home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Cross Roads

Cross Roads

Share:
Published : 07 Oct 2014, Updated : 14 Dec 2014
Cast : Kris, Kai, Lee Na Ra, Shin Sung Young, EXO-K, EXO-M
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |24821 Views |7 Loves
Cross Roads
CHAPTER 15 : UNEXPECTED DAYS

CHAPTER 15

UNEXPECTED DAYS

Casts               :

Kris Wu

Lee Na Ra

Kim Jongin

Shin Sung Young

Oh Sehun

Park Chanyeol

Choi Sooyoung

Etc.

Author             : bellecious0193

Poster              : LilyAndromeda

PG 15

Romance

Hati Luhan mungkin masih sakit mengingat kejadian tempo hari dimana dia melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa Shin Sung Young, gadis itu yang sudah (dan masih) mengisi hatinya tertawa lepas dengan pria lain. Walaupun dari jarak yang cukup jauh tapi Luhan dapat merasakan jika pasti saat itu semburat-semburat merah muncul di pipi gadis manis itu, yang membuatnya semakin cantik. Persis seperti saat ia bersamanya, dulu.

 

Luhan menyandarkan kepalanya di sofa krem yang ada di kamarnya menimbang-nimbang nasehat yang diberikan Sehun dan Na Ra hingga ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa ia harus mengejar Sung Young, entah apakah gadis itu masih mencintainya atau tidak ia hanya ingin menunjukkan kalau ia masih mencintainya seperti (atau mungkin lebih) saat dulu mereka masih berpacaran.

**

Sung Young sedang berjalan dengan setumpuk buku tebal dan tas super berat berisi kamera SLRnya. Ia menyusuri tangga kampusnya dengan langkah terburu-buru karena harus segera pergi ke kantor redaksi menyelesaikan deadline-nya sore itu. Tumpukan buku ditangannya hampir saja jatuh saat ia mendapati seseorang yang sangat ia kenal (dan mungkin ia rindukan) sedang berdiri, bersandar pada Volvo S80-nya.

"Luhan oppa" spontan ia memanggil nama pemuda itu.

Luhan tersenyum ceria dan segera menghampiri Sung Young, membawakan buku-buku tebalnya.

"Gwenchana oppa" Young berusaha menolak bantuan Luhan.

"Kau sedang tidak dalam posisi yang baik untuk menolak bantuanku Youngie-ah" Luhan berargumen, mengabaikan protes Young dan dengan cepat memasukkan buku-buku Young ke mobilnya.

"Aku antar ke tempat kerjamu"

"- dan aku tidak menerima penolakan" Luhan cepat-cepat menambahkan kalimatnya ketika dilihatnya Young sudah akan membantahnya (lagi).

Maka disinilah Shin Sung Young dan Luhan berada dalam mobil yang sama, tentu saja dengan suasana super sunyi karena Young terus menerus menunduk atau mengalihkan pandangannya ke luar sisi jendela. Sesekali ia mengecek ponselnya, dan mendapati ada banyak missed calls serta pesan dari eonnienya Na Ra yang sudah masuk ke folder spam di handphone-nya. Ya, gadis itu marah, kecewa, dan sedih atau lebih tepatnya cemburu dengan kedekatan Na Ra dan Kai.

Sebenarnya ia merasa begitu bersalah pada Na Ra, tapi rasa egois dan gengsinya membuatnya cepat-cepat menepis keinginan untuk menjawab telfon atau pesan dari Na Ra.

"Kau pulang jam berapa?" Luhan tiba-tiba berbicara, memecah keheningan.

"Eum..ne oppa?" Dan untuk pertama kalinya Young melihat ke arah Luhan.

"Kau melamun?"

"Anya"

"Jadi, kau pulang jam berapa?"

"Jam 7 oppa, wae?"

"Aku akan menjemputmu"

"Tapi oppa, tidak perlu aku bisa pulang sendiri, aku bisa naik bus dan-"

"Shin Sung Young, aku sedang tidak dalam posisi menawarkan, tapi aku memaksa!" Luhan berbicara tanpa memandang Young, ia melirik melalui ekor matanya hatinya bersorak mendapati Young sama sekali tidak berkutik dengan pemaksaanya.

**

5 menit sebelum jam 7 mobil Luhan sudah terparkir manis di depan gedung tempat Young bekerja, hati Young mencelos. Ia walaupun saat ini sedang jatuh cinta pada Kai tapi tentu saja hati kecilnya tidak bisa menolak kehadiran pria yang 3 tahun mengisi hatinya, dan jujur saja Young juga merindukannya.

Mereka menuju apartemen Young dalam diam, seolah tidak ada kehidupan dibalik Volvo yang melaju kencang membelah dinginnya udara Seoul di malam hari.

Setelah bermenit-menit yang terasa begitu lama mereka akhirnya sampai di apartemen Young. Luhan tersenyum manis mendapati interior girly khas Young "ia tidak pernah berubah" batinnya.

"Eum.. Op-oppa mau kubuatkan teh" Young masih saja gugup, dan ia membenci kenyataan bahwa ia tidak bisa menutupi rasa gugupnya.

"Youngie, kau berbicara denganku, bukan dengan orang asing, berhentilah untuk terlalu gugup seperti itu" Luhan berjalan mendekati Young yang nampak sedang menarik-narik ujung kemejanya, kebiasaan Young saat gugup.

Luhan memegang tangan Young agar gadis itu berhenti melakukan kebiasannya, gadis itu sedikit berjengit saat tangan lembut Luhan menyentuh permukaan tangannya. Luhan menggenggamnya, erat.

"Young, sudah bertahun-tahun.." Luhan menggantungkan kalimatnya.

"N-ne oppa"

"Kita sudah sangat lama tidak bertemu, kau yang tiba-tiba memutuskanku, pindah rumah, pindah sekolah, mengganti nomer handphonemu dan meninggalkanku tanpa menoleh lagi. Dan saat kita bertemu lagi seperti sekarang ini, bukankah seharusnya kau menjelaskan banyak hal?"

"O-oppa" hanya itu yang bisa Young katakan. Ia merasa begitu bersalah pada Luhan hanya karena pemikiran sepihaknya kala itu.

"Kenapa kau tidak memberiku kesempatan Young? Paling tidak kesempatan untuk melindungimu?" Nada bicara Luhan merendah, suaranya terdengar begitu parau.

Young dengan segenap keberaniannya berusaha menatap mata Luhan, dan disanalah ia menemukan mata pemuda bermarga Lu itu berkaca-kaca, menahan tangis, menahan kepedihan yang diciptakan oleh dirinya.

"Mianhae oppa, jeongmal mianhae anyi.. Bahkan aku tidak berhak mendapat maafmu aku-"

"Bisakah aku memelukmu?" Luhan kembali memotong perkataan Young, ia mungkin marah dan kecewa. Tapi, rasa rindunya pada gadis itu lebih besar dari apapun.

Young mengangguk lemah dan dalam hitungan detik, Luhan memeluk Young, seerat dan selama yang ia bisa. Ia hanya ingin merengkuh gadis yang masih sangat dicintainya itu, mencoba mengatakan padanya melalui pelukan itu betapa ia tak pernah berhenti merindukannya.. Dan juga mencintainya.

**

 

 

Sudah  3 minggu ini Na Ra tinggal di Jeguk Hotel, keadaanya makin menyedihkan, tubuhnya semakin kurus karena ia jarang sekali makan, lingkaran hitam di sekitar matanya begitu kelihatan. Membuatnya benar-benar seperti mayat hidup. Sudah 3 minggu ini pula Na Ra menghindari Kris, ia tahu pemuda itu tidak akan menyerah begitu saja untuk mencarinya. Tapi, yang ada di pikiran Na Ra kali ini adalah bagaimana agar ia tidak bertemu dengan pria itu. Batinnya begitu tersiksa, ia begitu merindukan sosok Kris, namja yang sudah memperkenalkannya pada betapa indahnya cinta, sekaligus  namja yang memberinya pelajaran berharga betapa cinta itu juga sangat menyakitkan. Sooyoung benar, dirinya bukan gadis yang tepat untuk Kris, ia tidak tahu apa-apa soal Kris, jadi bagaimana ia bisa membahagiakannya??

Sementara itu setiap hari Kris mendatangi apartemen Na Ra bertanya pada siapapun yang menurutnya mengenal Na Ra, mencari keberadaan gadis itu. Ia juga mendatangi kantor dimana Na Ra bekerja tapi petugas disana mengatakan bahwa Na Ra sudah mengundurkan diri sejak 3 minggu yang lalu, membuat Kris begitu frustasi karena Na Ra benar-benar seperti di telan bumi. Ia juga mendatangi Sung Young tapi gadis itu malah seperti tidak mau tau soal keberadaan Na Ra seperti gadis itu sedang begitu marah pada Na Ra. Kris bahkan mengecek ke pihak imigrasi apakah Na Ra masih di Korea dan jawabannya gadis bernama Lee Na Ra dipastikan masih berada di Korea, tapi dimana… dimana Na Ra berada. Kris benar-benar hampir putus asa. Ada banyak sekali pertanyaan dalam dirinya , kemana Na Ra? Kenapa ia menghilang begitu saja.

 

Kerenggangan hubungan Kris dan Na Ra benar-benar dimanfaatkan oleh Sooyoung, gadis itu terus berada di sekitar Kris agar pria itu mau kembali dengannya. Sooyoung tentu saja punya seribu cara untuk itu, ia beralasan bahwa bukanlah hal yang salah ketika seorang teman terus mendatangi temannya yang lain. Ya.. Kris memang setuju untuk menjalin pertemanan dengan Sooyoung karena menurutnya tidak ada hal yang salah akan itu, tapi pikiran Sooyoung tentu bekerja lebih cepat menanggapi respon positif Kris ini, ia menggunakan kebaikan hati Kris untuk membuat namja itu kembali padanya bagaimanapun caranya.

 

Na Ra benar-benar seperti menarik dirinya dari dunia luar, ia terus saja berada di kamar hotelnya selama berminggu-minggu, Kai sesekali datang kesana untuk menjenguknya. Saat ini hanya Kai yang tahu dimana keberadaanya. Tapi tentu saja Kai tidak bisa terus menerus menemani Na Ra ia semakin sibuk dengan pekerjaanya, ayah tirinya terus melibatkannya dalam banyak urusan bisnis, karena ia ingin Kai dan Kris menjadi penerus yang handal untuk perusahaan keluarga mereka kelak.

Hari ini Na Ra sedikit bosan, ia pun memutuskan untuk bertemu dengan Sehun, sahabatnya. Yang rasanya sudah puluhan tahun tidak ditemuinya. Na Ra lalu bersiap-siap menemui Sehun tanpa menelfonnya lebih dulu karena ia tidak punya satu pun kontak teman dekatnya, yang ia hafal hanya nomor Young dan Kris. Beberapa kali ia menelfon Young tapi tampaknya adiknya itu sedang marah padanya, karena gadis itu tidak pernah menjawab telfon darinya. Sebenarnya Na Ra ingin sekali menanyakan kenapa Young mengabaikannya tapi bahkan ia tidak punya tenaga untuk itu. Kris? Tidak mungkin Na Ra menghubunginya.

Na Ra menatap dirinya sebentar di dalam cermin, ia sedikit terkejut melihat perubahan wajahnya, ia benar-benar seperti sosok mayat hidup. Gadis itu berjalan dengan sedikit gontai menyusuri koridor hotel, pegawai-pegawai disana sudah begitu hafal dengan Na Ra. Na Ra hanya mengangguk pelan setiap kali mereka menyapanya.

Ia melangkahkan kakinya keluar dari hotel, sedikit berjengit begitu matahari menyengat kulitnya yang seputih susu. Sudah berminggu-minggu ia tidak merasakan panasnya matahari, maka cepat-cepat ia menghentikan taksi yang lewat di depannya dan meminta si supir untuk mengantarkannya ke Oh Group. Perusahaan keluarga Sehun.

 

@ Oh Group

‘’Agassi bisakah aku bertemu dengan Tuan Oh Sehun?’’ Na Ra langsung bertanya pada bagian informasi begitu ia tiba disana.

“Apakah nona sudah membuat janji dengan Tuan Sehun?’’

Na Ra memutar bola matanya, ia lupa kalau Sehun adalah seorang direktur pasti ia sangat sibuk.

“Anyi.. tapi bisakah kau mengatakan padanya bahwa Lee Na Ra datang mencarinya?”

“Baiklah. Tunggu sebentar nona”

Si pegawai tampak menekan beberapa nomor telfon sementara Na Ra menunggu.

‘’Nona.. silahkan nona naik ke lantai 15 di sana ruangan tuan Sehun, nona harus menemui sekretarisnya terlebih dahulu sebelum bertemu dengan tuan Sehun’’ si pegawai menjelaskan panjang lebar.

‘’Ah ne.. gamsahamnida’’

Na Ra langsung menuju ruang Sehun, ia begitu merindukan sahabatnya itu.

‘’Tuan saya ingin bertemu dengan Tuan Oh Sehun bisakah?’’ Na Ra langsung menghampiri meja Tuan Soo, sekretaris kepercayaan keluarga Oh.

‘’Nona Lee.. apa yang- maaf annyeonghaseyo Nona Lee.. maafkan ketidaksopanan saya’’ Tuan Soo tampak terkejut dengan kehadiran Na Ra. Lelaki paruh baya itu tampak berkali-kali membungkukkan badannya meminta maaf.

‘’Tidak perlu seperti ini ahjussi’’ Na Ra mencoba mencairkan suasana.

‘’Maaf Nona Lee saya hanya-‘’

‘’Gwenchana, jadi bisakah saya bertemu dengan Sehun’’ Na Ra berbicara non-formal kali ini.

‘’Nona tunggu sebentar disini, silahkan duduk’’ Tuan Soo menunjuk sofa berwarna krem yang ada di depan mereka mempersilahkan Na Ra duduk.

Tuan Soo berlalu dan segera menuju ruang Sehun. Sehun tampak sibuk dengan banyak sekali tumpukan dokumen yang harus ia periksa.

’Eoh ahjussi ada apa?’’ Sehun tampak sudah sangat dekat dengan Tuan Soo karena memang Tuan Soo sudah lebih dari 20 tahun bekerja untuk Oh Group.

‘’Maaf Tuan menganggu tapi di luar nona Lee sedang menunggu ingin bertemu dengan Tuan”

‘’Lee.. nugu?’’

“Nona Lee Na Ra tuan’’

“LEE NA RA??’’ Sehun meninggikan suaranya begitu mendengar nama Lee Na Ra, membuat Tuan Soo mengernyitkan dahinya dengan sikap tak biasa atasannya itu.

“Eum… oh.. ada apa dia kemari? Apa ada yang penting?” Sehun dengan kikuk membetulkan letak dasinya, menutupi kebahagiaan dan kegugupannya karena Na Ra. Jujur saja ia memang sempat kesal dengan gadis itu, karena sejak bertemu dengan Kris Wu, Na Ra-nya (jika ia bisa menyebutnya seperti itu) menjadi tidak punya waktu untuknya. Sudah berminggu-minggu pula ia mencoba menghubungi gadis itu, tapi nomornya tidak pernah aktif. Dan sekarang gadis yang sangat dirindukannya itu ada di balik pintu ruangannya dan….. menunggunya.

“Nona Lee tidak mengatakan apapun Tuan, ia hanya mengatakan ingin bertemu dengan Tuan’’

‘’Ehm.. baiklah suruh dia masuk’’

‘’Baik Tuan’’ dan Tuan Soo pun berlalu dibalik pintu memanggil Na Ra. Sehun begitu grogi sampai ia berkali-kali membenarkan posisi duduknya,  merapikan kemeja, dasi dan rambutnya. Berusaha tampak sesempurna mungkin di depan Na Ra.

Ceklek~~ terdengar pintu di buka dengan pelan yang Sehun tahu pintu itu di buka oleh Na Ra, hal itu dapat di ketahuinya dari bau parfum Na Ra yang sangat ia kenal.Sehun berpura-pura sibuk dengan setumpuk dokumen di depannya, padahal pikirannya sama sekali tidak fokus mengingat Na Ra kini ada di hadapannya.

“Sehunnie” suara lembut Na Ra memanggil Sehun, pria itu masih berupura-pura sibuk dengan tumpukan dokumennya.

“Hmm..’’ ia hanya menggumam menanggapi panggilan Na Ra tanpa sedikitpun memandang gadis yang berdiri di depannya itu, ia berpura-pura kesal karena selama ini merasa terabaikan karena kehadiran Kris Wu.

“Apa kau sedang sangat sibuk eoh?’’ Na Ra bertanya hati-hati.

‘’Kau tahu kan aku orang yang sangat sibuk’’ Sehun menjawab seadanya tanpa mengalihkan pandangannya dari tumpukan dokumen-dokumen itu.

“Ne.. aku tahu, mianhae sudah menganggumu, aku permisi’’ Na Ra merasa tidak enak karena mengganggu Sehun yang tampak sedang sangat sibuk, ia memutuskan untuk pulang saja.

“Mwo? Kau mau kemana? ‘’ Sehun terlonjak kaget dan segera menyusul Na Ra yang akan meninggalkan ruangannya.

“Kau bilang kau sangat sibuk, aku tidak mau mengganggumu..kkeurom na kha (jadi, aku pergi saja).’’ Na Ra kembali melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan Sehun.

“Yak yak kenapa kau pulang aigoo yak Lee Na Ra, neo jinjja. Kau harusnya menanyakan kabarku, membujukku agar mau berbicara lagi denganmu, kau tau aku kesal padamu karena kau seperti menjauh dariku sejak ada lelaki itu, kau juga tidak mengangkat telfonku selama berminggu-minggu, kau tau nona Lee kau sangat menyebalkan. Aku bahkan ragu apa kau masih menganggapku ada, cih!’’ Sehun mencecar Na Ra dengan semua ungkapan kekesalannya pada Na Ra, ia melipat kedua tangannya di depan dadanya, menunjukkan kalau ia sedang kesal.

“Mianhae” hanya itu yang keluar dari mulut Na Ra. Ia tidak tahu apa lagi yang harus ia katakan, sejujurnya ia merasa begitu terluka dengan ucapan Sehun, ia merasa terluka karena sudah melukai hati sahabatnya itu.

“Eh!” Sehun justru terkejut melihat tanggapan Na Ra, biasanya gadis itu akan balik mencercanya dan beradu argument, tapi kali ini hanya kata maaf yang keluar dari mulut gadis itu. Perlahan Sehun mendekati Na Ra, dan betapa terkejutnya ia melihat wajah Na Ra yang begitu pucat dengan lingkaran hitam di bawah matanya, seperti ia menangis selama berhari-hari.

“Lee Na Ra’’ Dan sepersekian detik gadis bermarga Lee itu sudah ada di pelukan Sehun, Sehun tidak mampu lagi berkata apa-apa. Ia begitu bahagia karena Na Ra-nya sekarang ada di pelukannya, begitu nyata. Ia memeluk Na Ra begitu erat dan hati Sehun semakin sakit mengetahui betapa kurusnya Na Ra sekarang, ia ingin sekali mengeratkan pelukannya tapi ia begitu kuatir jika pelukannya bisa melukai Na Ra yang kini tampak begitu rapuh.

‘’Na Ra-yya apa kau sakit hm? Tubuhmu kurus sekali, aku bahkan kuatir aku akan melukaimu jika aku memelukmu lebih erat”

“Aku baik-baik saja Sehunnie, maafkan aku” Na Ra mengusap lembut punggung Sehun.

“Jangan meminta maaf, kau kemana saja selama ini hm? Aku terus mencarimu tapi kau seperti hilang di telan bumi, jeongmal bogoshipo” Sehun masih terus memeluk Na Ra, dan Na Ra membiarkannya karena pelukan Sehun membuatnya merasa sedikit hidup, membuatnya merasa bahwa masih ada yang peduli padanya.

“Lihat wajahmu, kau begitu pucat, lingkaran hitam dibawah matamu, apa kau menangis berhari-hari hm? Katakan padaku kau kenapa? Ppallii..” Sehun kembali mencerca Na Ra dengan berbagai pertanyaan begitu ia melepaskan gadis itu dari pelukannya.

“Aku tidak ap-“

“Berhenti mengatakan kau baik-baik saja, kau pasti tidak makan dengan baik, tidak meminum vitaminmu, dan- “

“Aku memang tidak bisa membohongimu Tuan Oh ‘’ Na Ra memandang lurus ke arah Sehun dan tersenyum tulus, membuat hati Sehun mencelos setiap kali ia melihat senyuman gadis dihadapannya ini.

“Na Ra-yya” Sehun kembali menarik Na Ra ke dalam pelukannya. Rasanya ia tidak akan pernah puas untuk memeluk Na Ra, ingin rasanya ia berteriak saat itu juga, mengungkapkan betapa ia mencintai Na Ra, tapi mulutnya terasa terkunci ia tidak mampu mengatakan apa-apa lagi. Karena baginya kini, dengan Na Ra ada di pelukannya semua terasa sempurna.

‘’Kajja..kita pergi dari sini aku bosan’’ Sehun segera menarik tangan Na Ra.

‘’Kita mau kemana ? ‘’ Na Ra terus bertanya kepada Sehun kemana tujuan mereka pergi tapi pria bermarga Oh itu hanya terus menarik tangan Na Ra menuju mobilnya, memasangkan seat belt dan melaju kencang dengan Mercedes Coupenya.

‘’Sehunnie’’ Na Ra mencoba membujuk Sehun untuk memberitahunya kemana mereka akan pergi.

‘’Nona Lee, tenanglah’’ Sehun hanya menjawab seadanya tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan lurus di depannya.

Ternyata Sehun membawa Na Ra ke sebuah restoran Prancis di Seoul, Les Lumières. Ia langsung menarik Na Ra dan memaksanya duduk di sebuah meja di sudut restoran itu.

‘’Kenapa kau membawaku kemari Sehunnie’’

‘’Pelayan.. ‘’ Sehun tidak menjawab pertanyaan Na Ra dan ia malah memanggil seorang pelayan yang langsung menghampiri mereka.

‘’Kau makan apa ?’’ Sehun bertanya lugas pada Na Ra.

‘’Nan molla’’ Na Ra hanya menjawab seadanya dan meletakkan dagunya di tangannya, kesal dengan pemaksaan Sehun.

’Um..baiklah biar aku yang pesan, aku mau Le Cassaoulet, Escargot, um apa lagi kau mau apa Na Ra-yya ? Ah iya jangan lupa Gateau Nantais aku juga mau le muscadet, ppalii ‘’ Sehun memesan dengan sangat bersemangat.

‘’Baik Tuan, mohon tunggu sebentar’’ si pelayan membungkuk dengan sopan dan berlalu untuk menyiapkan pesanan Sehun dan Na Ra atau lebih tepatnya pesanan Sehun.

‘’Neo micheosseo ? Kau mau makan sebanyak itu. Sehunnie neo jinjja, aish.. ‘’ Na Ra mendesis kesal pada Sehun yang memesan begitu banyak makanan padahal mereka hanya berdua.

‘’Na Ra-yya kau begitu kurus kau harus makan banyak agar aku tidak kuatir lagi saat nanti memelukmu, aratji?’’

‘’Yak apa hubungannya makan banyak dan pelukan, lagi pula kenapa kau mau terus memelukku, apa kau menyukaiku eoh’’ Na Ra mendekatkan wajahnya pada Sehun sambil berbisik, mencoba menggoda Sehun.

“Mwo? Aku menyukaimu? Kau itu menyebalkan, suka seenaknya sendiri, kau juga suka berteriak kepadaku, jika sudah membaca buku kau akan lupa dunia sekitar, dan jika kau tidur kau seperti orang mati mengerikan sekali, mana mungkin aku menyukaimu, cih!’’ Sehun tanpa sadar menyebutkan semua kebiasaan Na Ra dengan begitu detail.

’Wuah.. daebak uri Sehunnie kau sangat mengenalku kekeke…’’ Na Ra mengacak pelan rambut Sehun.

“Aish jangan mengacak-ngacak rambutku nona Lee, kau merusak tatanan rambutku ck!’’

‘’Ah arasseo Tuan Oh, mianata’’

‘’Jangan meminta maaf!’’ Sehun mendadak serius.

“Wa-‘’

‘’Permisi nona tuan ini pesanan kalian’’ perdebatan kecil mereka terhenti karena si pelayan datang dan membawakan pesanan mereka. Dan Na Ra hanya bisa membelalakkan matanya menyadari betapa banyak makanan yang Sehun pesan untuk mereka.

‘’Selamat menikmatinya nona tuan’’ si pelayan kembali membungkuk sopan dan berlalu membiarkan klien mereka menikmati pesanan mereka.

“Kyaa mashitaa..’’ Sehun memandang dengan lapar hidangan yang kini tersaji manis di hadapan mereka.

‘’Kau yakin akan menghabiskannya? Setauku kau sangat membenci masakan Prancis, bukankah kau sangat menyukai masakan Itali eoh?’’

‘’Tapi kau menyukainya jadi aku juga harus menyukainya’’ Sehun berkata cepat sambil menyuapkan sepotong besar le cassaoulet ke dalam mulutnya.

‘’Sehunnie..’’

‘’Mwo??”

“Makanlah hal yang kau suka, jangan memaksakan diri seperti ini, aku tau kau bahkan sama sekali tidak bisa memakan escargot, jadi kenapa kau memesannya?’’ Na Ra mengambil sepiring escargot yang sedang Sehun ambil isinya dan menggantinya dengan meletakkan sepiring gateau nantais di depan pria itu.

“Makanlah ini, satu-satunya makanan Prancis yang bisa kau makan adalah gateau nantais kan?’’

Sehun menghentikan aktifitas makannya dan memandang lurus ke arah sahabatnya itu.

‘’Kau tahu itu?’’ pria itu bertanya dengan penuh keheranan.

‘’Tentu saja aku tahu Sehunnie, kau sahabatku mana mungkin aku sama sekali tidak tahu tentangmu sementara kau tahu begitu banyak tentangku? Lain kali hanya karena aku menyukai masakan Prancis kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk ikut memakannya, kau harus makan makanan yang kau suka. Kau mengerti ?’’ Na Ra lagi-lagi tersenyum tulus kepada Sehun, menunjukkan betapa ia juga sangat menyayangi sahabatnya itu. Untuk beberapa detik Sehun kembali termenung menatap Na Ra. Ia tidak tahu jika Na Ra juga begitu tahu tentang dirinya. Dan selama bermenit-menit lelaki itu hanya terus memandangi Na Ra yang tampak sangat menikmati hidangan Prancisnya.

‘’Dasar nona Prancis’’

‘’Aku memang dari Prancis, Sehunnie’’ Na Ra menjawab seadanya pikirannya kembali menerawang saat ia mengucapkan Prancis. Ia berfikir untuk kembali lagi ke Prancis, kerumahnya dan meninggalkan Korea.

Makan siang itu terasa begitu hidup karena dua sahabat yang lama tidak bertemu itu selalu punya cerita untuk di bahas, rasanya Sehun ingin menghentikan waktu agar selamanya ia bisa seperti ini. Memandang kedalam mata Na Ra yang begitu meneduhkannya. Mereka berjalan beriringan keluar dari Les Lumières.

‘’Sehunnie gomawo, lain kali aku akan mengajakmu ke restoran Itali favoritmu, kau boleh memesan apapun yang kau mau, aku akan mentraktirmu’’

‘’Eyhh tidak perlu, aku akan belajar menyukai masakan Prancis agar aku bisa menemanimu makan disini dan tidak selalu memakan gateau nantais itu kekeke…’’

‘’Arasseo, tapi aku tidak yakin kau bisa melakukannya’’

‘’Yak kau meragukanku?’’

‘’Anyi.. uri Sehunnie kau harus kembali ke kantor pekerjaanmu pasti sudah menanti’’

‘’Andwae..aku masih mau bersamamu, kita sudah lama tidak bertemu Na Ra-yya kenapa kau terus saja mengusirku eoh? Kau bukan sahabat yang baik cih!’’

‘’Apa kau tidak kasihan dengan Tuan Soo dan juga 6000 karyawan Oh Group? Apa kata mereka jika direktur mereka malah pergi dengan seorang gadis dan menemaninya makan siang sepanjang waktu? Kita masih bisa bertemu lain waktu Sehunnie, khopjomalgu’’

’Shireo!!’’ Sehun mempoutkan bibirnya kesal

‘’Sehunnie, uri Sehunnie..aku berjanji kita masih akan terus bertemu’’

‘’Jinjja?’’

“Eum tentu saja. Lee Na Ra akan selalu memegang janjinya’’

“Ah arasseo, tapi aku akan mengantarkanmu pulang kajja’’ Sehun baru saja akan menarik tangan Na Ra.

“Chankamman, aku bisa pulang sendiri, kau harus segera kembali ke kantormu, kha kha~”

“Eh tapi-“

“Jika kau tidak menurutiku aku tidak mau bertemu lagi denganmu” ancam Na Ra

“Yak yak kau mengancamku?’’

“Anyi.. cepatlah’’ kali ini Na Ra mendoron paksa Sehun agar masuk ke mobilnya dan menutup pintu mobil Sehun cepat-cepat. Sehun menurunkan kaca mobilnya.

‘’Yak Na Ra-yya biarkan aku mengantarkanmu pulang eoh ?’’ Sehun masih terus membujuk Na Ra.

‘’Aku bukan anak kecil Sehunnie, aku bisa pulang sendiri. Keurom.. annyeong’’ Na Ra mengucapkan salam perpisahan yang mau tidak mau di balas Sehun dengan anggukan kesalnya, perlahan ia menjalankan mobilnya dan terus memandangi Na Ra dari balik kaca spionnya. Dia terus tersenyum sepanjang perjalanan, ia sangat bahagia karena ia bisa kembali bertemu dengan Lee Na Ra.

**

next chapters already posted on my personal sites belleciousm.wordpress.com kindly visit for the further chapters :))))

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK