home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Cross Roads

Cross Roads

Share:
Published : 07 Oct 2014, Updated : 14 Dec 2014
Cast : Kris, Kai, Lee Na Ra, Shin Sung Young, EXO-K, EXO-M
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |24821 Views |7 Loves
Cross Roads
CHAPTER 19 : I'M SORRY FOR LEAVING YOU

 

CHAPTER 19

I’M SORRY FOR LEAVING YOU

Author            : bellecious0193

Poster             : LilyAndromeda

Genre             : romance, sad, action

Length            : chaptered

Rating             : PG 15

Main Casts     :

Kris Wu aka Wu Yi Fan/Li Jia Heng

Kim Jongin aka Kai

Lee Na Ra aka Lily Evans (OC)

Shin Sung Young (OC)

Lu Han

Oh Sehun

etc

 

 

Ketika matahari sudah sepenuhnya tenggelam, Na Ra dan Kris sudah dalam perjalanan pulang mereka kembali ke keramaian kota Seoul, Kris tak bisa berhenti tersenyum. Dia memandangi Na Ra dan terus menggenggam tangan gadis itu. Sayangnya ada sedikit hal aneh dari Na Ra, gadis itu berubah menjadi tidak banyak bicara dan dia lebih sering menuruti semua perkataan Kris daripada membantahnya seperti biasa. Kris mencoba menghapuskan segala sugesti buruk yang memenuhi pikirannya, yang terpenting sekarang Lee Na Ra ada di dekatnya.

Kris mengantarkan Na Ra sampai di basement apartemennya, tapi pria itu tetap menggenggam tangan Na Ra membuat gadis itu tidak bisa kemana-mana.

“Istirahatlah, jangan lupa minum vitaminmu, jangan tidur terlalu malam dan-“

Chu~~ satu kecupan singkat di bibir Kris membuat kalimat namja tampan itu terhenti.

‘’Arasseo aku mengerti tuan Wu, aku akan melakukannya ‘’ Na Ra membalasnya dengan tersenyum hangat.

‘’Kenapa kau suka sekali menciumku sekarang ? Yak Nona Lee kau memancingku eoh ?’’ Kris mengeluarkan smirk nya dan menarik tangan gadis itu.

‘’Kyahaha dasar pervert, lepaskan aku Kris-ah aku mau kembali ke apartemenku ara’’

‘’1 kisseu lagi dan aku akan melepaskanmu kekeke.. ‘’

“Andwae!!!’’

“Ah jebal” Kris menunjuk bibirnya.

“Ah lama sekali” Chu~ Kris akhirnya mendahului mencium bibir Na Ra, kali ini ia melepaskan genggaman tangannya pada Na Ra.

“Cha kau boleh pulang sekarang, jaljjayo”

Na Ra hanya menggerutu pelan, tingkah Kris memang terkadang terlalu manja padanya, bahkan ia tidak menyangka jika seorang Kris Wu bisa melakukan hal-hal konyol macam tadi.

Na Ra melambaikan tangannya sampai mobil Kris tak tampak lagi di basement apartemennya. Senyumnya langsung memudar dan gadis itu kembali menjadi Lee Na Ra yang dingin.

“Come out!” Na Ra berbicara dengan mengeraskan rahangnya seperti menahan amarah, dia sama sekali tidak beranjak dari posisinya berdiri.

“I SAID COME OUT!” Kali ini Na Ra tidak bisa lagi menahan emosinya, ia berteriak dan dipastikan suaranya memenuhi basement apartemennya. Tak berapa lama 5 orang lelaki berpakaian serba hitam muncul dari berbagai sudut.

“Are u guys stalking me?”

“I’m sorry miss it’s an order”

“Of course… I know Mr.Evans, who could deny his order?” Na Ra berbicara dengan nada sarkatisnya.

“But miss, we don’t mean to-“

“You didn’t hear my last warn? Back to Mr.Evans home!!!” gadis itu kembali berteriak.

“But we can’t be back without you miss”

“Just tell him I’ll be back, now get out of my sight”

Perkataan Na Ra membuat 5 orang lelaki berbadan tegap itu terkejut, mereka tidak menyangka jika akhirnya nona mereka mau kembali ke rumahnya di Manhattan, setelah bertahun-tahun dia memilih tinggal di Seoul. Lima orang lelaki itu cepat-cepat pergi dari sana, karena mereka tidak mau mengalami luka-luka seperti saat terakhir mereka berkelahi dengan Na Ra.

Na Ra memasuki apartemennya dengan langkah gusar, ia terlihat menekan beberapa tombol nomor telfon dari iphone 6-nya.

“I’m going home tomorrow, prepare everything”

Flip..

Na Ra mematikan panggilan yang baru saja terhubung itu, ia hanya berbicara satu kalimat, tegas pedas dan penuh intimidasi. Ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke Manhattan. Ya, walaupun ayah Na Ra adalah orang Prancis tapi keluarga mereka tidak pernah benar-benar menetap di sana, mereka lebih memilih untuk tinggal di Manhattan dan fokus pada pusat bisnis mereka di sana. Dan bukan tanpa alasan  ia mengajak Kris kencan hari ini. Baginya ini adalah kencan terakhirnya dengan Kris sebelum ia kembali ke keluarganya dan mungkin sudah tidak ada kesempatan lagi untuknya bertemu dengan Kris.

Gadis itu memasuki apartemennya, melemparkan dengan sembarang tasnya dan segera menuju ke dark room. Tempat dimana ia biasa mencetak hasil-hasil foto jepretannya. Tanpa Kris ketahui Na Ra mengambil memori kamera SLR milik Kris, ia ingin mencetak semua foto mereka berdua di saat kencan terakhir mereka tadi.

Selama berjam-jam Na Ra mencetak banyak foto Kris, juga mereka berdua. Na Ra memandangi foto-foto hasil cetakannya dengan penuh senyum, senyum yang begitu sulit diartikan oleh siapapun. Senyum itu bukan sepenuhnya senyum kebahagiaan tapi tergambar juga kegusaran yang besar di sana. Ia kemudian merangkai foto-foto itu ke dalam sebuah scrapbook berwarna coklat tua. Ia membuat urutan pertemuan mereka, dari saat mereka pertama bertemu di arena balap sampai foto kencan terakhir mereka. Na Ra kemudian memeluk scrapbook itu dan memejamkan matanya, dua bulir cairan bening menetes begitu saja dari kedua sudut mata gadis itu. Ia sama sekali tidak berusaha untuk menghapusnya, hatinya terasa sangat sakit, kenapa jalan cintanya dengan Kris harus sesulit ini. Ia sudah menunggu bertahun-tahun untuk bertemu dengan Kris yang ia ketahui adalah Li Jia Heng di masa kecilnya, ia begitu bahagia tapi akhirnya ia kembali harus menelan kekecewaan karena orang yang paling dicintainya itu memang tidak tercipta untuknya, sekali lagi mereka harus berpisah. Dan ia sama sekali tidak punya harapan untuk bertemu dengan pria yang paling dicintainya itu.

Ia menuliskan banyak caption di setiap foto Kris.

“This is the first time I saw you, you stood like a vampire so cold like nothing’s on earth could melt you” Na Ra menuliskan kalimat itu pada foto pertama Kris yang diambilnya dulu.

“Kris Cullen!!!” tulisnya lagi pada foto Kris yang menatap lurus ke kameranya dengan tatapan dalam yang mematikan, ia terus menuliskan banyak caption di setiap foto itu sampai foto terakhir yang diambilnya dimana ada fotonya dan Kris sedang tertawa bersama.

“I’d rather die than to live with anyone else but you’’

“If it’s okay, in the possible, limited time I have please let me continue to bring you happiness and joy”

“Because you are here, everything is just right”

“If now I’m dreaming then don’t ever wake me up, I wanna live this dream forever, dream where there’s you and me, forever and always <3

Dengan telaten ia menuliskan satu persatu caption di setiap foto, hal-hal yang ingin ia katakan pada Kris.

Na Ra menutup scrapbooknya, ia melihat ke arlojinya yang sudah menunjukkan jam 2 pagi, dan ia sama sekali tidak ingin tidur, ia ingin tetap terjaga untuk mengingat Kris Wu-nya.

Ia kembali memejamkan matanya mencoba memutar kembali semua kenangannya tentang Kris, senyuman pria itu, hangat pelukannya juga manis bibirnya, ia begitu merindukan pria itu walaupun ia tahu baru beberapa jam yang lalu ia menghabiskan seharian penuh dengannya. Ia berlari menuju ruang tamu apartemennya, menyambar begitu saja kunci mobil yang tergeletak disana. Ia setengah berlari menuju basement apartemennya, mencari mobil yang lama tak dipakainya itu. Ia menyetir dengan kecepatan menggila, yang ada dipikirannya sekarang bahwa ia ingin melihat Kris Wu untuk yang terakhir kalinya.

CITTTT~~~

Ia mengerem dalam-dalam hingga suara gesekan aspal dan mobilnya terdengar begitu jelas, Na Ra kini sudah berada di depan rumah Kris. Hatinya kembali mencelos, ia tidak punya keberanian bahkan untuk mengucapkan selamat tinggal pada Kris. Ia tidak punya banyak waktu, kenyataan bahwa ia akan segera meninggalkan Seoul dan juga pria yang paling dicintainya kembali menyiksa batinnya.

Na Ra cepat-cepat mengambil scrapbook yang baru saja dibuatnya itu, menyelipkannya dibawah pintu gerbang rumah Kris. Ini benar-benar yang terakhir, gadis itu memegangi ujung bajunya berusaha menguatkan dirinya sendiri.

Air mata kembali memabasahi pipi gadis itu dan ia sungguh benci menangis, mengetahui betapa lemahnya dirinya. Bertahun-tahun hidup sendiri, mengabaikan orang tua yang memang tak pernah memperhatikannya, ia bahkan kuat menghadapi semua itu, juga menghadapi kematian yang hampir merenggutnya, ia bisa menghadapi semuanya sendiri tapi untuk meninggalkan Kris, ia lebih memilih sama sekali tidak diperhatikan orang tuanya, menjalani puluhan kali operasi yang jauh lebih menyakitkan, ia akan memilih itu semua daripada harus meninggalkan Kris-nya.

Tapi sekali lagi, ia bukan orang yang selalu punya pilihan. Meninggalkan Kris adalah keharusan, keharusan untuknya.

‘’ I Love you Kris Wu’’

Gadis itu berbisik, mengucapkan kata cinta kepada Kris yang dia tahu betul Kris tidak bisa mendengarnya, tapi sekali lagi ini untuk yang terakhir kalinya. Dan kini Na Ra meninggalkan rumah Kris tanpa sekalipun berbalik untuk memandangnya lagi, karena ia tahu ketika ia berbalik ia tidak akan lagi punya kekuatan untuk meninggalkan Kris.

**

Kris menyusuri tangga dirumahnya dengan senyuman yang bahkan tidak lepas dari kemarin, hanya seorang Lee Na Ra yang bisa membuatnya seperti ini. Ia bahkan menyapa ramah semua pegawai dirumahnya, membuat orang-orang disana begitu heran dengan sikap tuan muda mereka yang “kelewat ramah” mengingat selama ini Kris yang mereka kenal adalah sosok yang begitu dingin.

“Selamat pagi Tuan muda” sapa seorang pekerja disana dengan membungkuk sopan, ia sedang menyiapkan sarapan pagi untuk Kris.

“Ah Nam ahjumma good morning sapa Kris dengan senyum berbinarnya, dan Nam ahjumma bersumpah bahwa ia baru saja melihat sesosok malaikat tersenyum padanya saat Kris tersenyum tadi. Kris pun duduk dan menikmati sarapannya sampai salah seorang satpam dirumahnya berlari dengan tergesa-gesa ke arahnya.

“tuan muda tuan muda….”

“ne..ada apa ? ‘’

‘’Sa-say-saya menemukan ini di bawah pintu pagar tadi pagi, tampaknya ini sangat penting, ada nama tuan disana” pria ityu berkata dengan nafas tersengal-sengal.

Kris mengamati scrapbook yang diberikan oleh pria setengah baya yang ada di depannya itu, beberapa kali ia membolak balikkan isinya. Lalu ia membuka isinya, di halaman pertama ada sebuah surat yang Kris tahu betul tulisan tangan siapa itu. Ia membaca huruf per huruf nya dengan teliti, membuat hatinya seperti dijatuhi ribuan batu.  Ia menggenggam erat ujung scrapbook itu, lalu tanpa pikir panjang ia berlari keluar rumah dan menuju mobilnya, mengabaikan wajah penuh pertanyaan orang-orang dirumahnya. Ia langsung memacu kencang mobilnya. Ferrari f450 itu melaju seperti kecepatan angin membelah dinginnya Seoul di pagi hari. Kris sudah tidak  bisa berfikir lagi, ia hanya punya satu tempat tujuan, yaitu Incheon airport.

Kris menghabiskan bermenit-menit yang menyiksa menuju airport, dan ia kembali berlari sekencang yang ia bisa saat sudah sampai di bandara Internasional milik republik Korea itu. Ia berlari kesana kemari mencari satu sosok yang ia harapkan masih ada disana. Ia merutuki kebodohannya karena terus membuan-buang waktu dengan berlari tanpa tujuan, ia lalu bertanya pada bagian informasi dan mereka mengatakan bahwa pesawat ke Manhattan sudah berangkat sejak satu jam yang lalu.

Kris langsung tertunduk lemah, ia melangkah gontai menuju salah satu bangku panjang yang ada di bandara, dia terduduk dengan keputus asaan yang jelas tergambar diwajahnya, ia menutup seluruh wajahnya, meremas kuat-kuat rambutnya, berharap semua hanya mimpi buruk yang akan hilang saat dia terbangun. Ia mengambil handphone di saku celananya dan menekan speed dial no.1 dimana nama Lee Na Ra tertulis disana tapi nihil. Nomor Na Ra sudah di non aktifkan, ia membuka pesan Line dan Kakaotalknya, dan kembali nihil. Gadis itu sudah menghapus semua akunnya.

