home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > You Don't Know Play Ur Love

You Don't Know Play Ur Love

Share:
Author : LatifahNL999
Published : 23 Sep 2014, Updated : 26 Aug 2016
Cast : Nana || Chanyeol || Lizzy || Baekhyun || Eyoung || Luhan || Others
Tags :
Status : Complete
32 Subscribes |1125504 Views |73 Loves
You Don't Know Play Ur Love
CHAPTER 13 : Chapter 12

Nana menyusup ke dalam rumahnya secara diam-diam, guna menyembunyikan wajahnya, terutama pada memar di sudut bibirnya. Di ruang keluarga, Ayah menahan rasa cemasnya di dalam hati.

“Kau darimana?” Ayah mengangkat alisnya mengamati wajah Nana.

“Bibirmu kenapa?” tanya Jongsuk yang menghampiri Nana dan mengangkat dagu Nana.

Ah, ini. tadi siang aku terpeleset dari tangga, tapi tenang saja ini tidak apa-apa, sungguh,”

Ayah tahu Nana berbohong, karena ia melihat jelas ketika putri kesayangannya pulang bersama Chanyeol. Sulit untuk dipahami, Ayah tiba-tiba saja menjadi marah.

“Apa kau terseret dalam perkelahian? Kenapa sejak saat kau tidak pulang semalaman, sekejap saja kau sudah menjelma menjadi sosok yang lain yang seolah-olah menyimpan sejuta rahasia? Apa dia yang mempengaruhimu? Huh?” bentak Ayah–untuk pertama kalinya–pada Nana.

Jongsuk, Ibu, maupun Nana, terkejut kala mendengar suara Ayah yang biasanya lembut menjadi lantang. Di dalam lubuk hati yang paling dalam, Ayah dilanda ketakutan. Ia tidak ingin Nana bergaul lagi dengan Chanyeol. Ayah mengusap wajahnya dan berbalik badan.

“Masuklah,” ucap Ayah singkat.

Nana menundukkan kepalanya singkat kepada Ayahnya, lalu ia berlari ke kamarnya dengan kaki gemetaran.

Ayah membentaknya?” tanya Jongsuk karena tidak mengerti maksud perkataan Ayahnya. Namun, Jongsuk tak mendapat jawaban, Ayah malah pergi ke kamarnya.

“Jongsuk-ah, hampiri adikmu. Ibu akan mengurusi Ayahmu,” Ibupun menyusul Ayah pergi ke kamarnya. Jongsuk mengamati Ayah dan Ibunya.

 

** You Don’t Know Play Ur Love **

 

Knock.. knock.. knock..

“Apa aku boleh masuk?”

“Kau sudah masuk. Apa harus aku mengusirmu?” Nana tersenyum pahit lalu ia menepuk tempat tidurnya menyuruh Jong Suk untuk duduk di sampingnya.

Jongsuk menghampiri Nana dan langsung mengusap lembut puncak kepala Nana. “Wae geurae?”

Nana menggelengkan kepalanya dan tertunduk sedih.

“Itu tandanya Ayah masih peduli dan mengkhawatirkanmu,”

Arrageokjongma,

“Katakan padaku, siapa yang melakukan itu pada bibirmu?”

“Ini karena aku yang tidak hati-hati tadi, karena terburu-buru, aku terpeleset di tangga dan membentur penyanggahnya. Kali ini aku mengatakan yang sebenarnya,” Nana berusaha meyakinkan kakaknya itu. Berhasil tidak berhasil ia tidak tahu.

Jongsuk tersenyum. “Kalau begitu, cepat bersihkan dirimu. Setelah itu tidur. Kau ingin ku buatkan susu?”

Aniya, aku hanya ingin langsung tidur, gomawoyo, oppa,

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

Keesokkan harinya, Nana sedang berada di loker, ia membuka pintu loker dan mengeluarkan tasnya. Lalu, ia duduk di bangku panjang di tengah-tengah ruangan dan menarik napas panjang.  Ia mengeluarkan tabung plastik kecil dari dalam tas, membuka tutupnya, menjatuhkan sebutir pil ke telapak tangan dan langsung memasukkannya ke mulut.

Annyeong~

Nana tersentak dan menoleh. “Oh,, Eyoung-ah, Gaeun-ah,” gumamnya ketika melihat Eyoung dan Gaeun.

“Wajahmu? Gwaenchanayo?” tanya Gaeun dengan khawatir.

Geokjeongma. Ini kesalahanku karena kurang hati-hati kemarin,”

Eyoung membuka pintu loker di sebelah loker Gaeun. Ia menggerakkan dagunya, menunjuk tabung plastik yang ada dalam genggaman Nana.

Aphayo?” tanya Eyoung

Nana melempar tabung plastik itu ke dalam tasnya dan mendesah sakit kepala.

Oh, kepala ku sedikit pusing,”

“Apa aku boleh bertanya?”

“Apa?”

Pemuda waktu itu, dia,, siapamu?”

Nana terkejut  mendengar pertanyaan Eyoung. “Dia, teman kenalanku di rumah sakit ayahku,”

Gaeun memandangi wajahnya dengan alis terangkat.  “Jinjja?” ucap Gaeun tidak percaya.

“Lalu kenapa kau berbohong pada Ayahmu, jika kau pada malam itu menginap di rumahku?

“Da..darimana kau.. mengetahuinya”

“Apa mungkin,,, itu kau yang kulihat di Bar?” ujar Gaeun.

Mwo?” Nana merasa terpojok, ia menutup pintu loker dan tersenyum kepada temannya.

“Apa maksudmu, itu sama sekali bukan tempatku. Kajja, kita kembali ke kelas. Kelas akan dimulai sebentar lagi,” Nana pun berjalan duluan, Eyoung dan Gaeun mengikuti Nana keluar dari ruangan loker dengan wajah penuh tanda tanya.

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

Sepulang sekolah, Lizzy meninggalkan ruangan menari dengan malas-malasan. Ditendangnya sampah botol minuman yang tergeletak di depan sepatunya. Lalu samar-samar ia mendengar suara canda tawa dari seberang. Suara tawa yang tidak asing baginya. Lizzy menoleh, ia melihat Nana bersama Eyoung dan Gaeun sedang asik bercanda. Lizzy agak terkejut melihat lebam merah di pipi kiri Nana, lebih tepatnya di sudut bibirnya. Diam-diam hati kecilnya tergerak untuk sekedar mencari tahu apa yang terjadi pada Nana sampai memar begitu. Namun, ia mengurungkannya. Lizzy tersenyum pahit pada dirinya sendiri.

 

“Lizzy-ya,” Baekhyun datang menghampirinya.

Lizzy melihat Baekhyun pun langsung tersenyum, “Kajja,” Lizzy menarik Baekhyun pergi dari situ. Ia tidak ingin Baekhyun melihat Nana lalu memanggilnya ke tempat mereka.

“Ke kantin dulu . Aku mau beli minum sebentar.”

Lizzy menghampiri salah satu dari stand di kantin sekolah dan membeli sebotol air mineral dingin. Tiba-tiba saja Baekhyun datang terbirit-birit padanya.

Mwoya? Kenapa kau lari seperti itu?”

“Aku melihat kekasih Nana,” seru Baekhyun sambil mengatur nafas.

Kekasih?

Baekhyun menunjuk ke halaman sekolah. Lizzy nyaris memuntahkan minumannya. Tersedak kaget melihat Chanyeol ada di sekolahannya sekarang.

Ke..kasih.. Nana?”

Baekhyun mengernyitkan dahinya. “Oh, kemarin dia yang mengantar Nana pagi-pagi pulang, kau tidak mengenalnya? Apa bukan dia orang yang kau maksud kemarin?”

Eug? oh,” Lizzy bisa melihat  jelas dengan mata kepalanya sendiri saat Nana menghampiri Chanyeol dan langsung berlalu pergi bersama Chanyeol. Ia bisa melihat dengan je;las, saat Chanyeol menggandeng tangan Nana.

“Apa kita harus memarahinya? Dia keterlaluan. Tidak mau menceritakannya pada kita,” ujar Baekhyun.

Lizzy hanya tersenyum kecil.

Dasar, jika memang benar menyukainya, kenapa tidak jujur? Aku mungkin tidak harus seperti ini.

Kajja, kita simpan kata-kata untuk memarahinya besok?” seru Lizzy yang mengajak Baekhyun pulang.

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

Saat pertama kali melihat Chanyeol berdiri seorang diri menunggunya, Nana sempat menyunggingkan senyumnya.

“Untuk pertama kalinya kau tersenyum ketika melihatku. Wae? Kau benar-benar sudah jatuh hati padaku?” tanya Chanyeol dengan percaya diri saat mereka berjalan keluar dari sekolah.

Senyum Nana memudar.“Berhenti menjadi pemuda yang terlalu percaya diri, Park Chanyeol?”

“Aku ini lebih tua darimu. Bisakah kau memanggilku dengan sebutan, Chanyeol oppa, saranghaneun oppa.” Goda Chanyeol.

Namun godaan itu membuat Nana menjungkitkan ujung bibirnya dan memandangi Chanyeol geli.

“Hhe, Oh, iya, ini payungmu.”

Nana membelalak tak percaya melihat payung yang disodorkan Chanyeol padanya. Itu bukan payung butut biru langit pemberian Baekhyun, melainkan payung lipat yang berwarna merah, dan masih baru.

“Ini bukan payungku. Payungku warna biru langit.”

“Maksudmu payung butut itu? Aku sudah membuangnya. Ini kugantikan dengan yang baru, lebih bagus.”

A..apa? Kau buang? Payungku kau buang?!” Nana panik. “Itu payung kesayanganku. Itu payung yang sangat berarti bagiku, aku selalu menyimpannya meskipun sudah bulukan sana sini,”

“Itu kan cuma payung yang sudah rusak…”

Nana tidak bereaksi, perutnya melilit membayangkan payung pemberian Baekhyun sudah bergabung dengan sampah-sampah lain di tempat pembuangan.

“Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Kenapa kemarin aku harus meminjamkan payung itu padamu ?” ucap Nana dengan kesal.

Mianhae, jeongmal Mianhaeyo? Aku tidak tahu kalau payung butut itu, ah maksudku payung unik itu, ternyata sangat berarti bagimu. Sungguh aku tidak tahu. Ini aku gantikan dengan yang baru. Aku mohon jangan marah lagi.”

Nana tetap tidak bereaksi. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Sebagian hatinya jengkel setengah mati pada chanyeol, sebagian lagi sedih karena kehilangan barang pemberian Baekhyun. Ia tetap bergeming meskipun Chanyeol terus membujuknya dengan kata-kata manis

 

Arasseo. Aku janji, pulang nanti aku akan mengobrak-abrik tempat sampah untuk mencari payung itu. Kalau perlu aku akan mengendus-ngendus ke semua tempat pembuangan sampah untuk mencarinya.” Chanyeol menggerak-gerakkan lubang hidungnya dengan lucu. “Aku pasti akan menemukan payungmu. Nanti kukembalikan.”

“Kau harus menemukannya, apapun caranya aku tidak peduli.”

“Iya, aku janji.”

Akhirnya, setelah dipaksa, Nana tersenyum cemberut. Chanyeol merasa lega. Ia menggengam erat tangan Nana sambil tersenyum. “Jangan marah lagi, aku mau membawamu ke suatu tempat. Kau pasti akan suka.”

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

“Kenapa kau membawaku ke sini?”

Buukk…

Ack,” Nana mendarat tidak terlalu mulus di atas dedaunan kering. Ia bangkit berdiri sambil menepuk-nepuk bajunya yang kotor.

Beberapa saat kemudian Chanyeol sudah menyusulnya. Ia melompat santai di depan Nana sambil tersenyum kecil.

“Kenapa kita harus masuk ke sini? Tempat ini kan sudah ditutup,” ujar Nana.

Arra, tapi aku akan membawamu keliling.”

“Kau ini, selalu membawaku ke tempat yang aneh-aneh?

“Dulu tempat ini sangat bagus.” Chanyeol menatap sekelilingnya, “Tapi aku jamin kau pasti akan suka. Kajja, aku akan membawamu melihat-lihat.”

Chanyeol meraih tangan Nana dan mulai membawanya menelusuri taman kosong itu.

“Keadaan taman ini tidak terlalu bagus, juga tidak terlalu jelek. Mungkin karena sudah tidak terawat lagi maka taman itu jadi berkesan semerawut,” seru Chanyeol.

“Tapi pohon-pohon rindang masih menaungi sekeliling taman, kokoh tak tergoyahkan seakan-akan mereka akan selalu hidup untuk mengisi kekosongan tempat ini.” ujar Nana, chanyeol melirik ke arah Nana.

 

Cahaya matahari sore menembus pepohonan, samar-samar menampakkan rona merahnya yang indah. Nana mengamati beberapa bangku kayu yang kondisinya sudah benar-benar tidak terurus, tertutup ranting dan dedaunan kering. Tapi Nana sempat tersenyum saat melihat ukiran-ukiran yang pernah digoreskan beberapa pasangan yang kasmaran saat mereka duduk di bangku itu dulu. Tiba-tiba saja Nana merasa damai. Dihirupnya udara sejuk dalam-dalam, dinikmatinya suara kicauan-kicauan burung yang merdu seperti nyanyian sore.

 

“Aku sering sekali ke taman ini waktu kecil, hanya sekedar duduk-duduk saja sambil melamun. Di sana ada danau. Jika sore-sore pasti indah sekali. Aku tidak pernah menyadari betapa indahnya tempat ini sebelum tempat ini ditutup,” Chanyeol membawanya ke depan danau yang kondisinya tidak terlalu baik. Tapi suasananya begitu damai.

“Kau tahu, dulu orang-orang bilang kalau kita melempar koin ke danau ini dan meminta permohonan apa saja, pasti akan terkabulkan.”

Nana menoleh padanya, “Dan kau percaya?”

“Tidak,”

Keduanya membisu, tenggelam dalam lamunan masing-masing.

“Bagaimana kalau kita coba saja?” seru Chanyeol tiba-tiba, ia jongkok ke bawah dan mengambil 2 batu kerikil kecil untuk mereka,

“Tidak ada koin, batu pun jadi. Mintalah apa saja, tidak ada salahnya, ‘kan?”

Nana tersenyum-senyum sendiri mengambil kerikil itu. Ia menimbang-nimbang apa permintaannya.

Plung,

Tanpa aba-aba Chanyeol melempar kerikil itu jauh-jauh hingga tercemplung ke dalam air danau. Ia tersenyum. Sedetik kemudian Nana menyusul.

 

“Apa permintaanmu?” tanya Chanyeol ragu.

Nana tersenyum misterius, “Rahasia. Jika kuberitahu nanti tidak bisa terkabulkan lagi.” Lagi-lagi ia tersenyum,

Aku ingin semua masalahku dengan Lizzy selesai, aku ingin Baekhyun selalu bahagia, aku ingin segera lulus sekolah dan memiliki kehidupan yang baru.

“Bagaimana kalau kita membuat perjanjian?”

“Perjanjian apa?” Nana menatapnya heran.

“Tempat ini akan menjadi tempat pertemuan kita setiap kali kita saling merindukan. Jika kau merindukanku, datanglah ke tempat ini. Jika ternyata kita bertemu di sini, berarti ternyata hati kita memang sedang saling merindukan.”

Nana merasa hatinya tergelitik, sehingga ia tidak bisa menahan tawanya. “Hahaha. Tapi aku ragu apa aku akan merindukan pria sepertimu?”

Chanyeol menoleh dan mencibir “Neon??”

Nana hanya tersenyum geli. “Antarkan aku pulang, cahaya keemasan itu akan segera memudar.. Aku tidak ingin ayahku khawatir lagi. Uhm,” Nana menoleh ragu ke arah Chanyeol. “Tentang hutangmu itu… aku akan meminjamkan uangku padamu untuk sementara,”

Chanyeol tertegun sejenak. “Aniyo, gwaenchana. Aku bisa mencari jalan keluar lain,”

“Aku bukannya bermaksud menyinggungmu, tapi jika dalam satu minggu kau tidak bisa melunasi hutang ayahmu itu, orang-orang itu tidak akan melepaskanmu. Mereka mungkin akan bertindak lebih jauh lagi padamu. Mereka itu me.......”

“Aku akan mencari jalan keluar lain. Aku akan baik-baik saja.” Potong Chanyeol dengan cepat.

Eotte?”

Chanyeol lalu mengangguk sambil tersenyum padanya. “Kau tidak perlu khawatir tentang masalahku,”

Tapi,

“Kau tidak ingin ayahmu khawatir, ‘kan?”

.

tbc

.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK