home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Cross Roads

Cross Roads

Share:
Published : 07 Oct 2014, Updated : 14 Dec 2014
Cast : Kris, Kai, Lee Na Ra, Shin Sung Young, EXO-K, EXO-M
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |24821 Views |7 Loves
Cross Roads
CHAPTER 6 : COMPLICATED

Complicated

 

Lee Na Ra

 

Aku meninggalkan Jong In yang tampak sedang tertegun atas setiap kata yang aku ucapkan. Tapi aku membiarkannya mencerna setiap kata-kataku, dia boleh berpikiran apapun tentangku. Tapi aku sungguh tidak bisa membiarkan kedua saudara itu saling membenci. Mereka tidak tahu betapa aku ingin memiliki saudara seperti mereka. Tapi mereka yang sudah mempunyai saudara malah saling membenci seperti musuh bebuyutan.

 

Aku masuk ke kamar Young. Kulihat gadis itu masih tertidur. Bau parfum Jong In masih menyeruak memenuhi kamar ini. Laki-laki itu, kenapa dia bisa begitu membenci Kris, padahal kurasa dia tidak seburuk yang Jong In pikirkan.

 

Aku memutuskan untuk pulang ke apartment-ku sebentar, lagipula Young sedang tertidur. Aku berpesan pada suster untuk menjaganya, lalu keluar dari rumah sakit dan pulang.

 

Lima belas menit perjalanan, aku sudah bisa tiba di apartment-ku, karena memang kondisi jalan yang cukup lengang. Aku berjalan menuju lift setelah memarkirkan mobilku di basement. Namun langkahku terhenti saat kudengar seseorang memanggilku.

 

Lee Na Ra!” Suara itu terdengar sangat keras di telingaku. Baru aku akan menoleh, sosok itu sudah memelukku begitu erat sampai rasanya sulit untuk bernafas.

 

Kyaa Na Ra-ah! Bogoshipo jeongmal bogoshipo!” Teriaknya di sela-sela pelukan eratnya padaku. Tentu saja aku tahu siapa dia, Oh Se Hoon.

 

Yak yak sehunnie, appo appo! Aku bisa mati jika kau peluk seperti ini!” Kataku memukul-mukul punggung Sehun agar dia merenggangkan pelukannya. Dan tampaknya aku berhasil.

 

Mwo mwo? Appo? Eodiga eodi eodi?” Tanyanya sangat panik sambil meraba-raba wajahku. Aku segera menyingkirkan tangannya.

 

Aish jinjja! Na gwenchana, kau ini lebih lembut sedikit bisa tidak sih? Menyebalkan, ck!” Decakku, tentu saja bercanda.

 

Haha. Mian.” Katanya menggaruk bagian belakang kepalanya.

 

Tapi, tapi… Kyaaaaa! Bogoshipo!” Dan detik berikutnya dia sudah memelukku lagi. Kali ini lebih lembut, dan aku pun membalas pelukannya.

 

Na do, Sehunnie. Na do.” Kataku sambil membalas pelukannya.

 

Bagaimana Beijing? Apa menyenangkan, eoh?” Tanyaku ketika Sehun masih belum juga melepas pelukannya padaku.

 

Ah membosankan, Appa menyebalkan. Kenapa selalu melibatkanku dalam urusan bisnis yang membosankan itu? Aishhh!” Gerutunya kesal.

 

Itu kan kewajibanmu. Kau penerus OH Corporation, Sehunnie. Jangan lupa itu.

 

Kau sama saja dengan Appa, selalu mengingatkan hal itu setiap hari. Beijing benar-benar menyebalkan kau tahu? Aku pusing mendengar orang berbicara bahasa mandarin sangat cepat tanpa spasi, ck! Untung ada Luhan Hyung yang membantuku.” Sehun bercerita tentang pengalamannya di Beijing, masih sambil memelukku.

 

Ya, dia baru saja pulang dari Beijing mengikuti urusan bisnis ayahnya, dan seperti biasa ia akan pulang sambil menggerutu padaku. Dan Luhan Hyung-nya adalah sahabatnya dari Cina yang sudah lama tinggal di Korea. Luhan juga anak dari rekan bisnis ayah Sehun. Namja yang tak kalah cute dengan Sehun. Waktu pertama kali bertemu aku bahkan sempat berpikir bahwa mereka adalah saudara kembar.

 

Aku mencoba melepaskan diri dari dekapan Sehun perlahan, lalu berkata, “Sehunnie?

 

Hmm..” Dia hanya menggumam. Bisa kurasakan nafasnya begitu dekat.

 

Sampai kapan kau akan memelukku, eoh?” Kataku saat berhasil melepaskan diri dari pelukannya, ia marengut menatapku.

 

Na Ra-ah, apa kau tidak merindukanku?” Rajuknya.

 

Tentu saja aku merindukanmu, tapi jika ada orang yang melihat bagai-

 

Ah aku tidak perduli.” katanya sambil melipat kedua tangannya. Membuatku gemas. Aku pun mengacak-acak rambutnya. Lalu menggandengnya masuk ke dalam lift dan naik beberapa lantai untuk sampai di tempat tinggalku.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

Na Ra dan Sehun berpelukan begitu lama. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata dengan lensa berwarna coklat menatap mereka tajam. Kris melihat mereka dari kejauhan, dari balik kaca hitam mobil Black Rolls Royce-nya. Hatinya begitu panas melihat dua orang itu berpelukan begitu lama sampai akhirnya Na Ra menggandeng Sehun itu masuk ke dalam lift.

 

Kris tidak tahu siapa laki-laki yang bersama Na Ra. Tapi ia bisa merasakan kebencian melihat kedekatan Na Ra dengan pria itu. Kris mendesis kecil menahan gejolak hatinya. Lalu dengan cepat ia meninggalkan basement apartment Na Ra dan mengurungkan niatnya berkunjung setelah kejadian itu. Hatinya benar-benar sakit.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

Shin Sung Young

 

Ini adalah hari ke-sepuluhku di rumah sakit. Dan sampai saat ini pula aku belum bisa berjalan. Rasa nyeri saja masih bersarang di kaki kananku, terutama saat malam hari dan udara dingin.

Aku sangat bosan berbaring di sini. Tubuhku sudah terasa ringan, tapi kakiku-lah yang membuatku tertahan di sini.

 

Dan sudah tiga hari belakangan ini Na Ra Eonni jarang menemaniku di sini. Dalam sehari ia hanya datang ke sini sekali, itupun saat sudah larut malam, dan ia akan pergi lagi esoknya saat pagi. Mungkin ia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Aku tidak mau merepotkan dia. Na Ra Eonni sudah baik mau merawatku, akan tak akan membuatnya tambah pusing karena ulahku yang manja.

 

Sebagai gantinya, lelaki berkulit gelap yang bernama Kim Jong In datang kemari setiap hari. Dari pagi sampai sore. Apa saja yang dia lakukan di sini? Tidur, menonton TV, atau dia hanya akan duduk di sofa dan menatapku dengan tajam sepanjang siang. Huh, orang aneh. Dan yang paling menyebalkan, lelaki dengan suara bass itu menjadi tukang tertawa sekarang. Hanya mendengar ocehanku saja dia akan tertawa dengan kerasnya. Asal tau saja, tawanya itu menyeramkan. Aku lebih memilih dia diam dari pada tertawa seperti itu, membuat bulu kudukku berdiri.

 

Tapi setidaknya aku tidak merasa kesepian, karena kehadirannya. Bahkan kemarin dia membawakan makanan kesukaanku, spaghetti. Dari mana dia tau? Entahlah, aku tak ingin tau.

 

Annyeong.” Jong In masuk ke ruanganku, dengan ekspresi datar yang biasanya.

 

Hmm.” Tanggapku sambil meliriknya sesaat. Kulihat ia membuka kulkas dan memasukkan sesuatu ke sana.

 

Apa itu?” Tanyaku penasaran.

 

Es krim, coklat.” Jawabnya singkat. Ia berjalan ke arahku lalu merebut remote TV yang ada dalam genggamanku.

 

Kenapa kau membawakanku es krim? Dan dari mana kau tau aku suka es krim rasa coklat? Hey! Jangan diganti! Aku sedang menontonnya.” Aku melotot karena tiba-tiba ia mengganti channel TV dengan seenaknya.

 

Tidak penting aku tau dari mana.” Jawabnya acuh. Sekarang ia malah dengan santainya duduk di sofa, menyaksikan berita otomotif yang aku tak mengerti apapun itu.

 

Ya sudahlah, aku mau tidur!” Kataku sebal. Kutarik selimut sampai leherku, dan kupejamkan kedua mataku.

 

Hey anak manja! Bangun dan temani aku ngobrol. Aku ini tamu, jangan seenaknya kau tidur jika ada aku.” Tiba-tiba kudengar suara Jong In yang terasa begitu dekat denganku.

 

Mwo? Anak manja? Apa maksudmu?” Kubuka mataku, sedikit terkejut karena kudapati Jong In telah duduk di kursi di samping ranjangku.

 

Iya, kau, Shin Sung Young. Adik kecil yang manja dari seorang Lee Na Ra. Benarkan?” Ia tersenyum lebar sekarang, yang sekali lagi menurutku, malah terlihat menyeramkan.

 

Kenapa kau sangat menyebalkan?” Ujarku setengah berteriak.

 

Dan kenapa kau sangat menarik?

 

Mwo?

 

Wajahmu itu tergambar jelas di ingatanku.

 

MWO?” Aku berteriak sekarang. Apa maksudnya mengatakan hal itu?

 

Berhentilah berteriak, kau membuat telingaku sakit.” Jong In mencubit hidungku keras.

 

Akh, appo!” Kataku sambil memukul tangannya.

 

Sudahlah, tidur sana!” Jong In berkata dengan santainya, ia bangkit menuju sofa dan merebahkan tubuhnya di sana.

 

Berbagai makian sudah siap kuluncurkan, tapi biarlah, kuurungkan niatku. Aku berbalik memunggunginya, berusaha tidur dengan nyeri yang mulai menyerang kaki kananku lagi.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

Kris mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan. Ia menuju daerah Apguejong, tempat ia melakukan balapan seperti biasanya. Kris menatap datar semua orang yang mengangguk padanya. Perasaannya benar-benar tak karuan.

 

Balapan pun dimulai, Kris dengan cekatan berhasil melibas semua lawan-lawannya, tanpa kesulitan. Ditambah suasana hatinya yang sedang buruk, membuatnya tak mampu berpikir jernih. Sampai jarum speedometer-nya menyentuh angka maksimal, Kris masih terus menginjak pedal gas. Dan tentu saja ia berhasil memenangkan balapannya kali ini.

 

Tak heran, Kris adalah salah satu pembalap yang sangat di segani disana, selain Jong In. Mereka berdua adalah pembalap terhebat di tempat itu, tapi tak seorangpun tau mereka bersaudara.

 

Semua orang bersorak untuknya terutama mereka yang memenangkan taruhan karena sudah memasang Kris sebagai jagoannya. Kris menerima ucapan-ucapan selamat itu dengan pikiran kosong.

 

Chukkae, Krisseu. Kau memang hebat.” Shik Jung, seseorang di sana memberinya selamat. Kris hanya mengangguk datar. Seorang pemuda yang tak lebih tinggi darinya menyerahkan sejumlah uang padanya karena telah memenangkan balapan. Namun Kris menolak uang itu, dengan cara yang sedikit kasar.

 

Aku benci kalah tapi yah, mau bagaimana lagi? Ini uangmu.” Seorang pemuda dengan lingkar hitam dibawah matanya memberikan uang itu. Kris menatapnya dingin.

 

Aku tidak butuh uang itu, ambil saja.” Kris berkata, hendak memasuki mobilnya lagi.

 

MWO? Neo…!” Pemuda berkantung mata hitam yang bernama Tao itu berteriak sambil mencengkram lengan Kris erat.

 

Lepaskan aku!” Kris berkata dingin, terdengar lebih mengerikan dari sebelumnya.

 

Kau meremehkanku, hah?” Kali ini Tao mencengkram kerah kemeja Kris.

 

Semua orang yang ada di tempat itu menatap Tao dan Kris yang nampaknya akan segera berkelahi. Kris menyingkirkan tangan Tao dengan kasar.

 

Aku sudah bilang aku tidak butuh uang itu. Ambil saja. Kalau kau tidak mau, buang saja!” Kris hendak masuk ke dalam mobilnya lagi, namun kali ini Tao kehilangan kesabaran, ia memegang pundak Kris dan lansung meninju pria berkulit pucat itu.

 

BUGG!

Pukulan Tao begitu keras sampai Kris tersungkur, darah segar mengalir keluar dari bibirnya. Kris menyekanya kasar lalu bangkit.

 

Hah, hanya segitu saja kemampuanmu Kris Wu? Kupikir kau ini hebat, ternyata kau tak lebih dari orang payah!! Kau tau? PAYAH dan LEMAH!” Tao menekankan setiap kata-katanya penuh dengan hinaan. Emosi Kris memuncak. Ia mendorong Tao hingga pria itu tersungkur. Membabi buta, ia memukuli Tao. Pukulannya mendarat di wajah dan perut Tao.

 

Tak ada yang berani memisahkan perkelahian itu, mereka terlalu takut. Mata Kris kini memerah. Dikuasai amarah, ia jauh lebih mengerikan dari monster yang lapar seolah siap membunuh siapa saja yang berani menganggunya. Dan Kris belum pernah semarah ini.

 

Kris menginjak perut Tao yang tersungkur tak berdaya di tanah.

 

Bocah! Jangan kau berani berbicara seperti itu lagi didepanku! Kau pikir kau ini siapa, hah? Dasar bodoh! Aku bisa saja membunuhmu sekarang, tapi kuampuni kau kali ini. Dan jangan berani kau menampakkan wajah jelekmu itu di depanku lagi jika kau masih ingin hidup.

 

Kris mengeraskan injakkan-nya di perut Tao. Hal itu membuat pria berkulit gelap itu meringis kesakitan. Kris lalu berjalan dengan gontai menuju mobilnya, menginjak pedal gas dalam-dalam dan meninggalkan lokasi itu masih dengan amarah yang belum juga hilang.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

Sung Young bangun dan mencoba untuk duduk. Dilihatnya Jong In masih tertidur lelap di sofa. Selalu tidur, batinnya jengkel. Sung Young baru saja akan berbaring kembali ketika pintu terbuka dan muncul-lah kakaknya. Na Ra duduk di ranjang adiknya. Ia melirik Jong In sekilas yang masih tertidur di sofa.

 

Eonni!”  Sapanya girang.

 

Young-ah, sudah baikan? Sudah makan? Minum obat?” Sung Young mengangguk tiga kali pertanda ia menjawab pertanyaan kakaknya.

 

Eonni kemari bersama seseorang.

 

Nugu-ya?” Mata Sung Young membulat.

 

Taraaa... It's me!” Tiba-tiba seorang lelaki tampan berkulit putih dengan senyum lebar masuk ke ruangan itu.

 

Oppa!!!” Sung Young memekik girang mendapati Sehun berdiri di depannya.

 

Young-ah! Bagaimana kabarmu? Oh! Kenapa kakimu?” Ujar Sehun tak kalah heboh, ia mecubit pelan pipi Sung Young.

 

Aaa lepaskan!” Sung Young menepis tangan Sehun. “Aku jatuh ketika melakukan senam akrobat.

 

Dasar pembohong.” Sehun mencubit pipi Sung Young lagi, kali ini lebih keras.

 

Hentikan, kyaaa! Appo!” Sung Young mendaratkan tinju kecilnya di lengan Sehun, membuat pria tampan itu meringis. Na Ra hanya tersenyum geli menyaksikan adegan di depannya. Sahabat dan adiknya ini memang tidak pernah akur jika bertemu.

 

Ini, Oppa bawakan sesuatu untukmu, asli dari Cina.” Sehun menyerahkan sebuah tas kertas pada Sung Young.

 

Boneka? Aku bukan anak kecil!” Sung Young mengerucutkan bibirnya kesal setelah mengetahui bahwa isi tas itu adalah sebuah boneka beruang berwarna coklat tua.

 

Di antara kami kau yang paling kecil, sudah terima saja.” Sung Young memandang Sehun sinis, namun tak lama kemudian senyum lebar mengembang di wajahnya.

 

Gurreyo, haha. Gomawo.” Sung Young tertawa lebar. Namun sedetik kemudian ia rasakan seseorang berjalan cepat dan membanting pintu ruangan itu. Sung Young menatap kakaknya dengan pandangan bingung.

 

Jong In-ssi?” Ia bertanya pada kakaknya

 

Ne. Cakkaman.” Na Ra keluar dari ruangan itu. Setengah berlari, ia kejar Jong In.

 

Jong In-ssi!!” Jong In berbalik dan menatapnya angkuh.

 

Kenapa tiba-tiba kau pergi?” Tanyanya sambil mengatur nafas.

 

Aku tidak ingin mengganggu kalian bertiga. Mulai besok aku tidak akan datang kesini lagi.” jawabnya dingin.

 

Mwo? Apa maksudmu?

 

Lihatlah! Adikmu tertawa girang dengan pria itu!” Na Ra terlonjak karena Jong In membentaknya.

 

Mianhe.” Sambung Jong In karena Na Ra terdiam.

 

Kau menyukai adikku?” Na Ra bertanya, ia menatap pria di depannya dengan pandangan yang meneduhkan.

 

Aku... Molla.” Jong In menunduk memperhatikan lantai tempatnya berpijak. Keduanya terdiam. Jong In sibuk dengan pikirannya. Na Ra mengamati pria itu dengan seksama.

 

Arrghh! Aku bisa gila.” Jong In meremas rambutnya, Na Ra tersenyum lembut menyaksikan hal itu.

 

Sehun itu sahabatku, Young sudah menganggap dia sebagai kakak laki-lakinya sendiri. Tenanglah, tidak ada yang spesial di antara mereka.” Seperti bisa membaca pikiran Jong In, Na Ra menjelaskan tentang Sehun.

 

Tetaplah datang kemari, Young membutuhkanmu. Aku tidak ingin dia merasa kesepian. Aku tidak bisa terus berada di sampingnya. Untuk itulah aku meminta tolong, jaga dia selama aku tidak bisa menemaninya.

 

 “Ne.

 

Jonginnie?” Na Ra memanggil Jong In dengan cara yang tidak biasa, membuat pria itu mendongak. Caranya memanggil sama dengan cara eommanya memanggil.

 

Jika kau mencintai atau menyukai seseorang, kenapa kau tidak bilang saja padanya? Bukankah lebih baik mengatakan yang sebenarnya daripada memendamnya seorang diri?

 

Maksudmu?” Pandangannya melembut.

 

Kau tidak perlu menjelaskan apa yang kau rasakan terhadap Young padaku, aku mungkin tidak akan memahaminya. Jadi saranku jika kau menyukai seseorang katakan saja, perjuangkan orang itu, arra?

 

Aku tidak pantas untuk siapapun.” Jong In berkata nanar.

 

Kau selalu menilai dirimu terlalu rendah, kau lebih dari yang kau pikirkan. Kau akan terkejut setelah menyadari betapa mampunya dirimu.

 

Jong In masih terdiam, kata-kata Na Ra seolah menggugah hati nuraninya, ke-pesimisan-nya dalam memandang hidup memang begitu menyiksanya.

 

Pikirkan baik-baik, Jonginnie. Anyeong.” Lagi-lagi Na Ra meninggalkan Jong In, yang membuat laki-laki itu sebal karena selalu saja Na Ra meninggalkannya dengan pikiran yang berkecamuk, membuatnya banyak menerka-nerka.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK