home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Cross Roads

Cross Roads

Share:
Published : 07 Oct 2014, Updated : 14 Dec 2014
Cast : Kris, Kai, Lee Na Ra, Shin Sung Young, EXO-K, EXO-M
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |24821 Views |7 Loves
Cross Roads
CHAPTER 7 : OUR FIRST KISS

CHAPTER 7

 

OUR FIRST KISS

 

Na Ra memasuki basement apartment-nya bersama Sehun. Ia melambai pada Sehun dan menatapnya sampai pria itu menghilang dibalik Mercedes Coupe-nya.

 

Na Ra merasa ada yang janggal. Seperti ada yang menguntitnya sejak ia keluar dari Seoul Hospital. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling basement itu, di dapatinya sebuah Black Rolls Royce terparkir tepat menghadapnya. Na Ra berusaha melihat siapa yang ada di balik kemudi mobil itu, tapi nihil, kaca mobil itu terlalu gelap. Hal itu membuat Na Ra menyerah dan memilih masuk ke dalam apartment-nya. Tapi sedetik kemuadian didengarnya suara pintu mobil di banting cukup keras. Ia berbalik dan melihat sosok berambut pirang yang sangat ia kenal.

 

“Kris-ah?” Panggil Na Ra. Namun saat dilihatnya Kris tidak bergeming, Na Ra akhirnya berjalan mendekati pria tinggi itu.

 

Na Ra terkejut melihat darah segar mengalir dari ujung bibir Kris dan pakaiannya kotor serta kusut. Rambut Kris acak-acakan, dia seperti baru saja berkelahi.

 

“Kris-ah?”

 

Kris masih tidak bergeming, ia menatap lurus Na Ra. Na Ra mendengus kesal dan langsung menarik tangan Kris dan membawa pria itu naik ke apartment-nya. Kris akan memprotes tapi Na Ra mengeratkan tarikan tangannya pada Kris dan menatapnya dingin membuat Kris seolah melihat monster dalam diri Na Ra yang biasanya lembut dan ceria.

 

Na Ra menyuruh Kris duduk di sofa di ruang tamunya, gadis itu mengambil kotak obat lalu tanpa berkata apapun ia menaruh kapas beralkohol di luka Kris membuat pria itu meringis dan memalingkan wajahnya. Na Ra yang kesal memalingkan dengan paksa wajah Kris, dan kali ini ia menahan kepala Kris dengan tangan kirinya, membuat pria itu mau tidak mau menuruti Na Ra.

 

“Kau tau kau itu pabbo! Kau tau pabbo!” Na Ra akhirnya berbicara dengan nada dingin yang lebih menusuk dari yang Kris biasa ucapkan. Kris mengernyitkan dahinya menatap gadis itu lekat-lekat yang sedang sibuk mengobati lukanya.

 

“Kau pikir berkelahi akan membuatmu tampak keren dan hebat? Ck! Aku kira kau lelaki yang bijak, Tn.Wu. Ternyata kau sama saja.” Na Ra mengomel pada Kris. Kris masih diam, perih di lukanya tidak seberapa dengan perih yang ia rasakan dihatinya, mengingat kejadian tadi pagi.

 

“Kris Wu, apa kau mendengarku, eoh? Memangnya siapa yang akan menanggung sakitmu?! Bukan orang lain kan kau itu—“

 

Chuuu~

 

Kris menempelkan bibir mungilnya di bibir Na Ra membuat gadis itu diam seketika dan membulatkan matanya, shock dengan perlakuan Kris padanya. Bau alkohol masih dapat Na Ra cium dari bekas luka Kris yang ia obati tadi. Detik berikutnya Kris mengecup bibir Na Ra berkali-kali membuat gadis itu seolah lupa diri. Posisi tangan kirinya yang memegang kepala Kris merosot ke punggungnya, mencengkramnya lebih erat. Perlahan mereka memejamkan mata, menikmati sensasi bibir masing-masing. Kris memegang bagian belakang kepala Na Ra, memperdalam ciuman mereka sampai tiba-tiba terdengar bunyi yang keras. Bel apartemen Na Ra berbunyi nyaring, membuat Kris dan Na Ra terperanjat. Kris membenarkan posisi duduknya, Na Ra pun demikian.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

Lee Na Ra

 

Aku memundurkan tubuhku pelan dan segera berbalik, menjauh dari Kris. Aku yakin wajahku sekarang sudah semerah tomat. Bagaimana bisa aku dan Kris ber— kyaaaa…!

 

 Aku memegang bibirku dan bergumam tak karuan. Rasanya jantungku masih melompat-lompat setelah kejadian itu. Kulihat dari interkom, wajah Sehun terpampang jelas disana dengan senyum khasnya yang membuatnya tampak begitu cute.

 

“Na Ra-ya! Buka pintunya, ppali! Ppali!” Dia berteriak tidak sabar.

 

“Aish… Ne, ne.” Aku segera mematikan interkom dan membukakan pintu untuk Sehun yang sudah memasang tampang paling cute-nya di depanku.

 

“Ada apa, Sehunnie? Bukankah kau baru pulang? Kenapa sudah datang lagi, hm?”

 

“Yak! Na Ra-ya! Apa kau tidak suka jika pria setampan Oh Sehun berkunjung ke rumahmu? Ck!” Sehun berkata penuh percaya diri membuatku tertawa terbahak-bahak.

 

“Hahaha.. Whatever!”

 

“Na Ra-ah nan jeongmal begophayo” Sehun merajuk seperti anak kecil dan masih berjalan mengekor dibelakangku. Aku hampir lupa jika Kris juga sedang di rumahku. Aku kembali salah tingkah mengingat apa yg terjadi beberapa menit yang lalu.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

Air muka Kris langsung menegang melihat Sehun, laki-laki yang memeluk erat Na Ra. Apa dia kekasih Na Ra? Kris mulai berspekulasi. Sedang Sehun mengernyitkan dahinya melemparkan pandangan ‘dia-siapa?’ pada Na Ra. Na Ra seolah mengerti. Ia pun memperkenalkan mereka berdua.

 

“Kris-ah, ini Oh Sehun, sahabatku. Dan Sehunnie, ini Kris.”

 

Sehun dan Kris saling pandang, mereka sama sekali tidak berjabat tangan. Hal ini membuat Na Ra bingung.

 

“Iya aku sahabatnya.” Sehun tiba-tiba berkata setengah memekik dan merangkul Na Ra. Na Ra yang merasa risih langsung melepaskan tangan sehun dari pundaknya.

 

“Aigoo, Sehunnie. Kau ini…”

 

Kris hanya menatap datar pada Sehun seolah ia bisa meng X-ray pikiran Sehun, membuat pria itu sedikit berjengit.

 

“Kau bilang tadi lapar, mau kumasakkan sesuatu, hm? “ Na Ra berkata pada Sehun.

 

Kris justru bangkit dari duduknya dan bersiap untuk pergi. I tidak mau melihat pemandangan seperti pagi tadi.

 

“Eh, Kris-ah! Neo eoddiga, eoh?” Na Ra bertanya heran pada Kris.

 

“Pulang.” Kris menjawab singkat.

 

“Tinggalah sebentar, aku akan memasak jjangmyeon untuk kalian berdua, arra?” Na Ra memamerkan senyum terbaiknya yang dapat membuat siapapun tidak mampu menolak permintaanya.

 

Na Ra akhirnya meluncur ke dapurnya dan berkutat dengan bahan-bahan yang ada, berusaha membuat jjangmyeon secepat mungkin. Sementara itu Sehun dan Kris berdiam diri di ruang TV. Suasana di antara mereka begitu canggung.

 

“Ah, aku bosan.” Sehun menyalakan TV dan mengganti-ganti saluran sesuka hatinya karena sebenarnya ia tidak ingin menonton TV. Ia merasa sangat tidak nyaman ada Kris di sini, ia ingin berdua saja dengan Na Ra-nya. Ya, Sehun memang diam-diam menyukai Na Ra, sejak bertemu dengan gadis itu secara tidak sengaja di Sungai Han saat Sehun kabur dari pesta bisnis ayahnya yang membuatnya bisa mati karena bosan. Sejak saat itu Sehun langsung jatuh hati padanya, pada gadis berambut panjang kecoklatan dengan iris mata coklat dan senyum tulusnya. Sehun bahkan rela menghabiskan sisa hidupnya hanya untuk melihat senyuman Na Ra, dan itu lebih dari cukup. Sehun tidak pernah mengatakan perasaanya secara langsung pada Na Ra, karena baginya selalu berada di sisi Na Ra sudah lebih dari cukup.

 

Kris menatap kosong ke arah TV. Sesekali ia memainkan ponselnya, tidak tahu harus melakukan apa.

 

“Taraaa...! Jjangmyeon made by Na Ra sudah jadi.” Na Ra berteriak dari arah meja makan. Sehun langsung melonjak dan menghampiri gadis itu.

 

“Wohoo.. Ayo makan, aku sudah sangat lapar.” Sehun mengelus-elus perutnya.

 

“Eoh, Kris mana?” Na Ra malah bertanya, hal itu membuat Sehun cemberut seketika. Dilihatnya Na Ra menyusul Kris ke ruang TV.

 

“Kris-ah, ayo makan! Ppali!”

 

Kris mengangguk dan berjalan di belakang Na Ra. Mereka makan dalam diam. Padahal biasanya ketika bersama Na Ra, Sehun selalu punya banyak hal untuk dibicarakan. Tapi saat ini dia benar-benar bungkam, semakin tidak nyaman dengan kehadiran Kris. Dan Kris memang tidak banyak bicara, tidak heran ia makan dalam diam.

 

Setelah bermenit-menit yang terasa sangat panjang, akhirnya mereka selesai makan. Sehun berpamitan pulang yang disusul oleh Kris.

 

Kris masih berdiri di belakang Na Ra saat dengan terang-terangan Sehun memeluk gadis itu di depannya hanya untuk sekedar mengucapkan selamat tinggal. Bisa Kris lihat kilatan di mata Sehun yang menunjukkan ke-tidaksukaan-nya pada Kris. Dan gejolak itu muncul lagi, rasa marah itu. Mati-matian Kris menahan emosinya agar tidak meledak dan Sehun akan berakhir seperti Tao. Tidak, tidak di depan Na Ra. Sehun berjalan pelan memasuki lift.

 

“Na Ra-ya, gomawo.” Kali ini Kris sudah berdiri berhadapan dengan Na Ra.

 

“Ne cheonma, ingat jangan berkelahi lagi, ne? Jagalah dirimu baik-baik, hmm?” Na Ra menasehati Kris membuat kedua bibir Kris tertarik membentuk senyuman.

 

“Aku mengerti, Nn. Lee.” Kris mengacak rambut Na Ra pelan lalu mngecup keningnya lembut membuat Na Ra menutup matanya merasakan kehangatan bibir Kris di keningnya, seolah ada jutaan cinta yang Kris salurkan disana.

 

Sehun membulatkan matanya melihat scene di depannya. Bagaimana bisa Kris mencium Na Ra-nya. Sehun rupanya sengaja menunggu Kris untuk memastikan pria itu tidak melakukan hal yang macam-macam pada Na Ra.

 

Kris dan Sehun memasuki lift yang sama. Mereka saling diam, sampai saat pintu lift terbuka. Sehun berbicara penuh emosi pada Kris. “Aku tidak akan membiarkanmu mengambil Na Ra-ku.” Sehun berkata sambil berlalu meninggalkan Kris.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

Shin Sung Young

 

Aku mengerutkan keningku kesal. Pagi tadi teman-temanku datang kemari untuk menjenguk. Mereka menemaniku sampai sore. Tapi yang membuatku begitu kesal adalah Jong In tidak muncul hari ini. Ia mengingkari janjinya. Entah kenapa, aku merasa kesal seperti sekarang.

 

Aku baru saja selesai mandi, dibantu suster tentunya. Aku membaringkan tubuhku di kasur. Mungkin Na Ra Eonni akan datang malam hari. Aku baru saja akan memejamkan mataku ketika kudengar suara pintu dibuka.

 

Jong In masuk dan langsung duduk di kursi biasa di sebelah ranjangku. Yang membuatku terpaku menatapnya adalah senyumnya. Bukan karena terpesona, tapi karena heran. Baru kali ini kulihat dia tersenyum seperti itu. Percaya padaku, dia tampan!

 

“Kau kenapa?” Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

 

“Ani. Kenapa kau lama sekali?”

 

“Waeyo? Merindukanku?” Dia tersenyum lebar sekarang. Ekspresiku berubah jengkel seketika.

 

“Jangan terlalu percaya diri, Tuan Kim.” Aku mencibir. Kulihat ia masih tersenyum seperti tadi. Dan ia mengamatiku sekarang, sangat lekat. Aku sempat berpikir apa kepalanya terbentur sebelum ke sini. Tingkah lakunya benar-benar aneh.

 

“Waeyo? Kenapa melihatku seperti itu? Ada yang aneh?” Aku bertanya karena sudah tidak tahan di lihat oleh pria berkulit gelap itu.

 

“Tak ada. Hanya, kau cantik.” Aku bersumpah jantungku bergerak dengan ritme yang tidak teratur sekarang. Kenapa aku jadi seperti ini? Kurasakan mukaku memanas. Kualihkan pandanganku, aku tak ingin melihat wajahku yang mungkin sekarang sudah sewarna dengan kepiting rebus.

 

“Mau kutemani ke taman?” Jong In bersuara lagi, membuatku menoleh kembali padanya.

 

“Mwo? Umm, boleh.” Tanpa kata-kata ia bangkit dan membantuku untuk duduk di kursi roda. Aku merutuki diriku sendiri dalam hati ketika kurasakan jantungku berdetak dua kali, ah bukan, tiga kali lebih cepat di rongga dadaku. Tentu saja saat lelaki itu dengan tiba-tiba melingkarkan tanganku di lehernya untuk membantuku berdiri. Sampai bau parfumnya tercium jelas olehku.

 

Dia tengah membawaku turun sekarang. Dia juga membawakan kameraku. Padahal aku tidak memintanya. Ah ya sudah terserah dia.

 

“Kapan dokter mengizinkanmu pulang?” Dia bertanya padaku sembari membantuku duduk di kursi taman, yang untuk sekali lagi kurasakan jantungku bekerja lebih cepat daripada biasanya.

 

“Molla. Mungkin minggu depan. Sebenarnya dokter membolehkan aku rawat jalan, tapi biasa lah, Eonni ku yang memaksa aku untuk di sini sampai aku bisa berjalan lagi.” Aku dan Jong In duduk bersebelahan di sebuah kursi kayu yang panjang.

 

“Maafkan aku sudah membuatmu seperti ini.” Kulihat dia menunduk menatap sepatunya.

 

 

“It's okay. Bukankah kau sudah berkali-kali meminta maaf? Lagipula itu bukan sepenuhnya salah mu.”

 

“Hmm. Aku bukanlah orang yang mudah minta maaf.”

 

“Lalu? Kenapa bisa kau meminta maaf padaku?”

 

“Entahlah. Denganmu, seperti sudah terbiasa.” Aku tidak mengerti apa maksud dari kata-katanya. Aku terus memandangnya, bingung.

 

“Kenapa kau menyukai dunia balap?” Tanyaku.

 

“Sama sepertimu yang mencintai dunia fotografi.” Ia menjawab tegas, membuatku menoleh padanya. Entahlah, kurasakan nada yang sangat lembut baru saja keluar dari mulutnya.

 

“Jika kau harus meninggalkan dunia balap karena seseorang, kau mau?” Jong In memainkan kameraku sekarang. Dia memotret apa saja yang ada di dekatnya, termasuk aku. Aku diam saja melihat tingkahnya.

 

“Jika orang itu bisa membuatku mencintainya lebih dari pada cintaku akan dunia balap, aku mau.” Dia menurunkan kameraku dan menatapku hangat. Aku tersenyum lebar sekarang.

 

Dan begitulah, mulai detik itu, aku merasa bahwa Jong In hanyalah seseorang yang membutuhkan perhatian lebih. Jauh di dalam hati kecilnya, dia adalah lelaki yang lembut. Buktinya dia bisa tertawa riang saat menceritakan masa kecilnya padaku.

 

“Mungkin aku sudah menemukan seseorang itu.” Dia berujar setelah menceritakan berbagai hal tentang dirinya padaku, yang membuatku menatapnya dengan pandangan penuh akan kebingungan.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

“Eonni tidur di sini malam ini.” Na Ra berujar sembari meletakkan koper besar adiknya di dekat almari.

 

“Waeyo?” Sung Young menyalakan TV dan mengganti-ganti channel-nya asal. Ia baru saja pulang dari rumah sakit. Dan sekarang mereka berdua ada di apartment-nya.

 

“Kau itu belum sembuh sepenuhnya. Dasar, pabo!” Na Ra memukul kepala adiknya menggunakan boneka kecil.

 

“Nan gwenchanayoo!!” Sung Young berteriak kesal. Na Ra gemas melihat tingkah adiknya, gadis itu tertawa.

 

“Eonni pergi dulu. Nanti Eonni bawakan spagetti kesukaanmu.”

 

“Mau ke mana?” Sung Young melirik sinis ke arah kakaknya yang sekarang tengah bersiap-siap. “Sama Kris, ya?”

 

“Umm.” Na Ra tidak menjawab, mukanya bersemu merah.

 

“Eonni-ah! Are you in love with him?” Sung Young tersenyum jahil.

 

“Aah, mollayo. Sudah ya, Eonni pergi.” Na Ra berlalu setelah mencium puncak kepala Sung Young. Meninggalkan adiknya yang tersenyum penuh arti.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

Sung Young begitu senang menggoda Na Ra apa lagi jika sudah menyangkut soal Kris Wu. Wajah Eonnie-nya itu akan berubah semerah kepiting rebus dan ia sungguh menyukainya. Dia suka membuat Eonnie-nya tersipu seperti itu. Sejujurnya sudah lama Sung Young menginginkan Na Ra agar bisa dekat dengan namja, tapi Na Ra selalu sibuk dengan dunianya, dengan pekerjaanya dan membuatnya seolah lupa akan urusan lelaki. Tapi untuk kasus Kris Wu, tentu saja hal ini berbeda.

 

Na Ra segera memasuki BMW X6-nya, mengendarainya menuju sungai Han. Ia memang ada janji dengan Kris di sana. Tidak ada yang penting yang ingin mereka bicarakan. Mungkin orang-orang menyebutnya dengan “rindu”. Na Ra dan Kris saling rindu sehingga sehari saja tidak bertemu seperti ada begitu banyak beban yang mengganjal dihati mereka.

 

Na Ra memicingkan matanya ketika ia sudah sampai di tepi sungai Han, suasananya cukup ramai. Orang-orang memang suka kemari, terutama sepasang kekasih. Cuaca yang teduh dan romantis tentu membuat kawasan ini menjadi tempat favorit.

 

Na Ra bisa melihat sosok Kris tengah bersandar di Audy kesayangannya. Ia baru saja akan keluar dari mobilnya ketika ia tersadar bahwa ada orang yang mengikutinya sedari tadi. Na Ra membuka pintu mobilnya perlahan. Seperti sudah mengetahui keberadaan Na Ra, Kris berbalik dan tersenyum ke arahnya. Tapi yang ia beri senyum justru melempar pandang waspada dan setengah panik.

 

Na Ra terus berjalan mendekat ke arah Kris, semakin lama semakin cepat dan tergesa-gesa. Kris hanya bisa mengernyitkan dahi, melihat tingkah aneh Na Ra. Dan keheranan Kris sepertinya terjawab. Di belakang gadis itu ada sekitar lima orang berbaju hitam dengan setelan rapi, tampak mengikutinya. Lebih cepat dan semakin cepat langkah Na Ra, hingga saat sudah berada satu meter dari Kris, Na Ra spontan menarik tangan namja itu dan berlari secepat yang ia bisa

 

“Run!!” Na Ra berteriak keras. Kris belum sempat berpikir karena tangannya sudah ditarik oleh Na Ra, dan tentu saja namja itu tidak punya pilihan lain selain mengikuti yeoja itu. Mereka berlari-lari menyusuri sungai Han, memasuki gang-gang kecil yang bahkan mereka tidak pernah ke sana sebelumnya.

 

Lima pria berbaju hitam itu berlari mengikuti mereka, semakin cepat dan cepat sampai Na Ra jengah dan berbalik.

 

“You guys, stop over there!” Na Ra berteriak dengan nada yang sangat mengerikan, ada amarah yng begitu besar disana.

 

Lima lelaki itu langsung mematung di tempatnya menuruti keinginan Na Ra.

 

“I’m sorry, Miss. But we have to bring you back to Manhattan. Mr.and Mrs. Evans have been waiting for you.” Seorang lelaki berambut coklat berbicara dengan nada sangat sopan pada Na Ra, ia bahkan membungkukkan badannya berkali-kali. Sepertinya ia sangat menghormati Na Ra.

 

“You wish! “ Na Ra melempar ‘death glare’nya yang membuat para lelaki itu begidik ngeri. Belum pernah mereka melihat Nona mereka begitu mengerikan.

 

Kris yang tidak tahu-menahu soal masalah ini hanya mematung di tempatnya, masih dengan tangannya yang digenggam Na Ra erat. Seolah Na Ra meminta Kris untuk memberinya tambahan kekuatan. Kris meremas tangan Na Ra pelan, membuat Na Ra berbalik memandangnya sekilas.

 

“You, guys! Back to them and tell them, I won’t be back. Understand?” Na Ra mengancam lagi. Dengan nada yang lebih mengerikan.

 

“But, Miss. I am sorry, we—“ Seorang dari mereka belum menyelesaikan kalimatnya saat Na Ra berlari ke arah orang yang akan mendekatinya, membantingnya dengan sekali gerakan, membuat Kris tercengang dan kaget bukan kepalang. Na Ra bisa judo! Teriak Kris dalam hati.

 

Belum sempat keterkejutan Kris mereda, Na Ra sudah melumpuhkan dua lelaki lain, dan tinggal tersisa dua orang lagi, mereka tampak ketakutan.

 

“Tell them! Tell them, I won’t be back, or you will get much worse than them, huh?” Na Ra kembali berteriak. Gadis itu tak perlu takut orang akan mendengar teriakannya karena entah bagaimana, mereka sekarang sudah ada disebuah gang sempit yang begitu sepi.

 

Kris berusaha berbicara namun tak satu pun kata keluar dari bibirnya, ia masih tercengang. Na Ra bisa judo, mengalahkan tiga lelaki sekaligus dan siapa mereka kenapa harus mengejar-ngejar Na Ra? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di otak Kris.

 

“Go away, now!!” Na Ra mengusir lelaki-lelaki yang mengejarnya tadi. Dua orang yang masih tegap berdiri berusaha membantu temannya yang sudah terkapar itu untuk berjalan, menjauh dari Na Ra dan Kris.

 

Na Ra berbalik ke arah Kris yang mematung di tempatnya. Ada sisa-sisa peluh kelelahan di dahi Na Ra.

 

“Na, Na Ra-ya! Neo gwenchana?” Suara Kris seperti tercekat. Di luar dugaannya, gadis itu tersenyum, hangat, seperti malaikat baik hati yang sangat berbanding terbalik dengan Na Ra lima menit yang lalu, yang seperti monster.

 

“Nae gwenchana, kajja.” Na Ra menarik tangan Kris lagi, meninggalkan tempat itu.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK