CHAPTER 17
STORY FROM THE PAST
Author : bellecious0193
Poster : LilyAndromeda
Genre : romance, sad, action
Length : chaptered
Rating : PG 15
Main Casts :
Kris Wu aka Wu Yi Fan/Li Jia Heng
Kim Jongin aka Kai
Lee Na Ra aka Lily Evans (OC)
Shin Sung Young (OC)
etc
Sejak mendengar berita tentang betapa parahnya penyakit yang di deritanya Na Ra berubah menjadi sosok yang semakin murung. Ia menjadi enggan mengkonsumsi obat-obatan yang disediakan, ia juga menjadi lebih sering melamun, dan berteriak-teriak di malam hari karena terus menerus mengalami mimpi buruk. Suho sungguh merasa bersalah akan apa yang di alami Na Ra, ia merasa gagal menjaga adiknya itu. Beruntung ada sosok Park Hyerin yang terus memberikan semangat pada Suho. Hyerin adalah kekasih Suho selama 2 tahun belakangan ini. Gadis yang tidak sengaja Na Ra tabrak di koridor rumah sakit saat ia baru saja berkunjung untuk memeriksakan kesehatannya pada dr. Suho. Gadis ini adalah gadis yang penuh pengertian yang dengan sabar selalu mendukung karir Suho. Wajahnya dipenuhi aura keibuan yang akan menenangkan siapa saja yang berada di sampingnya.
Hyerin pula yang menemani Na Ra selama berminggu-minggu di rumah sakit mengingat Na Ra selalu menolak jika Suho ingin memberitahu orang-orang terdekat Na Ra tentang kondisi gadis itu sebenarnya. Na Ra seperti menemukan ketenangan baru dalam ketika dekat dengan Hyerin. Gadis itu akan datang setiap hari menemani Na Ra bercerita, membacakannya novel-novel favorit Na Ra, dan melakukan apapun yang ia bisa agar gadis itu tidak terus menerus merasa kesepian.
“Na Ra-yya besok hari operasimu, matjo?” Hyerin bertanya sambil menyiapkan obat-obatan yang harus Na Ra minum.
“Ara..kau kenapa terus mengingatkanku?” Na Ra melempar majalahnya dengan malas ke meja disampingnya.
“Kenapa tidak bersemangat seperti ini hm? Kau harus bersemangat agar proses penyembuhanmu menjadi lebih cepat ‘’
‘’Apa aku bisa sembuh jika aku bersemangat ?’’
‘’Tentu saja Na Ra-yya, kau tahu semangat pasien memperbesar tingkat kesembuhan akan penyakit yang di deritanya’’
‘’Kau berbicara seperti oppa’’ Semburat merah langsung muncul di kedua pipi Hyerin begitu ia mendengar Na Ra membicarakan Suho, kekasihnya.
‘’Cih..aku kenapa wajahmu memerah ?’’
‘’Ah anyi..aku tidak apa-apa’’
‘’Lihat kalian bahkan sudah bersama-sama selama 2 tahun tapi ketika aku membicarakannya kau tahu ? Kau seperti remaja 15 tahun yang baru saja jatuh cinta, aku iri sekali ck ! ‘’
‘’Nona muda Lee bisakah kau berhenti menggodaku ?’’
‘’Aku tidak punya kekuatan untuk menggoda kalian. Aku benar-benar iri bagaimana bisa kalian jatuh cinta setiap harinya ? Sedangkan aku ? Aku bahkan harus merasakan sakit yang teramat sangat karena hal bodoh bernama cinta itu’’ Na Ra berkata jujur, mengungkapkan isi hatinya entah untuk yang kesekian kalinya pada Hyerin, dan Hyerin seperti biasa dengan sabarnya kan mendengarkan semua cerita Na Ra.
‘’Kau pasti akan menemukan kebahagianmu Na Ra-yya, selalu ada kebahagiaan setelah semua ini. Tuhan begitu meyayangimu sampai memberikanmu cobaan yang begitu bertubi-tubi. Dan jangan sekalipun kau merasa bahwa kau adalah orang yang selalu merasakan sakit karena cinta, kau hanya tidak tahu betapa orang-orang di sekitarmu begitu meyayangimu’’ Hyerin menasehati Na Ra panjang lebar, ia tahu gadis di depannya ini sedang sangat membutuhkan dukungan.
‘’Hyerin-ah.. apa kau pernah patah hati ? Maksudku sebelum dengan Suho oppa well..kau tahu maksudku kan ?
‘’Kau sedang bertanya tentang mantan kekasihku?’’
‘’Eoh’’
‘’Well, jujur saja dulu ketika aku masih remaja aku mempunyai seorang kekasih, dia cinta pertamaku. Dia sangat pendiam dan terkadang terkesan dingin, tapi di balik itu semua dia lelaki yang begitu peyayang dan lembut. Hatinya begitu baik. Ia lelaki yang nampak sangat dewasa tapi sejujurnya dia adalah anak lelaki polos yang seringkali bertingkah ke kanak-kanakkan di depanku. Dia selalu menjadi idola di sekolah kami dulu, tapi justru dia jatuh cinta padaku gadis polos yang tidak tenar di sekolah, itu sangat lucu kan?’’ Hyerin menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman.
‘’Kisah kalian seperti kisah dongeng saja”
“Tentu saja dia seperti pangeran berkuda putih yang menanti sang putri cantik untuk hidup bahagia selamanya kan?”
“Imajinasimu terlalu berlebih Hyerin-ah’’
‘’Kekeke..benarkah? Tapi sayang sekali aku bukan tuan putri yang ditunggu sang pangeran berkuda putih. Aku hanyalah rakyat biasa yang kebetulan punya sedikit kesempatan untuk merasakan cinta sang pangeran”
“Maksudmu? Well.. jadi kenapa kau berpisah dengannya?”
“Saat itu ayahnya meninggal karena serangan jantung, tentu saja ia sangat terpukul, dia sangat dekat dengan ayahnya. Kematian ayahnya merubahnya menjadi sosok lain yang sangat berbeda. Aku bahkan tak bisa mengenalinya. Ia berubah menjadi lelaki yang kasar, suka mabuk dan ia suka berkencan dengan banyak gadis”
“Mwo?” Dia benar-benar melakukan semua itu?”
“Aku tidak menyalahkannya Na Ra, keadaanlah yang membuatnya seperti itu. Beberapa kali aku bahkan melihatnya berciuman dengan gadis yang berbeda, kau tahu rasanya sungguh menyakitkan”
“Aku akan membunuh pria itu jika dia kekasihku” Na Ra ikut terbawa kisah cinta Hyerin.
“Ayolah nona muda, aku hanya gadis 15 tahun yang masih begitu polos. Aku memang sangat mencintainya melebihi apapun. Tapi melihatnya mencium mesra gadis lain membuat hatiku hancur, dia bahkan tidak pernah menciumku seperti itu” Hyerin menarik nafasnya dalam-dalam, mengumpulkan tenaga untuk kembali melanjutkan kisah sedihnya dulu.
“Jadi kau meninggalkannya?”
“Eoh. Aku masih ingat saat itu musim gugur, aku menemuinya untuk mengucapkan perpisahan, aku benar-benar tidak tahan lagi. Aku membawa sekotak besar barang-barang penuh kenangan kami, aku ingin mengembalikan semuanya padanya”
“Lalu apa yang terjadi selanjutnya ?”
‘’Saat aku datang kerumahya dia sedang diapit oleh 2 gadis cantik dan sexy, dia hanya memandang datar ke arahku. Dan aku tidak bisa mengatakan apa-apa, air mataku sudah kering untuk terus menangisinya. Aku meletakkan semua barang-barang kenangan kami di depannya dan segera berlari keluar. Ia bahkan tidak memanggil namaku sama sekali, tampaknya ia memang sudah benar-benar berubah”
“Kyaa kenapa ada lelaki setega itu!!!”
“Aku tahu dia tidak bermaksud seperti itu, dia lelaki yang sangat baik, seharusnya aku menemaninya saat itu, dia tentu sangat terpukul dan kesepian setelah kepergian ayahnya, aku seharusnya menemaninya, berada di sisinya dan-“
“Tidak Hyerin, mantan kekasihmu itu memang sudah keterlaluan, jadi Apa kau menyesal telah meninggalkannya?” Na Ra dengan cepat memotong kalimat Hyerin, bertanya dengan penuh nada menyelidik.
“Tidak ada gunanya kan menyesal? Tidak peduli semenyesal apapun semuanya tidak akan kembali. Hanya saja aku merasa begitu tidak berguna karena aku begitu cepat menyerah, karena aku mengabaikan perasaanya dulu dan hanya memikirkan perasaanku, dan yang lebih menyakitiku adalah bahwa aku tidak melakukan hal yang terbaik untuk orang yang aku cintai”
“Jadi kau masih mencintainya?”
“Bagaimana kau bisa menanyakan hal semacam itu nona Lee? Sementara sekarang aku punya Suho oppa yang begitu baik terhadapku, apa aku pantas menyakiti orang sebaik dia dengan memikirkan mantan kekasih yang mungkin sama sekali tidak memikirkanku? Itu hanya cinta masa remaja Na Ra-yya, dia pasti akan segera melupakannya”
“Bagaimana jika dia tiba-tiba datang dan memintamu kembali padanya?”
“Tidak akan, hal-hal seperti itu tidak akan terjadi”
Seketika itu ingatan Hyerin tertuju pada seorang pemuda di masa lalunya, sosok yang sedikit banyak memberikan warna pada kehidupannya. Hyerin memejamkan matanya saat ia kelebatan memori dari masa lalunya berputar seperti roll film dengan scene yang berganti-ganti.
‘’Kim Jongin’’ ia berbisik pelan menyebutkan nama pria itu, bisikannya sangat pelan dan ia memastikan tidak seorangpun termasuk Lee Na Ra bisa mendengarnya. Hyerin ingin mengubur dalam-dalam kenangan pahit (atau lebih tepatnya penyesalan terdalamnya pada pria itu).
**
Meskipun sudah beberapa hari berlalu, Kai masih begitu kesal dengan kekalahannya dari Kris. Hari itu ia baru saja menghadiri sebuah meeting membosankan dengan seorang klien dari China yang tidak hentinya memuji Kris, membuatnya semakin muak. Niat awalnya yang ingin segera pulang langsung hilang, ia memilih untuk pergi ke XXI Club langganannya.
Begitu sampai di club semua mata para gadis langsung tertuju padanya dengan bisik-bisik tak jelas melihat tampang lusuh Kai. Dan Kai sekali lagi lebih memilih untuk mengabaikan mereka.
Kai duduk di meja favoritnya, meja terdekat ke bartender.
"Selamat malam Kai" sapa Chanyeol dengan senyuman khasnya, menampilkan deretan gigi putih bersihnya.
"Beri aku liquor" Kai tidak menjawab sapaan Chanyeol dan langsung memesan minuman favoritnya.
"Tolong segelas vodka" suara lain menginterupsi. Kai melirik dari ujung matanya ada sosok dengan rambut coklat dan kulit seputih susu. Ekspresi datarnya mengingatkan Kai pada si pirang Wu, tapi garis wajahnya mengingatkannya pada seseorang yang beberapa hari lalu baru ditemuinya, lelaki menyebalkan (well setidaknya menurut Kai) yang bercanda mesra dengan Young, siapa lagi kalo bukan Luhan.
"Selamat menikmati" Chanyeol meletakkan segelas liquor di depan Kai dan beberapa saat kemudian meletakkan segelas vodka di depan lelaki berkulit pucat itu.
"Semoga malammu menyenangkan Tuan" Chanyeol menambahkan dan ia segera berkutat kembali dengan pekerjaanya.
"Ah matta, kau lelaki di apartemen noona kan, pasti kau!" Kai tiba-tiba saja berbicara dengan setengah berteriak pada lelaki di sebelahnya. Sehun, lelaki itu mengernyit dan memberikan tatapan "neo nuguya"
"Noona?"
"Lee Na Ra" Kai memastikan.
"Eoh, kau.. Ya aku ingat.. Ada apa?" Sehun menatap datar ke arah Kai.
"Tsk.. Jangan sok penting. Aku hanya memastikan"
Sehun menarik nafasnya dalam-dalam ia memandang lelaki di depannya yang tampak sangat menyebalkan.
Mereka terdiam selama beberapa saat sampai Sehun melontarkan satu pertanyaan tak terduga.
"Hokshi.. Apa kau tau dimana Na Ra tinggal?" Sehun bertanya to the point.
"Mwo? Kenapa menanyakannya padaku?"
"Aku akan menanyakannya pada siapapun yang menurutku dekat dengan Na Ra"
"Aku tidak dekat dengannya" Kai berbohong.
"Jangan mencoba membohongiku, apa kau pikir Na Ra orang yang bisa berteman dengan siapa saja?"
"Memangnya aku peduli"
"Aku belum pernah memohon seperti ini pada orang asing, jadi kumohon jika kau tahu dimana Na Ra, beritahu aku..aku sangat mengkhawatirkannya. Kau tau dia terlihat sangat sakit" Sehun mencoba membujuk (walaupun tentu saja kalimatnya tidak seperti bujukan).
"Sakit? Maksudmu?"
"Well.. Tadi siang dia menemuiku dan mengajakku makan siang. Kau tau dia amat sangat menyedihkan"
Aku tau, tentu saja aku tau (Kai membatin) tapi dia tak mengeluarkan sepatah katapun melainkan tetap mendengarkan cerita Sehun.
"-dan lingkaran hitam matanya sangat terlihat, dia seperti sudah menangis selama berhari-hari, kulitnya semakin pucat dan tubuhnya semakin kurus, aku bahkan takut jika aku memeluknya aku akan mematahkan beberapa tulangnya" Sehun memandang ke dalam gelas vodkanya dan meminta Chanyeol untuk memberikan sebotol besar vodka saja padanya.
"Kau menyukai noona?"
"Tsk..kenapa kau menanyakan hal seperti itu?"
"Aku hanya bertanya, memastikan"
"Dia cinta pertamaku, aku tau ini terdengar konyol tapi dia memang cinta pertamaku. Hidupku begitu diatur oleh orang tuaku, jangankan untuk mencintai orang lain, mencintai diriku sendiri saja aku tidak sempat"
"Berhenti mengeluh soal hidupmu Tuan muda!"
"Sehun..panggil aku Sehun"
"Ok Sehun, berhenti mengeluh soal betapa menyedihkannya hidupmu, kau tau mungkin banyak orang di luar sana yang memimpikan hidup seperti hidupmu"
"Siapa namamu?" Sehun tiba-tiba keluar dari topik pembicaraan dan bertanya nama Kai.
"Kai"
"Baiklah Kai, aku akan mentraktirmu malam ini, kau boleh minum sepuasmu"
"Kau pikir aku tidak mampu membayar pesananku?"
"Kenapa kau selalu merespons semuanya dengan berlebihan? Aku hanya ingin mentraktirmu bukan meremehkanmu! Bagaimana Young bisa menyukaimu jika sikapmu seperti ini?" Sehun mencibir
"Kau menyindirku?"
"Terserah kau saja!"
"Eh kau mengenal Young? Shin Sung Young?" Kai tiba-tiba menjadi lebih sensitif saat topik mengenai Young ada pada pembicaraan mereka.
Sehun hanya mengangguk, Kai sendiri tidak melanjutkan kalimatnya. Moodnya terlalu buruk untuk membicarakn gadis itu.
"Wae? Kau tidak berfikir untuk memintaku membantumu mendekatinya kan?"
Kai menyeringai "Cih, kau fikir aku tidak mampu mendapatkan perempuan? Kau perlu diberitahu soal reputasiku rupanya"
"Tidak perlu, itu akan membuatku muak"
"HAHAHA..." Kai tergelak.
"Yak bodoh kenapa tertawa apa ada yang lucu?" Sehun bertanya dengan wajah polos khas anak 10 tahun.
"HAHAHA kau Sehun, lihat wajahmu terlihat sangat bodoh! Dan kau tau kata-katamu tadi persis seperti yang noona ucapkan HAHAHA.. Bodoh bodoh sekali"
Sehun mau tidak mau tergelak bersama Kai, rupanya pria ini tidak semenyebalkan yang Kai pikirkan.
"Eoh berhenti membicarakan Na Ra! Aku bisa semakin merindukannya!"
"Yak bodoh, kalau kau menyukai noona harusnya kau mengungkapkannya. Aku bertaruh kau bahkan belum mengatakan jika kau menyukainya? Pantas saja noona lebih memilih si pirang!"
"Kris Wu, kau mengenalnya?" Sehun berhenti tertawa dan menatap tajam ke arah Kai.
"Dia saudara tiriku" Kai berkata gamblang soal hubungan persaudaraanya dengan Kris, tidak seperti biasanya saat ia mati-matian menutupinya.
"Pantas kalian sama-sama menyebalkan"
"Jika aku menyebalkan dan memang amat sangat menyebalkan kenapa kau memilih duduk di sini dan menyampaikan isi hatimu ck"
"Aku kan sudah mentraktirmu, bukankah itu sudah cukup sebagai ucapan terima kasih"
"Aku belum mengatakan jika aku menerimanya"
"Brisik, sudah ayo bersulang"
Sehun menempelkan permukaan gelasnya pada permukaan gelas Kai sampai terdengar bunyi gesekan kaca diantara kedua gelas itu.
Sehun langsung meneguk habis isi gelasnya, diikuti dengan Kai.
**
Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi, Kai memilih untuk pulang ke rumahnya, kepalanya sedikit pusing karena terlalu banyak liquor yang ia konsumsi.
Kai langsung merebahkan tubuhnya pada ranjang king size dikamarnya. Ia melempar dompetnya dengan asal karena di rasa dompet itu mengganggu posisinya saat berbaring. Tanpa sengaja dompet itu terbuka dan menampilkan foto gadis manis yang sedang tersenyum. Foto itu tampak disobek dengan paksa olehnya. Kai memang sengaja merobek bagian fotonya sendiri dan menyisakan foto si gadis di dompetnya.
Kai mengambil potongan foto itu dan mengusap-usapnya seolah ia sedang berada dekat dengan gadis itu hingga ia bisa merasakan lembutnya kulit gadis itu di jemarinya.
"Hyerin.. Annyeong.. Apa kabarmu? Rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu, apa kau makan dengan baik? Apa kau hidup dengan baik? Tsk.. Tentu saja.. Satu-satunya hal yang tidak baik dihidupmu adalah kehadiranku, kau pasti bahagia sekarang. Hyerin, walaupun aku sudah banyak menyakitimu tapi setidaknya aku ingin sekali lagi bertemu denganmu, bukan untuk meminta maaf untuk semua hal yang sudah aku lakukan, karena kau tau kan Jongin yang bastard ini tidak bisa meminta maaf begitu saja.." Kai menelan pahit salivanya merasakan kegetiran dalam hatinya.
"-Hyerin-ah, kau harus selalu bahagia, karena jika tidak maka aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Bogoshipo Park Hyerin"
Lambat laun Kai menutup matanya dan pergi ke alam mimpinya dengan foto Hyerin yang masih ia genggam erat di dadanya, di dekat hatinya.
**
Hari ini adalah hari dimana Na Ra harus dioperasi, ia sudah siap dengan pakaian operasinya. Ia terduduk di ranjangnya dengan wajah penuh kegusaran. Gastroestestinal acute, ia masih ingat dengan jelas kala Suho menyebutkan nama penyakitnya, membuatnya terkejut sekaligus tidak percaya. Tapi, ia masih ingin hidup, dan jika bisa ingin sekali lagi mecintai Kris. Ia terus memegangi handphonenya tampak ragu untuk mengirimkan pesan maupu menelfon seseorang.
“Na Ra-yya kau sudah siap?” Suho muncul dari balik pintu dengan wajah begitu serius.
“Eoh..chankamman oppa” Na Ra menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, mencoba mencari ketenangan akan dirinya sendiri.
“Telfonlah dia dulu, itu akan memberikan kekuatan lebih untukmu”
“Mwo? Nugu?”
“Kris Wu! Oppa tahu kau begitu merindukannya kan?” Suho bertanya skeptis.
Na Ra hanya menunduk lesu, kalimat Suho memang sepenuhnya benar, ia amat sangat merindukan Kris, Kris yang dulu sempat menjadi miliknya.
Na Ra menekan nomor handphone Kris dan menunggu jawaban, setelah beberapa detik akhirnya tersambung.
“Yoboseyo”
To Be Continued