Di sebuah ruangan yang sepi, Nana berdiri sangat lama menatap bayangan dirinya pada cermin besar yang memenuhi dinding. Nana berjalan mundur, Kemudian ia mengeluarkan sekeping CD dan memasukannya ke dalam player. Ia menekan tombol on. Lalu ia berjalan ke tengah-tengah ruangan dan berdiri menghadap bayangan dirinya lagi. Beberapa detik kemudian, lagu Afterschool "Let's Do It" mulai mengalun dan Nana pun mulai bergerak mengikuti irama lagu itu.
Saat-saat paling membahagiakan bagi Nana adalah ketika ia menari. Ia bisa melupakan segala masalahnya, bahkan siapa dan apa dirinya. Selama lagu masih mengalun, tubuhnya masih bergerak. Ketika lagu berakhir Nana mendengar tepuk tangan dari arah pintu. Nana menoleh dan melihat seseorang berdiri di sana.
“Kau masih hebat seperti dulu.” Ia menghampiri Nana dan memberi sebotol minuman.
“Apa yang membawamu kemari?” Nana duduk di lantai dengan napas terengah-engah dan meraih botol minuman yang diberi oleh orang itu.
“Aku hanya bosan di rumah. Tadinya aku ingin latihan, ketika aku melintasi ruangan ini aku mendengar musik itu, dan aku masuk saja. Tarianmu indah, masih sama seperti dulu,kenapa waktu itu ––”
“Ku dengar kau ingin mencoba mengikuti audisi di Pledis-Ent lagi?” potong Nana dengan cepat.
“Oh, ne,” ucapnya dengan senyum yang manis.
Nana menegakkan kepalanya lalu tersenyum. “Kau memang Eyoung yang pantang menyerah”
“Tentu saja, aku tidak akan menyerah hanya gara-gara ditolak dua kali.” Ia pun duduk di samping Nana.
“Kau membuatku iri, Eyoung-ah. Tetaplah semangat.” Nana menyemangati Eyoung dengan senyuman cerianya.
Eyoung sebenarnya adalah pemusik yang sangat baik, entah Pledis memang terkenal standar yang sangat tinggi atau apa, Nana pun tidak mengerti apa yang mereka cari dalam diri seorang pemusik ketika audisi.
“Nana-ya”
“Uhm”
“Apa kau dan Lizzy bertengkar?” tanya Eyoung berhati-hati. “Akhir-akhir ini kenapa kalian jarang bersama, ku dengar dari Gaeun––”
“Eobseo. Mungkin karna dia sibuk dengan kegiatan menarinya dan aku sibuk dengan kegiatanku,” bantah Nana.
“Uhm, aratseo. Aku ingin menonton pertunjukkan malam ini, kau mau ikut?” tanya Eyoung.
Nana meringis “Mianhae, sepertinya aku tidak bisa, akhir-akhir ini entah kenapa aku sangat malas melakukan kegiatan,” ucapnya dengan senyum menyesal.
“Geuraeyo? Hufftt.. aish kenapa Gaeun susah sekali dihubungi, ke mana anak itu?!” Eyoung berdengus kesal.
“Setelah ini kau akan ke mana?”
“Meolla, kau ada tujuan?” tanya Nana kemudian.
** You Don’t Know Play Ur Love **
“Kau mengajak Baekhyun?” tanya Eyoung pada Nana yang sedang mengutak-atik ponselnya.
“Oh. Dia ingin bertemu denganku juga, berhubung aku sedang di luar rumah.”
“Hhe, karena ketika kau di rumah sangat susah sekali ditemui. Bukan susah, sih” sahut Eyoung meledek.
“Mwo?” Nana hanya tersenyum.
“Annyeong,” sapa Baekhyun.
“Oh, wasseo?”
“Lu..Lu..Luhan.” ucap Eyoung pelan dan membuatnya salah tingkah.
“Annyeonghaseyo, apa aku boleh ikut bergabung juga?” ucap Luhan dengan ceria.
"Hhe, tentu saja.”
“Gomawo.” Luhan tersenyum kembali.
“Uhm kenapa kau ingin bertemu denganku?” tanya Nana pada Baekhyun.
“Aku ingin berdiskusi?”
"Diskusi?" Nana mengernyitkan keningnya dengan tatapan bingung.
“Ehm, menurutmu, kira-kira aku harus membuat acara apa untuk Lizzy? Apa Aku harus memesan kafe untuk kami berdua saja? Tidak, itu terlalu kuno. Atau––”
Nana hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Kau tidak punya ide?” tanya Baekhyun kemudian.
“Kau membuatku bingung, acara apa yang kau maksud, jelaskan dengan rinci padaku?”
Luhan ikut bergabung dalam pembicaraan mereka. “Dia ingin memberi kejutan romantis pada Lizzy. Kau tidak tahu? Besokkan hari valentine!” tegas Luhan. Kemudian Ia memandang wajah Eyoung.
“Oh? Eyoung-ah, apa kau sakit? wajahmu memerah sekali?” mata mereka tertuju pada Eyoung.
“Yee?” Eyoung kaget dan mengambil cermin di dalam tasnya dan menggerutu pelan. “Aish, jinjja, aku ke toilet dulu” ucap Eyoung.
“Perlu ku temani?” namun Eyoung tak menjawab Nana karena ia pergi dengan buru-buru.
Nana melanjutkan pembicaraannya. “Yang penting tulus, Lizzy pasti senang.” Nana berusaha tersenyum sewajarnya. Jauh di dalam hatinya, ia sakit.
“Aku takut tidak bisa membuat dia senang. Kau tahu sendiri, ‘kan, aku ini beruntung sekali bisa menjadi kekasihnya. Padahal banyak sekali yang suka padanya waktu itu. Akh, sekarang juga banyak. Aku sangat takut kehilangannya” Bakhyun menerawang.
“Salah satunya aku,” timpal Luhan dan mendapat pukulan ringan dari Baekhyun pada lengannya.
Eyoung pun kembali pada mereka
“Gwaenchanayo?” tanya Luhan pada Eyoung.
“Oh, Gwaenchana. Ku rasa karna cuaca hari ini begitu panas !” bantah Eyoung.
Nana hanya membisu.
Andai kau memiliki perasaan seperti itu padaku Byun Baekhyun, aku pasti akan menjadi gadis yang sangat bahagia sekarang ini.
Perasaan Baekhyun hanya untuk Lizzy seorang. Nana hanya seorang teman biasa bagi Baekhyun, hanya tempat baginya untuk berkeluh kesah. Tapi meskipun begitu, Nana selalu ingin yang terbaik untuk mereka berdua.
^Tbc^