Kegelisahan yang berkelabut di benak Jongsuk membuatnya mondar-mandir ketakutan. Selain menunggu keluarnya dokter dia juga menunggu kedatangan kedua orang tuanya. Saat itu, Lizzy, Eyoung dan Luhan berlari tergesa ke arahnya. Jongsuk melihat ke arah mereka. Lizzy menggapai tangan Jongsuk.
“Oppa, Eotteyo??” tanyanya yang belum mengatur napasnya.
“Dia masih dalam pemeriksaan,”
Lizzy merebahkan tubuhnya di bangku ruang tunggu, menempelkan kedua sikunya di atas paha dan menahan kepalanya yang tertunduk.
Tidak lama kemudian, tibalah kedua orang tua Nana dan Jongsuk. Ibu langsung memeluk Jongsuk sambil menangis yang sudah ia keluarkan selama perjalanan ke rumah sakit. Dan saat itulah dokter keluar dari pemeriksaan dan menyuruh ayah Nana ikut ke ruangannya.
.
Hasil pemeriksaan tidak terlalu baik. Membuat dokter harus mengganti jenis dan dosis obat-obatan Nana, dengan harapan bisa lebih membantu. Dan itu sama sekali bukan pertanda baik.
.
~
.
"Dia memiliki masalah dengan jantungnya,” cerita Lizzy kepada Luhan dan Eyoung setelah mereka berada di koperasi yang terdapat di rumah sakit.
“Ara,” jawab Eyoung lesu dan mengaduk-aduk minumannya. “Aku juga takut. Tapi tidak mungkin aku menunjukkan apa yang kurasakan di hadapannya waktu itu. aku ingin selalu di sampingnya dan mengawasinya. Tapi aku tidak ingin dia merasa itu adalah belas kasihan di matanya. Karena yang dibutuhkannya adalah semangat.”
"Hha.. Aku tidak sanggup untuk menemuinya, aku tidak mau mendengar penjelasan dari Jongsuk Oppa, Ayah dan Ibunya ataupun dokter. Aku tidak ingin sama sekali. karena itu benar-benar membuatku takut.” Kata Lizzy sembari menenggelamkan wajahnya di atas lengannya.
“Aku sering mendapatkan kondisinya memburuk akhir-akhir ini dan dia hampir tidak bisa berjalan. Aku bisa merasakan rasa frustasinya dan aku berharap aku bisa memberikan seluruh tenagaku kepadanya. Tapi dia selalu menunjukkan kesehatannya padaku. Padahal aku tahu dia hanya berpura-pura. Tapi aku juga tidak bisa apa-apa. Aku benci kata baik-baik saja dari mulutnya. Kata-kata itu membuatku ingin menangis.” Kata Eyoung dengan pandangan menerawang.
Luhan menoleh ke arah Eyoung dan Lizzy bergantian yang duduk di ambang kekhawatiran juga ketakutan. Alisnya berkerut. Ia kembali menatap Eyoung dan Lizzy bergantian. “Salah satu di antara kalian, tolong jelaskan padaku apa yang sedang kalian bicarakan.”
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Luhan menatap Eyoung tanpa berkedip. Ia baru saja mendengar penjelasan panjang-lebar dari Eyoung dan Lizzy, dan ia hampir tidak mempercayai sepatah kata pun yang didengarnya.
“Katakan padaku jika kalian hanya bercanda.” Ucapnya dengan sedikit tertawa hambar kepada teman-temannya.
Lizzy menoleh menatap Luhan yang duduk di sampingnya dan menghela napas dalam-dalam. Lizzy balas bertanya dengan nada berat.
“Tentang apa? Kau ingin kami hanya bercanda soal apa? Penyakitnya? Itu bukan sesuatu yang bisa dijadikan lelucon.”
Luhan mengerjap dan menelan salivanya. “Bukan itu maksudku. Mian. Kurasa aku hanya–– Maksudku, semua ini terlalu mengejutkan. Aku tidak pernah menduga. Aku hanya kesulitan mempercayainya.” tuturnya cepat.
“Ketika aku mengetahuinya, aku mulai membayangkan kemungkinan terburuk, lalu aku sadar aku sama sekali tidak siap menerima kemungkinan terburuk. Dan kesadaran itu membuat ketakutanku sudah berlipat ganda,” tungkas Lizzy dengan bergetar.
Mereka tidak berkata apa-apa lagi selama beberapa saat. Masing-masing sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Hingga muncul Baekhyun dan Gaeun menghampiri mereka.
“Eotte?” tanya Baekhyun dan Gaeun yang kelelahan karena berlari menelusuri koridor rumah sakit dengan khawatir. Namun pertanyaan mereka tidak ada yang menjawab, semua masih sibuk dengan pikiran masing-masing.
Di tengah-tengah kekhawatiran mereka, muncul Chanyeol diantara mereka. Dan membuat emosi juga kesedihan Lizzy dan Luhan memuncak.
“Ada perlu apalagi kau ke sini? Huh?” tanya Lizzy dengan kesal. Gaeun hanya bisa melirik Chanyeol, dan tidak berani bersuara.
“Ya!” Baekhyun mencoba untuk menenangkan Lizzy. “Ini rumah sakit. Kecilkan suaramu.” Baekhyun menarik Chanyeol pergi dari hadapan mereka dan berbicara empat mata.
.
“Kenapa kau kembali muncul di antara kami?” tanya Baekhyun.
“Aku butuh bantuan salah satu dari kalian. Berhubung hanya kau yang mau berbicara padaku selain Gaeun, maka aku membutuhkan pertolonganmu.”
“Sebaiknya aku membiarkanmu dalam penderitaanmu sendiri.”
Chanyeol mendengus. “Ini demi Nana dan kalian semua, bukan untukku. Maka dari itu aku butuh bantuanmu. Jebal.”
“Apa?”
Baekhyun dengan serius mendengar Chanyeol, tapi entah kenapa ada yang menjagal perasaannya ketika mendengar ide Chanyeol.
“Jadi kau ingin aku menjaga rahasia ini? Tsk.” Baekhyun tersenyum kecut.
“Wae? Kau tahu, ‘kan, aku tidak akan mungkin menemui keluarganya lagi. Aku benar-benar butuh bantuanmu. Aku serius.”
Chanyeol menatap Baekhyun dengan sangat serius membuat Baekhyun merinding, ia tidak tahu harus berbuat apa. Apa ia harus menuruti Chanyeol atau tidak, tapi dari semua ceritanya, ini yang terbaik untuk Nana.
“Akan kupikirkan lagi. Beri aku waktu sampai besok, karena ini terlalu berat untukku mengabulkannya,”
“Kau hanya perlu mengatakan ‘iya’. Untuk apa berpikir lagi. Aku tunggu di kafe terakhir kali kita bertemu besok malam,” Chanyeol menepuk pundak Baekhyun kemudian pergi dari hadapannya.
“Oh,” Baekhyun melongoh melihat punggung Chanyeol yang semakin jauh darinya.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Ibu dan Ayah mereka memaksa Jongsuk pulang untuk beristirahat dan membiarkan mereka yang menemani Nana di rumah sakit. Mereka berjanji akan langsung mengabarinya apabila Nana sudah sadarkan diri. Jongsuk pun pulang dengan enggan dan akan kembali besok pagi untuk menggantikan mereka menemani Nana sehingga mereka bisa pulang dan beristirahat sejenak.
.
Lizzy, Eyoung, Luhan, Baekhyun, Gaeun bahkan Chanyeol sama sekali tidak bisa tidur. Setiap kali mereka memejamkan mata, mereka kembali merasakan ketakutan dingin yang mencengkeram diri mereka. Dokter memang berhasil menstabilkan keadaannya, tetapi kini mereka harus menunggu sampai Nana sadarkan diri.
.
Chanyeol terbukti agak sulit berpikir juga karena otaknya serasa berkabut. Dirinya hanya berpikir––ini akan baik-baik saja––secara otomatis, tanpa benar-benar disadarinya. Namun terlihat jelas dari sorotan matanya yang dilanda kegelisahan.
.
Baekhyun pun hampir tidak bisa merasakan apa pun kecuali rasa dingin yang menyelimuti sekujur tubuhnya begitupun dengan pembicarannya bersama Chanyeol, semakin membuatnya uring-uringan dan gelisah.
.
Lizzy berbaring di ranjangnya dan menatap kosong ke arah langit-langit. Sesekali ia melirik ponselnya yang tepat berada di samping kepalanya.
.
Eyoung juga terus melirik jam di atas meja di samping tempat tidurnya, berharap pagi cepat tiba sehingga ia bisa pergi ke rumah sakit dan mendapatkan Nana baik-baik saja. Begitupun dengan yang lainnya.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Keesokkan harinya
Kedua orang tua Nana mengabarkan bahwa Nana sudah sadarkan diri. Setelah mendengar itu, mereka pun akhirnya bernapas kembali. Jongsuk, Lizzy, Baekhyun, dan teman-temannya, tiba di rumah sakit.
Setelah Jongsuk keluar dari kamar Nana. Lizzy dan Baekhyun juga diikuti oleh Gaeun, Eyoung, juga Luhan bergantian masuk ke dalam kamar Nana. Mereka melihat Nana sedang duduk bersandarkan bantal-bantal di atas ranjang. Ia tersenyum lebar ke arah mereka. Mencoba tersenyum seperti biasa. Walaupun wajahnya tetap pucat, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Lizzy duduk di kursi di samping ranjang Nana, sedangkan yang lainnya berdiri di sebelah ranjang. “Bagaimana perasaanmu hari ini?”
"Jauh lebih baik." Nana menatap temannya satu persatu dengan alis terangkat. "Tapi kenapa kalian terlihat kacau?!"
"Kalau kau mengalami apa yang kualami kemarin malam kau juga akan terlihat seperti kami sekarang," kata Lizzy sambil tersenyum kecil.
Nana membalas dengan senyum muram. “Aku membuat kalian semua cemas, bukan?”
Lizzy meraih tangan kiri Nana dan menggenggamnya sejenak. Matanya masih terpaku pada tangan Nana yang berada dalam genggamannya. “Tolong jangan membuatku cemas lagi.”
Nana menatapnya namun tidak menjawab.
Baekhyun melirik ke arah Nana kemudian Lizzy. Ia menghembuskan napas perlahan. Kemudian ia merogoh saku celanya mengambil ponsel dan mulai mengutak-atiknya.
“Aku keluar dulu. Aku ada urusan sebentar,”
“Kau akan ke mana?” Lizzy bertanya pada Baekhyun. Namun bukan jawaban yang diberi Baekhyun, melainkan kedipan mata.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
“Apa kau menyetujuinya?” tanya Chanyeol pada Baekhyun, setelah mereka kembali bertemu.
Baekhyun masih dalam pikirannya. “Kenapa kau melakukan semua ini?”
“Hanya menebus kesalahanku. Jika kau setuju maka sekarang juga kita ke rumah sakit, aku tidak mau mengulur waktu,”
“Hha..” Baekhyun mengembuskan napas beratnya dan memandang Chanyeol dengan kening berkerut samar. “Sebenarnya apa yang kau rencanakan?”
“Tidak ada. Kajja. Jangan banyak bertanya lagi.” Chanyeol beranjak dan melangkah keluar dari kafe, Baekhyun pun terkesiap berdiri dan mengikuti Chanyeol.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Ketika Semua orang terdekat Nana berkumpul di kamarnya, dokter memanggil Ayah Nana untuk bicara empat mata di ruangannya. Semua mata menatap Dokter dengan kening berkerut, tapi dokter memberikan senyum manis kepada mereka. Ayah Nana beranjak mengikuti dokter keruangannya.
.
“Apa ada perkembangan yang baik?” tanya Ayah Nana pada Dokter.
Dokter tersenyum bahagia beberapa saat kepada Ayah Nana. “Dia mendapatkan donor. Yah, hari ini, kami mendapatkan donor jantung dari rumah sakit lain untuknya.”
Ayah Nana tidak bereaksi, matanya mulai berkaca-kaca. Dokter-pun memahami perasaan keluarga pasiennya itu. Dan ia meyakinkan kalau Nana bisa dioperasi besok. Ayah Nana mendongakkan kepalanya dan langsung menggenggam tangan dokter dengan erat.
Di balik pintu Lizzy mencoba menguping pembicaraan Dokter dan Ayah Nana. Ia tersenyum dan berlari dengan cepat kembali ke kamar Nana dengan girang. Ketika ia sampai di kamar Nana. Ia diam sesaat dan memberikan senyumnya kepada semua orang yang di kamar Nana, terutama Nana.
“Kau mendapatkannya,” ucap Lizzy setelah menggenggam tangan Nana.
“Mwo?” Nana memiringkan kepalanya.
“Kau mendapatkan donor. Kau bisa sembuh dengan dioperasi,” ucap Lizzy dengan girang, dan membuat orang-orang di kamar juga terkejut.
“Jinjja?” gumam Luhan.
“Oh.”
Tepat pada saat itu, Ayah Nana kembali ke kamar Nana membuat Lizzy langsung mendekat ke arah Ayah Nana. “Paman, benar, ‘kan?”
Ayah Nana mengerutkan kening sebentar karena tidak mengerti maksud Lizzy.
“Dia mendapatkannya, bukan?” lanjut Lizzy.
“Oh?” Ayah Nana mulai mengerti dan hanya tersenyum. Membuat orang-orang di kamar Nana tersenyum lega. Tapi Nana hanya mencoba membuat seulas senyum dari bibirnya.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Keesokkan harinya Nana akan siap dioperasi. Baekhyun dan Lizzy menghampiri ranjang Nana dan tersenyum padanya. Baekhyun meraih tangan Nana dan menggenggamnya. Tangan Nana terasa kecil, rapuh, dan dingin. Nana tersenyum kecil.
“Kemarilah,” bisiknya. Baekhyun dan Lizzy menunduk, menyurukkan wajah ke bahu Nana yang kurus. Lalu mereka mendengar sahabatnya berbisik di telinganya. “Doakan semoga operasiku berhasil.”
Baekhyun dan Lizzy mundur sedikit supaya bisa melihat ke mata Nana.
“Kami akan menunggumu. Semoga berhasil, dan kembalilah kepada kami.” Kata Baekhyun.
Mata Nana berkaca-kaca, namun ia tersenyum sejenak sebelum akhirnya melepaskan tangannya dari genggaman Baekhyun.
.
Semua sahabat dan keluarganya duduk menunggu dengan tegang. Baekhyun memandang ke sekeliling ruangan dan melihat kecemasan yang sama di wajah semua orang di sana. Baekhyun kembali menunduk menatap lantai.
Semoga dia baik-baik saja. Semoga dia baik-baik saja. Itu lah doa orang-orang yang menunggunya.
.
Di ujung koridor terdapat Chanyeol juga menunggu operasi Nana. Dia hanya bisa melihat dan menunggu dari jauh. Dan juga hanya bisa menunggu kabar dari Gaeun.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Lampu merah itu masih menyala, tujuh jam sudah berlalu. Namun operasi masih berlangsung. Seorang perawat kadang-kadang keluar dari ruang operasi dan menyampaikan perkembangan selama operasi kepada keluarga Nana. Sejauh ini perkembangan yang disampaikannya cukup positif. Saat itu orang-orang berkumpul dan menunggu dengan tegang di ruang tunggu adalah kedua orangtua Nana, Jongsuk dan teman-temannya, juga seseorang yang berada di ujung koridor.
Pikiran Chanyeol entah kemana. Hatinya merasa takut sama seperti keluarga Nana. Operasi transplantasi jantung bukan operasi yang mudah. Bagaimana kalau terjadi komplikasi? Bagaimana kalau... Demi Tuhan, kenapa ia harus memikirkan kemungkinan kemungkinan buruk? Chanyeol menyandarkan punggung dan kepalanya di dinding putih yang dingin itu.
“Ibu, kau bisa menyelamatkannya. Bantulah dia, supaya dia bisa melewati operasinya dengan lancar. Jaga dan lindungi dia,” gumam Chanyeol dengan mata terpejam.
Tepat pada saat itu, lampu merah itu mati dan dokter keluar dari ruang operasi dengan wajah Lelah. Semua orang melompat berdiri menyerbu sang Dokter.
“Operasinya berjalan dengan baik,” ucap Dokter menenangkan orang-orang yang mengerubunginya. “Semuanya berjalan sesuai harapan. Kami sudah melakukan semua yang bisa kami lakukan. Jantung baru sudah berdetak di dalam tubuh Nana. Yang harus kita lakukan sekarang adalah menunggu dan mengawasi kondisinya selama seminggu ke depan. Dan berharap tubuh Nana tidak menolak jantung baru yang diberikan kepadanya.”
Tepat pada saat itu juga, Chanyeol mendapat pesan dari Gaeun, kalau operasinya berjalan dengan baik dan harus menunggu perkembangan selanjutnya. Chanyeol pun sedikit lega. Dan kembali menyandarkan kepala juga punggungnya ke dinding. “Terimakasih, Ibu.”
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Dua bulan berlalu.
Nana nyaris tertidur di mobil saat Baekhyun memarkirkan mobil di depan rumahnya. Nana melamun sejenak di tempat duduknya, sebelum ia keluar dari mobil. Ketika ia ingin membuka sealbelt yang melindunginya, Nana menyipitkan matanya berusaha menembus kegelapan kaca mobil Baekhyun untuk melihat mobil siapa yang terparkir di depan pagar rumahnya.
“Sepertinya kalian kedatangan tamu,” kata Baekhyun.
“Menurutmu siapa yang akan bertamu di jam segini? Mungkin tamu tetangga yang menumpang memarkirkan mobilnya.
“Sehun oppa?” gaeun sontak menatap Nana, “I–– itu Sehun Oppa,”
Tepat pada saat itu, Sehun keluar dari mobil dan menghampiri mobil mereka.
Nana menelan salivanya. ia tidak bersuara saat Sehun menghampiri mobil mereka dan mengetuk-ngetuk kaca mobil di tempat duduknya. Nana nyaris membuang muka kalau saja Baekhyun tidak cepat keluar dari mobil.
“Ada apa lagi?” tanya Baekhyun pelan dan santai.
Sehun terus mengetuk kaca jendela Nana, “Nana-ssi, keluar sebentar, aku harus bicara padamu.”
“Oppa,” Gaeun yang ikut keluar dari mobil dan menahan Sehun. “Mwoya?”
“Bicara apa? Sudah tidak ada yang harus dibicarakan,” sahut Lizzy yang juga ikut keluar dari mobil.
“Tapi ini penting. Dia harus tahu semuanya, dia harus tahu jika Park Chanyeol––”
“Berhenti menyebut nama Orang itu.” Lizzy melihat Sehun dengan marah.
“Oppa, ga..” Gaeun bingung tidak tahu harus berbuat apa, dia juga ikut mengusir Sehun, Tapi Sehun tidak mau.
“Susah payah aku menemuinya, kau menyuruhku pergi?! Aku tidak akan pergi sebelum dia mau mendengar semua penjelasanku.”
“Kami tidak mau berurusan dengan orang-orang seperti kalian lagi.” Hardik Lizzy.
“Oppa. Tidak sekarang.”
“Mwo?” Sehun menatap Gaeun dengan tidak percaya.
“Keadaannya sudah membaik,” Gaeun menahan dada Sehun. “Jika kau mengungkit-ungkit nama dia lagi di depannya––”
“Tapi–– Gaeun-ah” panggil Sehun lirih.
Mereka bertiga tertegun diam saat pintu tempat duduk Nana tiba-tiba terbuka, Nana keluar dari dalam mobil dengan begitu tenang. Namun kerisauan di dalam hatinya tidak bisa disembunyikan.
“Gaeun benar. Keadaanku sudah membaik. Tolong jangan kau kacaukan lagi.”
“Aniyo. Apa kau pikir, hanya kau saja yang menderita? Chanyeol hyung, dia juga menderita sejak peristiwa itu?! Dia sengaja berbuat seperti itu semuanya demi kau! Apa kau benar-benar mengira dia selama ini hanya memanfaatkanmu? Dia juga sebenarnya benar-benar menyukaimu. Apa kau kira dia mendekatimu hanya karena uang? Benar, Ayahmu memberinya blank check, tapi apa kau tahu? Dia tidak mau menerimanya, cek itu bahkan dirobek olehnya. Kau harus tahu yang sebenarnya tentang dia.” Ucap Sehun dengan penuh emosi.
“Oppa,” Gaeun mencoba menenangkannya.
Baekhyun hanya menatap Nana dengan berpikir apa Nana akan percaya?
Nana menatap Sehun tanpa ekspresi. Semua itu hanya omong kosong baginya.
“Kau harus percaya padaku, Nana-ssi. Dia itu tidak bermaksud menyakitimu. Dia sengaja berbuat seperti itu karena––”
“Geuman,” Baekhyun menyuruh Sehun untuk menghentikan semua ucapannya.
Sehun memelas menatap Nana. “Kau harus percaya.” Tapi Nana tetap tidak bersuara.
“Kumohon, percayalah. Semua yang kuucapkan itu benar. Kau harus percaya.”
“Mulai detik itu, aku tidak tahu lagi harus percaya pada siapa.” Kata Nana kemuidan. Ia menatap mata Sehun dengan sendu. Suasana itu sunyi sesaat.
“Aku tidak tahu apa ceritamu itu benar atau hanya omong kosong belaka. Aku juga tidak tahu apa maksudmu menjelaskan semua itu padaku. Tapi kalau boleh jujur, sebenarnya aku tidak peduli lagi dengan semuanya. Mianhaeyo, Sehun-ssi. Kumohon berhentilah mencariku. Kau tidak perlu susah-susah sampai datang ke sini hanya untuk menjelaskan masalah itu, karena itu benar-benar tidak ada pengaruhnya lagi bagiku.”
Baekhyun, Gaeun, dan Sehun hanya menatap Nana tidak percaya, karena mereka bertiga mengetahui semuanya. Tidak dengan Lizzy, yang tersenyum puas dengan jawaban Nana.
“Geu..Geuraeyo? Apa kau tidak akan menyesalinya?” tanya Sehun.
Sedikitpun Nana tidak menjawabnya.
“Aratseoyo…. Gomapda.” Sehun menuju ke mobilnya dengan perasaan kecewa dan masuk ke dalam mobilnya, kemudian ia melajukan mobilnya dengan ngebut.
Nana pun hanya tertegun.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Nana berkemas-kemas dua hari sebelum keberangkatannya. Tiga koper ukuran besar sudah berjejer rapi di kamarnya. Ia hanya perlu memasukkan beberapa baju tebal lagi, setelah itu selesai. Nana mengambil bingkai foto kesayangannya yang berisi foto teman-temannya. Ia tersenyum geli melihat pose jenaka mereka di dalam foto itu.
Rasanya berat sekali meninggalkan semua ini. Ibu, Ayah, Jongsuk oppa, sahabat-sahabatku. Kira-kira perubahan apa yang akan kita alami selama beberapa tahun ke depan?
Nana tersenyum kecil lalu memasukkan bingkai itu ke dalam kopernya. Nana menggerakkan kepalanya ke arah dinding yang dipenuhi dengan fotonya. Ia melamun sejenak.
“Myeongdong moment.” ia mendesah kecil dan mengabaikan foto itu. “Mungkin ini lebih baik, dengan begitu aku bisa melupakan semua hal-hal yang buruk padaku.” tapi ia kembali teringat pertemuannya dengan Sehun tadi malam.
Tok..tok..tok..
Pintu kamar Nana diketuk dari luar, tak lama kemudian Ayahnya masuk ke dalam. Ia tersenyum kecil melihat koper-koper Nana, Nana menimpali senyum ayahnya.
“Eotte?”
“Mwoyo?”
Ayah duduk di tepi ranjangnya, “Ya, perasaanmu karena sudah mau pergi ke China.”
“Aku akan merindukan Ayah, Ibu, Jongsuk oppa, teman-temanku.” Nana tersenyum sambil merangkul Ayahnya.
“Aku lega melihatmu sudah bisa tersenyum. Baguslah.”
“Apa maksudnya??”
“Jinjja gwaenchana?”
Nana tersenyum simpul karena mengerti apa yang dimaksud dengan ayahnya. “Oh,”
”Jeongmalyo??”
Nana melepaskan rangkulannya, kembali sibuk berkemas-kemas, “Ne.”
.
~
.
Sore itu, saat Sehun sedang berjalan seorang diri di kampusnya, ia mendengar seseorang memanggil namanya dari belakang. Ia menoleh mencari-cari si pemanggil, lalu terkejut melihat siapa orang itu. Baekhyun berlari kecil menghampirinya dengan napas tersengal-sengal.
“Aku sudah mencarimu ke mana-mana di kampus ini. Ada yang harus kita bicarakan.”
“Tentang apa?”
.
Baekhyun mengerut dahi, berpikir keras untuk memecahkan semua kesalahpahaman ini. “Apa keadaan Chanyeol baik-baik saja?”
“Tidak terlalu baik. Kau tahu, kadang saat kita melukai orang yang kita cintai, luka yang kita tanggung jauh lebih sakit daripada orang itu.”
“Apa dia tahu besok Nana sudah mau berangkat ke China?”
Sehun mematung diam sebagai jawabannya.
“Aku tak akan membiarkan dia pergi begitu saja tanpa mengetahui kebenarannya. Aku sudah tidak tahan lagi menyimpan rahasia ini,” ucap Baekhyun
“Kau mau membantunya?”
“Tentu saja,” jawab Baekhyun mantap. “Karena dia adalah pendengarku yang baik. Malam ini kami mengadakan acara perpisahan di kafe langganan kami. Bisa kau beri nomor ponselmu, Aku akan menghubungimu lebih lanjut.”
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Mereka berkumpul di kafe seperti yang telah mereka janjikan memberi ucapan perpisahan terakhir buat Nana. Lizzy, Eyoung, Gaeun, Luhan dan juga Kang Joon berkumpul di dalam satu meja yang besar tanpa Baekhyun. Tapi sedikitpun Nana tidak curiga karena ia sudah menerima telepon dari Baekhyun yang katanya akan terlambat sedikit.
“Kudengar, kau juga akan melanjutkan study-mu ke China, Luhan.”
“Oh,”
“Jinjja? Heol! Aku pikir kau akan menjadi pemain bola daripada belajar lagi dan lagi,” ejek Eyoung.
“Aish,” Luhan hanya derdesis.
“Nana, Luhan China, Eyoung Jepang. Lalu kalian akan meninggalkanku berjuang sendiri di sini?”
“Aku masih di sini,” celetuk Lizzy.
Nana tertawa kikuk ketika melihat pandangan mata semua pengunjung kafe tertuju pada mereka. Tigapuluh menit kemudian Baekhyun datang, barulah acara makan-makan itu bisa dimulai.
.
“Apa kalian tidak ingin mengucapkan kata-kata perpisahahn untuk beberapa tahun ke depan?” seru Gaeun.
“Mwoya?”
“Baiklah aku akan memulai” Gaeun mengajukan diri. “Untuk temanku, semoga kalian sukses dan tidak melupakanku di sini. Semoga kalian mendapatkan pasangan yang diidamankan, terutama Eyoung.” tutup Gaeun.
“Aeeii,” semua menyorakinya.
“Nado,” Baekhyun membuka suara sembari menatap Nana dalam. “Aku baru mengenal kalian tidak lama, tapi rasanya aku sudah mengenal kalian selama bertahun-tahun. Lee Jin Ah, temanku yang paling baik, yang paling sabar mendengar semua ocehanku jika aku lagi kesal dan butuh pendapat. Dia juga yang selalu mendampingiku setiap kali aku bersedih.”
“Mwoya? Apa maksudmu bersedih, apa aku pernah menyakitimu? Onje?” tanya Lizzy yang merasa jadi orang yang membuatnya sedih.
“Aeeii, aku belum selesai. Eyoung,”
“Mwoyo?”
“Dia bukan hanya teman yang ada disaat kita senang saja, tapi dia juga selalu ada disaat kita susah, pendiam dan dewasa, terkadang penuh tanya. Luhan, Aeeiii, tidak ada yang bisa ku puji dari dirimu. hhe..”
“Ya ya ya. Untuk otak boleh saja tidak. Untuk ketampanan jangan kau lewatkan. Hhe..”
“Dwaesseo. Gaeun, wanita tercerewet nomor dua setelah Lizzy yang kukenal.”
“Apa hanya itu?” jawab Gaeun Jengkel.
“Oh, selain itu juga menyenangkan.. hehe. Park Lizzy,”
“Wae??”
“Gomawo, yang selalu mengisi hari-hariku dengan kecerewetanmu, menyayangiku dan tidak menyakitiku, meskipun terkadang sering membuatku bingung.”
“Tsk,” Lizzy memiringkan sedikit kepalanya dan tersenyum kepada Baekhyun.
“Aku sangat beruntung bertemu dengan kalian dan menjadi teman kalian. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian.” Mereka semua serius mendengarnya.
“Mwoya? Apa kau terlambat demi menyiapkan pidato perpisahan ini?” celetuk Nana bercanda.
Lalu tiba saatnya bagi Lizzy. “Ini sebenarnya bukan perpisahan untuk selamanya, tapi meskipun begitu aku tetap akan merindukan kalian. Terutama Nana Kami sudah berteman sejak kecil, melalui semuanya bersama-sama, mulai dari kejadian yang menyenangkan, pertengkaran-pertengkaran kecil sampai kejadian yang menyedihkan, tapi justru karena semua itulah aku bisa belajar bagaimana cara menghargai persahabatan kami. Dan aku bangga karena sampai detik ini aku masih bisa menjadi temannya.”
“Ah, aku tersentuh,” canda Luhan sambil menempelkan tangan kanannya ke atas dada kirinya. Kemudian mereka tertawa.
Nana tersentuh mendengar semua kata-kata temannya. “Aku pasti tidak akan melupakan kalian semua. Gomapda,”
“Sepertinya aku akan menangis.” Eyoung mengusap matanya cepat-cepat.
Mereka tersenyum menatap Eyoung, sedikitpun tidak mengolok-oloknya karena sebenarnya dalam hati mereka masing-masing pun merasa sedih. Acara makan-makan itu berakhir. Nana memberi pelukan hangat pada semuanya untuk terakhir kali.
.
Baekhyun memaksa ingin mengantar Nana pulang hanya berdua. Lizzy pun mengalah, karena Lizzy juga membawa mobil.
“Kau sudah memiliki surat izin mengemudi?”
“Tentu saja. Kalau begitu, aku pulang dulu, hati-hati di jalan.” jawab Lizzy dan melaju mobilnya duluan.
.
“Apa? Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Nana di mobil saat Baekhyun mengendarai mobilnya dengan tegang.
“Kenapa kau membawaku ke sini??”
.
To be continue
.