home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > You Don't Know Play Ur Love

You Don't Know Play Ur Love

Share:
Author : LatifahNL999
Published : 23 Sep 2014, Updated : 26 Aug 2016
Cast : Nana || Chanyeol || Lizzy || Baekhyun || Eyoung || Luhan || Others
Tags :
Status : Complete
32 Subscribes |1125504 Views |73 Loves
You Don't Know Play Ur Love
CHAPTER 23 : Chapter 22

 

Dari dalam kamar inapnya, Nana mengamati butiran-butiran hujan yang membasahi jendela kamar inapnya. Nana menerawang melamun sambil menahan rasa sakit yang masih sedikit terasa di dadanya .

 

“Mulai sekarang kau harus berhati-hati, jangan sampai membuatmu benar-benar kelelahan, buang semua pikiran yang menyesakkan. Sekarang kau benar-benar butuh jantung baru.”

“Jika tidak ada donor untukku………”

“Aku akan berusaha mendapatkan donor itu untukmu. Jangan berkecil hati,” lanjut dokter dan meyakini Nana, ia meletakkan obat ampuh yang sering dikonsumsi Nana di atas meja sebelah tempat tidur Nana. “Jangan pernah kau jauhkan obat ini darimu, minum ini tiga hari sekali, jangan hanya saat terkena serangan. Mengerti.”

.

Nana tersentak dari lamunannya, ketika suara ketukan pintu mengagetkannya. Ia melihat dari balik sudut bahunya.

“Bagaimana mungkin bisa kau sendirian tanpa penjagaan seperti ini? Apa yang kau lakukan berdiri di situ?”

Tanpa benar-benar menoleh, Nana tahu si empunya suara itu.

“Ah, Baekhyun. Aku hanya menikmati pemandangan luar. Kau darimana saja?”

“Aku tadi sedikit ada urusan, maka dari itu, aku terlambat melihatmu. Hhe. Gwaenchana?”

“Seperti yang kau lihat,” Nana mengangkat kedua bahunya dan tersenyum. “Gwaenchana,”

Geuraeyo?” Baekhyun mendekatinya dan melihat ke luar jendela. “Hujan ini sepertinya awet,” Baekhyun menoleh ke arah Nana kemudian ke luar jendela lagi. “Nana,”

Wae?”

“Apa aku boleh bertanya sesuatu?”

“Apa?”

“Sebenarnya apa yang terjadi pada dirimu dan Chanyeol??”

Deg

“Apa benar dia....” Baekhyun menghentikan ucapannya, dan berharap Nana yang akan melanjutkannya.

 

Hha, oh,” sahut Nana dengan napas berat.

Baekhyun menoleh ke arah Nana dan membelakangi jendela. Gadis itu memalingkan wajahnya menatap nanar ke luar jendela.

“Kebaikan yang selama ini kuanggap tulus, tak lebih dari hanya untuk memanfaatkanku. Haruskah aku menceritakannya dari awal?” Nana menoleh ke arah Baekhyun sekilas.

“Tidak. Mengingatnya pun sungguh sangat menyakitiku. Ada cerita yang mengharuskanku untuk tak menceritakannya padamu, alasan kenapa aku menerimanya. Dia benar-benar membuat hidupku berubah. Entah lah, mungkin aku yang terlalu naif. Aku berharap ia akan berkata jika itu bukan tujuannya, tapi semua di luar harapanku. Tsk.. Nappeun namja,” Nana tersenyum getir.

Geurae??” Baekhyun menatap Nana dan berkeliaran di pikirannya.

.

“Ga....” Baekhyun mengurungkan niatnya yang hendak meneriaki Gaeun di koridor rumah sakit. Ia melihat dari kejauhan, Gaeun sedang berbicara dengan seseorang. “Apa yang dilakukannya?" gumam Baekhyun

“Chanyeol oppa,”

Chanyeol berdiri karena menyadari keberadaan Gaeun, ia menahan isakannya dan mengusap air mata yang membasahi pipinya. 

Sesaat, Baekhyun tercengang. “Park Chanyeol,” gumamnya pelan. Ia sedikit memicingkan matanya.

Oppa, gwaenchanayo?” tanya Gaeun yang khawatir melihat Chanyeol. “Ya!” panggil Gaeun sekali lagi.

“Gaeun,” suara Chanyeol terdengar lirih, air matanya bergulir kembali. Ia menjatuhkan kepalanya di salah satu bahu Gaeun. Dan membuat Gadis itu diam termangu.

 

“Aku telah melukainya. Tidak seharusnya aku masuk ke dalam kehidupannya. Aku telah membohonginya juga menyakitinya. Maafkan aku.” Chanyeol mengatur napasnya yang tercekat akibat isakan tangisnya.

“Sedikitpun aku tidak bermaksud melukainya. Maafkan aku. Maafkan aku.” Kali ini Chanyeol benar-benar hanyut dalam kesedihannya yang entah kapan berakhir.

 

Gaeun hanya diam dan mengusap punggung Chanyeol berharap bisa menenangkannya.

Saat mencintai terasa menyakitkan, air mata adalah obatnya. Kau tak punya salah apapun namun terus menerus meminta maaf

Dari kejauhan Baekhyun terus melihat mereka. Ia tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan hanya isakan tangis yang ia dengar. Baekhyun penasaran dan mencoba mendekati mereka berharap terdengar apa yang mereka bicarakan. Namun, Chanyeol mengangkat kepalanya dari bahu Gaeun dan membuatnya terkesiap. Dengan sigap ia berbelok ke kiri dan bersembunyi dari balik tembok yang tidak jauh dari Gaeun dan Chanyeol.

“Jaga dia baik-baik, jangan pernah membahasku di depannya. Aratchi,”

Chanyeol berusaha menenangkan dirinya. Kemudian ia melangkah pergi dari tempat yang ia pijakan, berjalan dengan gontai di koridor rumah sakit itu. Baekhyun bergeser ke kanan supaya tidak diketahui oleh Chanyeol keberadaanya, ia mengamati punggung Chanyeol yang berjalan lurus tanpa menyadari dirinya yang bersembunyi.

"Kkamjjakiya!" Gaeun dan Baekhyun sama-sama terkejut ketika Baekhyun hendak menghampiri Gaeun dan Gaeun ingin ke toilet.

“Apa yang kau lakukan di sini??”

.

 

“Baekhyun?” Nana mengayunkan tangannya tepat di depan wajah Baekhyun.

 

Baekhyun menggelengkan kepalanya dan mendesah pelan. “Ya? Ah, di mana Eyoung dan Lizzy? Bukankah mereka tadi pagi sudah di sini?”

“Lizzy dan Eyoung sedang makan siang. Mungkin sebentar lagi mereka kembali. Ibu dan ayahku jangan ditanya.”

Annyeong,” Gaeun masuk ke kamar Nana dengan baju yang sedikit basah. “Maaf aku terlambat,”

“Gaeun. Kau darimana saja? Kau kehujanan? Aigoo, nanti kau bisa sakit,” celetuk Nana.

 

Gwaenchana, aku tidak sakit segampang itu. Apa hanya kalian berdua? Bagaimana dengan keadaanmu? Gwaenchana? Apha? Eodi?” tanya Gaeun yang membuat Baekhyun menutup mulutnya dengan segera.

“Pertanyaanmu terlalu banyak,” kemudian ia menjauhkan tangannya dari mulut Gaeun.

Aish,”

“Aku menyusul Lizzy dan Eyoung dulu. Aku akan membelikan minuman hangat untukmu,” Baekhyun melangkah keluar, meninggalkan Gaeun dan Nana.

“Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa seperti ini?”

“Aku tidak apa-apa. Berhenti bertanya. Cepat keringkan dulu dirimu, kurasa ada handuk di dalam lemari itu,”

Ne,”

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

Haripun berganti malam. Di mana dalam dunia malam yang dingin ini Chanyeol berusaha melupakan hal-hal yang berharga. Jika ada orang yang paling menderita dalam semua hal kejadian ini, Chanyeol lah orangnya.

Chanyeol duduk sendiri di taman belakang rumah sakit. Seseorang menghampiri Chanyeol dan memberikan secangkir kopi hangat padanya.

Gomapda, Sehun,” Chanyeol mengambil kopi tersebut.

Hyung, gwaenchana?” tanya Sehun yang duduk di sebelah Chanyeol. Namun pertanyaan Sehun dijawab Chanyeol dengan helaan napas yang berat. “Aratseo,” Sehun menyesap kopinya yang hangat.

“Apa yang terjadi dengan ibuku? Kenapa ia bisa masuk rumah sakit?”

“Ayahmu,”

Wae?”

“Dari yang ku dengar dia datang ke rumah Gaeun dan membawa paksa Ibu dengan menyakiti Ibu. Ibumu terus menolak dan berusaha melepaskan diri dari genggaman Ayahmu. Namun ia terlempar dan membuatnya pingsan. Karena terlalu khawatir, kami membawanya ke rumah sakit.” Sehun kembali menyesap kopinya.

“Tidak perlu khawatir, dia tidak apa-apa. Tapi Ayahmu masih berkeliaran, dia berhasil kabur ketika hendak mau dibawa ke kantor polisi. Aku mengkhawatirkan Ayahmu, dia bisa saja berbuat hal yang lebih gila lagi. Kenapa ayahmu menjadi mengerikan seperti itu?”

Hha.” Chanyeol memejamkan matanya.

“Masuklah. Di luar sangat dingin, temani Ibumu, sebelumnya ia sudah siuman, dan seharian ini ia terus bertanya tentangmu.” Sehun bangkit dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Chanyeol.

.

~

.

Chanyeol masuk ke kamar Ibunya. Ia menutup pintu secara perlahan dan melangkah tanpa suara. Ia menarik kursi di sebelah tempat tidur dengan pelan dan duduk di sebelah ibunya. Chanyeol menggosokkan tangannya yang gemetar, kemudian ia membelai rambut Ibunya yang tengah tertidur.

Wasseo?” suara serak ibu membuat Chanyeol menggenggam tangan ibunya.

“Maafkan aku. Aku terlalu sibuk dengan urusanku dan mengabaikan Ibu. Seharusnya aku selalu menjaga Ibu,” mata Chanyeol memerah tak kuasa menatap ibunya, ia pun menundukkan kepalanya di atas punggung tangan ibunya. Butiran air dari matanya menetes di tangan Ibu.

 

Ya! Uljimara. Eomma gwaenchana,” suara serak ibu memarahi Chanyeol, namun tangan satunya lagi yang bebas dari genggaman Chanyeol, membelai kepala putranya dengan lembut.

Chanyeol meletakkan telapak tangan Ibu ke pipinya dan ia tersenyum perih kepada Ibu.

“Apa harimu baik?” tanya Ibu yang kini membelai pipi anaknya.

Uhm,” Chanyeol menganguk kecil dan tersenyum menunjukkan giginya yang rapi.

“Mari kita hidup bahagia. Hhee..”

Chanyeol bangkit dari duduknya dan memeluk Ibunya. Ia mencoba menahan airmata yang akan keluar dari sudut matanya.

Angwaenchana, eomma.

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

“Aku ingin besok sudah pulang. Lusa aku sudah mulai ujian. Sungguh, aku sudah tidak apa-apa. Aku harus mengikuti ujian itu, aku tidak mau tertinggal,” rengek Nana kepada Ayah dan Ibunya yang kala itu bertugas menjaganya. “Aku janji, tidak akan melakukan hal-hal yang membuatku lelah,”

Okay, akan Ayah pertimbangkan dengan dokter.”

“Ayah,” Nana melengkungkan mulutnya layaknya mulut bulldog..

Aratseo, aratseo. Besok kau sudah boleh pulang,” Ibu membujuk Nana. “Sekarang  kau tidur dan istirahat, besok kau harus kembali segar.” Ibu memberi nana dua butir obat dan segelas air putih.

 

Kamsahamnida,”  Nana mencium pipi Ibunya dan tersenyum girang. Ia mengambil obat di tangan ibu dan meminumnya. Setelah itu ia merebahkan tubuhnya.

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

Keesokkan harinya, hanya Ibu dan Lizzy yang menjemput Nana. Karena Ayahnya harus kembali bekerja. Sedangkan Jongsuk sibuk dengan kuliahnya.

Lizzy yang sibuk membereskan barang-barang Nana di rumah sakit, tanpa sengaja ia menjatuhkan sesuatu. Terdengar bunyi dentingan cincin jatuh dari meja. Lizzy memungutnya dan bertanya kepada Nana.

 

“Nana, apa ini punyamu?” tanya Lizzy dan menunjukkannya kepada Nana.

Uhm?” Nana pun mengambilnya dari tangan Lizzy. “Namaku?” Nana memiringkan kepalanya sedikit. “Apa aku pernah memilikinya??” gumam Nana pelan dan bertanya kepada dirinya sendiri. Ia pun memasang cincin itu ke jari manisnya. “Cocok?”

“Apa sudah beres,” Ibu membuyarkan kebingungan Nana.

Ne,

.

~

.

Mereka melangkah keluar dari rumah sakit menuju mobil. Dengan cepat ibu melajukan mobilnya untuk sampai ke rumah. Sesampainya Nana di depan rumah. Chanyeol mengamatinya dari kejauhan di tengah silaunya matahari. Nana turun dari mobil yang digandeng oleh Lizzy. Chanyeol berdiri dari kejauhan menahan diri untuk tidak menghampirinya, dan menahan diri untuk tidak menemuinya lagi.

 

Kau akan baik-baik saja.

Lirih Chanyeol perih.

 

.

tbc

.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK