home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > MY FAN FICTION

MY FAN FICTION

Share:
Author : astituidt
Published : 10 Oct 2014, Updated : 02 May 2015
Cast : My Favorite K-Pop Idol, Actor or Actrees
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |149918 Views |8 Loves
MY FAN FICTION
CHAPTER 7 : HATE YOU (D.O EXO & Sojin GirlsDay Couple)

 

"Hyung, apa rumor itu benar?" suara Kai berhasil menginterupsi langkahku yang sejak tadi ku usahakan untuk terus berjalan masuk ke kamar dan menghindari pertanyaan para member. Kai berhasil membuatku terhenti karena aku fikir akan sangat mencurigakan jika aku berpura-pura tidak mendengarnya padahal dia jelas-jelas berbicara dengan lantang dan sedang berhadapan denganku.

"Rumor apa?" jawabku dengan menunjukkan poker face. Yah, sangat bisa dipastikan saat ini dia langsung mengetahui jika aku sedang berpura-pura tidak tau tentang rumor itu.

"Hyung!" tegas Kai lagi. Bocah itu benar-benar menyebalkan. Seharusnya dia tau jika aku sangat tidak ingin membahas rumor itu. Setidaknya untuk saat ini. Karena pasti besok atau bahkan beberapa jam lagi, pihak menajemenku akan mempertanyakan tentang ini juga.

"Moella" aku berjalan meneruskan langkahku dan memasuki kamar, meninggalkan Kai yang aku yakin masih terus menatap punggungku sampai aku hilang di balik pintu.

 

***

 

"Ada tissu?"

Dengan cepat Hyeri membuka tasnya dan memberikanku tissu. Lalu dia menatapku dengan tatapan khawatirnya. Ah, pasti anak ini sudah tau tentang rumorku. Sepertinya memang semua memberku sudah tau tentang rumor ini, mereka hanya belum sempat bertanya padaku karena hari ini kita sangat disibukkan dengan latihan dance baru untuk performance minggu depan.

"Wae?" tanyaku pada Hyeri karena aku tidak tahan dengannya yang terus memberiku tatapan seperti itu.

"Ani" Hyeri langsung memalingkan wajahnya ke arah Yura yang sedang mendapat giliran mencoba dance barunya.

 

***

 

*Flashback*

--1 Bulan yang lalu--

 

"Hmm" aku membuat suaraku senatural mungkin, menutupi perasaan girang yang kurasakan setelah mendengar jawaban Sojin dari balik telephoneku agar para member tidak curiga padaku.

Chanyeol dan Baekhyun yang kelihatan sibuk dengan dunianya sendiri sepertinya tidak terlalu memperhatikanku. Ku kenakan topi hitamku dan beranjak dari tempat dudukku semula.

"Kau mau kemana Hyung?"

Sial, aku lupa jika Kai sedang berada di ruang tengah juga. Badan hitamnya sepertinya membuatku tidak terlalu sadar jika dia ada di sini.

"Emm..ke cafe bubble tea" jawabku sekenanya, melontarkan alasan pertama yang mampir ke fikiranku.

"Aku ikut" ujarnya dan langsung beranjak dari tempat duduknya tanpa menunggu jawabanku terlebih dahulu. "Sebentar, aku ambil topi dulu" lanjutnya lagi dan segera melangkahkan kakinya masuk ke kamar.

"Andhwae" ucapanku langsung membuat langkahnya terhenti.

"Wae?"

"Ini weekend, banyak orang yang datang di cafe itu. Akan sangat merepotkan jika kita datang berdua. Apa kau mau titip sesuatu? akan ku belikan" jawabku santai. Kalian tau? menjadi aktor merupakan sebuah keuntungan tersendiri pada situasi seperti ini. Lihat saja, Kai bahkan langsung kembali ke tempatnya setelah mendengar alasanku, kembali menyibukkan diri dengan ponselnya seakan membenarkan perkataanku.

 

--

 

"Yaampun, wajahmuuuuuu" cela D.O setelah aku membuka masker hitam yang menutupi wajahku. Memang, aku belum sempat menabur make up di wajahku dan hanya mencucinya dengan asal asalan. Toh, kita tidak akan berkencan dimana-mana, hanya duduk di mobil dan berbincang selama berjam-jam seperti biasanya.

"Oh, pelatih koreografiku baru saja memperlihatkan koreo baru hari ini. Dan itu susaaaaaaaaahhhh sekali. Kau tau, aku baru bisa menghafal 2 gerakan dalam 1 jam. Auhhhhh.. neomu himdeuro (sungguh melelahkan)"

"Jinjja? wahhh.. kenapa mereka tidak menggunakan koreo yang biasanya saja? Menyedihkan sekali melihatmu seperti ini"

"Mwoyaaaa.. seperti itukah wajah seseorang yang sedang bersimpati? Wajah poker face yang menyebalkan seperti itu?"

D.O langsung menunjukkan senyum lebarnya, memperlihatkan seluruh giginya yang rapi. Dia juga meraih tanganku dan mengenggam dengan kedua tangannya. Membuat tubuhku terasa tersengat aliran listrik yang menyenangkan. Bagi kalian yang pernah tersengat listrik mungkin akan menganggap perkataanku barusan adalah hal yang konyol. Tapi aku serius, genggaman tangan D.O memang membuatku seperti ini, selalu seperti ini.

"Apa kau merindukanku?" tanya D.O dengan masih terus menggenggam tanganku. Tatapan lembutnya ketika bertanya membuatku menyadari jika kita baru bertemu setelah 3 minggu di sibukkan dengan kegiatan masing-masing.

"Ani" jawabku singkat, berusaha menggodanya.

"Jinjja??" D.O membulatkan matanya seakan tidak percaya. Haha lucu sekali, ekspresinya yang seperti saat inilah yang selalu bisa membuatku lupa dengan semua kepenatanku.

"Wae? apa aku harus merindukanmu? Kenapa ekspresimu sepeti itu?"

"Wae? ada apa dengan ekspresiku? Apa aku tidak boleh memasang wajah seperti ini?" D.O semakin membulatkan matanya. Kali ini aku juga melihat sebuat pout yang menggemaskan terukir dari bibirnya.

Aku terkekeh dengan tingkahnya barusan. Tawa kecilku membuatnya meremas tanganku dengan lembut, seakan menyiratkan jika selama 3 minggu ini dia benar-benar telah merindukanku.

 

*Flashback end*

 

***

 

 

"SOJIN-AH!!"

"Oh, nee??" aku tersentak kaget ketika mendengar teriakan dari produserku. Teriakannya barusan benar-benar membuatku tersadar dari lamunanku.

"Mwoanenggoya jigeum? (apa yang sedang kau lakukan) Kau sangat tidak fokus!"

"Oh, Joesunghaeyo"

"Jadwal performance tinggal 1 minggu lagi dan kau masih belum menghafal gerakanmu, ara????"

"Nee.. joesunghaeyo aku akan mencobanya lagi"

"Dwaesseo! kau ikut aku" Produserku langsung berjalan keluar dari ruang latihan dance dengan cepat dan berbelok menuju ruangannya.

 

"Wae? Mwoesun iriya? apa yang membuatmu sangat tidak fokus?" tanya produserku sesampainya kita di dalam ruangannya. Dia menatapku dengan tatapan menghakimi. Aku merasa pertanyaannya barusan sungguh tidak masuk akal. Oh ayolah, kau pasti sudah tau tentang rumor itu.

"Sajangnim, apa kau sudah memberi pernyataan tentang rumor itu?"

Yah, aku akhirnya mengatakan pertanyaan yang sejak kemarin ingin ku katakan padanya. Aku sudah terlalu muak pada pertanyaan konyolnya yang seakan sama sekali tidak memperdulikan rumor tentang diriku. Bahkan, dia tidak bertanya apapun padaku tentang rumor itu sejak kemarin. Seakan tidak berniat untuk memberikan penjelasan apa-apa pada wartawan yang saat ini sedang gencar mencari informasi ke kantor kami.

"Sajangnim" aku kembali memanggilnya karena dia masih belum menjawab pertanyaanku.

"Mwo? apa yang kau harapkan untuk kau dengar dariku? apa kau berharap aku menanyakan tentang kebenaran rumormu dengan D.O? Ani, aku sama sekali tidak akan menanyakan itu padamu"

"Wae? bukankah kau juga sangat terganggu dengan wartawan yang berada di depan kantor untuk mendapatkan penjelasanmu?"

"Aku tidak perduli, yang aku perdulikan adalah kau dan grupmu yang harus sukses pada performance minggu depan. Kembalikan konsentrasimu. Dan kembalilah ke ruang latihan" dadaku terasa sesak setelah mendengar perkataan produserku. Wajahku seketika memerah, menahan air mata yang hampir jatuh ke pipiku.

Aku keluar dari dalam ruangannya. Memegang dadaku yang seperti kehabisan oksigen di dalamnya. Sungguh sesak. Seakan semua beban berkumpul jadi satu dan berusaha untuk keluar dari sana. Sepertinya usahaku untuk mencoba tegar saat ini sangatlah sia-sia. Tangisku sudah terlanjur pecah dan mengalir deras di pipiku.

Aku merasa tidak ada yang memperdulikanku. Tidak hanya perusahaanku sendiri, bahkan D.O sama sekali tidak berusaha menghubungiku sejak rumor itu mencuat. Membuatku merasa seperti harus menanggung beban ini sendirian.

 

***

 

Setelah 1 bulan sejak rumor itu mencuat, D.O akhirnya menghubungiku. "Aku ingin bertemu" Hanya itu yang di katakannya melalui pesan singkat yang dikirimnya tadi malam.

Seperti biasa, lelaki itu menungguku di dalam mobil hitamnya yang terparkir di garasi apartemenku.

Setibanya di dalam mobil, aku langsung menutupi wajahku. Entah mengapa air mataku langsung terjatuh saat aku melihat lagi wajahnya secara langsung. Sebelumnya aku tidak berencana menunjukkan padanya jika aku sangat terbebani dengan semua ini. Tapi ternyata aku gagal menutupinya. Air mataku memilih jatuh di hadapan orang yang telah membuat hatiku terluka.

"Sojin-ah"

D.O meraih tangan yang kugunakan untuk menyembunyikan air  mataku darinya. Mencoba menyingkirkannya dari wajahku yang saat ini sudah merah padam karena berusaha keras mencoba menahan air mataku yang jatuh.

"Sojin-ah" panggilnya lagi setelah melihat wajahku yang menyedihkan dan tubuhku yang bergetar hebat karena saat ini isakan tangisku sudah tidak bisa kutahan lagi.

"Sojin-ah, apa rasanya sangat sakit?"

Aku mengangguk pelan mendengar pertanyaannya. Kali ini aku mulai mencoba menatap matanya. Membiarkannya melihat wajahku yang sudah sangat basah dan berantakan.

"Mianhae Sojin-ah" ujarnya lagi dengan tulus. Aku melihat matanya, aku bisa merasakan jika lelaki itu saat ini juga merasakan perasaan yang sama sepertiku. Dia sepertinya sedang berusaha keras menahan air matanya untuk tidak jatuh.

"Akuu.."

"Ha-hajima" isakan mengangguku membuat nada bicaraku terdengar semakin menyedihkan. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak mau dia meneruskan kata-katanya. Kata-kata yang aku yakin akan lebih menyakiti hatiku lagi.

"Sojin-ah, nan.."

"Hajima je-jebal" isakku lagi berusaha mengehentikan kata-katanya. Aku menarik kedua tanganku yang sejak tadi digenggamnya kuat. Kugunakan kedua tanganku untuk menutupi telingaku agar setidaknya aku tidak bisa mendengar kata-kata yang akan di ucapkan D.O. Aku takut dia akan memintaku untuk tidak bertemu lagi. Aku tidak siap dengan semua kata-kata yang pasti akan diucapkannya.

"Andhwae Sojin-ah, kau tidak boleh seperti ini" kulihat air mata D.O. Hatiku semakin sesak ketika melihat air mata mulai tumpah ke pipinya. Seperti inikah perasaannya ketika melihatku menangis? perasaan ingin menampar diri sendiri ketika melihat orang yang dicintainya terluka karenanya?

"Let's break up" ujarnya kemudian sembari menggenggam tanganku dengan erat seakan memohon padaku untuk tidak menangis lagi. Mencoba memberikan kekuatan dari genggaman tangan yang biasanya kugunakan sebagai sumber kekuatanku.

"Kau tau kan kalau ini semua aku lakukan untuk masa depan kita?" Sepertinya lelaki itu tau jika para Fans-nya dengan terang-terangan menghujatku melalui sosial media. Bahkan terakhir kali, fans-fansnya menyumpahiku dengan kata-kata kasar di suatu acara.

Aku mengangguk lemah. Dadaku sangat sakit sebenarnya ketika mendengar kata-katanya barusan. Tetapi aku tidak mau lelaki itu terlalu lama memperlihatkan kelemahannya padaku. Cukup air mata yang turun beberapa kali dari matanya saja yang menjadi bukti jika dia memang sungguh-sungguh mencintaiku. Ya D.O-ya, anggap saja aku membencimu.

 

End

***

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK