home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > You Don't Know Play Ur Love

You Don't Know Play Ur Love

Share:
Author : LatifahNL999
Published : 23 Sep 2014, Updated : 26 Aug 2016
Cast : Nana || Chanyeol || Lizzy || Baekhyun || Eyoung || Luhan || Others
Tags :
Status : Complete
32 Subscribes |1125504 Views |73 Loves
You Don't Know Play Ur Love
CHAPTER 28 : Chapter 27

 

“Apa kau yakin?” tanya Baekhyun ketika mereka tiba di terminal bus menuju Gwanju.

Chanyeol mengangguk pelan dan tersenyum kecil.

“Tapi itu kota kecil, hyung. Apa yang akan kau lakukan di sana?” tanya Sehun yang ikut mengantar juga.

Majjayo. Di sini saja, aku akan memberitahu ayahku dan memperkerjakanmu dengannya. Kau tidak perlu susah-susah––”

Tsk,” Chanyeol berdesis dan menyipitkan matanya. “Meskipun kota kecil bukan bearti tidak ada usaha. Aku akan memulai kehidupanku yang baru. Aku tidak mau lagi menyusahkan kalian. Aku akan kembali menjadi Park Chanyeol yang mengagumkan.” Katanya dengan bangga, guna menenangkan hati orang-orang yang mengantarnya. “Apa kalian tidak ingin mengaminkan ucapanku??” tanya Chanyeol dengan berpura-pura jengkel.

Ne,” Baekhyun, Gaeun, dan Sehun tertawa ringan.

“Kau tidak akan menyerah bukan?” tanya Baekhyun yang membingungkan Gaeun dan Sehun, tapi penuh arti bagi Chanyeol. Chanyeol mendesah pelan dan membalas pertanyaan itu dengan senyuman dan gelengan kecil, membuat Baekhyun berkerut kening samar, karena tidak tahu apa gelengan itu menandakan ‘tidak akan’ atau ‘tidak tahu’.

“Kunjungi aku, jika kalian merindukanku,”

“Sepertinya kami tidak akan merindukanmu.” goda Baekhyun, membuat Chanyeol menggerutu tidak jelas, namun ditertawakan oleh Sehun dan Gaeun.

Chanyeol merentangkan tangannya. Gaeun yang mengerti langsung memeluk Chanyeol.

“Lihat. Siapa yang akan merindukan dan dirindukan?” gumam Sehun dan membuat Gaeun tertawa. Chanyeol langsung mengaitkan leher Sehun dengan tangannya dan menjitak kepala anak itu dengan pelan.

 

“Kau tidak ingin memelukku juga?” tanya Baekhyun melihat Chanyeol dan Sehun yang masih bergulat seperti anak-anak.

“Haha,” Chanyeol mendekati Baekhyun dan memeluknya juga.

“Maaf, jika kemarin aku gagal meyakinkannya. Untuk di waktu yang akan datang aku tidak akan gagal lagi. Aku berjanji akan menyatukan kalian kembali. Maka kembalilah menjadi Chanyeol yang mengaggumkan. Seperti yang kau bilang.” Bisik Baekhyun tepat di telinga Chanyeol.

Chanyeol tersenyum dan memundurkan tubuhnya untuk memandang Baekhyun. “Gomawo,” ia menepuk bahu Baekhyun dua kali.

“Aku tidak menyangka kita akan berakhir menjadi teman seperti ini.” gumam Sehun, dibalas sesimpul senyum oleh Baekhyun.

 

“Sepertinya bisku akan segera tiba. Aku pergi dulu. Jaga diri kalian baik-baik. Semoga kalian sukses. Jika aku kembali, kalian harus lebih mengagumkan dariku. Aratchi?!” ucap Chanyeol sambil berjalan mundur sebelum ia membalikkan tubuh dan melambaikan tangannya dengan senyum yang lebar.

.

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

.

6 Tahun kemudian~

.

“Sekarang aku masih di jalan–– Aku juga tahu sekarang sudah jam sebelas–– Oh, jam sebelas lewat 15 menit. Terserahlah.” Baekhyun melangkah perlahan, sebelah tangannya memegang ponsel yang ditempelkan di telinga, dan tangan yang sebelah lagi berkacak di pinggang. Ia mengembuskan napas panjang dengan berlebihan dan menggerutu tidak jelas. “Lizzy–– Lizzy––” Baekhyun meremas-remas botol plastik tepat di microphone-nya dan berteriak-teriak memanggil Lizzy. “Lizzy–– sepertinya sinyal ku gangguan–– yeoboseyo yeoboseyo.. tuttt..tutt..tutt” Baekhyun menutup Flip-phone-nya. Sekali lagi ia mengembuskan napas panjang.

 

“Kenapa hari ini muncul banyak masalah yang tidak menyenangkan?” omel Baekhyun kepada dirinya sendiri, dan ia semakin kesal ketika harus mengingat apa yang sudah dialaminya sepanjang hari ini. Ia menendang kaleng bekas yang tepat berada di depannya dengan kencang.  “Argh, bisa gila aku.” Gerutunya lagi, ia sudah terlalu lelah untuk marah-marah. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan otaknya sudah tidak bisa disuruh berpikir, lagi-lagi ia menghembuskan napas panjang.

 

“Apa ini punyamu?” tanya seseorang dengan membawa kaleng bekas yang ditendang Baekhyun, Baekhyun pun melongo melihat kaleng bekas tersebut. Ia terkesiap dan mengambil kaleng bekas tersebut dan meminta maaf.

 

Cheosonghamnida, Cheosonghamnida.” Kata Baekhyun berkali-kali, kemudian ia mendongakkan kepalanya. Dan pada saat itu juga ia membulatkan mata kecilnya.

.

~

.

Baekhyun duduk di pinggir jalan dan memandang sekelilingnya, kota Seoul masih belum menunjukkan tanda-tanda mengantuk, bangunan-bangunan di sepanjang jalan seakan sedang berlomba-lomba menerangi seluruh kota, membujuk orang-orang untuk menikmati indahnya ibu kota Korea Selatan yang menakjubkan itu.

“Ayo ceritakan semuanya, Chanyeol. Kapan kau kembali ke Seoul?” tanya baekhyun sambil menuangkan soju ke gelas dengan bersemangat.

 

Chanyeol yang menyodorkan gelasnya langsung menyeruput sojunya dengan cepat. “Eii, anak ini tidak berubah sama sekali. Ya, berapa kali harus kukatakan, aku ini lebih tua dari mu.” Omel Chanyeol. “Aku kembali satu tahun yang lalu.” Katanya kemudian.

“Hahaha. Ne, hyung. Wah, setelah mengucapkan kata perpisahan, kau tidak menghubungiku ketika sudah kembali.” Gerutu Baekhyun membuat Chanyeol menyimpulkan senyumnya. “Gwaenchana?” tanya Baekhyun lagi setelah ia meneguk sojunya kembali.

 

“Bisa kau lihat–– Aku sekarang sangat mengagumkan, bukan!? Hhaa,”

 

“Sepertinya begitu. Mengagumkan dariku. Cah…” Baekhyun menuangkan soju lagi ke gelas Chanyeol.

“Bagaimana denganmu?”

“Seperti yang kau lihat. Bukankah aku seperti Mummie? Ckck, kehidupanku tidak jauh dari ruangan engap yang memiliki lubang angin yang kecil, dan hanya dimasuki cahaya matahari sore dan ditemani piano juga kertas dengan berisikan not…not.. balok yang tidak dipahami orang awam.”

 

Ckck, kau menjadi pianis?”

Oh, setelah lulus kuliah, aku memutuskan untuk ikut ayahku dan hyungku. Karena menjadi pesebak bola, aku dilarang keras oleh hyungku dan juga––” ucapan Baekhyun terhenti karena dering teleponnya berbunyi, membuat Baekhyun memutarkan kedua bola matanya. “Dan juga dia.”  Baekhyun membalik layar ponselnya.

Chanyeol memberengut dan melihat caller ID.

Hajimayo. Hari ini aku sangat lelah mendengar ocehannya,” tegas Baekhyun.

Chanyeol cekikikan. “Aratda. Wah, kalian memiliki hubungan yang sangat awet. Bukankah ini cukup lama? Kenapa kalian tidak menikah saja?” goda Chanyeol.

 

Oh. Aku sudah bertunangan.” Kata Baekhyun dengan sedikit malas dan menunjukkan jari manis kanannya yang terlingkar cincin.

Wae? Kenapa kau terlihat sangat menyesal?”

“Bukan begitu. Hari ini aku hanya lagi malas saja. Aku tentu bahagia sudah menjadi tunangannya.”

Jinjja?? Kenapa kau tidak mengabariku? Aigoo,

Tsk. Kau kembali ke Seoul saja tidak memberitahuku. Lupakan. Geureom–– Apa kau sudah punya kekasih? Apa kau sudah bertemu dengannya lagi?” tanya Baekhyun ringan. Sedikitpun ia tidak merasa risih menanyakan hal itu pada Chanyeol. Chanyeol tersenyum dan menggeleng kecil pada Baekhyun.

“Kau mau menambah lagi?” tanya Chanyeol dengan mengayunkan botol soju.

Aratda…” Baekhyun menyodorkan gelasnya dan tersenyum kecil.

Tidak banyak perubahan dari diri Chanyeol, setelah enam tahun belakangan ini. Dia sudah kembali menjadi dirinya sendiri. Dia mengubah dirinya untuk menjadi orang yang menyenangkan. Ia sudah memulai segalanya dari awal. Sudah banyak kesusahan dan kesulitan yang ia hadapi. Dan perlahan-lahan kehidupannya membaik. Kini pun ia menjadi sosok yang dewasa dan mengagumkan.

.

~

.

Chanyeol masuk ke dalam apartemennya dengan langkah gontai. Ia melempar tasnya ke atas kursi sebelum ia merebahkan tubuhnya ke atas kursi tersebut. Dipejamnya kedua mata itu untuk kembali mengenang semua kejadian enam tahun yang lalu. Rasanya tidak terlalu sulit untuk mengingat semuanya. Apalagi setelah malam ini ia bertemu dengan Baekhyun dan mendengar cerita tentang kembalinya Nana dari China.

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

 “Jinjja?! Heol! Hanya karena kau bertemu dengannya kembali, kau mengabaikan teleponku? Byun Baekhyun, sebenarnya aku ini siapamu? Oh?” rengek Lizzy. Kata–kata itu lagi yang harus didengar Baekhyun, ketika mengabaikan tunangannya ini.

“Kau tunanganku, dan sebentar lagi akan menjadi istriku,” jawab Baekhyun dan menatap tunangannya. Lizzy membalas tatapan Baekhyun dengan kedua tangan terlipat di dada. Baekhyun mengerang dan beranjak dari sofa menuju ruang dapur.

 

Lizzy mengembuskan napas kesalnya dan mengikuti Baekhyun ke ruang dapur, ia masih menatap Baekhyun dengan kesal. Baekhyun pun melihat tatapan kesal itu.

Mianhae, kemarin aku banyak masalah, dan aku hanya ingin menenangkan pikiranku saja, aku tidak bermaksud mengabaikanmu. MianhaeOh?” Baekhyun mendekati Lizzy lalu merangkul Lizzy dan mengusap-usap kedua bahu Lizzy dengan sayang.

Jeongmal mianhae. Aku janji tidak akan mengabaikan teleponmu lagi. Maaf jika aku membuatmu khawatir.” Baekhyun mengedipkan matanya, dan membuat Lizzy setengah mendengus dan setengah tertawa, ia memiringkan kepalanya sedikit dan kembali tersenyum cerah ia juga menarik hidung Baekhyun dengan gemas.

Lizzy menjauh dari Baekhyun dan berjalan ke arah kompor. “Kau mau makan apa? Aku akan memasak untukmu!!” tanya Lizzy bersemangat sembari membuka kulkas memeriksa bahan-bahan makanan di dalam kulkas Baekhyun.

Baekhyun tersenyum. “Apapun yang dimasak oleh istriku, akan kumakan. Aku mau mandi dulu.” 

.

~

.

Annyeong,” Eyoung melambaikan tangannya ke arah Sehun dan Gaeun dengan ceria.

“Kau dari mana?” tanya Gaeun.

“Olahraga pagi,” jawab Eyoung singkat. Sehun langsung memberi Eyoung teh lemon hangat. “Gomawo. Oh, iya, apa kalian sudah bertemu dengan Nana?” tanya Eyoung dan membuat Sehun juga Gaeun tertegun mendengarnya. “Apa kalian juga tidak tahu? Aiihhh gadis itu. Kupikir hanya aku saja yang tidak diberitahu olehnya.” Eyoung masih menggerutu tidak jelas dengan sendirinya, sedangkan Gaeun dan Sehun saling toleh menoleh dengan ekspresi yang masih terkejut.

.

~

.

“Oh, Luhan, kenapa lama sekali?”

Luhan tersenyum meminta maaf kepada laki-laki bertubuh tinggi yang menunggunya di bandara itu dengan bosan. Tidak ada yang berubah dari wajah Luhan, hanya penampilannya saja yang berubah. Berkaca mata dan sedikit dewasa.

“Maaf, bagasinya terlalu ramai, hyung.” katanya sambil berjalan mendekati laki-laki itu. Laki-laki bertubuh tinggi itu pun membantu Luhan memasukan koper ke dalam mobil.

“Setelah ini kita akan kemana?” tanya laki-laki bertubuh tinggi itu setelah ia melarikan mobilnya dari bandara. Dan Luhan memandangnya dengan tersenyum.

“Ke sesuatu tempat yang tidak asing lagi bagimu.” Seru Luhan santai dan dibalas dengusan tawa dari laki-laki yang dipanggilkannya Hyung itu.

.

Mereka tiba di tempat yang dimaksud Luhan.

“Apa istimewanya tempat ini? Kenapa setiap pulang dari China, kau lebih memilih singgah ke tempat ini?” tanya hyung-nya.

Ketika mereka melangkah masuk ke tempat tersebut, seseorang menyapa Luhan dengan sapaan yang santai, seperti sudah mengenalnya sangat lama.

“Ah, Luhan Hyung. Kau sudah kembali lagi. Wah kau semakin terlihat keren, tidak seperti pertama kita bertemu. Terlihat seperti pemuda bodoh yang hanya mengandalkan ketampanan.” Ledeknya dengan santai tanpa memikirkan perasaan kesal Luhan. Hyung yang bersamanya sedari tadi pun menyembunyikan tawa ledeknya untuk Luhan.

 

“Seo Kangjoon! Mulutmu. Aish, inikah kata-kata penyambutanmu terhadap pelanggan?” omel Luhan.

UpsCheosonghamnida.” Kangjoon membungkukkan tubuhnya dan tersenyum lebar, Lalu memberikan. “Kopi dingin dan kopi hangat.”

“Kau masih ingat pesananku??” tanya hyung Luhan.

“Tentu saja. Hheu…”

Ya, apa kau akan selamanya terus-terusan berdiri di balik meja ini? Oh?” omel Luhan.

Wae?” tanya Kangjoon santai. “Apa salahnya?”

Aeeiii..”

“Hhehe. Aku tidak terus-terusan berdiri di balik meja ini lagi. Aku hanya berdiri di sini setiap hari libur saja.” Kata Kangjoon sambil mengelap gelas dan menyusunnya.

“Selebihnya?” tanya Luhan penasaran.

Belum sempat Kangjoon menjawab, seorang gadis berkacamata, membawa buku, dan rambut kuncir kepang samping masuk ke dalam kafenya. Matanya beralih ke arah gadis itu yang sudah duduk di dekat arah jendela. Kangjoon tersenyum lebar.

Luhan pun memperhatikan gadis itu lalu kembali melihat ke arah Kangjoon. Luhan mendengus pelan, dan kembali menyeruput kopi dinginnya.

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

“Kau mau kemana?” tanya Jongsuk yang sedang duduk di kursi goyang, berjemur di depan kaca tembus pandang yang lebar dengan bayi kecil berumur tiga bulan yang cantik di pangkuannya.

“Aku hanya ingin berjalan-jalan ke suatu tempat. Aku sudah lama tidak menghirup udara segar Korea di pagi hari.” Kata Nana. Kemudian ia mendekati Jongsuk dan berlutut berbicara kepada keponakannya dengan imut. “Hana-yaunnie kalkke. Jika kau sudah besar, aku akan mengajakmu juga.”

 

Unnie? Ckck,,” Jongsuk mendecakkan lidahnya ketika mendengar Nana menyapa diri kepada anaknya dengan sebutan unnie. “Hana-ya, jika kau sudah besar, jangan pernah panggil dia unnie, maka kau akan membuat Ayahmu terlihat tua. Panggil dia IMO! Aratchi?!” omel Jongsuk kepada bayinya yang tertidur dengan pulas disinari matahari.

“Kau memang sudah tua. Jangan Hana-ya panggil aku unnieOkay… Unnie,” tegas Nana sekali lagi.

Mwoya?? Hana-ya, jangan jadi anak yang durhaka, panggil dia imo, turuti apa yang dikatakan Ayah dan Ibumu” ucap kakak iparnya yang ikut bergabung dan berdiri di belakang kursi goyang yang diduduki Jongsuk.

Mendengar ucapan kedua kakaknya, Nana hanya tertawa pelan dan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Terserah sajalah, aku pergi dulu,”

.

~

.

Jalan-jalan yang dimaksud Nana ternyata berakhir di satu tempat yang tidak terlalu asing baginya. Dulu tempat itu adalah taman. Kini pun sudah menjelma menjadi taman. Tidak banyak yang berubah. Pohon-pohon tua yang menjulang tinggi masih berdiri kokoh di sana. Rerumputan begitu rapi dengan berbagai macam bunga yang bermekaran di sekitar taman. Tapi tidak seperti dulu, kini taman itu sudah ramai dikunjungi orang-orang. Sepasang remaja duduk di bangku taman mengukir nama mereka di sana sambil tertawa-tawa senang. Nana mengamatinya, tanpa sadar ia juga ikut tersenyum. Kakinya terus melangkah hingga sampai di tepi danau itu.

“Masih sama seperti dulu.” gumamnya pelan. Rentang waktu enam tahun tidak mampu mengikis keindahan danau itu.

Ketika ia sedang duduk bersandar di bawah pohon, tiba-tiba seekor anjing golden retriever berwarna hitam putih menggonggongi Nana dan mengibas-ngibas ekornya, berputar-putar di hadapan Nana. Gadis itu mencondongkan tubuhnya ke depan, dan mengusap bulu anjing itu. Ia tersenyum gemas ketika menangkup kepala anjing tersebut.

“Buddy!”

Nana mendengar ada suara memanggil-mangil si golden retriever jantan ini. Nana mendongak menatap siapa si pemiliknya. Kemudian ia tercekat, bergegas bangkit berdiri dengan napas tertahan. Orang itu berlari-lari kecil mendapati anjingnya tengah melingkar-lingkar di sekitar kaki Nana.

“Buddy, hentikan!”

Nana seperti mati rasa, sekelilingnya terasa berputar-putar saat mendengar suara itu dan melihat sosok itu dari dekat. Nana merasa seolah-olah ia tengah bermimpi. Atau mungkin ini memang hanya mimpi? Pemuda itu kini berada sangat dekat dengannya, ini bukan mimpi. Hampir-hampir Nana merasa jantungnya berhenti berdetak.

“Chanyeol?”

Pemuda itu mengerjapkan mata dua kali. Tubuhnya terasa kaku, meskipun ia merasakan aliran darah mengalir dengan lancar. Getaran halus yang menyenangkan berdesir di tubuhnya. Matanya tak ingin lepas dari wajah gadis itu.

“Nana?”

Sunyi…Kesunyian yang mematikan.

Akhirnya, dalam waktu enam tahun perpisahan mereka, inilah pertama kalinya kedua mata mereka saling bertatapan.

..

tbc

..

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK