CHAPTER 20
JOURNEY TO FIND YOU
Author : bellecious0193
Poster : LilyAndromeda
Genre : romance, sad, action
Length : chaptered
Rating : PG 15
Main Casts :
Kris Wu aka Wu Yi Fan/Li Jia Heng
Kim Jongin aka Kai
Lee Na Ra aka Lily Evans (OC)
Shin Sung Young (OC)
Lu Han
Oh Sehun
etc
’’It doesn’t matter how far you are, I’ll keep looking for you and find you”
Kris Wu
Sudah sebulan sejak menghilangnya Na Ra, kehidupan orang-orang masih sama seperti biasanya, Young yang sibuk dengan kuliah dan kerja part time-nya, Sehun dengan dunia kerjanya, dan….tidak, tidak semuanya berjalan sebagaimana mestinya, pada orang yang menganggap Na Ra dunianya semuanya tentu tidak baik-baik saja.
Kris yang biasanya selalu tampak sempurna, pria muda yang sukses, tampan, kaya raya dan tentu saja mempunyai segalanya, belakangan ini ia tampak seperti sosok mayat hidup yang tinggal menunggu malaikat pencabut nyawa yang akan segera datang kapan saja. Kris benar-benar kacau, ia sudah tidak lagi bekerja di Wu Corp sejak beberapa minggu yang lalu, ia mengabaikan semua pekerjaannya, yang ada di pikirannya sekarang adalah balap liar, mabuk-mabukan, pergi ke club dan pulang pagi. Tak jarang ia pulang pagi dengan wajah penuh memar karena berkelahi. Rambut pirangnya yang biasa tertata rapi kini tak lagi diperhatikannya.
Akibatnya Kai lah yang menggantikan posisi Kris di perusahaan, hal itu membuatnya begitu kesal karena ia harus terbelenggu dengan serentetan jadwal yang begitu menyiksanya. Ia tidak bisa lagi hidup bebas seperti dulu, ia seperti robot yang harus menjalankan semua pekerjaan dari pagi hingga malam. Ia benar-benar kesal dan ingin menghajar Kris Wu habis-habisan. Tapi saat melihat betapa hancurnya pria itu ia kembali mengurungkan niatnya.
Dan ada satu hal yang membuat Kai berusaha mati-matian menahan hasratnya menghajar kakak tirinya, mengetahui kenyataan betapa menyiksanya pekerjaan yang Kris jalani selama ini, ia sedikit banyak tersadar bahwa selama ini Kris sudah menanggung banyak beban yang seharusnya juga ditanggung olehnya, iya… beban pekerjaan yang tentu memuakkan bagi Kai.
Hari itu ia begitu penat dengan setumpuk pekerjaan yang membuat tulang-tulang ditubuhnya seolah memprotes ingin beristirahat. Ia pun memutuskan untuk berjalan-jalan di kawasan Hongdae untuk sekedar membeli soju dan jajanan pinggir jalan favoritnya. Tapi langkahnya terhenti saat ia melihat sosok Kris berjalan sempoyongan keluar dari sebuah klub malam, ia benar-benar tidak memperhatikan langkah-langkahnya, sampai ia menabrak seorang ahjussi berbadan kekar.
‘’Hey anak muda, harusnya kau meminta maaf ‘’ ahjussi itu berteriak ke arah Kris, tapi Kris malah mengabaikannya dan terus berjalan membuat si ahjussi marah.
‘’Yak anak muda apa kau tidak punya sopan santun’’ ahjussi itu akan melayangkan tinju ke muka Kris yang sudah di penuhi memar karena perkelahiannya tempo hari sampai sebuah tangan lain mengahalanginya.
‘’Aku mewakilinya minta maaf, dia sedang mabuk, dia tidak tahu apa yang dia lakukan mainhamnida’’ Kai melepaskan genggaman tangannya pada tangan ahjussi yang siap memukul Kris tadi. Ahjussi itu tampak segan dengan sopan santun Kai sehingga ia memutuskan memaafkan kelakuan Kris.
‘’Kali ini kumaafkan, lain kali aku tidak akan memaafkannya’’ ahjussi itu masih tampak geram dengan kelakuan Kris. Kris malah berjalan menjauh dari ahjussi dan Kai yang masih membicarakannya. Tidak ada hal yang menarik untuk Kris.
‘’Yak neo babbo-yya?’’ Kai setengah berlari menyusul langkah Kris yang terlebih dahulu sudah mendahuluinya. Kris mengabaikan ucapan Kai seperti disana tidak ada seorang pun yang sedang berbicara padanya.
“Kris Wu, chugollae?’’ Kai menarik keras bahu Kris hingga pemuda berambut pirang itu berbalik, Kris cepat-cepat menepis kasar tangan Kai.
“Neo..kha..kha..ppali kha!” Kris malah memarahi Kai menyuruhnya untuk meninggalkannya.
“Micheosseo? Kau pikir aku mau tinggal berlama-lama disini denganmu? Lihat kau begitu menyedihkan hanya karena seorang wanita, apa sebegini buruk dirimu ? ternyata penilaianku bahkan terlalu tinggi untukmu, babbo !’’
BUGGGG, sebuah bogem mentah melayang tepat di pipi mulus Kai, darah segar mengucur dari ujung bibirnya.
‘’Chugollae ??’ Kai tersulut emosi dan kali ini dengan membabi buta pria berkulit gelap itu memukuli sekujur tubuh Kris, ia begitu kesal dengan kelakuan Kris yang begitu menyedihkan.
‘’Babbo-yya ? micheosseo ?’’
BUGGG…satu pukulan mendarat di perut Kris. Kris sudah tidak bisa lagi membalas pukulan Kai, tenaganya sudah terkuras habis, rasa sakit akibat pukulan Kai belum seberapa di banding sakit hatinya, dan kini pipi Kris dibasahi oleh air mata yang entah sejak kapan terus mengalir itu.
Kai yang melihat Kris menangis menghentikan pukulannya dan duduk dengan terengah-engah di sisi Kris yang masih terkapar tak berdaya.
‘’Kau itu laki-laki ! Jika kau mencintainya, tidak peduli seperti apa dia menolakmu seharusnya kau memperjuangkannya, mengerjarnya kemanapun dia pergi, berada di sisinya saat dia membutuhkanmu ! Kau tahu ??? aku sangat bersyukur karena noona sekarang tidak ada disini, kau pikir dia akan bahagia melihatmu seperti ini eoh ? Kau bahagia sudah merusak hidupmu dan juga hidupnya ?’’
‘’Dia sudah tidak peduli padaku, dia sudah pergi’’ Kris akhirnya berbicara lirih.
‘’Jika dia pergi harusnya kau mengejarnya, bukan malah seperti ini, kau ini bodoh atau apa ?’’
‘’Aku membiarkannya pergi bukan karena aku mau, ini bukan keinginanku, tapi ini maunya, kau pikir apa yang bisa kau lakukan jika gadis yang kau sukai memilih pergi dari sisimu, apa kau akan tetap memaksanya untuk tinggal disisimu walaupun dia ingin pergi ? jangan bertingkah bahwa kau tau segalanya Kim Jongin !’’ Kris berkata sengit pada Kai, emosinya juga sudah tidak bisa ditahan lagi. Ia perlahan bangkit dan berjalan gontai meninggalkan adiknya itu. Sementara Kai masih berdiam diposisinya memandangi punggung Kris yang semakin menjauh.
‘’Aku bersumpah akan membawanya padamu, dan jika aku tidak bisa maka aku yang akan menyeretmu ke tempat dimana dia berada, Wu Yi Fan.. aku tidak akan membiarkanmu terus seperti ini’’ Kai berjanji lebih kepada dirinya sendiri, ia berjanji akan menemukan Na Ra dimanapun gadis itu berada.
***
Merupakan hal yang sangat langka pria bernama lengkap Kim Jongin itu kini sedang mengendarai Mercedes Guardian-nya. Biasanya ia lebih memilih membelah penatnya kota Seoul dengan Black Ducati kesayangannya. Tapi nampaknya hari ini sedikit berbeda untuknya. Kai terlihat begitu fokus dengan jalanan di depannya, jika seseorang melihatnya pasti orang itu berfikir bahwa Kai adalah sosok patung hidup, mengingat kesempurnaan fisiknya.
Ia menghentikan mobilnya di sebuah apartement mewah di Seoul dan bergegas menuju bagian informasi. Ada sesuatu hal yang sangat penting yang ia harus urus.
“Annyeonghaseyo ada yang bisa saya bantu?” seorang receptionis menyapa Kai dengan ramah.
“Ne, annyeonghaseyo. Aku mencari Nona Lee Na Ra” Kai langsung bertanya pada inti permasalahannya.
‘’Chankamman saya carikan dulu datanya ‘’ perempuan itu tampak mencari data pada komputer di depannya selama beberapa saat, membuat Kai menunggu dalam kebosanan, padahal ia sudah tahu bahwa Na Ra tidak lagi tinggal di sana, ia hanya perlu memastikan tanggal berapa Na Ra pergi dari sana.
‘’Tuan, Nona Lee memang benar salah satu penghuni apartemen disini, tapi Nona Lee sudah meninggalkan apartemennya sejak tanggal 9 Desember, saya rasa Nona Lee sedang melakukan perjalanan yang jauh mengingat persiapan yang dilakukannya begitu matang’’
‘’Persiapan ? Mwoya ?’’
‘’Ne, Nona Lee sudah mengosongkan apartemennya, ia hanya meninggalkan beberapa barang saja’’
Kai terkejut bukan kepalang, gadis itu memang benar-benar berniat untuk menghilang, ia bahkan sudah mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari.
‘’Apa dia mengatakan sesuatu, seperti kemana dia akan pergi ?’’
“ Anyimida, Nona Lee tidak mengatakan apapun’’
‘’Arasseo, gamsahamnida’’
‘’Nde cheonmaneyo Tuan’’
Kai akhirnya berjalan meninggalkan meja resepsionis itu, ia tidak langsung pulang, ia masih terus menerka-nerka kemana Na Ra pergi. Tak ada petunjuk apapun akan kepergiannya. Saat Kai tengah asik berspekulasi dengan ingatannya seseorang menyapanya, seseorang yang tidak asing tapi Kai sama sekali tidak tahu namanya.
‘’Annyeonghaseyo, dangsineun Kim Jongin-ssi matjo ?’’ pria berkulit putih dengan senyum malaikat itu menyebutkan nama lengkap Kai seperti sosok itu sudah mengenalnya sebelumnya.
‘’Ne, nuguya ?’’
‘’Ah kau sudah lupa denganku ? Kim Suho imnida, aku adalah salah satu dokter yang merawat Sung Young saat dia mengalami kecelakaan dulu’’
Kai tampak mengernyitkan dahinya, sejujurnya ia tampak tidak asing dengan pria di depannya ini, tapi ia bukan tipe orang yang suka berbasa basi dengan orang yang tidak akrab dengannya.
‘’Apa kau tinggal disini ?’’ Kai memutuskan untuk mengajukan sebuah pertanyaan.
‘’Anyi, aku sedang mengecek apakah adikku sudah kembali ke Korea tapi tampaknya dia sudah tidak ada niatan untuk kembali kemari, sayang sekali’’
‘’Adikmu ?’’
‘’Eoh.. Lee Na Ra, kurasa kau juga mengenalnya?”
‘’Mwo ? Kau mengenalnya ?’’
‘’Tentu saja, aku mengenalnya cukup lama, dia sudah seperti adikku dan-‘’
‘’Kau tahu dia pergi kemana ? Apa dia memberitahumu sesuatu ? marhaebwa ppalli !’’ Kai memotong cepat perkataan Kai.
Suho mengangkat sebelah alisnya heran dengan reaksi berlebihan Kai begitu ia mengatakan bahwa ia mengenal Na Ra dengan baik.
‘’Dia hanya mengatakan bahwa dia akan pulang ke rumahnya, kurasa dia kembali ke Manhattan. Dia tidak mengatakan apapun, well hanya pulang.. ne.. itu saja” Suho menjawab sejujurnya.
‘’Manhattan?’’
‘’Kau tidak tahu? Na Ra kan berasal dari Manhattan’’ Kai menggeleng cepat, ada banyak hal yang ia tidak tahu tentang Na Ra.
‘’Kau yakin dia pulang ke Manhattan’’
‘’Nan molla, dia hanya berkata ingin pulang tapi dia juga bilang dia ingin pergi ke Eropa entahlah mungkin dia pergi ke Prancis atau Spanyol, dia sangat suka berlibur kesana..eum, aku harus pergi pasienku sudah menunggu annyeong”
Suho berpamitan pada Kai yang masih tampak mematung, ia masih begitu terkejut dengan apa yang baru saja Suho sampaikan. Manhattan, Eropa, Prancis? Kai benar-benar tidak bisa menebak arah pikiran gadis itu. Tapi detik berikutnya ia sudah setengah berlari dan menginjak gas mobilnya dalam-dalam menuju bandara Internasional Incheon.
Kai segera berlari menuju bagian informasi dimana ia bisa mendapatkan informasi tentang jadwal kedatangan dan keberangkatan internasional.
‘’Annyeonghaseyo Kim Jongin imnida, aku sedang mencari seseorang bernama Lee Na Ra bisa kau memberitahuku kapan dia pergi meninggalkan Korea’’
‘’Ah Tuan Kim..’’ pria di depan Kai tampak sedikit terkejut melihat siapa yang datang, tidak heran Kai adalah sosok yang cukup terkenal dan di segani di Korea, apa lagi setelah pernikahan ibunya dengan ayah Kris yang membuat mereka semakin di segani dan menjadi salah satu keluarga terkaya di Korea.
‘’Ppali, kau bisa membantuku atau tidak?’’ Kai tampak tidak sabar.
‘’N-ne tuan chankamman’’ pria itu dengan tergesa-gesa mengecek nama yang Kai maksud.
‘’Kapan tanggal keberangkatan orang yang tuan maksud dan kemana ?’’
‘’9 Desember, Manhattan’’
Pria itu kembali terfokus pada komputernya mencari data yang Kai maksud.
‘’Mianhamnida Tuan tapi nama yang Tuan sebutkan tadi tidak ada dalam daftar kami’’
‘’Jinjja? apa gadis itu belum meninggalkan Korea? Kai bertanya-tanya lebih kepada dirinya sendiri.
‘’Ne Tuan?’’
‘’Anyi’’
‘’Apa tuan mempunyai foto orang yang tuan maksud mungkin itu akan lebih membantu?’
‘’Eoh’’ Kai mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Na Ra di dalamnya. Pria di depannya itu kembali mengecek daftar keberangkatan internasional pada tanggal yang Kai maksud, dan ia menemukan satu foto yang cocok hanya saja dengan nama yang berbeda.
‘’Tuan, apakah nona ini yang Tuan maksud?’’ Kai sedikit merubah posisi duduknya agar bisa melihat data itu dengan jelas.
‘’Ne, itu dia, bagaimana bisa kau mengatakan dia tidak ada dalam daftar, neo-‘’ Kai mulai sedikit tersulut emosi.
“Mianhamnida Tuan tapi nama yang tuan sebutkan memang tidak ada, Nona yang Tuan maksud bukan bernama Lee Na Ra tapi Nona Lily Evans’’
‘’Mwo Lily Evans? Itu tidak mungkin!’’ Kai mengeraskan rahangnya kesal akan kenyataan yang semakin membingungkannya.
‘’Ne disini tertulis bahwa nona Evans memang meninggalkan Korea pada tanggal 9 Desember menuju-“
“Eodi eodi’’ Kai bertanya tidak sabar.
‘’Nona Evans tidak pergi ke Manhattan tuan. Nona Evans pergi ke Prancis’’
‘’Mwo? Prancis?’’ Kali ini Kai sudah kehabisan kata-kata ia memutuskan untuk segera meninggalkan tempat informasi itu sebelum ia menjadi gila akan kenyataan-kenyataan yang baru saja dketahuinya. Ia meletakkan kepalanya pada kemudi mobilnya membentur-benturkan kepalanya beberapa kali disana, seolah dengan hal itu ia akan bisa berfikir jernih. Tapi tentu saja hal itu tidak membantunya.
‘’Lily Evans, Manhattan, Prancis, ahh aku bisa gila, gadis itu sebenarnya siapa dia!’’
***
Selama seminggu ini Kris berdiam diri di kamar, mengunci dirinya rapat-rapat dari dunia luar, ia bahkan sama sekali tidak menyentuh makanan yang sudah disediakan. Keadaanya begitu menyedihkan, wajahnya semakin pucat, lingkaran hitam dibawah matanya begitu tebal menandakan ia tidak tidur selama berhari-hari. Kamarnya sudah tidak berbentuk lagi. Ada pecahan porselen dimana-mana, sisa beberapa perabotan mahal yang ia hancurkan karena emosi yang menguasainya. Masih tampak darah yang mongering di tangan kanannya, juga di cermin besar di kamarnya. Bisa dipastikan Kris memukul cermin itu dengan tangannya. Kris seperti biasa, mengabaikan rasa sakit akan luka-luka di sekujur tubuhnya, lebam di wajahnya, rasa sakit itu belum apa-apa jika dibandingkan dengan rasa sakit hatinya ditinggalkan Lee Na Ra.
Kris tertunduk diantara kedua lututnya memandangi foto-fotonya dan Na Ra yang berserakan di tempat tidur dan lantai kamarnya. Selama beberapa detik ia seperti melihat bayangan wajah Na Ra di cermin retak tepat diwajanya, ia hampir saja gila dan segera menyeret langkahnya ke cermin itu tapi hanya dalam hitungan detik bayangan Na Ra menghilang
‘’ARGHHHH!!!!” BRAKKKKK….dan Kris kembali memukul cermin di depannya itu hingga hancur berkeping-keping membuat luka yang sudah mengering itu kembali mengucurkan darah segar dari tangan kananya. Ia kembali tertunduk bersandar pada ujung tempat tidurnya. Air mata itu kembali menetes membasahi kedua pipinya. Rasanya ia hampir tidak punya tenaga lagi untuk menangis, ia tahu ia telah membuang banyak air mata yang mungkin begitu sia-sia, tapi kepedihan dihatinya memang sudah tidak terlukiskan lagi, ia sudah begitu putus asa dan kehilangan arah.
‘’Kau itu laki-laki jika kau mencintainya, tidak peduli seperti apa dia menolakmu seharusnya kau memperjuangkannya, mengerjarnya kemanapun dia pergi, berada di sisinya saat dia membutuhkanmu ! kau tahu ???’’
Perkataan Kai tempo hari kembali berputar pada memorinya.
‘’Jika dia pergi harusnya kau mengejarnya, bukan malah seperti ini, kau ini bodoh atau apa ?’’
Kalimat-kalimat yang diucapkan Kai tempo hari semakin berputar hebat di memorinya, membuat kepalanya pusing. Ia menarik keras-keras rambut pirangnya mencoba mengurangi rasa pusing yang semakin menjadi.
***
Kris mengambil banyak tissue di meja kamarnya dan membalut secara asal lukanya dengan tisu-tisu itu yang tentu saja sama sekali tidak membantu karena tisu-tisu itu sama sekali tidak menghentikan aliran darah yang keluar dari tangannya. Ia segera menuju garasi mobilnya dan memutuskan untuk menyetir salah satu Black Rolls Royce miliknya. Ia menuju ke Seoul Hospital. Ia ingin sekali bertemu dengan Suho, karena entah mendapat pikiran dari mana ia berfikir bahwa dokter muda itu bisa membantunya menemukan kembali Na Ra-nya. Entah bagaimanapun caranya.
Tidak butuh waktu lama untuk Kris bisa sampai di Seoul Hospital, beruntung Suho sedang tidak menangani operasi penting sehingga ia bisa meluangkan waktu untuk bertemu Kris.
‘’Dangsineun Kris-ssi?’ Suho seperti biasa menyambut orang-orang yang datang keruang kerjanya dengan senyum malaikatnya.
Kris hanya menjawab pertanyaan Suho dengan sebuah anggukan.
‘’Tanganmu, sebaiknya aku obati dulu, kau bisa kehabisan darah jika hanya membalutnya seperti itu’’ Pandangan Suho tertuju pada darah segar yang masih mengalir dari tangan kanan Kris. Kris sama sekali tidak menolaknya ia ingin bertanya banyak hal hanya saja saat ini rasanya semua pertanyaan yang akan dia ajukan tertahan begitu saja di mulutnya. Suho mengambil peralatannya. Dengan telaten Suho membersihkan pecahan kaca yang masih tertancap di kulit Kris dan menjahit lukanya. Kris sama sekali tidak merasakan apapun saat alkohol dan jarum menyentuh kulitnya. Ia sudah benar-benar mati rasa.
“Apa kau baik-baik saja? Kau tampak well..sangat kacau” Suho membuka percakapan diantara mereka.
‘’Menurutmu?”
‘’Apa kau seperti ini karena Na Ra?’’
Kris sedikit berjengit mendengar nama gadis yang setengah mati dirindukannya itu.
‘’Kau mengenal Na Ra ?’’ pertanyaan yang sama yang Suho dengan hari ini hanya saja dari orang yang berbeda.
‘’Kenapa hari ini orang-orang bertanya apa aku mengenal Na Ra ? Apa gadis itu begitu terkenal ?’’ Suho sedikit melemparkan candaanya.
‘’Mwo ? Nugu ? siapa yang menanyakan Na Ra ?’’
‘’Kim Jongin, aku tadi bertemu dengannya di apartemen Na Ra”
“Kai?? Untuk apa dia mencari Na Ra?’’
‘’Aku rasa tidak hanya kau dan Kai yang mencarinya, orang-orang disekitar Na Ra pasti sedang mencarinya, gadis itu memang benar-benar menghilang’’ Suho mengela nafasnya panjang.
‘’Dia memberitahumu sesuatu ?’’
‘’Aku tidak tahu pasti tapi..bukankah seharusnya kau lebih tahu dariku ? Kau namjachingu Na Ra. Matjo ?’’
‘’Dia bahkan tidak memberitahuku apapun.’’ Kris berkata lemah.
“Percayalah dia sedang melakukan sesuatu yang baik, Na Ra tidak akan pergi untuk menyakiti orang lain. Dia pasti sudah mempertimbangkan semuanya dengan baik’’
‘’Menghilang seperti itu bukanlah sebuah kebaikan, dia selalu saja berspekulasi atas apa yang di dipikirannya tanpa mempertimbangkan pikiranku, dia akan mengambil keputusan berdasarkan apa yang dia mau dan melakukan apa yang dia suka, termasuk pergi menghilang dan meninggalkanku’’ Kris berkata panjang lebar, ini untuk pertama kalinya ia bicara seperti ini pada orang lain setelah Na Ra meninggalkannya.
“Jika Na Ra sebegitu buruknya di matamu, kau tidak akan mencintainya sedalam ini kan? Cha~ lukamu sudah selesai, usahakan jangan terkena air selama 3 hari jika kau ingin cepat sembuh”
Untuk beberapa saat Kris masih terdiam ditempatnya sementara Suho masih sibuk membereskan peralatan yang digunakannya tadi.
“Suho-ssi?”
“Ne?”
“Apa kau berfikir Na Ra benar-benar memikirkan kebahagiaanku?’’
‘’Tentu saja, aku belum pernah melihatnya begitu meyayangi orang lain seperti itu selain Sehun, Luhan dan Sung Young”
“Dari mana kau tahu?”
“Action speaks louder than words Kris”
“Dan soal perasaan Na Ra seharusnya kau tanyakan saja padanya, kau harus mencarinya kan?’’
“Aku bahkan tidak tahu kemana perginya gadis itu”
“Hatimu akan menuntunmu, tidak peduli dimanapun dia berada jika cinta kalian berdua benar-benar tulus maka sesulit apapun jalan kalian, kalian akan tetap bersama-sama pada akhirnya”
Kris kembali terdiam, setiap kata yang Suho katakan, pria itu memang tidak tahu menahu mengenai keberadaan Lee Na Ra atau mungkin dia tidak mau mengatakannya, tapi Kris tidak peduli. Sekarang ia seperti mempunyai kekuatan baru untuk mencari dimana gadis itu berada. Dan ia tidak akan menyerah begitu saja kali ini.
***
Malam itu Kris tidak ingin pulang ke rumahnya ia memutuskan untuk pergi ke apartemen Na Ra, walaupun ia tahu dengan pergi ke tempat itu ia tidak akan menemukan sosok Na Ra disana, dan bahkan ia akan kembali menelan kekecewaan dan rasa sakit yang mendalam karena kenangan-kenangan tentang gadis itu akan kembali menyeruak. Tapi, ia akan coba mengabaikannya karena hati kecilnya seperti terus memaksanya untuk berkunjung ke apartemen gadis itu.
Tidak butuh waktu lama untuk Kris bisa sampai disana, ia memarkirkan mobilnya di basement salah satu apartemen mewah di Seoul itu. Kini pria pirang itu sudah berdiri tepat di depan pintu apartemen Na Ra, dengan ragu-ragu jari-jarinya menekan pasword yang ia masih ingat betul diluar kepalanya.
Tringg----- pintu apartemen terbuka.
Kris masuk dengan langkah perlahan, mengeksplor setiap sudut apartemen itu dengan mata tajamnya. Ia sama sekali tidak menyalakan lampu apartemen Na Ra, melainkan terus melangkah menuju kamar gadis itu.
Kamar Na Ra masih sama seperti terakhir ia melihatnya, dengan dinding bercat putih dan langit-langit kamarnya yang berlukiskan warna langit yang sebenarnya. Ia memandangi foto-foto yang Na Ra tempelkan di dinding kamarnya, ada fotonya, Sung Young, Kai, Sehun, Luhan, Suho juga foto dirinya. Na Ra sama sekali tidak memasang foto kedua orang tuanya. Pertanyaan yang selalu membuat sosok Kris begitu penasaran. Ia menarik sebuah foto dimana ada fotonya dan Na Ra, mereka tersenyum lebar dengan latar pantai nan indah di belakangnya. Tanpa ia sadari dua garis bibirnya tertarik membentuk lengkungan senyum, senyum yang sudah sekian lama pudar dari wajah tampannya kini kembali terpatri, walaupun tentu saja senyum itu masih sama menyedihkannya. Ia lalu menyimpan foto itu di dalam mantelnya, berusaha sebaik mungkin menyimpannya agar tak terlipat.
Ia kembali menyusuri kamar Na Ra, mengabsen setiap benda yang ada di sana sampai ia menemukan sebuah kotak berwarna coklat tua di sudut ruangan itu. Kris mengambilnya setelah membersihkan debu yang ada di atasnya. Jelas sekali bahwa kotak itu sudah lama ada di sana. Kris mengeluarkan benda-benda yang ada di dalamnya, dimulai dari sebuah teddy bear berwarna coklat, syal ungu dengan rajutan tangan dan sepasang gelang yang membut hati Kris tercengang.
“Ini..ini…”
To Be Continued.