CHAPTER 16
THE WORSE DAYS
Author : bellecious0193
Poster : LilyAndromeda
Genre : romance, sad, action
Length : chaptered
Rating : PG 15
Main Casts :
Kris Wu aka Wu Yi Fan/Li Jia Heng
Kim Jongin aka Kai
Lee Na Ra aka Lily Evans (OC)
Shin Sung Young (OC)
etc
Na Ra terus memandangi mobil Sehun sampai mobil itu menghilang dari pandanganya. Hatinya kembali mencelos mengingat betapa baik dan perhatiannya Sehun. Ia selalu merasa bahwa ia tidak pantas menerima kebaikan hati pemuda itu. Untuk beberapa saat ia termenung dipinggir jalan, memandang ke langit yang hari ini begitu cerah dengan gumpalan awan putih yang bergulung-gulung mengikuti arah angin. Ia membiarkan matahari menerpa kulit pucatnya, mengabaikan kemungkinan atau bahkan kepastian bahwa sebentar lagi alerginya akan kambuh. Tapi ia tidak peduli, ia justru ingin merasakan alerginya itu menyiksanya nanti, membuat sekujur tubuhnya merah dan perih, mengelupaskan lapisan kulitnya dan membuatnya muntah-muntah pada akhirnya. Baginya itu akan lebih baik, karena rasa sakitnya itu akan mengalihkannya dari rasa sakit di hatinya karena harus menjauhi Kris.
Gadis itu merasa tubuhnya kian lemah, seperti ada ribuan penyakit yang kini menggerogoti tubuhnya. Ia akhirnya memutuskan untuk menghentikan sebuah taksi dan meminta sang supir untuk mengantarkannya ke Seoul Hospital.
@Seoul Hospital
Gadis dengan stelan kemeja putih besar dan celana jeans biru itu berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang tentu sudah tidak asing baginya. Ia menuju sebuah ruangan di ujung koridor itu dimana nama Kim Joon-myeon tertera. Ia mengetuk pintu bercat putih itu pelan dan tak perlu waktu lama, seorang lelaki dengan senyum malaikat langusng menyambutnya.
“Lee Na Ra, masuklah” lelaki itu mempersilahkan Na Ra masuk ke ruangannya masih dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.
“Oppa, apa oppa sedang sibuk?”
Suho tidak menjawab pertanyaan Na Ra tapi malah memandang lekat-lekat ke wajah gadis yang sudah seperti adik kandungnya itu.
“Kau kenapa? Apa kau baru saja terpapar matahari?”
‘’Mwo ?’’ Na Ra balik bertanya tidak mengerti.
“Kemarikan!’’ Suho langsung menarik tangan Na Ra dan memeriksa setiap inchinya dengan teliti. Ada banyak bintik-bintik merah disana, ditambah permukaan kulitnya banyak yang mengelupas, membuat wajah Suho seketika berubah merah padam, melenyapkan senyum malaikatnya.
“Oppa ak-“
“Chankamman” Suho mengabaikan kalimat yang baru saja akan Na Ra ucapkan, ia langsung mengambil sekotak peralatanya. Diambilnya jarum suntik dan dengan segera ia memasukkan beberapa cairan ke dalam jarum itu. Tanpa banyak basa basi Suho memasukkan cairan itu melalui pembuluh vena di lengan Na Ra, membuat gadis itu sedikit berjengit menahan sakit.
“Tahan sebentar ini akan sedikit nyeri” Suho masih berkonsentrasi menyuntikkan cairan itu.
“Oppa..aku-”
“Kenapa kau bandel sekali eoh? Oppa kan sudah bilang jangan terlalu lama terpapar sinar matahari, itu bisa membahayakan kesehatanmu” Suho meletakkan jarum suntik itu ke dalam kotak dan memeriksa denyut nadi Na Ra dengan sesekali melihat ke jam tangannya.
“Denyut nadimu lemah sekali, suhu tubuhmu juga tidak normal, aku bertaruh kau kehilangan banyak berat badan akhir-akhir ini, dan lagi kau kenapa baru kemari sekarang? Kau seharusnya datang kemari seminggu sekali untuk memeriksakan kesehatanmu, tidak peduli sesibuk apapun kau harus tetap menyempatkan diri mengeceknya, aratji?”
“Ne oppa” Na Ra hanya menjawab lemah ketika Suho memarahinya habis-habisan seperti sekarang ini.
Suho menarik nafasnya dalam-dalam sebenarnya ia tidak tega memarahi Na Ra seperti ini tapi demi kebaikannya ia bahkan rela melakukan hal-hal yang lebih tegas agar gadis itu tidak keras kepala lagi.
‘’Kau harus opname !’’ Suho berkata tiba-tiba memecah keheningan yang tercipta selama beberapa waktu.
‘’Mwo ? oppa tapi aku ba-‘’
‘’Kau tidak baik-baik saja! Oppa itu dokter oppa lebih tahu darimu, kau tidak bisa membantah oppa kali ini’’
‘’Tapi op-‘’
‘’Atau kau lebih suka oppa memberitahukan Young soal keadaanmu ini? Bukankah hanya oppa yang tahu kondisimu yang sebenarnya?’’ Kata-kata itu meluncur begitu saja dari kedua bibir Suho, membuat hati Na Ra semakin sakit menyadari betapa buruknya hubungannya dengan Young akhir-akhir ini, mereka bahkan sudah saling diam selama berminggu-minggu.
“Oppa mengancamku?’’ kata Na Ra akhirnya menutupi sakit hatinya begitu mendengar nama Young disebut.
“Ini demi kebaikanmu!’’ Suho menekankan setiap kata-katanya, menegaskan bahwa ia sudah tidak bisa di bantah lagi.
Suho tampak menuliskan beberapa resep di selembar kertas dan langsung memberikannya pada Na Ra.
“Ini.. pergilah ke apotik, oleskan krim itu ke seluruh tubuhmu yang terpapar sinar matahari, dan ingat kau harus kembali besok untuk opname atau oppa akan menjemputmu dengan paksa’’
“Oppa apa tidak bisa rawat jalan saja? Aku tidak betah jika harus tinggal di rumah sakit oppa tau itu kan?” Na Ra bebricara dengan nada penuh keputus asaaan berharap Suho mau mengubah keputusannya.
“No! No! No! Oppa sudah memberikanmu banyak kesempatan tapi kesehatanmu makin memburuk jadi untuk saat ini tidak ada toleransi lagi!”
Na Ra menghembuskan nafasnya yang berat, ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi sekarang selain menuruti Suho, ia lalu berpamitan pada Suho dan meninggalkan ruangan dokter muda itu dengan langkah gontai. Baginyaa tinggal dirumah sakit adalah hal yang sangat menyedihkan, ia membayangkan dirinya dalam balutan pakaian rumah sakit yang kuno, ruangan dengan cat berwarna putih dan bau obat dimana-mana membuatnya semakin muak.
BUKKKK..
Tanpa sengaja ia menabrak seorang gadis yang berjalan berlawanan arah dengannya, dan menjatuhkan resep obatnya. Menyadari kesalahannya ia lalu membungkuk berkali-kali meminta maaf.
“Cusuahamnida, maaf Agassi saya tidak sengaja, cusuahamnida”
“Gwenchanassimika Agassi, apa kau baik-baik saja? Kau tampak sangat sakit ?’’ gadis yang ditabrak Na Ra malah bertanya dengan penuh perhatian.
‘’Eh aku baik-baik saja nona, sekali lagi saya minta maaf saya benar-benar tidak sengaja ‘’
‘’Sudah tidak perlu meminta maaf terus, ini resep obatmu, apa kau juga pasien dokter Joon-Myeon ?’’ gadis itu bertanya sambil memberikan resep obat Na Ra yang tadi terjatuh.
‘’Ah ne’’ Na Ra hanya menjawab singkat sambil melirik pada name-tag yang dikenakan gadis itu, Park Hyerin. Dia nampak seperti seorang staff di rumah sakit ini.
“Uhm.. baiklah aku permisi dulu” si gadis itu cepat-cepat berlalu dan segera menuju ujung koridor, tampak ia sedang terburu-buru, Na Ra terus memandangi gadis itu sampai gadis itu masuk ke ruangan Suho.
“Dia siapa?’’ batin Na Ra bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
**
Na Ra dengan gontai melangkahkan kakinya menuju lobby hotel, menghadapi kenyataan bahwa ia harus menjalani rawat inap keesokan harinya tentu bukan perasaan yang mengenakan untuknya. Kai sudah duduk dengan gusar disana, ia masih tampak rapi dengan setelan kemeja kantornya, menenteng beberapa goddie bag bertuliskan huruf kanji. Pemuda itu memang baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya di Jepang. Dan seketika itu pula ia langsung mengernyitkan dahinya melihat Na Ra yang seperti tak bernyawa berjalan di depannya tanpa mengacuhkannya. Pikiran gadis itu sedang terbang entah kemana sehingga ia tidak menyadari kehadiran Kai.
“Yak noona” Kai memekik tertahan membuat semua kepala menoleh padanya, tapi ia mengacuhkannya. Na Ra yang mengenali suara Kai langsung berbalik dan memandang Kai dengan tatapan “ada apa” yang begitu polos membuat Kai kesal setengah mati.
“Kau noonaku atau bukan, aku sudah menghabiskan 20 menitku yang berharga untuk menunggumu pulang tapi kau dengan santainya berjalan di depanku seolah kita tidak saling mengenal” Kai menunjuk tepat di depan wajah Na Ra.
Na Ra yang sedang di cecar habis-habisan langsung menarik Kai ke dalam lift dan dengan cepat menekan tombolnya agar lift itu segera tertutup. Ia sedang mencoba mengalihkan semua pandangan orang yang tertuju pada mereka.
“Aisha apa-apaan ini lepaskan aku noona!” Kai menggerutu kesal pada Na Ra.
“Apa tidak bisa marah-marahnya ditunda? Mereka akan berfikir kita pasangan suami istri yang sedang bertengkar, kenapa pulang dari Jepang kadar ke-babbo-an mu tidak juga berkurang ‘’ Na Ra tak kalah sengit berdebat dengan Kai.
‘’Eh..mian noona’’ Kai menunduk, nyalinya langsung menciut begitu melihat Na Ra yang jauh lebih galak dari biasanya.
‘’Ah sudah lupakan saja’’
Tringg~~~ pintu lift terbuka, Kai mengekori Na Ra menuju kamarnya.
‘’ Ada apa mencariku ?’’ Na Ra langsung bertanya to the point begitu mereka memasuki kamar hotelnya.
‘’Aniyo.. aku hanya ingin menjenguk noona, ini aku ada oleh-oleh untuk noona’’ Kai memberikan goodie bag yang sedari tadi dibawanya pada Na Ra.
‘’Eoh gomapta’’ Na Ra menjawab singkat dan menghempaskan tubuhnya di sofa.
“Tsk.. kenapa respon noona biasa sekali??”
“Memangnya aku harus bagaimana?’’ Na Ra berkata dengan nada datar, membuat Kai semakin kesal.
“Noona, apa sampai sekarang hanya aku yang tahu kalau noona tinggal disini?’’
“Eoh”
“Apa Young tahu?”
“Anyi”
“Lalu ayahmu, ibumu?”
“Anyi”
“Dan-“ Kai tampak menimbang-nimbang untuk melontarkan pertanyaanya.
“Kris juga tidak tahu, tidak seorangpun” Na Ra memotong cepat kalimat Kai seolah ia tahu apa yang ada di pikiran namja berkulit gelap itu. Kai hanya menghembuskan nafasnya kesal. Sejujurnya walaupun ia sangat membenci Kris, tapi ia sungguh tidak tahan melihat dua orang itu begitu saling menyiksa satu sama lain.
“Kau ingin membicarakan hal yang lain?” Na Ra memandang Kai dengan teliti, ia tahu pemuda itu masih menyimpan pertanyaan untuknya.
“Noona… setidaknya kau temui saja si pirang itu, kau tahu dia tampak seperti orang gila mencarimu, aku aku-..”
“Eyhhh apa sekarang kau begitu peduli pada Kris” Na Ra mendadak menjadi tertarik dengan pembicaraan mereka.
“Mwo? Anyi.. andwae..akkk.. apa yang membuatmu berfikir aku peduli pada si pirang itu” Kai menjawab dengan gelisah.
“Kekeke.. kenapa jadi gugup seperti ini”
“Yak yak berhenti menggodaku, aku tidak peduli pada si pirang itu, aku hanya kesal gara-gara si pirang itu frustasi mencari noona, pekerjaan kantornya tidak ada yang beres, dan kau tahu daddy kami tercinta melimpahkan semua pekerjaan padaku, itu menyebalkan, membuatku tidak punya waktu untuk bersenang-senang!!”
“Mwo? Jinjja? Apa separah itu?”
“Noona tahu? Dia hampir menghabiskan 24 jam dalam kesehariannya untuk mencari noona, bahkan aku dengar kemarin dia pergi ke kantor imigrasi hanya untuk memastikan noona masih di Korea, kau tahu si pirang itu benar-benar tergila-gila pada noona”
“Apa kau sedang membujukku menemuinya?” Na Ra melontarkan pertanyaan yang sekali lagi membuat Kai terdiam.
‘’Itu terserah noona saja’’ Kai berkata malas lalu beranjak dari sofa tempatnya duduk.
‘’Kau mau kemana ?’’
‘’Pulang.’’
‘’Tidak menemui Young dulu ?’’
‘’Memangnya dia ada disini ? Ah nan molla, i don’t care, bye bye noona’’ Kai menjawab dengan asal dan dengan cepat berlalu pergi membuat Na Ra semakin bingung dengan hubungan Kai dan Young.
Tapi pikiran tentang Young dan Kai dengan cepat berlalu, diganti dengan bayang-bayang Kris yang kini memenuhi otaknya. Kris.. pemuda itu yang teramat sangat dirindukannya, sudah hampir sebulan ini ia tidak bertemu dengannya. Seperti ada bagian penting dari dirinya yang terlepas begitu saja ketika ia jauh dari pemuda itu. Membuat hidupnya menjadi semakin hampa dan tak bermakna. Tapi, ia juga tidak punya alasan untuk menemui pemuda itu. Ia terlalu pengecut untuk itu, ia takut akan spekulasi yang banyak di ciptakannnya sendiri. Tentang bagaimana reaksi Kris ketika ia nanti menemuinya, bahagiakah ? Marahkah ? atau Dia sama sekali tidak akan peduli. Kris benar-benar telah menjadi bagian dari dirinya yang sudah terlambat untuk ia hapuskan.
**
Setelah kejadian dimana akhirnya Young berani menatap ke dalam mata Luhan dan dimana ia akhirnya mengizinkan Luhan kembali memeluknya, sepertinya hati Young untuk Kai sedikit goyah. Jika dibandingkan dengan Kai tentu Luhan lebih banyak mengisi dan memberi kenangan di kehidupan Young.
Dan kenyataan bahwa Luhan adalah lelaki yang paling memahami Young tentu membuat Young lebih memilih menghabiskan banyak waktu dengan Luhan.
Kai semakin tenggelam dengan balapan liarnya, walaupun terkadang tentu saja ia harus datang ke kantor dengan stelan rapi untuk menghadiri beberapa meeting dengan klien-kliennya (atau lebih tepatnya klien Kris dan Ayahnya).
Jika biasanya Kai bisa dengan sepuas hati berbicara dengan Na Ra tampaknya akhir-akhir ini gadis itu bukan tempat yang tepat untuk berbagi cerita. Na Ra seperti mayat hidup yang benar-benar menarik diri dari dunia luar, jadilah Kai semakin terpuruk pada rutinitasnya yang membosankan.
**
Hari itu, musim gugur dipertengahan September, Kai ingin bertemu dengan Young. Pemuda itu kembali teringat pada gadis yang telah mencuri hatinya saat tiba-tiba Na Ra bertanya tentang Young padanya. Ia sudah lama tidak bertemu ataupun menghubungi gadis itu, karena sejujurnya ia juga kesal karena gadis itu bersikap dingin dan ketus padanya.
Kai melajukan black ducati kesayangannya ke apartemen Young dengan tangan menenteng sebuket besar fried chicken with barbeque sauce kesukaanya. Ia ingin memakan makanan favoritnya dengan Young.
Dan disanalah Kai bersandar pada pintu apartemen Young menunggu kepulangan gadis itu. Kai bukan orang yang suka menunggu, setelah 30 menit yang menurutnya terasa 30 abad itu ia memutuskan untuk kembali saja kerumahnya, ia bahkan sudah melemparkan bungkusan fried chicken kesayangannya kedalam tempat sampah, nafsu makannya sudah kabur entah kemana.
Saat ia akan menekan tombol lift untuk segera meninggalkan apartemen Young, pintu lift sudah terlebih dahulu terbuka menampilkan 2 sosok manusia yang sedang asik bercengkrama sampai tidak menyadari bahwa pintu lift sudah terbuka.
"Yak oppa berhenti menggodaku kekekeke.." Si gadis berteriak riang
"Omo omo Youngie ah lihat mukamu masih saja merah setiap kali aku menggodamu" si pria mencubit mesra pipi si gadis.
"Shin Sung Young" Kai menyebutkan nama si gadis.
"Kim Jongin-ssi" Kai langsung menyeringai mendengar Young memanggilnya dengan formal.
"Nugu?" Si lelaki yang bersama Young bertanya tentang lelaki tan yang kini berdiri di depan mereka. Young tidak menjawab juga tidak berani menatap ke dalam mata Kai, ia bergegas menarik tangan Luhan untuk segera pergi dari sana.
Mata Kai terfokus pada genggaman tangan Young pada tangan Luhan, dan sekali lagi Kai menyeringai, menutupi gejolak hatinya yang terluka melihat Young bersama pria lain.
Kai dengan cepat menekan tombol lift dan seketika itu menyesali keinginananya untuk bertemu dengan Young. Gadis itu semakin memperburuk moodnya.
"Youngie-ah siapa lelaki itu, kau mengenalnya eoh?" Luhan mensejajarkan langkahnya dengan langkah Young yang terburu-buru.
"Eoh, dia temanku"
Luhan hanya membulatkan bibirnya menanggapi jawaban Sung Young.
Mata gadis itu tertuju pada bungkusan fried chicken bertulisan Kyochon ditempat sampah di ujung koridor apartemennya.
"Jadi, dia sudah menungguku" Young berbisik, lebih kepada dirinya sendiri.
**
Kai yang moodnya semakin buruk lebih memilih untuk bergegas meninggalkan tempat itu, ia kembali ke Distrik Gangnam dimana balapan liar biasa berlangsung.
Ada sebuah pertandingan seru disana dan tentu saja Kai semakin muak (well..sebenarnya prihatin) pada Kris Wu yang tampak menyedihkan.
"Kai, kau harus ikut pertandingan kali ini, kau tau hadiahnya sangat besar" Jung Suk si empunya balap liar berjalan cepat ke arah Kai begitu ia melihatnya datang.
"Berapa nominalnya?"
"200 juta won!" Jung Suk berbicara dengan nada antusias yang disambut seringaian khas Kai.
"Aku rasa orang-orang mulai gila dengan mempertaruhkan uang sebanyak itu disini"
"Jadi kau ikut?"
"Hanya jika si pirang itu ikut!"
"Kris Wu tentu saja ikut, ia khusus datang dengan Ferarrinya, kau tau ia tampak sangat errrr sedikit bernafsu untuk menang"
"Well, aku tahu. Suruh anak buahmu untuk mengantarkan Aston Martin-ku, saatnya si pirang kalah"
Jung Suk tidak menjawab melainkan cepat-cepat memanggil orang untuk mengambilkan mobil Kai di rumahnya. Ya, rumah Jung Suk sudah seperti garasi ke dua bagi para pembalap liar di Gangnam.
Tak sampai 15 menit, Red Aston Martin Kai sudah berada di depannya dan dengan sigap ia segera duduk di kursi kemudi.
"Tunggu! Aku ikut!" Seorang pemuda dengan lingkaran hitam di bawah matanya datang dengan sedikit terburu-buru.
"Huang Zi Tao!" Jung Suk meneriakkan namanya dengan lantang.
"Sial! Kenapa kau tidak memberitahuku jika ada taruhan besar malam ini"
"Aku tidak bermaksud untuk tidak memberitahumu, kau tahu kan akhir-akhir ini para polisi sialan itu sedang mengincar lokasi ini"
"Yoo Jung Suk, aku yakin tempat ini bukan arena untuk bergosip, jadi cepat mulai saja balapannya" Kris Wu berteriak tanpa ekspresi dari dalam mobilnya.
"Ah baiklah baiklah, ayo Zi Tao kau lekas bersiap!"
"Si Brengsek Wu ada disini juga, lihat saja kau pasti kalah"
Zi Tao segera memasuki Maserati Grand Carbionya dan membanting pintunya dengan sedikit kencang.
4 mobil sport itu berjajar siap untuk bertanding. Ada Kris Wu, Kai, Zitao dan si imut Xiumin dengan Blue Vipernya.
"Oke semua siap" deru knalpot mobil-mobil sport itu mengaum keras. Jung Suk melambaikan bendera merahnya pertanda semua pembalap harus bersiap-siap.
"Ready, 3..2..1 go!"
Keempat mobil itu melesat dengan kencang meninggalkan garis start, semua orang berteriak, menunjukkan keantusiasan mereka.
Maserati Tao ada di garis terdepan dengan Aston Martin Kai yang menempel ketat. Tidak seperti gaya balapan kedua orang didepannya tampaknya Kris dan Xiumin punya gaya yang lebih "tenang". Decitan suara ban dan aspal yang bergesekan terdengar begitu nyaring saat mereka harus berhenti karena lampu merah.
Beberapa detik berselang keempat mobil itu sudah melesat dengan kecepatan angin. Kali ini Kris Wu berinisiatif memimpin, pria pirang itu menginjak gasnya dalam-dalam hingga jarum spidometer menunjuk angka 270km/h. Lelaki itu memandang lurus jalanan di depannya, ia hampir saja menabrak pembatas jalan saat tiba-tiba sebuah Silver BMW berbelok dengan lancang disampingnya.
Kai menahan senyumnya saat ia berhasil melewati Tao yang dengan gegabahnya membuat Maseratinya terperosok dan menabrak pohon di pinggir jalan.
"SHIT!!" Tao mengumpat dengan cukup keras sampai Kai bisa mendengarnya. Pemuda bermata panda itu segera memundurkan mobilnya, mengabaikan bemper depan mobilnya yang ringsek karena insiden tadi.
Kali ini mata Kai terfokus pada Blue Viper Xiumin yang melaju tipis di depannya. Kai berinisiatif sedikit "gila" dengan menabrak bagian belakang mobil Xiumin beberapa kali.
"BASTARD!" Xiumin tak mau kalah dan menginjak pedal gasnya makin dalam, tapi tabrakan Aston Martin Kai nampaknya lumayan berefek pada mental bertanding Xiumin. Kai yang diketahui sebagai peserta termuda di balapan itu berhasil melewati Xiumin yang setengah mati menahan kesal karena bocah itu lagi-lagi berada di depannya.
Kris melihat dari spionnya Aston Martin Kai makin mendekat, ia makin dalam menginjak pedal gasnya, tapi Kai bukanlah lawan yang mudah untuk dikalahkan, pemuda dengan kulit tan itu akhirnya berhasil mensejajarkan mobil mereka. Ia bahkan sempat menurunkan kaca mobilnya dan memberikan seringaian ejekan pada Kris yang dibalas dengan geberan ganas khas Ferrari.
Kedua mobil itu terus berada pada posisi sejajar bahkan saat garis finish makin terlihat.
Kris yang mengetahui perbuatan Kai untuk meng-over take Xiumin melakukan hal yang sama, namun kali ini ia menghantamkan body mobilnya pada body mobil Kai yang menyebabkan getaran keras di mobil Kai.
"FUCK YOU" Kai mengumpat kencang dan kembali berkonsentrasi pada garis finish yang sudah terlihat.
"You can't defeat me Kai, not now, not ever!"
Tepat setelah Kris menyelesaikan kalimatnya kedua mobil itu memasuki garis finish dalam waktu bersamaan, membuat semua orang yang tadinya riuh bersorak sorai seketika terdiam, tidak tahu siapa pemenang balapan kali ini.
Kai segera membanting keras pintu mobilnya dan menyeka sedikit darah di pelipisnya akibat benturan yang terjadi sebelumnya. Kris sedikit merapihkan kemeja putihnya yang kusut, selebihnya dia tampak tetap rapi dan tampan seolah dia baru keluar dari rumah dan siap bekerja ke kantornya. Xiumin segera keluar dari Blue Vipernya tanpa sempat menutup pintu karena ia terburu-buru ingin menghajar Kai.
"Dasar kau bocah sialan!" Xiumin sudah siap melancarkan bogem mentah pada wajah tampan Kai jika saja Kris Wu yang secara tidak sengaja menahannya.
"Well Minseok aku rasa kita sudah punya aturan" Kris memanggil Xiumin dengan nama aslinya, tanpa bergerak dari posisinya ucapan Kris mampu membuat Xiumin berjengit.
"Bocah ini sudah keterlaluan Kris! Jika kau tahu dia-"
"Aku tau! Jadi berhentilah bersikap ke kanak-kanakkan atau kau lebih suka jika orang-orang menganggapmu pecundang yang tidak bisa menerima kekalahan?" Kris berbicara dengan nada dinginnya seperti biasa. Suasana tegang itu dicairkan dengan rengekan Tao yang kesal karena sikunya harus terluka karena menabrak potong.
"Yak kalian bertengkar seperti bayi, lihat seharusnya kalian bertanya tentang keadaanku! Tsk!" Tao berdecak yang disambut seringaian dingin Kai.
"Bagaimana bisa seorang bayi mengatakan orang lain bayi! Kau perlu cermin super besar di rumahmu, Zi Tao!" Kai berkata sarkatis, Tao sudah hampir berlari menyongsong Kai untuk memukulnya jika saja Jung Suk tidak bertindak
"Kalian semua berhenti! Saling memaki dan mengumpat, kalian pikir kalian yang paling hebat hah?"
"Jung Suk, berhenti bertingkah seperti kakek-kakek, jadi siapa pemenangnya?" Xiumin berbicara dengan nada tidak sabar.
"Oh itu sebentar" Jung Suk segera memeriksa CCTV yang terpampang dan disana terlihat jika Ferrari Kris berada "sedikit" di depan Aston Martin Kai. Jarak kemenangan Kris pun begitu tipis hanya sekitar 0,7 detik.
Kris yang sebenarnya tidak begitu tertarik dengan balapan itu langsung masuk ke dalam mobilnya begitu tahu jika ia menang.
"Yak Kris kau mau kemana bodoh ini uangmu!" Jung Suk berteriak-teriak sambil melambaikan cek senilai 200 juta won.
"Ambil saja, aku tidak butuh. Atau berikan saja pada Kai tampaknya dia tidak bisa menerima kekalahannya" Kris melirik ke arah Kai dengan tatapan dingin yang menyebalkan, atau lebih tepatnya meremehkan.
"Brengsek! Kau pikir kau siapa??" Kris mengabaikan teriakan Kai dan segera meninggalkan lokasi balapan liar itu. Pria dengan rambut pirang itu memandang wajah merah padam Kai dari spionnya.
Jung Suk yang tampaknya sudah tau dengan keadaan yang pasti terjadi jika dua saudara tiri itu terlibat dalam balapan yang sama segera pergi meninggalkan lokasi. Ia akan segera menransfer 200 juta won itu ke rekening Kris, suka atau tidak suka.
**
Na Ra membuka matanya perlahan, ia memandang lurus ke arah jendela yang memantulkan cahaya kekuningan pertanda pagi telah menjelang. Ia begitu malas untuk bangun, ditambah dengan kenyataan bahwa sebentar lagi ia harus berpindah ke ruangan serba putih dengan bau obat yang menyengat. Telfonnya sudah bordering entah untuk yang keberapa puluh kalinya, dari sang guardian angel nya yang begitu cerewet Suho. Ia yakin dokter muda itu sedang di ruangannya memasang wajah penuh tidak sabarnya karena Na Ra tak kunjung datang. Menghindari segala kemungkinan terburuk, Na Ra memutuskan untuk segera bersiap-siap menuju Seoul Hospital, ia tidak ingin Suho menjemputnya dengan paksa.
Na Ra menghentikan sebuah taksi yang ada di depan hotel, duduk di jok belakang dengan pandangan sepenuhnya tertuju pada jalanan di depannya. Kemacetan Seoul pada hari itu benar-benar menyiksa, gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling dimana mobil-mobil berjajar dengan rapi memenuhi badan jalan. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang selama ini begitu dirindukannya, ada Kris disana, duduk dibelakang kemudi mobil Lexusnya. Wajahnya tampak sangat serius memandang ke depan, dan Na Ra bersumpah ia ingin berlari keluar dan memeluk lelaki itu. Tapi, ternyata Kris tidak sendiri ada gadis manis yang tampak sedang mengajaknya bebicara panjang lebar. Gadis itu terus tersenyum sambil sesekali bergelayut manja di lengan Kris. Na Ra menelan pahit salivanya, dan menarik sebuah senyum di bibir plumenya.
“Ternyata memang Sooyoung lebih baik dariku, ia begitu cocok dengan Kris” Na Ra berbicara pada dirinya sendiri. Tanpa ia tahu, Kris tanpa sengaja menoleh ke arah dimana taksi yang ditumpangi Na Ra berada, dan ia yakin bahwa ia juga melihat Na Ra. Kris membulatkan matanya tidak percaya, ia hampir membuka pintu mobil dan mengetuk keras-keras kaca taksi itu jika saja Sooyoung tidak menariknya dan memaksanya kembali berkonsentrasi menyetir. Dan tentu saja dewi fortuna sedang berada jauh dari mereka, taksi yang ditumpangi Na Ra pun sudah melaju kembali meninggalkan white Lexus Kris yang masih terjebak kemacetan.
**
@Seoul Hospital
Dokter Suho sudang melipat kedua tangannya dan memandang geram ke arah Na Ra yang hanya ditanggapi Na Ra dengan puppy eyes, ia berharap oppanya tidak akan memarahinya habis-habisan.
“Aku sudah hampir berangkat untuk memaksamu opname!”
“Mian oppa.. tadi macet sekali”
‘’Baiklah, oppamu ini sedang berbaik hati jadi oppa tidak akan memarahimu, cepat ganti bajumu dan masuk keruangan yang sudah oppa siapkan, oppa harus melakukan pemeriksaan menyeluruh padamu ‘’
‘’Oppa apa sakitku separah itu eoh ?’’
‘’Molla..oppa masih belum begitu yakin, ppalli, ganti bajumu’’ Suho kembali berubah menjadi galak, membuat Na Ra semakin kesal pada oppanya itu.
**
5 hari sudah Na Ra berada di rumah sakit untuk menjalani opname, gadis itu begitu bosan. Belum lagi ketika ia harus berbohong pada semua orang bahwa ia sedang pergi berlibur. Ia tidak akan mengatakan pada siapapun bahwa ia sedang berada di rumah sakit, ia benci ketika orang lain mengasihaninya, membuatnya merasa menjadi orang yang lemah dan tidak berguna.
“Na Ra-yya..” Suho memasuki ruangan Na Ra dengan sebuah amplop coklat di tangannya wajahnya terlihat begitu murung.
“Oppa..kapan aku bisa pulang? Aku sudah tidak betah disini, bau obat ini membuatku pusing dan-‘’
‘’Na Ra-yya” Suho kembali memanggil nama Na Ra, kali ini dengan nada yang begitu getir.
“Eoh oppa kenapa? Ada apa?’’
“’Kau harus tinggal disini lebih lama. Kau kau… menderita infeksi lambung akut, dan kau harus segera dioperasi. Jika tidak itu akan membahayakan nyawamu. Kau seharusnya menuruti perkataan oppa dulu untuk memeriksakan kesehatanmu seminggu sekali. Tingkat keberhasilan operasimu hanya 40 % Na Ra..oppa sungguh sangat menyesal harus mengatakan ini’ Suho berkata dengan nada parau. Apa yang baru saja dilontarkan Suho membuat jantung Na Ra seolah berhenti berdetak untuk sepersekian detik.
“Oppa…” Na Ra masih belum bisa menguasai keterkejutannya.
“Mianhae Na Ra-yya, oppa..oppa harus mengatakan yang sejujurnya, dan oppa akan berusaha semampu oppa untuk menyembuhkanmu, oppa janji” Suho menatap ke dalam iris coklat Na Ra, mencoba meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“Gwenchana oppa.. aku percaya pada oppa” Na Ra tidak tahu lagi harus bekata apa, hanya kalimat itu yang bisa ia ucapkan pada Suho. Mendapati dirinya terbaring lemah seperti sekarang ditambah kemungkinan bahwa ia akan segera meninggal membuatnya semakin tidak tahu kalimat apa lagi yang harus ia katakan pada Suho.
“Oppa aku punya waktu berapa lama?” kata-kata kepesimisan itu meluncur begitu saja dari bibir Na Ra, membuat Suho berjengit ngeri.
“Mwo? Apa maksudmu?”
“Bukankah aku akan segera meninggal? Oppa hanya tidak tega mengatakannya kan?” Na Ra tesenyum ketika membicarakan tentang kematian, seolah kematian adalah yang sangat dirindukannya.
“Neo micheosseo? Oppa akan menyembuhkanmu, kau tahu oppa akan menyembuhkanmu, kau akan kembali sehat, kau bisa pergi memotret kemanapun kau mau, kau juga bisa keliling dunia, kau bisa melakukan semuanya, kau akan sembuh Na Ra, kau dengar oppa, kau akan sembuh!” dada Suho tampak naik turun, nafasnya begitu tersengal-sengal penuh emosi.
“Oppa..”
“Jangan pernah katakan hal semacam itu, kau adik oppa, kau akan sembuh, tidak peduli apapun kau akan sembuh., ara?’’ suara Suho tampak meninggi. Na Ra menahan sesak di dadanya, tanpa ia mau, bulir-bulir bening keluar dari kedua matanya, membasahi pipinya.
“Na Ra-yya” Suho tidak bisa berkata apa-apa lagi ia memeluk gadis itu erat, menguatkannya.
“Oppa aku tidak mau mati oppa, aku masih ingin hidup. Aku belum berkeliling dunia, aku belum memotret semua yang aku mau dan aku bahkan belum mengucapkan bahwa aku sangat mencintai Kris oppa, aku belum mengucapkannya” Na Ra sudah tidak bisa menahan tangisnya, ia terisak di pelukan Suho. Kenyataan yang di hadapinya begitu berat. Ia harus menjauh dari orang yang sangat dicintainya dan hari ini ia tahu bahwa waktunya untuk hidup tidak lama lagi.
To Be Continued
Note :
Kindly visit my personal site belleciousm.wordpress.com to drop your comments or mention me on @RegginaAprilia ^^