahkan itu.
To : Hyura
Arasso. Hati-hati. Nanti malam aku akan ke rumahmu.
*****