CHAPTER 14
DECISION
Na Ra merebahkan tubuhnya di ranjang putih kamarnya, memandang ke langit-langit kamarnya yang berlukiskan langit biru dengan awan-awan menggantung di sana. Ia menaikkan sebelah tangannya bermaksud menggapai awan yang tampak bergelantungan di kamarnya itu, ia menikmati hal itu, seperti ia berada dibawah hamparan langit biru yang akhir-akhir ini sulit ia temui karena Seoul sedang begitu muram dengan hujannya yang selalu turun setiap hari. Kegiatannya diinterupsi oleh bunyi bel apartemennya, ia segera beranjak menuju intercom untuk melihat siapa yang datang. Dan jantungnya hampir melompat keluar ketika ia melihat siapa yang datang, gadis itu Choi Sooyoung sedang berdiri manis di depan pintu apartemennya. Na Ra tidak banyak berbasa-basi, ia langsung membukakkan pintu untuk Sooyoung. Gadis itu tersenyum ramah menyambut Na Ra, Na Ra balas tersenyum, sebisa mungkin menahan gejolak hatinya.
‘’Masuklah’’
‘’Ah Ne.. gomawo, Na Ra-ssi’’
Sooyoung mengikuti Na ra di belakangnya, pandangannya tertuju pada interior apartemen Na Ra yang bergaya Eropa. Gadis ini punya selera yang bagus, batin Sooyoung.
‘Anja’ Na Ra menunjuk sofa diruang tengah apartemennya.
‘’Ne, gamsahamnida’’
Na Ra ikut duduk di sebelah Sooyoung, sedikit mengamati gadis itu, jadi ini mantan kekasih Krisnya.
‘’Kau mau minum apa ?’’ Na Ra tampak sedikit berbasa-basi.
‘’Tidak perlu Na Ra-ssi, um..apa kau tinggal sendiri disini ?’’
‘’Marhaebwa !’’
‘’Mwo ? Apa maksudmu Na Ra-ssi ?’’
‘’Kau datang kesini pasti punya sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengabnku’’
‘’Aku hanya-‘’
‘’Soal Kris ?’’ Na Ra seolah sudah bisa membaca jalan pikiran Sooyoung.
‘’N-ne’’ Sooyoung menarik nafasnya, mengaturnya baik-baik sebeelum mengatakan tujuannya datang kemari, tatapan Na Ra begitu mengintimidasi membuat sedikit ciut nyalinya, tapi bukan Sooyoung jika ia menyerah begitu saja.
‘’Aku tau kau dekat dengan Kris, sangat dekat. Dan.. jujur saja aku begitu shock begitu tahu ternyata Kris sudah mempunyai orang lain disisinya’’ Sooyoung mulai mengutarakan maksudnya, Na Ra sama sekali tidak merespon hanya mendengarkan gadis di depannya dengan seksama.
‘’Well.. seperti yang kau tahu aku masih sangat sangat mencintai Kris, dan aku rasa Kris juga sebaliknya’’
‘’Mwo ?’’Na Ra terkejut dengan ucapan Sooyoung.
‘’Kris pasti tidak akan mengakuinya jika kau menanyakannya langsung padamu, tapi aku yakin jauh dilubuk hatinya dia masih sangat mencintaiku’’
‘’Kenapa kau bisa begitu yakin Nn.Choi’’ Na Ra bertanya dingin sambil menyebut nama depan gadis itu.
‘’Na Ra-ssi jika dia sudah tidak mencintaiku, seharusnya dia mengabaikanku saat aku menangis kemarin kan? Aku tau kau disana saat Kris memelukku, kau melihatnya kan? Saat Kris mati-matian berusaha membuatku berhenti menangis? Itu tidak akan dilakukannya jika dia sudah tidak lagi mencintaiku kan?’’
Deg.. kata-kata Sooyoung begitu tenang dan lembut tapi seperti sebuah tusukan pedang yang tepat mengenai jantung Na Ra, perkataan Sooyoung begitu membuat hatinya nyeri.
‘’Na Ra-ssi aku tahu saat ini mungkin Kris banyak menghabiskan waktu bersamamu, mungkin dia juga sudah mengatakan bahwa dia menyukaimu atau bahkan mencintaimu???’’
Na Ra sama sekali tidak menjawab pertanyaan Sooyoung dan itu membuat Sooyoung semakin berani mengintimidasi Na Ra, ia sudah selangkah lagi untuk menang.
‘’Na Ra-ssi percayalah hanya aku gadis yang dicintai Kris, aku sudah menghabiskan bertahun-tahun bersamanya, aku tau semua tentangnya, tentang apa yang dia suka, yang dia tidak suka, tentang masa lalunya, hidupnya, keluarganya, aku tahu semua, aku adalah tempatnya berbagi Na Ra-ssi, apa kau bisa melakukan apa yang aku lakukan?’’
‘’Kris bahkan pernah mengatakan bahwa hanya aku yang dicintainya, bahwa dia meletakkan semua kebahagiaannya padaku, jadi jika dia tidak bersamaku, bagaimana dia bisa bahagia? Na Ra-ssi aku tahu kau begitu menyukai Kris, tapi bisakah kau melepaskannya? Untuk kebahagiaanya? Aku berjanji akan membuatnya bahagia dan tidak akan mengecewakannya lagi, jebal’’ Sooyoung kini memegang kedua tangan Na Ra memohon akan sesuatu yang ia sudah yakin akan ia menangkan, ia tahu betul tipe gadis seperti Na ra, gadis yang lebih mementingkan kebahagiaan orang lain dan dia bahkan akan rela mengorbankan kebahagiaanya sendiri.
‘’Aku harap kau mau mempertimbangkannya Na Ra-ssi, maaf aku sudah lancang, aku permisi dulu’’ Sooyoung beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Na Ra yang masih membisu, sedikit menyeringai karena ia tahu Na Ra kan mengikuti perkataanya dan menjauhi Kris.
Na Ra masih mematung ditempatnya, mencoba mencerna akan apa yang baru saja terjadi. Rasanya baru saja ia merasakan cinta yang ia pikir tak akan pernah ia rasakan seumur hidupnya, tapi baru saja seseorang datang menghancurkan kebahagiaan yang sedang ia bangun. Choi Sooyoung, gadis itu mungkin benar, ia lah yang cocok bersama Kris, ia lah yang sudah menemani Kris bertahun-tahun, dan ia lah gadis yang mengerti semua tentang Kris. Na Ra menarik rambutnya dengan keras.
ARGHHHHH!! DAMN!!
Na Ra melemparkan sebuah pajangan keramik dan membantingnya hingga pecah berkeping-keping. Nafasnya memburu, pikirannya begitu kacau. Ia menyambar tas dan kunci mobilnya, mengabaikan sapaan orang-orang di sepanjang koridor apartemennya, ia tidak punya cukup tenaga untuk sekedar membalas sapaan mereka. Ia berlari menuju basement, dan segera mengendarai BMW X-10 nya dengan kecepatan penuh, mengabaikan teriakan orang-orang dijalanan karena ia menyetir dengan asal.
Dengan kecepatan menggila seperti itu tidak butuh waktu yang lama untuk Na Ra agar bisa sampai di XXI Club. Dengan langkah terburu-buru ia memasuki club itu dan menuju meja bartender.
‘’Eoh Lee Na Ra-ssi anny-‘’ Park Chanyeol si bartender baru akan mengucapkan salam dengan senyum sumringahnya sebelum Na Ra memotong ucapan Chanyeol dengan cepat.
‘’Beri aku segelas vodka’’ Na Ra langsung duduk di depan Chanyeol dengan ekspresi frustasi.
‘’Nona k-kau yakin’’
‘’Ppali’’ Na Ra mengetukkan jarinya di meja bar, menyuruh Chanyeol untuk cepat membuatkan pesannya.
‘’N-ne..’’ Chanyeol hanya mengangguk dan dngan segera menuangkan segelas vodka pesanan Na Ra yang langsung habis dalam sekali teguk.
‘’Aku mau lagi’’
Chanyeol tidak bisa berbuat apa-apa selain terus menuruti kemauan Na Ra hingga gelas ke 10. Na Ra tampak sudah mabuk sekarang, terang saja vodka yang ia minum mempunyai kadar alcohol 70 %, membuat siapa saja yang meminumnya cepat mabuk.
‘’A-ak-uu mau l-lagi..pp-ppali’’ Suara Na Ra terdengar terbata karena sudah mabuk.
‘’Nona Lee kau sudah sangat mabuk berhentilah minum. Aku akan menelfonkan taksi untukmu’’
‘’Yak shut up~ aku akan membayar semuanya cepat tambahkan vodkanya !’’
‘’Tapi Nona..’’
‘’Shit!!! Kau banyak bicara c-cepat’’
‘’Nona Lee..kumohon’’
‘’Chanyeol aku mau tequila dengan- mwo.. kau apa yang kau lakukan disini yak noona noona’’ Kai yang memang pelanggan club itu terkejut setengah mati mendapati Na ra sedang mabuk berat dengan kondisi yang mengerikan, Na ra yang biasanya anggun dengan heels dan dressnya kini sedang terkulai dengan kepala yang ia letakkan di meja bar yang dingin, rambut acak-acakkan dan mata memerah.
‘’Eoh kau siapa? Get out, out of my sight!’’ Na Ra sudah tidak mengenali Kai yang menghampirinya.
‘’Chanyeol apa yang terjadi padanya? Kenapa bisa begini?’’
“’Nan molla dia datang kemari dengan terburu-buru dan memintaku memberinya vodka hingga gelas ke 10.’’
‘’Mwo?’’ mata Kai membulat sempurna setelah mendengar penuturan Na Ra.
‘’Sepertinya Nn.Lee sedang ada masalah dia tampak err..sangat kacau’’ Chanyeol memandang lesu ke arah Na Ra.
‘’Baiklah, aku akan membawanya pulang’’
‘’Kau tau dimana rumahnya’’
‘’Well..aku mengenal seseorang yang dekat dengannya, bantu aku bawakan tasnya’’ Kai pun menggendong Na Ra ke mobilnya, ia sudah begitu hafal dengan mobil Na Ra, ia menidurkan gadis itu di jok belakang dan ia buru-buru menuju kursi kemudi. Ia tahu harus membawa Na Ra kemana, apartemen Sung Young.
**
Keesokan harinya…
Na Ra terbangun dengan kepala seperti baru saja dihantam sebuah batu, rasanya pusing sekali, perutnya juga begitu mual. ia mengedarkan pandang ke sekelilingnya, tempat yang tak begitu asing untuknya, kemudian sekilas ia melirik lagi ada foto dirinya dengan Sung Young. Jadi, Young yang membawanya pulang kepartemennya, karena seingatnya semalam ia menghabiskan begitu banyak vodka di klub malam itu. Belum semua spekulasinya, perutnya kembali mual, ia bergegas berlari ke wastafel di dekat kamar mandi, ia memuntahkan begitu banyak cairan di sana, kepalanya semakin pusing.
“Noona, noona kau kenapa?” Kai berlari menerobos pintu kamar Young yang tidak terkunci, ia memijit tengkuk Na Ra pelan, dan dengan cepat Na Ra menepisnya.
“Aku tidak apa-apa, kau kenapa bisa disini?” Na Ra malah melemparkan pertanyaan yang terdengar bodoh di telinga Kai.
“Aku yang membawamu kemari noona” Kai menjawab jujur.
“Jinjja? Aku kira Young yang-“ Na Ra menggantung kalimatnya karena sejujurnya ia masih sulit mengingat tentang apa yang terjadi kemarin.
“Sudah bertanyanya nanti saja, chankamman” Kai segera berlalu keluar kamar yang diikuti pandangan penuh tanya dari Na Ra, ia duduk di kursi didepan meja rias milik Young, ia memandangi foto-foto yang Young ambil, begitu menarik.
“Noona..” Kai muncul lagi dari balik pintu kali ini dengan sebuah nampan di dalamnya. Na Ra hanya mengerutkan dahinya sambil melemparkan pandang “apa ini”
“Makanlah, noona belum makan dari semalam”
“Eoh” Na Ra hanya membulatkan bibirnya dan mengambil nampan itu dari tangan Kai, ia mengaduk-ngaduk isinya tanpa berniat untuk memakannya.
“Makanlah noona, aku sudah bangun pagi-pagi untuk membelikannya untukmu”
“Aku tidak memintamu untuk melakukannya” Na Ra masih terus mengaduk-ngaduk bubur di depannya.
“Yak Noona!!” Kai meninggikan suaranya.
“Aish! Tidak perlu berteriak seperti itu aku belum tuli” Na Ra memundurkan posisi duduknya sedikit menjauhi Kai.
“Dasar babbo!”
“Mwo? Kau mengataiku apa?”
“Babbo kau tau BABBO! bagaimana bisa kau minum sebanyak itu hingga tak sadarkan diri, kau bahkan sampai tidak mengenali orang-orang disekitarmu, kau sangat mengerikan Nona Lee”
“Itu bukan urusanmu Kai” Na Ra berkata ketus.
“Terserah kau saja, tapi lain kali jika kau ingin mabuk panggil aku dulu, aku tidak mau terjadi apa-apa pada noona!!!!!” Kai beranjak dari duduknya hendak meninggalkan Na Ra.
“Gomawo” suara Na Ra terdengar lirih, tapi Kai masih bisa mendengar ucapan gadis itu ia menghentikan langkahnya di depan pintu tanpa berbalik menghadap Na Ra.
“Gomawo… untuk sudah membawaku kemari, aku..aku mungkin-“ Na Ra menghentikan kalimatnya lagi, ia terkadang begitu sulit mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya. Kai berbalik memandang wajah gadis yang setahun lebih tua darinya itu.
“Mian.. jeongmal mianhae untuk sikapku” Na Ra melanjutkan perkataanya.
“Mian karena sudah merepotkanmu, mian.. sudah bersikap tidak baik padamu, mian untuk kata-kataku yang tidak sopan. Mian..aku memang gadis yang tidak baik” Na Ra menunduk, meletakkan nampan berisi bubur dan susu yang Kai berikan tadi. Kai menghampiri gadis itu lagi dapat dilihat kepedihan yang begitu dalam di mata Na Ra.
“Noona..” Kai duduk di sisi tempat tidur di depan Na Ra.
‘’Gwenchana Jonginnie, nan jeongmal gwenchana’’ begitu selesai mengatakan kalimat itu bulir-bulir air mata mulai membasahi kedua pipi Na Ra, membuat Kai berjengit, belum pernah dilihatnya Na Ra seterpuruk ini. Na Ra cepat-cepat menghapus air matanya dengan kasar dan memandang lurus ke arah Kai yang benar-benar bingung kenapa Na Ra bisa bersikap seperti ini.
‘’Boleh aku pinjam punggungmu ?’’ Na Ra berbicara dengan suaranya yang parau. Kai hanya mengangguk dan berbalik memberikan punggungnya pada gadis itu, Na Ra langsung meletakkan tangan dan kepalanya dipunggung Kai, menangis sejadinya disana. Kai hanya diam, tangisan Na Ra begitu memilukan, gadis yang selama ini begitu tegar, yang selalu memarahinya dan mencercanya dengan banyak ejekan sekarang tak lebih dari gadis lemah yang tak bisa melakukan apapun kecuali menangis. Selama bermenit-menit Kai membiarkan Na Ra menangis dipunggungnya, mengabaikan kemejanya yang basah oleh air mata gadis itu.
Tanpa mereka tahu, dibalik pintu ada seorang gadis lagi yang juga sedang terluka melihat pemandangan yang begitu menyesakkan. Ia tak mampu melakukan apa-apa selain memandangi mereka dari balik pintu. Si gadis adalah orang yang begitu berharga untuknya, sedangkan si laki-laki adalah orang yang pelan tapi pasti telah mengisi relung hatinya. Gadis itu meremas ujung t-shirtnya, seolah dengan begitu lukanya bisa sedikit teringankan tetapi tidak luka itu justru semakin menjadi. Kedua pipinya sudah basah oleh air mata yang sedari tadi tanpa ia sadari mengalir karena pemandangan di depannya itu.
‘’Noona… ‘’ Young mendengar Kai memanggil Na Ra lembut.
Na Ra kini sudah berhenti menangis, pipinya masih basah oleh sisa-sisa air mata.
‘’Apa kau masih ingin menangis hmm?’’ Na Ra hanya menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan Kai.
‘’Aku mau pulang’’ Na Ra beranjak berdiri, tetapi pergelangan tangannya ditarik oleh Kai.
‘’Chankamman, aku antarkan noona’’ Kai bergegas berdiri, hal itu membuat Young yang sedari tadi berdiri di depan pintu cepat-cepat menjauh dari sana agar mereka tidak tahu bahwa sudah sejak lama ia ada disana menyaksikan hal yang sangat tidak ingin ia saksikan.
‘’Eoh Youngie-ah..’’ Na Ra memanggil adiknya yang tampak begitu gugup melihat sosoknya.
‘’Eo—eonnie k-kau sudah b-bangun ‘’ Young berbicara dengan terbata-bata tidak bisa menutupi kegugupannya.
‘’Eoh.. kau kenapa ? Apa kau sakit ?’’ Na Ra mendekat ke arah Young dan hendak memegang dahinya. Tapi Young buru-buru memundurkan wajahnya agar Na Ra tidak bisa menyentuhnya, sikap Young membuat Na Ra mengernyitkan dahinya heran.
‘’Eonnie..apa sudah tidak apa-apa, semalam eonnie – eum’’
‘’Aku kenapa semalam Young-ah’’
‘’Ah.. anyi aniyo eonnie’ Young menghentikan kalimatnya begitu melihat ke arah Kai yang memberinya death glare agar ia tidak mengatakan apapun.
‘’Noona kajja’’ Kai menarik Na Ra di depan Young, membuat Young terlonjak kaget melihatnya, seolah adegan dimana Kai menarik tangan Na Ra adalah adegan slow motion dalam film-film yang sering ia tonton, berputar diotaknya berkali-kali dan begitu melekat sekaligus menyakitkan.
‘’Eh..Youngie-ah eonnie pulang dulu, bye’’
Young hanya mengangguk lesu, dan menatap punggung kedua orang itu dengan hampa. Hatinya benar-benar semakin sesak, tapi ia sama sekali tidak menangis. Ia merasa tidak punya hak untuk menangis kali ini.
Kai mengendarai Mercedes Guardiannya dengan kecepatan sedang menuju apartemen Na Ra.
‘’Ada apa dengan Young-ah ya? ‘’ Na Ra melontarkan pertanyaan lebih pada dirinya sendiri.
“Nan mollla, tadi masih baik-baik saja’’ Kai menjawab dengan pandangan masih berfokus pada jalanan di depannya.
‘’Omo omo Kai Kai jangan-jangan- akkk “ Na Ra tiba-tiba saja berteriak sambil memukul lengan Kai keras-keras.
“Apho.. noona apa yang kau lakukan kenapa memukulku?’’ Kai berteriak sengit.
“Aigoo.. bagaimana kalau Young tadi melihat kita aish jinjja dia bisa salah sangka” Na Ra berteriak-teriak frustasi.
“Apa yang perlu dikuatirkan?’’ Kai bertanya dengan begitu polos membuat Na Ra gemas dan sekali lagi memukul lengan Kai, yang Na Ra yakin kali ini meninggalkan bekas merah di lengan pemuda itu.
PLAKKK..
Cittt.. Kai mengerem mendadak membuat Na Ra hampir membentur dashboard mobil Kai.
“Huwaaa.. apa yang kau lakukan Kai? Neo micheosseo?’’
“Noona yang gila kenapa daritadi terus memukulku, apa noona tau tenaga noona begitu besar, tubuhku bisa penuh lebam jika seperti ini. Noona mengerikan sekali’’ Kai mendesis kesal pada Na Ra.
‘’Aih..jinjja apa sekeras itu mana mana aku lihat?’’ Na Ra menarik-narik lengan Kai mencoba mencari bekas pukulannya.
‘’Yak yak noona stay away stay away ara?’’
‘’Cih englishmu payah sekali’’ Na Ra mencibir logat English Kai yang aneh.
‘’Berhenti mengataiku!!’ Kali ini Kai tak mau kalah, ia kembali menjalankan mobilnya.
~~Nal annaehaejwo…yeah.. geudaega salgoinneun gose nado hamkke deryeogajwo~~~
Terdengar ringtone handphone Na Ra…
‘’Noona, handphonemu ada di dalam tasmu, itu ada di jok belakang’’ Kai melirik ke arah jok belakang mobilnya.
‘’Biarkan saja’’
‘’Dari semalam handphonemu terus berbunyi, si pirang itu tampaknya sedang mencarimu, angkat telfonnya, atau dia akan mengerahkan seluruh polisi di Seoul hanya untuk mencarimu”
‘’Biarkan saja!’’
‘’Kenapa di dunia ini ada gadis yang begitu keras kepala sepertimu?’’
Ringtone handphone Na Ra terus berbunyi, dan hal itu membuat Na Ra jengah ia cepat-cepat mengambil tasnya di jok belakang, mengambil handphonenya. Na Ra menatap ragu ke layar iPhone-nya, disana ada nama Kris Wu yang terpampang jelas. Tanpa di duga, Na Ra menurunkan kaca mobil Kai, dan membuang handphonenya begitu saja ke jalanan.
BRAKKK… terdengar bunyi handphone itu yang tentu saja kini sudah hancur berkeping-keping.
‘’MWO..YAK APA YANG KAU LAKUKAN??’’ Kai berteriak kearah Na Ra mengutuk tindakan semena-mena itu pada handphone yang Kai tahu jutaan orang begitu menginginkannya.
‘’Jalan saja, lagipula aku sudah bosan dengan handphone itu jadi aku membuangnya’’ Na Ra berkata dengan santai.
‘’Jika kau ada masalah dengannya kenapa tidak diselesaikan saja, kenapa malah bertindak bodoh seperti ini’’
‘’Masalah apa? Dengan siapa? Aku tidak punya masalah apa-apa!’’ Na Ra mencoba berkelit.
‘’Gotjimal..aku tau kau pasti sedang ada masalah dengannya’’
‘’Aniyo..’’
Kai memilih untuk diam, ia tidak mau betanya-tanya tentang masalah apa yang sedang dihadapi Na Ra dan Kris. Dan sisa perjalanan mereka hanya diisi dengan kesunyian, tenggelam dengan pikiran masing-masing. Na Ra masih menahan nyeri di kepalanya ditambah nyeri di hatinya karena ucapan Sooyoung kemarin, sedangkan Kai, diam-diam ia memikirkan perubahan sikap Sung Young barusan.
“Kyaaa.. stop!!” lagi-lagi Na Ra berteriak nyaring ke arah Kai, yang spontan membuat pemuda itu mengerem mobilnya mendadak.
CITTTTT…. Bunyi gesekan aspal dan ban mobinya terdengar nyaring
“Yak..apa bisa noona ber-“
‘Sssttt…. Menunduk ppali ppalli menunduk’’ Na Ra memaksa Kai menunduk sambil terus menarik-narik lengannya.
‘’Yak-yak kenapa lagi ini ??’’ Kai terpaksa ikut menunduk mengimbangi Na ra yang kini sudah merosot di joknya.
‘’Ssst.. kau lihat itu, sebelah kananmu, arah jam 2’’ Na Ra berbicara sambil berbisik seolah takut orang lain akan mendengarnya.
‘’Ada ap-‘’ perkataan Kai terhenti begitu melihat siapa yang Na Ra maksud, disana ada Kris Wu sedang bersandar dengan gusar di mobilnya, sambil sesekali memandangi jam tangannya.
‘’Cepat pergi dari sini’’
‘’Kenapa harus pergi ? bukannya kau seharusnya menemuinya ?’’
‘’Aish..Jonginnie jebal.. ayo kita pergi dari sini’’
‘’Tapi-‘’ Kris tampak memandang ke arah mobil Kai, tapi tentu saja ia tidak bisa melihat siapa yang ada di balik kemudi, kaca mobil Kai terlalu gelap. Kris tampak menaruh kecurigaan pada mobil yang diparkir tak jauh dari tempatnya berdiri, dan refleks Kai menginjak pedal gasnya dalam-dalam secepat kilat meninggalkan tempat itu sebelum Kris menyadari bahwa pemilik mobil itu adalah dirinya.
Na Ra masih merosot di bawah jok mobil itu, ia benar-benar tidak berani berpindah takut sosok Kris akan mengenalinya yang tentu saja itu tidak mungkin terjadi mengingat mereka sudah jauh meninggalkan tempat dimana Kris berada.
‘’Noona kau mau sampai kapan disana ?’’ Kai bertanya polos, ia menahan tawanya sebisa mungkin melihat tingkah konyol Na ra.
‘’Eoh..apa dia sudah pergi ? ‘’ Na Ra masih tetap berada ditempatnya.
‘’Noona sebenarnya kau tidak perlu melakukan ini, si pirang itu tidak akan melihatmu, kau tau kaca mobilku di desain gelap, orang dari luar tidak bisa melihat siapa yang ada disini, aigoo noona kau baru mabuk semalam saja sudah jadi super babboo seperti ini gyahahaha… ‘’ Kai kali ini tertawa lepas ia sudah tidak dapat menahan tawanya melihat ekspresi Na Ra yang sangat konyol.
‘’Aish kenapa tidak bilang dari tadi menyebalkan, kau dongsaeng terkutuk’’ Na Ra membenarkan posisi duduknya sambil memandang kesal ke arah Kai yang masih terus terkekeh karena ulahnya.
‘’Kekeke.. mianhae noona, tapi sepertinya si pirang itu sempat curiga, tadi dia sempat memandangi mobilku begitu lama, aku kira dia mengenali kalau ini mobilku’’ Kai berspekulasi sendiri.
‘’Tentu saja dia curiga, kau pikir di Korea ada berapa Mercedes Guardian, ini bukan mobil sembarangan yang setiap kepala keluarga bisa memilikinya, kali ini aku rasa aku bukan satu-satunya orang babbo’’ Na Ra gantian mencibir Kai.
‘’Ah sudahlah kenapa terus-terusan membahas si pirang itu ? Menyebalkan sekali’’ Kai menatap lurus ke jalanan di depannya.
‘’Kau sendiri yang memulainya’’ Na Ra menyandarkan kepalanya di jok mobil itu memijit pelipisnya yang masih terus berkedut nyeri.
‘’Eh noona gwenchana’’ Kai bertanya kuatir.
‘’Gwenchana’’
‘’Kita mau kemana ? Tidak mungkin kan kita hanya terus berada di mobil seperti ini ? ‘’
‘’Eh iya..chankamman’’ Na Ra mengaduk-ngaduk isi tasnya, mencari handphonenya.
‘’Kau mencari apa noona ?’’
‘’Handphoneku.. dimana ya..aish apa tertinggal di bar..akkk menyebalkan’’ Na Ra masih terus mengaduk-ngaduk isi tasnya.
‘’Selain babbo apa noona juga sudah pikun noona baru saja membuang iPhone noona kejalanan dan membiarkannya hancur berkeping-keping hanya karena si pirang itu terus menelfonmu’’ Kai berkata datar menjelaskan kembali apa yang baru saja terjadi, Na Ra memang benar-benar berbeda kali ini, ia seperti orang linglung yang selalu saja lupa akan apa yang baru saja terjadi.
‘’Aigoo..aku lupa’’ Na Ra menepuk dahinya sendiri keras-keras.
‘’Ini pakai handphone-ku’’ Kai menyodorkan handphonenya pada Na Ra yang dengan cepat di tolak Na Ra
‘’Percuma saja aku tidak ingat nomor handphone Suho oppa, kyaa eothokkae’’ Na Ra menggeram frustasi dan menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya, merutuki kebodohannya.
‘’Suho oppa nugu ? Pacarmu ?’’ Kai bertanya penasaran.
‘’Pacar kepalamu... dia oppaku, kyaaa..eothokkae, kenapa aku babbo sekali..kyaa Jonginnie bagaimana ini..’’
‘’Aish noona kenapa ada-ada saja, memangnya kau mau apa mencari Suho-mu itu?’’
‘’Tentu saja aku mau menginap dirumahnya, aku tidak mungkin pulang sekarang, Kris pasti mencariku, akkk.. aku bisa gila’’
‘’Kenapa tidak menginap di hotel saja’’ Kai menjawab santai.
‘’Bingo! Aigoo uri Jonginnie kau pintar sekali..jjangeyo jjang jjang!’’ Na Ra mengacungkan kedua jempolnya pada Kai, bereaksi berlebihan.
Kai hanya menyeringai menanggapi tanggapan Na Ra yang berlebihan, dan ia segera mengantarkan Na Ra ke sebuah hotel berbintang milik keluarganya, Jeguk Hotel.
‘’Noona kau mau sampai kapan disini cepat keluar’’ Kai menarik-narik Na Ra yang sedari tadi melamun, mengabaikan teriakannya.
‘’Eh..ne’’ Na Ra terlonjak kaget dan segera keluar dari mobil, mengikuti langkah kaki Kai. Kai sedari tadi berkali-kali memandang ke belakang takut jika gadis itu hilang arah atau tiba-tiba pingsan. Kai merasa bertanggung jawab atas Na Ra sekarang. Ia menyuruh Na Ra duduk di lobby hotel sementara Kai memesankan kamar untuk gadis itu tinggal selama beberapa waktu.
‘’Noona kajja..’’ Kai memanggil Na Ra yang lagi-lagi diabaikan oleh gadis itu.
‘’Noona.. Na Ra noona’’ Kai mendekati gadis itu dan menarik tangannya lagi. Na Ra hanya mendongakkan kepalanya dan mengikuti kemana Kai berjalan, pikiranya begitu kosong, ia sebenarnya tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Kai dan Na Ra memasuki lift yang membawa mereka ke lantai 28, di kamar 208 tempat dimana Na Ra akan tinggal sementara waktu.
‘’Chaa~~ ini kamar noona’’ Kai membukakan pintu kamar itu, Na Ra hanya memandang kosong ke sekiling kamar itu.
‘’Apa noona tidak suka dengan kamar ini ? Aku akan menggantinya jika noona tidak suka’’
‘’Anyi.. aku suka… gomawo’’ Na Ra berlalu melewati Kai membuka lebar-lebar gordin dikamar itu, pemandangan kota Seoul terlihat begitu jelas dari lantai 28 Jeguk Hotel. Na Ra menempelkan kepalanya di jendela dan lagi-lagi termenung, tenggelam dengan entah apa yang dipikirkannya. Kai mengernyitkan dahinya, dan menghampiri gadis itu.
‘’Noona.. aku harus pergi, eomma memintaku untuk menemaninya menemui klien, apa noona tidak apa-apa aku tinggal sendiri ?’’
Na Ra berbalik dan memaksa tersenyum.
‘’Gwenchana Jonginnie, kau pulanglah. Aku akan baik-baik saja’’
‘’Noona yakin ?’’ Kai masih begitu kuatir dengan keadaan Na Ra.
‘’Eum..tentu’’ Na Ra mengangguk mantap.
‘’Jika ada apa-apa segera hubungi aku, aku sudah menyuruh orang untuk membelikan handphone baru untuk noona, petugas hotel akan datang kemari 3x sehari untuk mengantarkan makanan dan-‘’
‘’Jonginnie..kau tidak perlu melakukan semua ini untukku, kau terlalu baik, sungguh aku merasa begitu merepotkanmu’’
‘’Tidak perlu merasa seperti itu noona, noona adalah noonaku, keluargaku, jadi diantara keluarga bukankah hal yang wajar untuk saling membantu’’ Kai tersenyum tulus ke arah Na Ra, senyum yang membuat gadis manapun di dunia ini akan bertekuk lutut padanya.
‘’Berhenti tersenyum seperti itu!’’
‘’Kenapa? Aku tampan kan noona? Atau diam-diam noona menyukaiku kekeke” Kai terkekeh bodoh.
‘’Chugollae? Aku masih cukup waras untuk tidak menyukai pacar adikku!’’
‘’Pacar? Nugu?’’
‘’Tentu saja Youngie-ah, kau pikir aku punya berapa adik di dunia ini? Ah sudah lah kau pulang sana..’’ Na Ra mendorong Kai agar segera keluar dari kamarnya.
‘’Yak-yak noona aish..’’ langkah kaki Kai terseret karena Na Ra terus mendorongnya, tapi ia juga tidak keberatan untuk meninggalkan Na Ra, ia tahu gadis itu butuh waktu untuk sendiri.
Kai melangkahkan kakinya meninggalkan kamar gadis itu, dan sekali lagi berbalik untuk memandang pintunya, memastikan gadis itu baik-baik saja di dalam sana.
To Be Continued.
note ;
bagi yang masih penasaran dengan kelanjutannya silahkan berkunjung ke belleciousm.wordpress.com dan jangan lupa komennya :)))