Setelah sekian lama hingga saat aku datang kemari saat ini. Aku merindukan masa itu, hingga tanpa sadar aku memikirkan kehidupan saat itu. Kenangan saat-saat menghabiskan waktu bersama seperti bintang bertaburan, namun bagaimana dengan dirinya? – Nana.
.
Aku merindukannya, bahkan lebih merindukannya. Semua penuh dengan penyesalan. Aku merasakan banyak kehampaan. Di tempat ini kami bertemu lagi. Tapi, Apakah dia sudah melupakanku? Apakah dia sudah memaafkanku? Apakah dia akan membenciku lagi seperti dulu? Apa dia merasa terbenani dengan pertemuan ini? – Chanyeol.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Nana kaku.
“Aku baik-baik saja.” Chanyeol tersenyum sambil menarik kalung leher anjingnya. Rasanya ia masih belum percaya Nana ada di depan matanya.
Kau tampak jauh lebih dewasa dibandingkan dulu. wajahmu tetap cantik.
Chanyeol diam-diam memperhatikan penampilan Nana. Suatu penampilan dalam diri Nana yang selalu membuatnya mabuk kepayang. “Kau sendiri, bagaimana dengan kesehatanmu?” Chanyeol balas bertanya.
Hati Nana bergetar hebat saat Chanyeol menatapnya lagi. “Aku? Ah, Aku baik-baik saja.” Diam-diam pun Nana memperhatikan Chanyeol yang berpenampilan sederhana seperti enam tahun lalu. Tapi di balik penampilan yang sederhana itu, ada kharisma di dalamnya yang membuat Nana tak berkutik.
Kemudian suasana menjadi kaku untuk beberapa detik. Nana menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.
“Sekarang kau sedang sibuk apa?”
“Aku? Aku bekerja sama dengan Gaeun dan Sehun. Kau sendiri, bagaimana dengan kuliahmu?”
“Aku sudah lulus dengan gelar dokter.”
“Jinjja? Wah, kupikir kau akan menjadi penari. Hehehe,”
“Aniya. Awalnya aku ingin menjadi pianis, tapi aku berubah pikiran, setelah aku mendapatkan donor jantung, aku mengurungkan cita-citaku untuk menjadi penari atau pun pianis terkenal. Karena aku merasa jantung ini perlu dijaga, Aku tidak ingin jantung ini kelelahan, meskipun sudah dikatakan oleh dokter bahwa tubuhku sangat menerima dengan baik jantung ini. Tapi dari itu juga aku perlu menjaganya.”
Chanyeol tersenyum. “Sejak kapan kau kembali ke Korea?”
“Satu minggu yang lalu, tapi yang tahu hanya Baekhyun dan Lizzy. Hehe, kurasa yang lain akan kesal padaku karena tidak memberitahu mereka dengan kepulanganku.”
“Oh, semalam juga aku bertemu dengan Baekhyun. Anak itu…”
“Aku pikir dia akan menjadi pesebak bola terkenal,” tiba-tiba Buddy mengibas-ngibas ekornya ke arah Nana. Mau tidak mau Chanyeol tertawa.
“Hehe, Buddy memang anjing yang sangat aktif. Dia suka mendatangi siapapun yang tidak dia kenali,”
“Geurae?” Nana mengelus-elus Buddy dengan lembut. Ia dapat merasakan Chanyeol sedang menatapnya. Lalu ia memberanikan diri menengadahkan kepalanya. “Bagaimana kalau kita duduk-duduk sebentar sambil minum kopi atau apa saja? Rasanya banyak sekali cerita yang masih ingin kudengar darimu.”
.
~
.
Nana menceritakan semua pengalaman-pengalaman menariknya selama di China. Tentang kebudayaannya, tempat-tempatnya yang indah dan tentang mata kuliah kedokterannya yang berat namun menantang, tentang pola hidupnya yang amburadul pada awalnya karena tidak bisa beradaptasi, dan masih banyak lagi. Suasana di antara mereka agak mencair setelah itu. Mereka sudah bisa tertawa lepas layaknya dua orang yang saling melepas rindu setelah bertahun-tahun tidak berjumpa. Tapi sedikit pun tidak ada yang menyinggung tentang masa lalu di antara mereka berdua. Tampaknya baik Chanyeol maupun Nana lebih memilih tidak mengorek kembali masa lalu itu.
“Dari tadi aku yang cerita, sekarang giliranmu.” Nana meneguk minumannya.
“Rasanya tidak ada yang bisa kuceritakan. Kehidupanku semuanya biasa-biasa saja, aku merantau di kota kecil selama lima tahun. Setahun yang lalu aku baru kembali ke Seoul, dan bekerja sama dengan Gaeun dan Sehun.”
“Oh, iya. Sudah lama sekali tidak bertemu dengan mereka, selama libur aku tidak pernah pulang, karna keluarga kami pindah ke sana. Tapi setelah Oppa-ku menikah, mereka memutuskan untuk tinggal di Korea. Dan setelah aku lulus, aku mengikuti mereka.”
“Oh,” Chanyeol mengangguk kecil. “Oh, iya, aku hampir lupa, apa besok kau sibuk? Aku, Sehun dan Gaeun, mengadakan pesta kecil-kecilan. Kau bisa datang? Ajak saja keluarga oppa-mu, atau temanmu yang lain. Aku juga mengundang Baekhyun dan Lizzy.”
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
“Akhirnya kau jawab juga teleponmu. Aku sudah mencoba menghubungimu berkali-kali selama tiga hari terakhir ini.”
Kata-kata itu menerjang gendang telinga Luhan bahkan sebelum ia sempat berkata “Halo”. Ia bahkan juga belum sempat benar-benar menempelkan ponselnya ke telinga. Mengenali suara seseorang di ujung sana, Luhan tertawa.
“Eyoung, aku tahu kau rindu padaku, tapi tolong kecilkan sedikit suaramu. Aku tidak mau orang-orang yang ada di dekatmu berpikir kau wanita yang gila. Kenapa kau menjadi cerewet seperti Lizzy?”
“Lucu sekali. Sekarang kau di mana? Kau keterlaluan, sudah kembali ke Seoul tapi tidak menghubungiku.” Gerutu Eyoung dari ujung telepon.
Luhan berdiri menghadap kaca jendela besar di kantornya, menatap jalanan di bawah sana. Jalanan cukup ramai, pemandangan yang sangat biasa, pemandangan sehari-hari yang sering kali diabaikan kebanyakan orang. Namun Luhan menyukainya.
“Aku minta maaf, karena tidak sempat membalas teleponmu juga e-mailmu. Jadwal kerjaku sangat padat. Bahkan tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain. Dan sekarang pun aku masih di kantor. Kita bertemu besok malam di resto Gaeun saja, oke. Aku tutup. Bye,” Luhan segera memutuskan telepon dari Eyoung, kemudian ia tersenyum sumringah mengamati wallpaper pada ponselnya.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Nana menyesap coklat panasnya dengan pelan dan memandang ke luar jendela. Rintik hujan mulai turun malam ini. Ia duduk di dalam restoran sederhana itu sudah lima belas menit, memandangi butiran hujan yang berjatuhan di luar. Keningnya berkerut samar. Nana mendongakkan kepalanya ketika melihat seseorang menghampirinya dan sudah duduk di hadapannya.
“Apa sudah menunggu lama?” tanya orang itu.
Nana mendecakkan lidahnya dan tersenyum lebar. “Kau terlambat lagi Kim Ki Bum (Key Shinee)”
“Hehe,” Kibum menunjukkan senyum bersalahnya. “Mian, tadi ada sedikit urgent di rumah sakit, tentu tugas dokter adalah mendahuluinya, bukan? Hehe…” Kibum melihat-lihat menu di atas meja.
“Aei,” Nana menutup menu yang sedang dibaca Kibum. “Aku sudah memesannya.”
Tepat pada saat itu pelayan restoran itu mengantarkan pesanan Nana. “Pasta krim dan coklat panas.” Kata pelayan itu sambil meletakkan hidangan ke atas meja. Nana tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada si pelayan sebelum bergegas meninggalkan meja mereka. Nana kembali menatap pemuda di hadapannya itu.
“Kenapa coklat panas? Ya, kau tahu itu tidak sangat cocok dengan pasta krim.” Protes Kibum
“Wae? Itu adalah resiko ketika terlambat,” Nana memelototi Key.
“Baiklah.” Kali ini Kibum mengalah.
.
“Jadi,” ucap Kibum dengan mulut yang masih agak penuh. Ia mengunyah sebentar, menelan, lalu melanjutkan. “Kapan kau akan mulai bekerja di rumah sakit kau sering dirawat dulu?”
Nana menahan senyum. “Minggu depan aku sudah mulai bekerja.” ucap Nana dan diangguk oleh Kibum.
Di atas jam 8 malam, restoran ini menyajikan hiburan untuk para pelanggan. Seorang pemuda bertopi berjalan ke arah panggung kecil itu dengan gitarnya. Nana hanya menoleh sekilas, ia tidak terlalu tertarik dengan pemuda itu, ia pun melanjutkan makannya. Pemuda itu mengetes senar gitarnya, jari-jarinya sudah siap untuk memainkan gitarnya.
~On a night where no one looks for me
I hear a quietly ringing sound
Like a scene from the movies
I lost that moment
Bait pertama lagu itu berhasil menarik perhatian Nana. Kepalanya spontan langsung menoleh ke arah pemuda itu dan memandang punggung pemuda itu. Ia memasang telinganya untuk mendengar lagu itu baik-baik. Lagu ini tidak asing baginya. Ia merasa pernah mendengarnya. Lebih tepatnya di mana ia lupa tapi hatinya berkata ia pernah mendengar lagu itu.
Will you come to me?
I wanna close my eyes and hug you
I’m not good but I wanna whisper
To the person in front of me, love you
I want to love you
I want to be by your side
Lagu berakhir, dan beberapa pelanggan memberi tepuk tangan kepada pemuda itu. Karena posisi pemuda itu sedikit membelakangi tempat Nana. Jadi Nana tidak bisa melihat dengan jelas pemuda itu. Kibum membunyikan piringnya dengan garpu yang berada di tangannya. Nana langsung membalikkan tubuh ke arah Kibum–yang sebelumnya terus memandangi pemuda itu.
“Wae?”
“Ani, lagunya sangat enak,” Nana menoleh lagi ke arah pemuda itu, pemuda itu mulai memainkan lagunya yang kedua. Ia memutar kursinya dan memperlihatkan wajahnya ke arah Nana. Tepat pada saat itu juga Nana merasa hatinya kecewa tiba-tiba. Ia pun tidak tahu kenapa harus merasa kecewa ketika melihat pemuda yang tidak ia kenali itu.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Jam delapan malam di dalam PLO’s restaurant terdapat suasana yang ramai dan bahagia. Dengan gerimis yang datang tanpa diundang, menambah suasana menjadi damai. Chanyeol, Sehun dan Gaeun mengantarkan makanan di setiap meja. Sebenarnya malam ini adalah perayaan 100 hari berdirinya PLO’s restaurant. Di mana singkatan PLO adalah nama marga Chanyeol, Gaeun dan Sehun.
“Park Chanyeol-ssi!” Ketika Chanyeol sedang sibuk-sibuknya, ia disapa oleh seorang ahjusshi berkisar umur di atas lima puluhan dengan pakaian sedikit formal, dan didampingi oleh seorang wanita muda yang cantik berumur dua puluhan.
Dengan seruan yang ramah itu Chanyeol menoleh dan tersenyum kepada orang itu. Ia memberikan nampan kepada Sehun juga berbicara singkat. Sehun menoleh ke arah ahjuhshi itu, lalu ia tersenyum juga melambai girang ke arah ahjuhssi. Chanyeol mendekat membalas sapaan ahjuhssi itu dengan sebuah pelukan seperti seorang Ayah dan anak yang melepas kerinduan.
“Apa kabar, Yoon Jiyoung-nim?” Kemudian ia menoleh ke arah gadis yang berdiri di sebelah Tn. Yoon. “Yoon Seomin, Annyeong,”
“Annyeong, Oppa.” Seomin mendekap Chanyeol dengan gembira.
.
Tn. Yoon adalah orang yang berjasa bagi Chanyeol. Nasehat-nasehat kecil hingga keras sudah diajarkannya kepada Chanyeol. Chanyeol yang ia kenal adalah Chanyeol pekerja keras, sehingga Tn. Yoon menjadikannya sebagai anak angkat. Selama di Gwanju Chanyeol belajar memasak masakan Korea dan Itali bersama Tn. Yoon. Tanpa segan-segan, Tn. Yoon memberi Chanyeol sedikit kemampuannya, dan membuat pemuda ini menjadi sosok yang mengagumkan di mata Tn. Yoon.
.
“Tsk,” Tn. Yoon mendecakkan lidahnya. Ia memperhatikan Chanyeol dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu tersenyum yang dibuat-buat terlihat sinis. “Jadi,” Tn. Yoon memegang baju kerja Chanyeol. “Baju ini alasanmu tidak pernah mengunjungiku lagi?” tanya Tn. Yoon yang langsung ditertawakan oleh Chanyeol.
“Anieyo, abeojhi.”
Tn. Yoon menepuk pundak Chanyeol dengan senyum yang bangga.
“Baiklah, kita lanjutkan nanti pembicaraan kita. Ayo duduk dulu. Seomin, kau makin cantik saja.”
“Tentu saja. Ini ‘kan warisan dari Ibu.”
“Aigoo, aratseo,” Chanyeol mengajak Tn. Yoon dan Seomin untuk bergabung dengan kerabat yang lain. Tapi pada saat itu juga lonceng kecil yang berada di pintu berbunyi–tandanya ada yang masuk. Chanyeol menoleh kembali ke belakang. Tepat pada saat itu juga, Gaeun langsung memekik.
“NANA!!” semua mata langsung menoleh ke arah Nana. Nana yang merasa jadi pusat perhatian pun tersenyum kikuk. Gaeun langsung menghampiri Nana dan memeluknya.
“Hya! Apa kau hanya histeris melihat Nana saja?” omel seorang pemuda di belakang Nana.
“Oh Luhan~” Gaeun melepaskan pelukannya pada Nana langsung menggandeng Luhan. “Omo? Ya! Ada apa dengan penampilanmu? Tsk. Neo style aniya.” Gaeun melihat ke arah Jongsuk yang ikut juga, dan Kibum di sebelah Nana. Tidak ada yang mengenali Kibum selain Nana dan Luhan di antara teman-teman mereka. Tapi ia tidak terlalu mempedulikannya. Karena dia begitu histeris ketika melihat Hana, putri kecil Jongsuk
“Aish,” Luhan tersenyum, lalu matanya beralih ke arah seseorang, dari sudut ekor matanya, ia bisa melihat dengan jelas sosok yang ia rindukan dan dinantikannya itu.
“Jangan berdiri saja, mari bergabung.” ucap Chanyeol kepada Nana.
“Ne,” Nana menganggukkan kepalanya kepada Chanyeol.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Malam menjadi larut, beberapa kerabat sudah ada yang pulang. Tinggal anak-anak muda yang masih berkumpul di restoran itu. Jongsuk dan keluarga kecilnya pun pulang terlebih dahulu, alasannya karena mereka membawa Hana yang masih kecil. Suasana restoran itu menjadi sunyi dan membosankan.
“Apa kalian butuh hiburan? Bukankah sangat membosankan dengan kesunyian seperti ini?? Hehee,” Chanyeol beranjak dari duduknya dan mengambil sebuah gitar. Sekembalinya ia sudah duduk manis kembali dengan gitarnya.
“Apa kau akan menyumbangkan sebuah lagu dan suaramu kepada kami malam ini?” tanya Lizzy yang sudah bertopang dagu di atas meja.
“Apa kalian mau mendengar suara khas lelakiku?”
Eyoung menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan melipat kedua tangannya di depan dada. “Tunjukan kepada kami kemampuan dan suara khas lelakimu.” Timpal Eyoung.
“Baiklah aku akan memulainya.”
Ketika Chanyeol memetik gitarnya, intro pertama dari lagu yang ia mainkan, membuat Nana dan Kibum langsung meluruskan tubuh mereka dan saling beradu pandang. Begitu pun dengan Chanyeol, yang langsung menatap lurus ke arah Nana.
~On a night where no one looks for me
I hear a quietly ringing sound
Like a scene from the movies
I lost that moment
When I opened my eyes in the morning
I kept thinking of you
My heart that I saved, that I hid away
I will show it all to you
I want to tell you
Words that you haven’t ever heard
Words I want to tell you when I see you
Words I can’t say by myself
I love you
Will you come to me?
I wanna close my eyes and hug you
I’m not good but I wanna whisper
To the person in front of me, love you
I want to love you
I want to be by your side
~
Mata Chanyeol tak henti memandangi mata Nana, begitupun dengan Nana. Perlahan-lahan tersungging seulas senyum diujung bibir chanyeol. Jantung Nana menjadi berdebar dua kali lebih cepat. Kepalanya serasa berputar. Dia ingat, lagu yang dinyanyikan pemuda di restoran yang ia kunjungi bersama Kibum kemarin malam adalah lagu milik Chanyeol. Dan ia menjadi teringat kejadian enam tahun lalu, ketika Chanyeol menyanyikan lagu itu untuk mengutarakan isi hatinya kepadanya. Kali ini ia menatap Kibum yang duduk di sebelahnya.
.
.