Chanyeol memasuki rumah dengan perasaan tidak nyaman. Perasaannya mengatakan ada yang baru saja terjadi di situ. Sesuatu yang tidak menyenangkan.
“Sehun?” gumam Chanyeol ketika mendapatkan Sehun berada di rumahnya.
“Hyung, aku sudah menanti kepulanganmu,” ucap Sehun riang.
Mata Chanyeol bedalih ke arah Ayahnya yang duduk sambil terus tersenyum-senyum memegang secarik kertas.
“Apa yang terjadi?”
Sehun bangkit berdiri dan ia tertawa girang. “Lihat apa yang baru saja didapat ayahmu. Kau bebas, hyung. Kalian sekeluarga akan segera bebas dari rentenir itu,”
Chanyeol terbelalak akan pernyataan Sehun. “A–– apa?”
Ayahnya mengacung-ngacungkan kertas di tangannya, sedikitpun Chanyeol tidak merasa tenang. Ia merebut cek itu dari tangan Ayahnya.
“Blank check?” tangan Chanyeol bergetar saat ia melihat tanda tangan si pemberi cek, dan namanya. “Lee Young Hyun?” Chanyeol terperangah, sekujur tubuhnya gemetar menahan marah. “Bagaimana. Bagaimana bisa–– Ayah mendapat cek ini?!”
Sehun menghampirinya sambil tersenyum. “Tadi sore, Ayah gadis itu datang ke sini. Aku tidak menyangka, ternyata dari kemarin beliau sudah menyuruh orang-orangnya untuk membuntutimu. Rencanamu berhasil, Hyung,” Sehun berbisik tepat di telinga Chanyeol. “Ayahnya ketakutan setengah mati melihat putrinya akan disakiti olehmu. Beliau membujuk Ayahmu untuk coba bicara padamu, supaya kau mau sedikit memperlakukan putrinya dengan baik dan jangan sampai terjadi sesuatu padanya. Tapi Ayahmu––”
Chanyeol langsung reflek mendorong tubuh Sehun dengan kasar hingga pemuda itu terhuyung hingga jatuh. Sehun termangu tak mengerti. Chanyeol menghampiri Ayahnya sendiri dengan wajah marah.
“Apa yang kau bilang pada orang itu? Apa?!” bentak Chanyeol tak sabar. Rasa hormatnya kepada sang Ayah tidak ia peduli lagi. Bahlan ia merasa, rasa hormatnya tak pantas didapatkan Ayahnya.
“Hhe. Orang itu menyuruhku bicara baik-baik padamu, agar kau mau menjaga putrinya. Cih,” Ayahnya mengambil cek itu kembali dari tangan Chanyeol. “Memangnya aku ini apa? Aku tidak mau mengurusi kisah cintamu,” Ayahnya tertawa sadis. “Seharusnya kau lihat tampang pucat orang itu, dia sampai keringat dingin mendengar semua ceritaku. Lalu tiba-tiba saja otak cerdasku ini berfungsi, aku mengajukan syarat padanya.”
“Syarat? Syarat apa?”
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Prok..prok..prok..
Tepuk tangan yang terdengar ringan sedikit meramaikan kafe Kangjoon yang saat itu memang terlihat sangat sepi.
“Daebak, ternyata kau sangat pandai bermain piano.” seru Lizzy pada Baekhyun.
Baekhyun menyombongkan diri. “Tentu,”
“Hanya itu saja? Aku juga bisa,”
“Haebwa,” Baekhyun beranjak dan menyuruh Kangjoon untuk memainkan pianonya.
“Dengar, ya. Aku akan memainkan nada yang lebih romantic untukmu, Noona. Setelah itu kau harus pilih, aku atau Baekhyun hyung,”
“Ya, neon––”
Kangjoon dan Lizzy hanya tertawa. Kangjoon mulai mengajak jemarinya menari.
.
~
.
Dilain tempat, Eyoung masih menyendiri di sungai Han. Entah sudah berapa lama ia berada di sana, ia pun tak peduli. Rasa dingin pun tak dapat dirasakannya lagi.
“Orang-orang terlihat bahagia. Hanya aku yang sepertinya dibiarkan sendiri, kesepian. Ah, kenapa aku sangat menyedihkan sekali. Tapi mau bagaimana lagi, dia terus menerus melangkah di mataku. Bahkan kedua mataku dipenuhi olehnya sekarang ini, huft,” Eyoung bersandar pada senderan bangku yang dingin dengan memeluk kedua kakinya. Ia memandang ke langit yang sudah berwarna hitam kelam. “Bahkan bintangpun enggan menemaniku malam ini, jahat sekali.” Eyoung menghembuskan napas beratnya secara perlahan
Mengapa sakit seperti ini datang kepadaku?
Eyoung memukul-mukul dadanya
Ting.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
“Kenapa? Kenapa?” Chanyeol meraih kerah baju Ayahnya. Matanya memerah menahan marah.
“Hyung, apa yang kau lakukan!? Hyung, lepaskan!” Sehun meraih tubuh Chanyeol dan menariknya sekuat tenaga. “Kau gila, ya?”
Ayah Chanyeol mencoba menghirup udara dengan serakah saat Sehun berhasil menarik Chanyeol jauh-jauh. Ia pun melotot marah pada Chanyeol,
“KAU INGIN MEMBUNUH AYAHMU SENDIRI? SEHARUSNYA KAU BERTERIMAKASIH PADAKU.”
Chanyeol mendorong Sehun kemudian kembali menyerbu Ayahnya. Lalu secepat kilat direbutnya blank check itu kembali dari tangan Ayahnya. Ia merobek-robek lembaran cek berharga itu dan membuang serpihan-serpihannya hingga terbang berjatuhan di depan mata Ayahnya.
“Aku benar-benar tidak tahan lagi,” Chanyeol seperti ingin berteriak dan menghantam kepalanya ke tembok. Ia berlari keluar meninggalkan rumahnya. Berlari ke mana pun ia mau, hingga napasnya habis pun ia tidak peduli.
“TIDAK!! Cek ku,” Ayahnya berlutut dan memungut-mungut serpihan kertas itu sambil terus mengutuk nama Chanyeol.
.
Sedangkan Sehun berlari sekencang-kencangnya guna mengejar Chanyeol sembari terus meneriaki nama Chanyeol. Ia baru berhasil menangkapnya saat Chanyeol jatuh tersungkur kehabisan tenaga.
“Kenapa kau lakukan itu, Hyung? Kenapa kau merobek cek itu? Cek itu bisa menolongmu dari semua hutang-hutang keluarga kalian,” Sehun menguncang-guncang bahu Chanyeol.
“Pergi!!” Chanyeol mendorongnya.
“Aku tidak mengerti, bukankah semua rencanamu sudah tercapai? Bahkan jauh lebih sempurna dari yang kita mau,”
“Rencana?” Chanyeol mengerut keningnya kemudian tertawa pahit sekeras-kerasnya.
“Hyung?”
“Aku tidak mau menjalankan semua rencanaku itu, Sehun. Aku tidak mau. Aku tidak mau,” serunya yang semakin lirih
“Tapi kenapa?”
Tatapan Chanyeol terlihat nanar dan kosong. Wajahnya sudah menandai betapa terluka hatinya saat ini.
“Kau––” Sehun menelan salivanya ketika ia merasa tenggorokannya tercekat. “Jinjja. Kau jatuh cinta pada gadis itu?” Sehun mendengus kesal dan menggaruk-garuk kepalanya dengan kasar. “Hyung, jika hutang itu tidak lunas, kau–– kau bisa mati di tangan para lintah darat itu.”
“Aku tidak peduli. Mati pun aku tidak peduli,”
Sehun kembali menelan salivanya, perih. “Hyung,” panggil Sehun dengan frustasi. “Lalu, sekarang apa yang harus kau lakukan?” tanya Sehun dengan nada mengalah dan menyesal.
.
~
.
“Apa? Ada apa? –– Apa begitu sangat penting? ––– Tunggu aku di depan bar, lima menit lagi aku tiba,” Gaeun mengakhiri panggilannya, dan mengutak-atik ponselnya, kemudian meletakkan ponselnya kembali ke telinga.
“Oh, Luhan, maaf, aku tidak bisa menemuimu, aku ada urusan mendadak yang sangat penting. Maaf,”
“Apa sangat penting?” tanya Luhan dari ujung telepon.
“Mian. Aku tutup,” Gaeun menutup flip ponselnya dan memasukan ponsel tersebut di saku celana jeans-nya. Kemudian ia berlari dengan terburu-buru
.
“Arasseo,” Luhan menutup flip ponselnya dan duduk lesu menatap kaki ayam yang sudah dipesannya. Tetapi ia kembali mengutak-atik ponselnya dan menghubungi seseorang.
“Oh, yeoboseyo. Apa kau sibuk?”
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
“Kenapa hanya kalian berdua?”
Baekhyun mengamati Kangjoon “Kenapa kafemu sangat sepi sekali?” Baekhyun balas bertanya.
“Tsk. Aku sengaja tidak buka malam ini, kalian tidak melihat tulisan open-close yang ada di pintu? Aku mengarahkan tulisan close di depan, hha,”
Baekhyun dan Lizzy pun baru menyadari itu. “Jadi kau hanya ingin bersantai saja mala mini?”
“Uhm,” Kangjoon mengangguk tanpa ragu. “Aku juga sangat lelah hari ini. Omong-omong, yang lain kemana?”
“Apa kami berkencan harus mengajak yang lain?”
“Bukankah biasanya seperti itu? Setiap ke cafe ku, kalian jarang hanya berdua. Jika tidak Nana noona, Luhan hyung,”
“Tapi sekarang kau yang menjadi pengganggu kami berdua,”
Kangjoon melepaskan sendok eskrimnya. Lalu, ia memicingkan mata, menggoda Baekhyun dan Lizzy.
“Apa?” Baekhyun dan Lizzy mengalihkan pandangan mereka dari Kang Joon.
.
~
.
Saat ini Gaeun terpaku. Tak mampu bersuara. Tatapannya kosong. Hatinya tiba-tiba menjadi gundah gulana. Pikiran yang tidak-tidak pun terlintas di pikirannya. Perasaan yang tenang pun menjelma di batinnya ketika Sehun memulai pembicaraannya.
“Yah, Chanyeol hyung terlibat hutang Ayahnya, dia sekarang bukan dirinya yang dulu. Besok batas terakhirnya, aku sudah tidak bisa membantunya, kau tahu hubungan keluargaku dan keluarganya, bukan? Kau lah harapanku dan harapannya. Dia pernah mengingatkanku untuk tidak pernah memberitahumu masalahnya. Karena tidak ingin merepotkanmu. Tapi sekarang aku juga tidak ingin melihatnya terluka,” tegas Sehun sekali lagi.
“Kenapa?”
“Sudah kukatakan dia tidak ingin merepotkanmu,”
“Tapi aku juga keluarganya,” sahut Gaeun yang masih tidak percaya.
“Aku tahu,” Sehun terlihat frustasi.
“Kenapa ayahnya bisa mendadak seperti itu?”
“Entahlah, kurasa karena dia masih belum terima dengan keadaannya sekarang,”
“Lalu Ibunya? Apa ibunya sehat-sehat saja?”
Sehun mendengus pelan menyusupkan tangan ke dalam saku celananya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Waeyo?”
“Keadaannya juga kurang baik. Karena sering mendapat perlakuan fisik dari ayahnya. Chanyeol hyung sempat berjanji, jika hutang itu lunas, dia akan membawa ibunya pergi dari tempat kumuh itu, terutama dari ayahnya,”
“Jadi begitu? Lalu semua fasilitas mewahnya sekarang?”
“Itu semua milikku,”
“Kasihan sekali, dia harus menanggung itu semua. Apa dia juga tidak kuliah lagi?”
Sehun mengangguk pelan lalu tersenyum. “Aku sangat berterimakasih padamu. Setidaknya dia tidak jadi mati besok. hhee.. Gomawo..” Sehun mengacak-acak rambut Gaeun.
Gaeun menyingkirkan tangan Sehun dari kepalanya. “Jika aku jadi kau juga, aku akan berbuat hal yang sama. Karena kita berdua adalah keluarganya, jadi kita harus membantu.” Gaeun berhenti dari langkahnya. “Uhm?”
“Wae?” Sehun pun berhenti dari langkahnya.
“Na baegopha,” ucap Gaeun sambil mengelus-elus perutnya dengan manja.
“Kau belum makan?”
“Uhm,,” Gaeun mengangguk kecil. “Itu semua karena kau mengganggu makan malamku dengan seseorang?”
“Seseorang? Nugu? Apa–– Lu….?” Sehun berpikir sebentar untuk mengingat nama Luhan. “Uhm, yang menelponmu tadi siang?”
“Iya,”
“Tsk,” Sehun mendecakkan lidahnya.
“Oppa,” panggil Gaeun.
Sehun reflek menggerakkan kepalanya ke arah Gaeun “O– o– oppa? Bisa kau ulangi?” pinta Sehun yang masih belum percaya dengan panggilan Gaeun.
Gaeun memutar kedua bola matanya. “AKU LAPAR!!” teriak Gaeun tepat ditelinga Sehun yang kemudian ditertawai oleh Sehun.
“Eii, kajja.” Sehun merangkul Gaeun, “Kaki ayam?”
Gaeun yang mendengar itupun membalas rangkulan Sehun bahkan membuat tubuh jangkung Sehun merunduk setara dengan tingginya. Tentu itu membuat Sehun lelah. Tapi Gaeun tidak memperdulikan keluhan Sehun yang mengerang kelelahan dan kesakitan.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
“Maaf membuatmu lama menunggu”
“Tidak apa. Justru aku yang meminta maaf, karena memaksamu ke sini,”
“Kenapa mengajakku ke sini. Bukankah––”
Luhan mengangkat tangannya menghentikan ucapan Eyoung. “Duduklah. Temani aku makan dan menghabiskan kaki-kaki ayam ini. Mungkin sudah dingin. Hhe,”
Eyoung hanya menatapnya Nanar dan duduk di hadapan Luhan. “Baiklah.” Eyoung bersikap seperti biasa ia memakai sarung tangan plastik dan memulai makan kaki ayam.
“Gomawo,” Luhan tersenyum dan kemudian ikut makan kaki ayam yang dipesannya.
Eyoung mencuri pandang kearah Luhan.
Senyum cerah itu, hanya rasa terima kasih
Hanya mengunci matanya pada Luhan, membuat hatinya perih tapi juga ingin tahu kenapa malah mengajaknya ke sini.
Beberapa menit kemudian,
“Hha,, perutku kenyang sekali,” Luhan menyandarkan punggungnya ke kursi sambil menepuk-nepuk perutnya. “Terimakasih, Eyoung. Lagi-lagi aku merepotkanmu, hhe”
“Tidak apa-apa. Kenapa kau bisa mengajakku kemari? Bukankah––” Eyoung tidak melanjutkan ucapannya.
“Mungkin malam ini bukan waktu yang tepat. Dia bilang ada urusan mendadak yang tak bisa ditinggalkan.” Luhan menghela nafas
“Uhm,” Eyoung mengangguk kecil dan melihat jam tangannya. “Setelah ini kita akan ke mana?”
“Aku juga tidak tahu,” Luhan pun melirik arlojinya. “Aku hubungi Baekhyun dulu?”
.
~
.
“Eyoung noona, Luhan nyung. Apa kabar?” sapa Kangjoon.
“Baik,” sahut Eyoung.
“Kalian mau minum apa?”
“Seperti biasa?”
“Okay..” Kangjoon bangun dari duduknya dan membuat minum untuk Eyoung dan Luhan.
“Kalian darimana?”
“Makan,” jawab Luhan enteng
“Aku ke toilet dulu?” ucap Eyoung
“Ah, masa tenang empat hari lagi? Apa yang harus kita lakukan?”
“Apalagi kalau bukan belajar,” sahut Kangjoon yang kembali sembari membawa mereka minuman.
“Geurae?” Luhan menyambar minuman yg dibawa Kangjoon lalu menyesapnya. “Aku tidak suka belajar dengan serius.” jawab Luhan santai.
Mendengar pernyataan Luhan mereka hanya tertawa. Hingga kembalinya Eyoung dari toilet pun, mereka masih tertawa. Bercanda, saling berbagi cerita lucu. Saling menggoda satu sama lain.
.
** You Don’t Know Play Ur Love **
.
Jam 01.30 Nana merasa ada yang bergetar di dekat bantalnya saat ia tertidur lelap. Dengan mata sayup-sayup ia mencoba meraih ponselnya, ia mengeluh panjang saat melihat di layar ponselnya tertera nama Chanyeol yang berkedip-kedip.
“Uhm?” jawab Nana ngantuk berat.
“Kau sudah tidur?”
“Iya,” Nana mengucek-ngucek matanya. “Ada apa?”
“Aku akan datang sebentar ke rumahmu. Sebentar saja.”
“Wae? Orang-orang di rumahku sudah tidur.”
“Jangan bangunkan siapa-siapa. Aku hanya mau menemuimu sebentar saja.”
“Tapi–” Nana memeluk gulingnya erat-erat. “Aku sudah tidur. Aku ngantuk sekali. Kau juga sebaiknya tidur saja, kenapa jam segini kau belum tidur?”
“Aku ke rumahmu sekarang. Kau tunggu di depan gerbang rumahmu setengah jam lagi.”
.
Setengah jam kemudian, Nana berdiri mematung di depan pagar rumahnya yang gelap. Ia menyusupkan kedua telapak tangannya ke dalam saku jaketnya. “Aku sangat benci udara dingin di luar,” sesekali is menguap. Tiba-tiba saja ia mendengar suara langkah kaki, ia menoleh dan melihat Chanyeol datang terburu-buru.
“Ada apa di tengah malam begini? Aku bisa dimarahi,”
“Aku hanya mau mengembalikan ini.”
Nana mengerut kening melihat payung birunya yang sudah ditemukan Chanyeol. “Tengah malam datang ke sini hanya untuk mengembalikan payung? Kau sudah gila?”
“Kau bilang ini payung kesayanganmu. Aku sudah mati-matian waktu itu mengorek tempat sampah di sekitar rumahku hanya untuk mencarinya. Ini sudah kubersihkan.”
“Tapi––” Nana kehilangan kata-kata yang tepat untuk mencela kebodohan Chanyeol. “Kau tidak perlu sampai di tengah malam begini mengembalikan payungku. Apa kau tahu jika kau sudah mengganggu tidurku? Aku bisa masuk angin karena menunggumu di sini. Dasar bodoh. Apa kau sudah mau mati sehingga tidak bisa mengantarnya besok?”
“Aku tidak tahu? Hhe..”
“Apa kau merindukanku?” gurau Nana sambil mengambil payung itu dari tangan Chanyeol, lalu tersenyum kecil melihat payung kenangannya itu. Nana mencermati pakaian Chanyeol yang lusuh dan penuh keringat, juga pada sepatunya yang kotor karena lumpur,
“Maaf, aku jadi mengganggu tidurmu. Kalau begitu aku pulang dulu.”
“Tunggu,”
“Apa?”
“Gomawo, jinjja-jinjja gomawoyo,” Nana mengibas-ngibas payung itu di depan wajah Chanyeol sambil tersenyum. “Lain kali jangan ulangi lagi, aku memang marah besar waktu itu , tapi kau tidak perlu buang-buang energi hanya untuk mencari barang yang––” Nana menunduk menatap payung itu. “Barang yang tinggal kenangan ini. Mungkin aku tidak terlalu membutuhkannya lagi.”
Chanyeol kembali mendekatinya. “Tapi ini kan barang kesayanganmu. Aku tidak mengerti kenapa payung butut ini bisa sangat berharga bagimu, tapi aku pasti akan selalu menjaga semua yang berharga itu.”
“Uhm?” Nana tertegun. Angin tengah malam menghembus wajah Nana kencang.
“Sebelum aku datang, tadi kau tidur memimpikan siapa?”
“Aku bermimpi dikejar-kejar seekor babi raksasa,” sahut Nana
“Hhe, kalau begitu, lanjutkan tidurmu, dan semoga kau mimpi indah.” Chanyeol membungkuk sedikit dan mengecup kening Nana.
Nana tertegun memegang keningnya dan mengamati kepergian Chanyeol . Aneh. Senyum itu membuat Nana ikut tersenyum, membuat sekujur tubuhnya terasa hangat dan ringan, seolah-olah melayang. Aneh sekali. Ia tidak bisa menjelaskannya dan ia juga tidak mau memikirkannya saat itu. Ia hanya ingin menikmati perasaan yang menyenangkan ini selama mungkin. Untuk pertama kali disepanjang ingatannya, Nana tidak sabar menunggu hari esok.
.
Nana mengendap-ngendap masuk ke dalam kamarnya lagi. Ia meletakkan payung biru Baekhyun itu di sebuah kotak yang dibungkus kertas kado lucu. Kotak kardus ukuran besar itu dipenuhi barang-barang Nana yang sudah dikumpulkannya sejak kecil. Kemudian ia menutup kotak itu. Ia menghela nafas panjang yang terasa berat dan lega sekaligus. Ia menatap tulisan pada kotak itu ‘Barang-Barang Kenangan’. Ia tersenyum getir dalam hatinya, berharap payung itu dan juga Baekhyun mulai saat ini bisa selalu ada di dalam kenangannya.
.
Tbc
.