Kris menengadahkan wajahnya, menahan butiran kristal yang kini sudah menumpuk di pelupuk matanya. Seperti tak punya harapan hidup lagi Kris berjalan menyusuri bandara itu kembali dimana mobilnya ia parkirkan dengan asal. Beberapa kali ia menabrak orang-orang di bandara karena arah jalannya yang begitu tidak fokus.

Orang-orang disana hendak memarahi Kris tapi mereka mengurungkan niatnya begitu melihat betapa menyedihkannya Kris saat itu. Mereka berspekulasi bahwa Kris sedang putus cinta, ditinggal pacarnya, atau ketinggalan pesawat untuk perjalanan bisnisnya. Tapi sekali lagi spekulasi orang-orang itu sama sekali tidak menarik untuk Kris. Ia sudah ditinggalkan (lagi) oleh Lee Na Ra, gadis yang begitu dicintainya.

Tanpa ia tahu sosok gadis yang dengan susah payah Kris cari sedang berada tak jauh dari tempat Kris berada, gadis itu memandangi Kris dari jauh dan ia bahkan rela menukar hidupnya andai saja ia bisa memeluk Kris kali ini, mengatakan bahwa ia akan tinggal dan berada disisinya untuk selamanya. Sayangnya ia tak punya pilihan, takdir tidak berpihak pada kebersamaan mereka. Gadis itu menyeka air matanya, dan kembali mengenakan sunglassesnya menuju terminal keberangkatan internasional.

***

Kris menyetir mobilnya dengan kecepatan menggila, ia bahkan beberapa kali hampir menabrak beberapa kendaraan, pikirannya melayang entah kemana, hatinya begitu kosong, rasa sakit yang bertubi-tubi ia rasakan membuat hatinya serasa mati dan sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Ia memasuki halaman  rumahnya dan memarkir mobilnya dengan asal. Kali ini orang-orang dirumahnya begidik ngeri sekaligus kasihan melihat tuan mudanya kembali dengan suasana hati yang mereka yakin 360 derajat berkebalikan dari pagi tadi.

Kris kembali menjadi sosok yang dingin, mengabaikan sapaan para pagawai dirumahnya. Ia berjongkok memungut surat dan scrapbook yang tadi ia tinggalkan dengan asal. Dan dengan sisa-sisa tenaga yang ada ia menyeret langkahnya menuju kamarnya dilantai atas. Ia membanting pintunya keras-keras dan menguncinya rapat-rapat, ia tidak ingin satu orangpun mengganggunya  lagi.

Kris mengehempaskan tubuhnya di ranjang king size-nya, matanya menerawang kelangit-langit kamarnya, ia kembali membaca surat yang kini sudah tak berbentuk lagi karena sudah berkali-kali ia meremasnya.

To : Kris Wu

Saat kau membaca surat ini kupastikan aku sudah tidak ada di sisimu lagi, anyi bahkan aku sudah ada di belahan bumi lain. Mianhae untuk tidak berpamitan dengan layak. Aku tidak akan pernah sanggup melakukannya, sekali lagi mianhae Kris.

Aku ingin sekali menghabiskan lebih banyak waktu bersamamu, bahkan aku selalu berdoa pada Tuhan agar aku bisa menghabiskan sisa hidupku bersamamu, tapi mungkin Tuhan tidak mengizinkannya. Tapi percayalah Tuhan begitu meyayangi kita. Aku akan berdoa pada Tuhan untuk menjodohkan kita di kehidupan selanjutnya, kau tidak perlu kuatir aku akan “sedikit” memaksa Tuhan lain kali kekeke…

Kris, aku belum pernah berterima kasih kepadamu untuk hadir dihidupku. Kau adalah salah satu hal terbaik yang pernah aku temui dalam hidupku.

Hiduplah dengan baik. Aku mencintaimu.

Lee Na Ra

Kris kembali menggenggam erat surat perpisahan dari Na Ra, kini ia kembali menengadah ke langit –langit kamarnya, cairan bening itu kini mengalir deras dari kedua ujung matanya. Ia sama sekali tak ada niatan untuk menyekanya, ia mebiarkannya mengalir membasahi pipinya. Hatinya masih sangat sakit dan ia masih tidak habis pikir kenapa Lee Na Ra meninggalkannya begitu saja. Perpisahan yang Na Ra ucapkan begitu sederhana, singkat dan jujur. Membuat hatinya kembali mencelos. Ia memukuli dadanya beberapa kali mencoba mengurangi rasa sakit di hatinya yang sebenarnya ia tau hal itu sama sekali tidak membantu. Rasa sakit itu sudah terlalu dalam, dan tidak bisa di sembuhkan lagi.

@Young apartement

Gadis itu sedang berkutat pada tugas akhirnya saat ponselnya bergetar menandakan sebuah  pesan masuk. Ia tercengang melihat siapa yang mengiriminya pesan,orang itu tak lain adalah Lee Na Ra, eonnienya.

“Youngie-ah apa kabarmu? Apa kau baik-baik saja? Bagaimana dengan tugas akhirmu? Eonnie harap kau bisa segera lulus dengan hasil terbaik.

Jangan lupa untuk selalu meminum vitaminmu, udara di Seoul sedang sangat dingin sebisa mungkin jangan banyak beraktifitas diluar ruangan, atau alergimu akan bertambah parah, ara?”

Youngie-ah, mianhae.. jeongmal mianhae, eonnie seharusnya menjelaskan hal ini sedari dulu. Eonnie tidak punya hubungan apapun dengan Jonginnie anyi maksudku Kai. Dia hanya sosok namdongsaeng bagi eonnie tidak lebih. Eonnie tau kau salah paham tentang hubungan kami, tapi sungguh eonnie berkata jujur.

Sekali lagi mianhae sudah membiarkanmu berlarut-larut dalam kesalahpahaman, eonnie minta maaf karena eonnie tidak menjelaskannya sejak awal. Kai pria yang baik, dia akan menjagamu. Dan satu hal yang perlu kau tahu, Kai amat sangat menyayangimu. Kalian berdua hiduplah dengan baik dan jangan sering bertengkar ^^

Ini mungkin pesan terakhir dari eonnie, eonnie harus pergi. Jaga dirimu baik-baik Young”

Sung Young langsung mencari kontak Lee Na Ra di ponselnya, tapi nihil. Nomor Na Ra sudah tidak aktif. Ia merutuki dirinya sendiri akan keegoisan dan kebodohannya yang sudah menilai Na Ra macam-macam, dan sekarang gadis yang sudah ia anggap eonnie-nya itu sudah pergi entah kemana.

Young berinisiatif  untuk  pergi mencari Na Ra, padahal ia sendiri tidak tahu kemana perginya eonnienya itu. Saat baru saja ia membuka pintu di dapatinya Kai sudah berdiri disana.

‘’Neo eoddiga ? eoddisseyo ?’’ Kai mencecar Young dengan pertanyaannya.

‘’Na Ra eonnie, aku harus mencarinya’’ Young tampak tak begitu memperhatikan Kai, ia malah berjalan melewati Kai dan segera masuk ke lift. Kai mengekori langkah Young di belakangnya.

‘’Kau mau mencari kemana?’’

“Nan molla” Young menjawab seadanya.

‘’Babbo!’’

‘’Mwo?’’

‘’Kau babbo atau bagaimana? Bukankah kau sudah mengenal noona jauh sebelum aku tapi kenapa kau sama sekali tidak memahaminya?’’

‘’Maksudmu?’’

‘’Apa amarah dan keegoisanmu sudah merubah hatimu yang baik itu?’’

‘’Aku sedang tidak berminat menebak-nebak maksud perkataanmu Kai!’’

‘’Jika noona bilang dia akan pergi apa kau pikir dia hanya sekedar pergi ke Nami island atau Jeju atau Busan? Bisa kupastikan ia pergi ke belahan bumi lain, Eropa, Amerika semacam itu’’

Young menunduk lesu, apa yang dikatakan Kai sepenuhnya benar, Na Ra pasti sudah tidak di Korea lagi.

‘’Jadi masih mau mencarinya?’’ Kai bertanya retoris.

‘’Eottoekkae ? Apa yang harus aku lakukan Kai-ah ?’’ Young tampak merajuk dan putus asa.

“Noona pasti sudah memikirkan semuanya dengan baik, jika dia berkata kau harus hidup dengan baik maka kau harus menurutinya, anggap saja kau sedang menebus kesalahanmu’’

‘’Menebus kesalahanku? Maksudmu?’’

‘’Yak! Kau sudah salah paham pada kami, mengira aku dan Na Ra noona mempunyai hubungan spesial. Kau bahkan tidak menghubunginya sama sekali, membiarkannya sendirian, apa yang seperti itu tidak kau sebut kesalahan nona Shin?’’ Kai membeberkan satu per satu fakta yang membuat hati Young semakin mencelos, ia baru sadar betapa egois dirinya. Gadis itu memandangi ujung sepatunya, tidak ada hal yang menarik disana tentu saja. Hanya saja rasa malunya begitu besar pada Kai dan pada eonnienya. Ia tak berani memandang wajah Kai yang ia yakin sekarang pria itu sedang menatapnya tajam.

“Keurom khanda’’ Kai akhirnya memutuskan untuk pergi begitu saja meninggalkan Young yang masih terus tertunduk dan bergelut dengan pikirannya, tujuannya datang ke apartemen Young tidak lain adalah untuk mencegah gadis itu bertindak bodoh dengan mencari Na Ra ke semua sudut kota Seoul. Di dalam hatinya ia sendiri bertanya-tanya kenapa Na Ra pergi begitu saja, ia bahkan hanya meninggalkan pesan singkat yang sungguh tidak layak di sebut sebagai perpisahan.

Kai menaiki black ducati-nya,sekali lagi ia mengeluarkan ponselnya, ini sudah ketujuh kali ia membaca pesan singkat Na Ra. Ia sama sekali tidak bisa membaca apa yang ada di pikiran gadis itu hingga gadis bermarga Lee itu memutuskan pergi dan meninggalkan semuanya.

“Jonginnie, sebenarnya aku ingin menuliskan sebuah surat yang panjang untukmu, tapi aku rasa itu tidak perlu, aku tau sekarang kau sedang begitu sibuk jadi..aku harap kau masih punya waktu untuk membaca pesan singkatku ini.

Terima kasih untuk semua kebaikanmu, walaupun kita belum mengenal lama tapi aku bisa memastikan bahwa Kim Jongin adalah adik favoritku di dunia.

Berhenti untuk merasa begitu pesimis dengan apa yang ada di sekitarmu, kau tau? Semua tidak selalu seburuk yang kau fikirkan.

Kim Jongin, nae dongsaeng.. jika aku tidak berlebihan, aku ingin sekali kau menjelaskan sesuatu pada Sung Young, tentang hubungan kita. Gadis itu salah paham dengan hubungan kita, ia bahkan mengabaikanku berminggu-minggu. Dia amat sangat menyukaimu, dan aku rasa kau juga merasakan hal yang sama.

Baiklah, aku harus pergi, dan tidak perlu mencariku kemanapun, aku akan baik-baik saja”

Deg! Hati Kai entah kenapa terasa sakit mengetahui Na Ra sudah benar-benar pergi yang ia tidak tahu kemana. Ini bukan perasaan antara laki-laki dan perempuan dewasa, tapi bagi Kai, Na Ra adalah sosok noona yang membuatnya mendengarkan semua perkataanya, yang bahkan dalam waktu singkat ia bisa bercerita apapun padanya. Tapi kini sosok itu sudah menghilang, meninggalkan  berbagai pertanyaan yang tidak bisa dijawab siapapun selain Na Ra.

Di sisi lain Sehun hanya bisa menerima semuanya dengan sakit hati yang tak kunjung mereda, menghilangnya Na Ra seperti gadis itu kembali menaburkan garam di atas luka hatinya yang bahkan belum sepenuhnya sembuh. Tapi entah kenapa walaupun Na Ra tidak bisa membalas cintanya, walaupun gadis itu menghilang entah kemana ia sama sekali tidak bisa membencinya. Cintanya pada gadis bermarga Lee itu terlalu besar, mengalahkan akal sehatnya. Na Ra hanya memberinya sebuah gelang persahabatan dengan secarik surat yang ia titipkan pada Baekhyun si pemilik café langganan mereka. Sehun membuka laci kerjanya, ada surat dari Na Ra yang ia simpan dengan baik.

Sehunnie whom I like the most, aku selalu ingin mengatakan hal itu padamu. Kau adalah orang yang paling aku sukai, setiap aku menghabiskan waktu bersamamu selalu hanya ada kebahagiaan yang memenuhi pikiranku, seperti aku tidak pernah merasakan kesedihan atau perasaan-perasaan buruk lain di dunia ini.

Aku masih ingat saat kita pertama kali bertemu di Sungai Han.

Aku masih ingat saat kita pertama kali saling berbicara di tepian Sungai Han di musim panas yang hangat, hari dimana aku melihat mata indah Oh Sehun tersenyum saat bibirnya tersenyum.

Aku masih ingat saat kau terlonjak gembira saat kita menghabiskan 2 minggu untuk mengelilingi Prancis, saat matamu berbinar mencicipi betapa enaknya wine buatan Bordeaux atau saat kau terus tersenyum memandangi lautan di Marseille yang begitu indah.

Dan aku mengingat setiap detail saat kita menghabiskan waktu bersama, jadi Sehun kumohon jangan pernah berfikir aku mengabaikanmu atau aku meninggalkanmu karena aku sudah mempunyai seseorang lain di hatiku.

Oh Sehun is so special for me.

Tidak peduli ada berapa lelaki lain Oh Sehun tetaplah spesial. Aku ingin selalu bisa menjadi sahabat baikmu, melewati tahun-tahun lain yang akan lebih membahagiakan untukku jika ada Oh Sehun di sisiku.

Sehunnie.. apa aku menyakitimu? Aku rasa jawabannya adalah iya. Maafkan aku, Lee Na Ra terkadang memang kelewat mengerikan sampai sering menyakiti orang-orang yang sebenarnya amat sangat disayanginya.

By the way

Uri Sehunnie, kau harus memakai gelang yang aku berikan padamu, kau tahu ini gelang persahabatan kita, kau harus memakainya dimanapun dan kapanpun, aku memaksamu!!!

Terima kasih untuk persahabatan dan ketulusan yang sudah kau berikan padaku, aku tidak tahu bagaimana harus membalasmu. Aku sungguh-sungguh berterima kasih, karena tanpa persahabatan kita aku pasti sudah jadi orang paling membosankan di dunia.

Maaf untuk tidak berpamitan padamu, aku memang harus pergi ke suatu tempat yang aku rasa aku tidak akan menyukainya, tapi aku harus tetap tinggal disana dan sungguh kau tidak perlu mengkhawatirkanku hanya karena aku pergi ke tempat yang tidak aku sukai. Aku akan baik-baik saja walaupun tentu saja tanpa Oh Sehun semua akan terasa lebih membosankan.

Ingat untuk selalu menjaga kesehatanmu dan dengarkan ucapan ayah ibumu, mereka amat sangat menyayangimu.

Best friend forever Lee Na Ra & Oh Sehoon”

Sehun kembali memasukkan surat bertinta ungu itu ke dalam lacinya, hatinya sakit sekali. Ia masih ingat bagaimana terakhir kali mereka menghabiskan waktu bersama, sebuah makan siang sederhana dimana Na Ra berjanji bahwa mereka bisa bertemu kapan saja Sehun mau. Tapi kenyataan memukulnya begitu dalam. Ia memandangi gelang yang Na Ra belikan, ada inisial nama mereka disana. Sebulir air mata menetes di pipi nya. Dan segera ia menyekanya dengan kasar. Ia menyandarkan kepalanya di kursi kerjanya memejamkan matanya, dan seketika itu kenangan tentangnya dan Na Ra berputar-putar di memorinya membuatnya pusing dan semakin tersakiti.

“Jika kau begitu menyukaiku kenapa kau harus pergi seperti ini Na Ra, kau egois.. kau selalu egois” Sehun bergumam, lebih kepada dirinya sendiri.

 

@ Tous Les Jours café

Baekhyun berteriak-teriak dan berlari menuju counter cafenya saat ia menemukan sebuah amplop berwarna coklat di depan pintu cafenya.

‘’Chanyeol, yak Yeollie, Park Chanyeol… eodisseo’’ Baekhyun berlari serampangan menuju tempat Chanyeol sampai ia menabrak beberapa kursi café yang belum sempat di bukanya itu.

‘’Byun Baek ada apa? Kenapa pagi-pagi berteriak, sudah cukup aku mendengarkan teriakan eommaku tadi pagi’’ Chanyeol menutup kedua telinganya, menghalau suara keras Baekhyun yang memekakkan telinga.

‘’Igeo..igeo’’ Baekhyun melambai-lambaikan amplop coklat berukuran lumayan besar itu.

‘’Mwo?’’ Chanyeol melengos tidak tertarik, kembali mengelap cangkir-cangkir yang ada di depannya hingga mengkilat.

‘’Yak babbo, jangan mengacuhkanku lihat ini’’ Baekhyun menarik keras baju Chanyeol sampai Chanyeol berbalik dan mendapati Baekhyun melotot dan berkacak pinggang.

‘’Ini surat dari Lee Na Ra’’

‘’Lalu kenapa dengan Lee Na Ra’’ Chanyeol kembali mengelap cangkirnya sampai ia menjatuhkan salah satu cangkir yang sedang ia lap.

‘’Mwo ? Na Ra ? Lee Na Ra ? Surat apa? Eoh eoh? Ppalli beritahu aku !’’ Baekhyun mendecakkan lidahnya, kesal dengan respon Chanyeol yang berlebihan, tapi toh akhirnya dia membukan surat itu dan membacanya, menyimak dengan baik-baik setiap kata yang tertulis.

To : Chanyeol and Baekhyun

Annyeong, ini aku Lee Na Ra.

Rasanya lucu sekali jika aku harus menulis surat seperti ini, tapi aku tidak punya kesempatan untuk bertemu dengan kalian.

Chanyeol-ssi maafkan aku karena aku sering mengatakan hal-hal yang tidak baik padamu, memberikan pandangan dingin yang membuatmu berjengit ngeri. Aku sungguh minta maaf. Aku juga berterima kasih untuk selalu memberikan minuman terbaik setiap kali aku berkunjung ke XXI club, aku juga berterima kasih karena kau sudah membantu Kai mengantarkanku pulang saat aku mabuk dulu. Kau pria yang sangat baik.

Dan untuk Mr.Byun gateau nantais dan capuccinomu adalah yang terbaik, terima kasih untuk selalu memberikan sajian terbaik padaku.

By the way, di dalam amplop surat ini ada 2 buah tiket untuk kalian pergi ke Prancis dan Spanyol. Khusus untuk Baekhyun, aku aku ingin kau tahu pengalaman membuat gateau nantais dari tempat asalnya. Untuk Chanyeol aku ingin kau bisa mengetahui lebih banyak jenis wine terbaik dari daratan Bordeaux di Prancis dan Barcelona di Spanyol.

Aku sudah mengurus semuanya, aku harap kalian bisa menukar tiket ini dengan segera.

Terima kasih sekali lagi, semoga kita tetap bisa selalu berteman.

Lee Na Ra

Baekhyun dan Chanyeol tertegun beberapa saat, mereka bahkan meneguk ludah mereka sendiri beberapa kali.

‘’Byun Baek..’

“Eoh?’’

‘’Apa aku sedang bermimpi?’’

PLAKK… Baekhyun memukul keras tangan Chanyeol sampai memerah..

‘’Yak!! Apho… apa yang kau lakukan huh?’’

‘’Sakit?’’

‘’Tentu saja, lihat tanganku sampai semerah jaketmu!’’ Chanyeol mensejajarkan tangannya dengan jaket merah hati yang Baekhyun kenakan.

‘’Itu artinya kau tidak bermimpi yeol’’

‘’Tapi apa perlu sekasar itu?’’ Chanyeol masih dendam dengan pukulan Baekhyun.

‘’Itu tidak penting sekarang, kita akan ke Eropa Yeol kau tahu Eropa…’’ mata Baekhyun berbinar, Chanyeol yang tadinya kesal mendadak tersenyum lebar, memberikan cengiran khas si happy virus. Lalu detik berikutnya mereka saling berpelukan dan menari-nari seperti orang gila. Mereka bahkan mengabaikan pandangan aneh orang-orang yang kebetulan lewat melintasi café Baekhyun.

‘’Spanyol’’ Chanyeol berteriak.

‘’Prancis!!’’ Baekhyun membalas dan kembali ber high five dengan Chanyeol.

**

Luhan memasuki rumahnya dan langsung menjatuhkan dirinya di sofa, pekerjaannya akhir-akhir ini sangatlah banyak, membuatnya frustasi.

‘’Maaf tuan muda ada surat untuk tuan’’ Pengurus Liu, kepala pelayan di rumah Luhan menghampiri Luhan sambil membawa amplop berwarna biru muda.

‘’Xie xie’’ Luhan menjawab singkat yang disambut bungkukan sopan Liu. Pria cina itu kemudian membuka amplop itu.

Tulisan tangan yang sangat familiar menyambutnya…

For my deer dear Lulu

Aku tau kau sudah akan berteriak dengan panggilanku kekeke.. Tapi kumohon bisakah sekali saja aku memanggilmu seperti itu? Kau tau aku benci sekali ketika kau memaksaku untuk memanggilmu Lu-ge, jadi berhenti memaksaku.

Tapi, aku sedang baik hati jadi aku akan memanggilmu Lu-ge *bbuing-bbuing (note : jangan muntah dengan aegyo gagalku -_-)"

Luhan tergelak membaca penggalan surat Na Ra, mengingat bagaimana mereka biasa bertengkar hanya karena masalah nama panggilan. Luhan yg begitu senang menyebut Na Ra ice queen dan Na Ra yang menyebut Luhan dengan panggilan Lulu.

Luhan kembali membaca surat Na Ra

Lu-ge.. Jagalah kesehatanmu. Jangan terlalu sering mengkonsumsi obat tidur, jika kau memang mengalami insomnia parah, pergilah ke dokter. Aku merekomendasikanmu dr. Kim Joon-Myeon, dia benar-benar daebak! Kau tinggal datang ke Seoul Hospital, dia bekerja disana.

Kau juga harus berlibur! Venesia, LA, Marseille atau manapun yang kau suka, apa kau tahu? Kau terlalu banyak bekerja. Wajahmu sudah tidak baby face lagi! Dan ingat usiamu sudah seperempat abad kekekeke...

By the way, bagaimana hubunganmu dengan Young? Apa semua baik-baik saja? Jangan terlalu keras padanya.

Baiklah, aku tidak tau harus menulis apa lagi. Yang jelas kau harus menjaga kesehatanmu dan pergi ke dokter.

Bye bye

From your most beautiful Ice Queen, Lee Na Ra

Luhan menunduk dan dengan hati-hati melipat surat Na Ra, memasukannya kembali kedalam amplop berwarna biru muda.

"Gadis bodoh, kau kemana huh? Menanyakanku soal Young tapi kau malah menghilang. Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaanmu? Ice Queen, cepat kembali, karena aku sudah tidak sabar untuk kembali bertengkar denganmu"

Luhan meng-click tombol send pada pesan singkat yang ia tujukan pada Na Ra, tak lama kemudian muncul notifikasi "failed" menandakan emailnya gagal terkirim, gadis itu benar-benar menghilang.

Luhan menarik nafasnya dalam, meletakkan kepalanya pada sandaran sofa.

**

Note : hello apa ada yang menantikan kelanjutan cross roads? kkk~

jangan lupa untuk berkunjung ke belleciousm.wordpress.com atau mention saya di @RegginaAprilia :)))

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK