home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Cross Roads

Cross Roads

Share:
Published : 07 Oct 2014, Updated : 14 Dec 2014
Cast : Kris, Kai, Lee Na Ra, Shin Sung Young, EXO-K, EXO-M
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |24821 Views |7 Loves
Cross Roads
CHAPTER 3 : THE OTHER MEETING

CHAPTER 3

 

"Young-ah, kau sudah bangun? Ayo makan,  Eonni bawakan spaghetti kesukaanmu." Na Ra duduk di kasur adiknya, sembari mengeluarkan kotak makan dari dalam plastik.

 

"Wahhh, aku mauu." Sung Young memandang bungkusan di tangan kakaknya dengan mata berbinar.

 

"Eits, tapi setelah ini kau harus minum obat. Arra?"

 

"Neeee arraseo." Jawab Sung Young dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

 

"Oh ya, bosmu ke sini nanti sore. Sekalian dia mengambil hasil jepretanmu di tempat balapan itu." Kata Na Ra, yang berhasil membuat Sung Young bergidik karena mendengar tempatnya mendapat musibah disebut.

 

"Coba ambilkan tasku, Eonni. Kameraku ada disana." Kata Sung Young sembari menunjuk tasnya yang ada di atas meja. Na Ra bangkit dan mengambil tas itu. Ia buka dan mencari hal yang dikatakan Sung Young di sana, tapi ternyata barang itu tidak ada.

 

"Kau menaruhnya di tas? Kau yakin?" Na Ra bertanya pada adiknya.

 

"Ne, dimana lagi kalau bukan di tasku? Kenapa? Tak adakah disitu?" Sung Young merebut tasnya dari tangan Na Ra dan mulai mengaduk-aduk isinya. Ternyata benar, kameranya tidak ada di sana.

 

"Eonni! Ottoke?!" Sung Young menatap Na Ra dengan pandangan bingung.

 

"Terkhir kali kau pegang di mana? Apa sudah benar-benar kau masukkan dalam tas?" Na Ra bertanya pelan, mencoba meredamkan kepanikan adiknya.

 

"Argghh, aku ingat! Aku belum sempat memasukannya dalam tas karena kebingungan mencari Eonni. Apa mungkin tertinggal di sana? Ottoke, Eonni-aaa?!!!" Sung Young mulai merengek, membuat Na Ra panik.

 

"Tenanglah Young-ah. Eonni yang akan mencarinya."

 

"Eonni akan kembali ke sana? Andwae!!!" Sung Young menarik-narik tangan Na Ra.

 

"Young-ah! Kau tau sendiri kamera itu penting kan. Kalau bukan eonni yang mencari lalu siapa lagi?"

 

"Aaaa, andwae! Pokoknya Eonni jangan kembali ke sana!" Sung Young menangis sekarang, ditatapnya kakaknya dengan pandangan yang menyeramkan.

 

"Ne ne, arraseo. Eonni tidak akan kesana. Eonni akan minta bantuan Kris untuk mencarinya." Na Ra mengusap pipi Sung Young pelan, menghapus tetesan air mata yang mengalir di sana.

 

"Kris? Pria pirang yang menyeramkan itu?"

 

"Dia sudah berbaik hati, Young-ah. Bersikaplah baik padanya."

 

"Tapi dia seram."

 

"Ne ne, seram. Sudah ya, ayo minum obat."

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

Kim Jong In

exo-k_kai_bright_faced_teaser-8492.jpg

Aku menengadah menatap langit luas yang ada di atasku. Kutenggak habis bir yang ada di tanganku, lalu kuremukkan kalengnya dan kulemparkan asal-asalan. Udara Seoul terasa dingin malam ini. Kedua tanganku memutih karena kedinginan. Tapi aku tidak bergeming dari tempatku berdiri.

 

Pikiranku penuh. Berbagai pertanyaan dan dugaan hinggap di otakku empat hari belakangan ini.

Bagaimana Kris bisa tau jika aku telah menabrak seorang gadis, membawanya ke Seoul Hospital, dan membayar biaya perawatannya? Apa dia menguntitku? Argghhh! Aku meremas rambutku cukup keras, meninggalkan rasa nyeri di kepalaku.

 

Bagaimana aku yang selalu dipanggil "bastard" ini bisa-bisanya takut akan hal sepele seperti itu? Wajah gadis itu terus muncul di ingatanku. Siapa dia? Bagaimana keadaannya sekarang? Apa aku harus menengoknya? Lalu apa yang harus kukatakan?

 

Aku mengepalkan tanganku, mencoba melawan rasa sesak dan jengkel yang ada di dadaku.

Setelah beberapa saat berpikir, kuhembuskan nafasku pelan. Ya, aku tidak akan jadi pengecut. Aku juga tidak bisa dihantui rasa bersalah seperti ini. Walaupun aku ini jalang, tapi aku masih punya hati nurani. Dan pula aku harus mengembalikan kameranya yang tertinggal itu.

 

Aku bangkit dan mengenakan helm ku. Kunaiki motor kesayanganku dan melaju menembus udara Seoul yang dingin.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

Jong In berjalan hati-hati memasuki Seoul Hospital, tangan kirinya menggenggam satu rangkaian bunga. Ia masih bisa mengingat ruangan tempat gadis yang ia tabrak itu dirawat. Ia hanya bisa berharap tidak banyak keluarga gadis itu yang di sana sekarang.

 

Ia melewati dua koridor, sebelum sampai di sebuah kamar berpintu oranye. Dan sebuah nama pasien tertulis di sana. "Shin Sung Young"

 

Jadi itu namanya, batin Jong In. Ia mengetuk pintu di hadapannya beberapa kali. Namun tidak ada sahutan. Lalu tak sngaja pintu itu terdorong, karena memang tidak tertutup dengan rapat.

Tampaklah seorang gadis yang sedang tertidur, Sung Young. Didekatinya gadis berambut coklat itu perlahan.

 

"Sung Young-ssi?" Panggilnya dengan suara beratnya yang khas.

 

"Sung Young-ssi, Sung Young-ssi!" Panggilnya lagi karena Sung Young tidak bergeming. Namun kali ini dilihatnya dua alis mata Sung Young bertaut, lalu perlahan gadis itu membuka kedua matanya. Kedua matanya membulat, ia mengamati Jong In yang berdiri di dekatnya.

 

Bagaimana keadaanmu?” Jong In bertanya, tanpa ekspresi di wajahnya.

 

Neo, n-nuguya?” Sung Young menatap Jong In lekat. Digerakkannya tubuhnya yang terbaring sedikit ke kiri, menjauh dari lelaki yang tengah berdiri di sebelah kanan ranjangnya.

 

Kim Jong In.” Kata Jong In sambil meletakkan bunga yang ia bawa di meja kecil di samping ranjang Sung Young.

 

Dan aku membawa sesuatu, ini pasti punyamu.” Jong In mengambil kamera dari dalam tasnya. Diberikannya kamera itu pada Sung Young, yang disambut dengan keterkejutan.

 

Dari mana kau mendapatkan ini? Sebenarnya kau s-siapa?” Sung Young menatap Jong In ketakutan.

 

"Sung Young-ssi..." Dan tiba-tiba sebuah gambaran masuk ke otak Sung Young. Gambaran yang menunjukkan bahwa ia telah terbaring di sebuah ranjang, ada dua suster di kanan dan kirinya. Ada juga seorang pria, pria itu, berkulit gelap. Ia mengenakan jaket kulitnya. Pria itu, ia ingat sekarang. Pria yang sedang berdiri di sampingnya ini, adalah pria yang mengantarnya. Hanya mengantarnya, atau..... Lamunan Sung Young buyar, ditatapnya manik mata jongin.

 

"Sung Young-ssi, mianata. Maaf telah membuatmu seperti ini." Jong In berucap, yang dengan seketika membuat air muka Sung Young berubah menjadi ketakutan.

 

"Eonnii!!!! Eonnii!!!!!" Tiba-tiba gadis itu berteriak histeris memanggil eonni-nya. Jong In yang melihatnya hanya bisa kebingungan. Tak lama kemudian Jong In melihat seorang gadis masuk ke dalam ruangan itu, yang langsung berlari ke arah Sung Young dan memeluknya. Membuat Jong In mundur beberapa langkah.

 

Namun ternyata ada seorang lagi di sana, yang dengan segera membuat ekspresi Jong In berubah ketika matanya menangkap sosok itu.

 

"Apa yg kau lakukan di sini?" Kris menatap Jong In dengan pandangan membunuh.

 

"Bukan urusanmu, brengsek." Jong In berjalan melewati Kris namun langkahnya terhenti, ia dapat merasakan Kris mencengkeram kuat lengan kirinya.

 

"Kim Jong In." Kris memanggil nama adik tirinya itu dengan setengah berbisik.

 

"Lepaskan!" Jong In berhasil melepaskan lengannya dari cengkeraman Kris. Lalu ia berjalan keluar dengan langkah cepat.

 

 

…………………………………………………………………………

 

 

"Kim Jongin!!!" Jong In yang sedari tadi berjalan cepat menuju motornya berhenti, ia mendengar Kris memanggil namanya.

 

"Hey, Jong In!" Kris memegang pundak adiknya, membuat pria berkulit gelap itu berbalik.

 

"Singkirkan tanganmu, brengsek!" Jong In menepis kasar tangan Kris.

 

"Kenapa kau datang menjenguk gadis itu? Jadi benarkan kau yang menabraknya? Kenapa kau lari? Jawab aku!" Kris mengepalkan kedua pergelangan tangannya, mencoba menahan gejolak yang muncul dalam dirinya untuk memukul lelaki yang empat tahun lebih muda darinya ini.

 

"Cih, tau apa kau? Diamlah!" Jong In memandang wajah Kris dengan dingin. Matanya tajam terarah ke pria berambut pirang yang ada di depannya.

 

"Aku tak mau kau membuat masalah." ucap Kris tak kalah dingin.

 

"Apa perdulimu?" Jong In menyeringai, ia tampak menyeramkan.

 

"Karena perbuatanmu akan berdampak pada Eomma. Kau tidak memikirkannya?!!"

 

"Hey brengsek! Tak usah sok pahlawan dan sok suci. Dan jangan kau bawa-bawa Eomma!" Jong In berteriak geram.

 

"Kau boleh meremehkanku, mengatakan semua yang kau suka, tapi bisakah kau pikirkan eomma-mu sedikit saja?” Kris berkata setenang mungkin, mencoba menahan semua amarah yang ada dalam dirinya.

 

"Apa perdulimu? Dia bukan Eomma-mu.” Rahang Jong In mengeras. Emosinya semakin memuncak. Mereka memang saudara tiri, tapi Kris benar-benar meyayangi ibu tirinya walaupun awalnya ia sempat menolak keberadaanya, dan jujur Kris sangat meyayangi Jong In sebagai adiknya. Hanya saja Kris selalu saja tak bisa mengungkapkan betapa dia meyayangi adiknya itu.

 

Kris selalu punya masalah dalam mengungkapkan perasaanya. Dan Jong In, selalu menolak kenyataan yang ada. Ia menganggap bahwa Kris dan ayahnya adala mimpi buruk dalam hidupnya.

 

Kim Jong In!!' Kris berteriak.

 

Mwo? Mwo?! Kenapa? Benar kan kataku? Eomma-ku itu bukan eomma-mu jadi kau tak perlu repot-repot untuk memikirkan perasaanya!

 

Kris hampir memukul adiknya tapi tiba-tiba Na Ra datang dan mencegahnya.

 

Stop! Stop! Kalian ini! Ini tempat umum, tidak seharusnya kalian seperti ini.

 

Jong In memandang dingin ke arah Na Ra, Kris masih mengepalkan tangannya menahan segenap emosi yang sangat membuncah dalam dirinya.

 

Nona tolong sampaikan permintaan maafku pada adikmu, dan sebenarnya aku tidak peduli dia memaafkanku atau tidak.

 

Neo-!!” Kris bersiap memukul Jong In lagi kesabarannya sudah diambang batas.

 

Kris-ssi jeongmal tahan emosimu! Jebal!' Na Ra memohon pada Kris.

 

Kim Jong In-ssi, aku tidak marah padamu. Aku berterima kasih karena kau sudah mengantarkan Young ke rumah sakit dan mengembalikan kameranya, jeongmal gamsahamnida.” Na Ra berkata tulus, baginya yang penting sekarang keadaan Young sudah membaik dan melihat itikad baik Jong In untuk meminta maaf, itu sudah lebih dari cukup.

 

Jong In tidak berkata apa-apa. Ia langsung berlalu dan menaiki motornya melaju dengan kencang menembus Seoul yg padat, meninggalkan Kris yang tengah setengah mati berusaha menahan emosinya.

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK