Nana masuk ke dalam kamar dan melempar tasnya ke atas tempat tidur, lalu berlari-lari kecil ke kamar mandi. Ia meminum pilnya lalu bercermin memandang dirinya.
“Nasibku memang sial. Belum pernah berkencan, ketika aku memulainya, kenapa harus dia yang menjadi cinta pertamaku, laki-laki yang menjengkelkan. Aku memimpikan akan menjalin hubungan dengan seorang pria baik-baik seperti sosok seorang pangeran tampan berkuda putih. Pangeran tampan itu akan menjadi cinta pertama ku dan kemudian kami akan memiliki kisah cinta yang indah. Tapi apa ini, aku mengenalinya baru tiga minggu. Sempurna, khayalanku memang sempurna.” Nana meratapi nasibnya dengan depresi.
“Eotteokhae? Kenapa aku merasa takut. Apakah yang ku lakukan ini membuat suasana menjadi baik? Atau malah sebaliknya? Eotteokhaji?” Nana memandang bayangan dirinya di cermin dengan tegas. “Hm, yang kau lakukan ini benar, kau harus melakukan itu.” lagi-lagi iameringis kesal “Kenapa harus dia? Wae? Wae? Wae?”
** You Don’t Know Play Ur Love **
Di ruang makan, keluarga Lee sarapan pagi bersama. Nana, kedua orang tua dan Jongsuk. Ayah duduk sambil membaca surat kabar paginya.
“Kau tidak akan ke sekolah?” tanya ibu pada Nana.
“Uhm,” jawab Nana singkat.
“Oh, ya, beberapa hari ini kenapa Lizzy sudah jarang ke rumah?”
Sudah ku duga. Pertanyaan ini akan ku dengar.
“Mungkin dia sedang banyak kegiatan. Sekarang sedang musim ulangan,” hatinya menjadi sakit ketika memikirkan pertengkaran mereka beberapa minggu yang lalu.
“Kalian bertengkar?”
”Aniyo,” sahut Nana dengan cepat.
“Jeongmal? Aku bisa melihatmu. Kau paling bodoh dalam berbohong.”
Tapi sudah beberapa hari ini aku berbohong
“Aku dan Lizzy baik-baik saja. Bukankah tadi sudah kukatakan sekarang ini sedang musim ulangan, dia pasti sedang sibuk-sibuknya.”
“Ya sudah kalau begitu.” Ibu menatap Ayah. “Yeobo-ya, bagaimana kuliahnya Nana? Sudah diurusi?”
“Sudah beres. Anak kita ini tinggal santai-santai saja, setelah lulus dia sudah bisa langsung kuliah di luar.” Ayah melirik Nana.
“Kenapa kau memilih China? Kenapa tidak di sini saja? ” tanya Jongsuk.
“Aku tidak ingin berada di dekatmu” Nana menjulurkan lidahnya.
“Hya~” Jong Suk pun mencibir “Di sini banyak Universitas-universitas hebat, kenapa harus China?”
Nana memicingkan matanya. “Kau tidak ingin jauh dariku?” Nana mulai menggoda Jongsuk.
“Aish, Jinjja. Aku bertanya serius.” Jongsuk melanjutkan makannya.
“Hehe, ini bukan keinginanku, ini keinginan Ayah dan Ibu. Aku hanya ingin membanggakan mereka, apa salahnya?”
Ayah tertawa renyah. “Itu pun tetap jurusannya yang kau inginkan. Tidak ada yang bisa melanjutkan usaha Ayah. Jongsuk ingin menjadi artis dan kau memilih pianis, padahal keahlianmu menari.” semua mata tertuju ke arah Ayah. Sedangkan Nana meraih gelas susu hangatnya.
“Maaf, Ayah tidak bermaksud,”
Nana membalasnya dengan tersenyum “Gwaenchana”
***
Di sekolah Eyoung, Luhan, Gaeun. Lizzy dan Baekhyun makan bersama di kantin untuk pertama kalinya.
“Nana tidak hadir hari ini? Wae??” tanya Luhan pada Gaeun dan Eyoung, Lizzy mendengarnya dengan malas.
“Meollayo” jawab Eyoung
“Meollayo? Bukankah dia menginap di rumahmu semalam?” tanya Baekhyun.
Eyoung menautkan sebelah alisnya. “Apa yang kau bicarakan? Aku berpisah dengannya setelah sepulang sekolah kemarin. Setelah itu aku tidak bertemu dengannya lagi.”
“Bagaimana bisa kau berkata jika Nana menginap di rumah Eyoung?” tanya Luhan
Semua mata mereka tertuju pada Baekhyun.
“Dia yang bilang begitu pada ayahnya,”
~
“Gomawo,” Nana menundukkan badannya dengan perasaan tak tenang.
“Uhm, masuk lah”
Tiba-tiba, Baekhyun muncul di antara mereka. Baekhyun melihat penampilan Nana pun mengernyitkan dahinya.
“Eung, Baekhyun-ah, waeyo?”
Baekhyun
Nana pun memeriksa dirinya, lalu tersenyum masam pada Baekhyun.
“Kalau begitu aku pergi dulu,” ucap Chanyeol untuk pamit.
“Ne,”
“Kau darimana?” tanya Baekhyun.
Tiba-tiba ada yang berdeham. Nana menjadi cemas ketika ia melihat yang memiliki suara dehaman tersebut.
“Selamat pagi, Paman,” Baekhyun membungkukkan badannya.
“Ayah,” Nana menundukkan kepalanya. Ayah mengamati wajah Nana dan Baekhyun dengan penuh selidik.
“Ku dengar semalam kau menginap di rumah Eyoung? Kenapa kau pulang dengannya (Chanyeol)?”
“Aku memang menginap di rumah Eyoung, karna Eyoung tidak bisa mengantarku, jadi aku memintanya mengantarku”
Baekhyun memotong pembicaraan mereka. “Nana-ya, sebaiknya kita lanjutkan di sekolah saja, aku pergi dulu”
“Ye, Baekhyun-ah”
“Paman, aku pergi dulu?”
“Uhm, hati-hati”
Ayah berkacak pinggang dan mendekati wajahnya di depan wajah Nana. Lalu, ia menatap mata putrinya itu dalam-dalam, keningnya berkerut saat ia tahu putri kesayangannya itu sedang berbohong.
“Gojitmal. Kau ini sama dengan Jongsuk, tidak pandai berbohong. Apa yang berlalu pergi dengan mobil tadi kekasihmu?”
“Aniyo. Dia hanya temanku,” bantah Nana dengan menjadi salah tingkah.
Ayah tertawa lucu. “Uri Jin ah, sudah besar. Masuklah, Ibumu sudah membuat sarapan.”
“Oh,” Nana tersenyum lega. Tapi setelah ia masuk ke dalam rumah, senyum Ayahnya memudar, dan mengamatinya dengan curiga.
~
“Mworago? Kau bilang seorang pemuda?” Eyoung mengingat berpisahnya Nana dengannya.
“Apa dia tinggi, tampan, juga keren?” tanya Lizzy tiba-tiba pada Baekhyun.
“Oh. Kau mengenalnya?”
“Kurasa begitu,”
“Geundae, kenapa dia berbohong?” tanya Luhan tidak percaya pada Baekhyun.
“Meolla. Akhir-akhir ini dia terlihat aneh. Apa kalian berdua baik-baik saja?” tanya Baekhyun pada Lizzy.
“Oh. Wae?”
“Ani,”
Gaeun tampak memikirkan sesuatu dan bergumam pelan. “Apa yang kulihat tadi malam memang dia?”
“Siapa yang kau maksud?” Luhan menyenggol lengan Gaeun.
“A..ani”
** You Don’t Know Play Ur Love **
Sehun menggigit-gigit rumput kecil sambil mengamati Chanyeol.
“Hyung, kau terlihat kacau. Wajahmu terlihat pucat, matamu memerah, rambut kusut dan penampilanmu– Eeii, benar-benar berantakan. Kalau ada orang lain yang melihatmu seperti sekarang ini, mereka pasti mengira Park Chanyeol hanya berpura-pura. Tapi inilah Park Chanyeol yang sesungguhnya. bukan lagi Chanyeol si anak orang kaya yang bisa terus membanggakan dirinya seperti dulu.”
Chanyeol mengacak rambutnya kesal. “Sekarang sudah tanggal 15,”
“Ya, aku tahu. Mereka tidak akan melepaskanmu.”
“Eotteokkhae?”
Keduanya terdiam sesaat. Sehun membuang rumput kecil itu. “Jalankan rencanamu, hyung. Jangan ragu-ragu lagi. Ini, kupinjamkan mobilku kembali.”
Chanyeol mengangguk kecil, diambilnya kunci mobil Sehun dan tersenyum paksa. “Gomawo,”
*TBC*