home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > You Don't Know Play Ur Love

You Don't Know Play Ur Love

Share:
Author : LatifahNL999
Published : 23 Sep 2014, Updated : 26 Aug 2016
Cast : Nana || Chanyeol || Lizzy || Baekhyun || Eyoung || Luhan || Others
Tags :
Status : Complete
32 Subscribes |1125504 Views |73 Loves
You Don't Know Play Ur Love
CHAPTER 34 : Chapter 33

Baekhyun berdiri di luar rumah sakit tempat Nana bekerja. Tidak lama kemudian gadis yang ia tunggu keluar menghampirinya. Nana sudah menanggalkan jas putihnya.

Sebelum menemui Nana, Baekhyun sudah menghubunginya dan berniat mengajaknya untuk menemaninya sebentar, dengan alasan jika Lizzy sedang tidak bisa menemaninya. Kebetulan juga jam kerja Nana hari ini sedikit lebih cepat.

“Menunggu lama?” Tanya Nana ketika mereka sudah berjalan ke arah parkiran.

Baekhyun menggeleng pelan. “Tidak juga,”

“Kita akan kemana?” Tanya Nana lagi ketika Baekhyun sudah melajukan mobilnya keluar dari area rumah sakit.

“Han Gang? Kau kenapa lagi dengan Lizzy?”

Ani, aku hanya akan mengantarmu pulang. Aku dan Lizzy, kami baik-baik saja.”

Wae?”

“Apa kau tidak ingin menceritakan sesuatu padaku tentang peristiwa tadi malam? Kenapa kau tiba-tiba marah?” Tanya Baekhyun langsung.

“ Peristiwa apa tadi malam? Tidak ada terjadi apa-apa.” Sahut Nana.

“Chanyeol,” Baekhyun menoleh ke arah Nana, kemudian kembali fokus ke jalan.

“Berhenti membawaku ke sana kembali, Baekhyun. Semuanya sudah usai,”

Aniyo,” sergah Baekhyun dengan cepat. “Jika semua sudah usai maka kau dan dia tidak berakhir dengan kesalahpahaman begini,” lanjutnya.

“Kesalahpahaman apa? Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi,”

“Benarkah? Kau sudah mengetahui yang sebenarnya? Apa kau sudah menghubungi Ayahmu?”

“Lagi. Kau lagi-lagi menyebut Ayahku. Apa hubungannya semua ini dengan Ayahku?” Tanya Nana yang sudah tidak sabar dengan sikap Baekhyun.

“Jadi kau belum bertanya pada Ayahmu? Pantas saja masih sama seperti dulu. Kebenaran semuanya ada pada Ayahmu sendiri, Nana.”

“Byun Baekhyun, sebenarnya apa yang ingin kau tunjukkan?” Tanya Nana malas.

Baekhyun merogoh saku jasnya dan mengeluarkan kotak kecil merah marun dari Chanyeol. “Sebenarnya tujuanku adalah ini,” Baekhyun menyodorkan kotak itu. “Ini, hanya ini yang diinginkannya, memberi kadonya kepadamu. Kemarin ia lupa untuk memberikannya padamu,”

Nana memandang kotak itu sesaat lalu melempar pandangannya ke luar jendela.

“Terima saja,” Baekhyun menaruhnya ke dalam tas Nana yang pada saat itu memang terbuka. “Apa menerima kado darinya juga salah?”

Nana pun mengalah, ia tidak tahu sejak kapan Baekhyun menjadi orang yang keras kepala.

“Kau tahu, kenapa dia tiba-tiba menatapmu ketika ia mengatakan siapa yang berada di dalam dadanya?” Tanya Baekhyun.

“Aku tidak tertarik untuk tahu itu,” jawab Nana datar.

Baekhyun tidak peduli, lalu ia melanjutkan. “Sosok itu sebenarnya adalah dirimu, Nana. Ia mengatakan Ibunya karena sosok Ibunya juga ada pada dirimu.” Kata-kata Baekhyun berhasil mencuri perhatian Nana.

 

Maafkan aku, Chanyeol. Tapi ini adalah cara terakhirku untuk membantumu.

 

“Apa maksudmu?”

“Kau pernah mengatakan padaku jika kau selalu merasakan jantungmu berdetak dua kali lebih cepat ketika sedang berhadapan dengannya, bukan?” Baekhyun menyeruakan senyuman yang membuat Nana bingung.

Baekhyun menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Nana. “Sosok di dalam tubuhmu itu merindukannya, Nana.”

“Sosok di dalam tubuhku? Jelaskan dengan benar padaku, Baekhyun. Aku tidak mengerti. Sosok? Sosok siapa maksudmu?”

Baekhyun menarik napas dan mengembuskannya secara perlahan.

Sekali lagi maafkan aku, Chanyeol

“Kau lupa, kalau di dalam tubuhmu itu terdapat jiwa seseorang?”

“Iya, aku tahu. Semua orang yang mengenalku dengan dekat tahu itu. Tapi––” Nana menggantungkan ucapannya dan menatap Baekhyun. “Apa maksud dari semua ucapanmu tadi––”

Baekhyun mengangguk dan tersenyum kecil.

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

Di dalam kamar yang gelap itu, Nana duduk di meja kerjanya. Menatap kartu ucapan dari Seomin dan kotak dari Chanyeol. Dari berakhirnya pesta kemarin, Nana belum sempat membuka kartu ucapan dari Seomin.

Matanya beralih ke ponselnya yang ada di atas meja. Menimbang-nimbang, langkah apa yang akan ia lanjutkan. Setelah beberapa saat, ia meraih ponselnya, dan menekan nomor Ayahnya. Panggilan tersambung, jantungnya berdegup sangat kencang saat mendengar suara Ayahnya di ujung sana.

 

Yeo..yeoboseyo. Ah, maaf menelepon Ayah malam-malam begini.”

Di ujung sana Ayahnya tertawa. “Gwaenchana. Ada apa sebenarnya? Kau kedengarannya sedang ada masalah.

Nana mengatur suaranya agar tidak gemetar. “Ada yang ingin kutanyakan.”

Apa?”

“Enam tahun yang lalu, Ayah pernah memberi cek kosong pada Chanyeol. Apa Ayah masih ingat?”

Tidak ada suara di ujung sana, terjadi jeda panjang di antara mereka.

“Ayah, tolong jawab aku yang jujur. Cek kosong itu apa pernah dicairkan olehnya?” Tanya Nana hati-hati.

Terdengar tawa hambar dari ayahnya. “Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal ini?”

“Jawab aku.”

Ayahnya diam lagi. Yang terdengar hanya deru napasnya. “Sebelum Ayah mengatakan yang sejujurnya padamu. Ayah hanya mau kau mengerti satu hal. Apa yang Ayah lakukan ini semuanya demi kebaikanmu. Ayah takut lelaki itu akan merenggut semua kebahagiaanmu, jadi Ayah––”

“Apa dia memakai cek itu?” Suara Nana sudah mulai bergetar.

Nana––”

Nana seakan merasa jantungnya akan lepas. Ia seolah-olah mati rasa. Dicengkramnya ponselnya itu kuat-kuat. Air matanya sudah mengancam untuk keluar. “Cek itu–– Cek itu, tidak pernah dicairkan olehnya, bukan?  Dia tidak pernah memakainya. Itu benar ‘kan?”

Ayah sungguh tidak bermaksud membohongimu. waktu itu Ayah benar-benar mengira dia sudah memakai cek itu. Di antara kalian itu semuanya sudah berakhir, jadi tidak ada yang perlu diungkit-ungkit lagi–––

Pegangannya pada ponsel itu terlepas begitu saja, sekujur tubuhnya membeku kebingungan. Nana tidak perlu mempertanyakan hal-hal yang lainnya lagi, hanya perlu tahu satu kebenaran itu saja sudah cukup untuk mengetuk hatinya. Menamparnya keras-keras hingga ia sadar apa yang sebenarnya terjadi enam tahun yang lalu.

 

Tangannya tergerak ke kotak pemberian Chanyeol. Perlahan-lahan ia membuka kotak itu. Dilihatnya sebuah kalung perak tergantung cincin. Ia sudah mencoba untuk tidak menangis, tapi air mata itu terus mengalir tanpa ia sadari. Nana mengenali cincin itu. Cincin yang ia tinggalkan di taman sebelum ia memutuskan untuk meninggalkan dan melupakan Chanyeol. Ia bahkan baru menyadari bahwa Chanyeol datang ke taman itu.

Nana membuka kartu ucapan dari Seomin, di situ ia melihat foto dirinya dan Chanyeol ketika mereka berada di Myeongdeong.

.

Ssaem, saengilchukaeyo.

Pertama aku mau minta maaf, karna tidak bisa hadir di pesta ulang tahunmu. Kedua, maaf aku ragu denganmu ketika kita duduk di taman rumah sakit. Seharusnya aku langsung mengenalimu, kalau kau adalah orang yang selalu diceritakan oleh Chanyeol oppa selama ini.
setelah pulang dari rumah sakit, aku selalu memikirkanmu. Aku bahkan diam-dia mencuri foto ini hanya untuk memastikan, dan menscannya.

Sungguh, maafkan aku. Hehe, sekali lagi selamat ulang tahun. Oh iya, apa kau menyukai gelangku? Kuharap kau menyukainya. ㅡㅇㅡ

.

Nana lalu meringkuk seorang diri. Menahan penyesalan yang sangat amat dalam. Menyesal kenapa ia tidak mau menghiraukan kata teman-temannya waktu itu. Menyesal kenapa ia tidak pernah mau mempercayai ucapan Chanyeol. Tetapi ia lebih menyesal lagi karena ia tidak pernah mau mendengar kata hatinya sendiri. Bukankah sekarang semuanya sudah terlambat?

Perasaan Nana kini terombang-ambing tak menentu. Ia benar-benar kehilangan arah. Butuh waktu enam tahun baginya untuk menyusun kembali kepingan-kepingan hatinya yang hancur karena Chanyeol, dan butuh waktu enam tahun baginya untuk melupakan sosok pemuda itu.

Tapi rentang waktu yang begitu lama itu pupus semuanya hanya dalam waktu satu malam. Dan dalam waktu satu malam itu ia kembali hancur oleh perasaannya sendiri. Oleh kenyataan bahwa sesungguhnya Chanyeol masih ada di dalam hatinya. Sesungguhnya ia tidak bisa melupakan pemuda itu. Dan sesungguhnya selama ini ia hanya berpura-pura kuat, pada kenyataannya ia masih sangat rapuh. Ia tidak pernah bisa melupakan Chanyeol. Ini semua tidak perlu terjadi jika saja ia mau mendengar semua penjelasan teman-temannya. Jika saja ia mau menunggu lebih lama sedikit di taman itu sebelum keberangkatannya.

.

tbc

.

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK