“Bisakah kau berhenti datang ke sekolahku?” bentak Nana ketika ia merasa sudah terlalu jauh membawa Chanyeol. “Apa kau benar-benar ingin mengejar Lizzy? Apa yang harus kulakukan agar kau berhenti mengganggunya dan juga aku?”
“Uhm.. Mungkin bisa saja aku berhenti mengganggunya, tapi tidak mungkin denganmu. Aku ingin kau mau menjadi kekasihku? Eotte?”
“Mwo?” Nana meliriknya tidak percaya. Tanpa ia sadari dan tanpa ia ketahui–– “Apa hanya itu? Hha, joah, aku akan menjadi kekasihmu. Tapi berjanjilah padaku, bahwa kau tidak akan mendekati Lizzy lagi.”
Chanyeol menjetikkan jarinya. “Aratsseo. Detik Ini hingga seterusnya kau menjadi kekasihku.” ia melirik Nana dan mengedipkan matanya dengan tersenyum kemenangan.
Nana melihatnya hanya mencibir dan menggerutu “Kau memanfaatkanku. Tsk,”
Senyum Chanyeol seketika memudar.
Benar, aku memanfaatkanmu.
“Sekarang kau mau kemana?”
** You Don’t Know Play Ur Love **
Nana merasa rikuh berada di tempat yang bergema dengan musik hip-hop.
“Kenapa kau mengajakku ke sini?”
“Apa?”
“Kenapa kau membawaku ke sini. Aku tidak suka.”
Chanyeol tersenyum lebar. “Kita bersenang-senang.”
“Kau bergurau?!” Nana melihat-lihat tempat yang ia pijak sekarang. “Kita bisa pergi ke kafe atau ke kedai yang ada di pinggir jalan. Demi Tuhan, aku benci yang berbau alkohol.”
Chanyeol menghentak-hentakkan kepalanya mengikuti irama musik, badannya mulai ikut bergoyang. Tidak mempedulikan keluhan Nana. Saat itu, seorang bartender yang berpenampilan cuek dengan bandana merah di kepalanya menyapa Chanyeol. “Mau pesan minum apa?”
“Seperti biasa.”
Bartender itu melirik Nana “Kekasih baru lagi, hyung?”
Chanyeol merangkul pundak Nana sok akrab. “Ne. Namanya Nana, wanitaku. Cantik, bukan?”
Nana mendorong Chanyeol jauh-jauh, “Jangan menyentuhku.”
Kai tersenyum. “Kurasa dia terpaksa menerimamu, hyung”
Chanyeol pun kesal. “Aish, minumanku?”
“Uhm, apa dia selalu ke sini setiap malam?” tanya Nana pada Kai.
Kai hanya melirik Chanyeol dengan senyum menandakan 'iya'.
“Sudah ku duga, aigoo.” Nana melirik Chanyeol dengan geli.
Kai tertawa sambil memberi mereka dua gelas minuman-beralkohol.
“Aku tidak minum.”
“Minum segelas tak ada salahnya. Kau pasti sedang banyak pikiran, ‘kan? Aku tahu. ini minum sedikit saja,”
Chanyeol mengambil gelasnya dan menghabiskan minuman itu dengan sekali teguk. Kegelian Nana terhadapnya benar-benar sudah berada di puncak mual.
“Thanks,”
“Coba sedikit saja,”
“Shireo, anjoah. Aku ada minuman lain?”
Tiba-tiba Chanyeol terkekeh.
“Wae?”
“Ternyata Lizzy benar, kau ini terlalu kaku dan kuno. Tidak bisa bersenang-senang.”
“Dia bilang begitu?”
“Uhm.. Dia pernah bilang padaku waktu kami tidak bersama denganmu. Tadinya kupikir mungkin dia hanya sirik padamu, ternyata benar. Kita masih muda, bersenang-senang sedikit tak ada salahnya.”
“Mwoseunsuriya? Kalian pernah bertemu tanpa aku? Eonje?” tanya Nana dengan penuh selidik.
“Sehari setelah pertemuan pertama kita. Aku berani taruhan, hidupmu selama ini pasti sangat membosankan? Kau punya hidup yang monoton. Kau ingin keluar dari lingkaran itu tapi kau tidak tahu caranya. Aku akan membantumu keluar dari situ. Ayo kita bersenang-senang malam ini. Apa kau tidak mau tahu apa itu senang-senang? Kau tidak mau mencobanya? Apa kau tidak mau senang-senang melupakan segalanya?”
Nana tercenung dengan ucapan Chanyeol
Majayo
Nana meraih gelasnya ragu.
Benar. Aku ingin meninggalkan semua kepenatanku dan semua masalahku.
Ia menggenggam kelas kecil itu dengan kuat. Kemudian, diteguknya minuman itu perlahan-lahan. Rasa panas membakar seluruh rongga dadanya, kepalanya berdenyut-denyut dan pusing. Pandangan matanya terasa linglung. Padahal ia baru minum satu gelas kecil. Gelas demi gelas mulai memenuhi meja mereka. Hingar-bingar di sekelilingnya semakin malam semakin tidak karuan.
** You Don’t Know Play Ur Love **
“Adikmu pergi ke mana? Kenapa jam segini dia belum kembali?” tanya Ibu pada Jongsuk dengan cemas.
“Dia bilang dia keluar bersama temannya. Mungkin sebentar lagi dia pulang.”
“Hubungi adikmu,jangan sampai Ayahmu bertanya?”
“Aratseo” Jongsuk mencoba menghubungi Nana. Namun, tidak ada jawaban. “Mungkin dia sudah dalam perjalanan pulang.”
** You Don’t Know Play Ur Love **
Kau Cantik, kulitmu putih, bibirmu mungil begitu juga hidungmu. Tatapan matamu selalu bersinar-sinar setiap kali kau bicara. Kau membuatku penasaran akan dirimu.
Berkali-kali Chanyeol melirik Nana. Berkali-kali juga ia berusaha untuk tidak tersenyum. Ketika mobilnya berhenti di lampu merah, Chanyeol segera mengeluarkan saputangan dari sakunya. Perlahan-lahan ia mencondongkan tubuhnya ke tempat Nana, dibersihkannya sisa sisa muntahan dari bibir Nana dengan lembut.
“Kau ini bodoh. Bodoh sekali. Tapi kenapa aku tidak mau kau terluka.”
“Ergh….”
”Sudah bangun?” bisik Chanyeol pelan.
“Baekhyun-ah”
Chanyeol tertegun “Baekhyun?”
Tiiitt tiiitt
Mobil-mobil di belakang membunyikan klaksonnya, memarahi Chanyeol yang tidak maju-maju meskipun lampu sudah hijau. Chanyeol masih memperhatikan Nana dengan seksama. Ia mendesah sebentar lalu kembali menyetir mobilnya.
** You Don’t Know Play Ur Love **
Nana membuka kelopak matanya perlahan-lahan, matanya perih menangkap cahaya lampu yang terlalu terang di depan matanya. Ia memejam matanya beberapa menit sampai akhirnya ia mendengar suara Chanyeol.
“Kau sudah bangun?”
Nana membuka mata. Ia menatap sekelilingnya dengan mata terbelalak. “Aku di mana?!”
“Hwanaejima. Kau sekarang di tempatku.” Chanyeol menghampirinya dengan segelas teh hangat. “Minumlah ini dulu.”
“Shireo.” Nana menatap dirinya sendiri di cermin besar yang ada di depan ranjang tempatnya berbaring sekarang. Keadaannya benar-benar tidak karuan, wajah pucat, rambut acak-acakan. Ia pun tercengang melihat kancing kemejanya yang terbuka lebar. Cepat-cepat ia mengancingnya kembali sambil menghindar dari lirikan mata elang Chanyeol. Chanyeol hanya tersenyum ringan melihat tingkahnya.
“Kenapa kau kancing lagi? Di bar tadi kau tidak terlalu keberatan.”
”Tadi? Apa yang kulakukan ? A..a.. aku… tidak ingat apa-apa.”
“Hm….seingatku, kau mabuk berat dan melakukan hal-hal yang.” Chanyeol menggantungkan ucapannya.
“Apa?” tanya Nana lagi.
“Kau sendiri yang membukanya, karena kau bilang, kau kepanasan.” jawabnya mantap.
“Geureom, kenapa aku bisa di sini? Ini di mana?”
“Di apartemen Sehun.”
Nana terhenyak. “Ke..kenapa kau membawaku ke sini?! Aku mau pulang. Jam, ini sudah jam berapa?” tanya Nana dengan gelisah.
“Kira-kira sudah jam satu pagi. Aku membawamu ke sini karena aku tidak mau mengantarmu pulang dalam keadaan mabuk berat, bisa-bisa aku dibunuh orang tuamu. Lagipula sudah lewat tengah malam.”
Nana langsung kalang kabut mendengarnya, ia memutar otak untuk mencari penjelasan yang tepat yang harus diberikan pada kedua orang tuanya nanti. Tapi rasa sakit di kepalanya itu semakin menjadi-jadi. Rasanya ia ingin muntah lagi.
“Sudah kubilang, minum ini dulu.” Chanyeol menyodorkan teh hangatnya lagi.
“Shireo,” Nana teringat dengan kisah-kisah teragis yang pernah dialami remaja putri seusianya.
Chanyeol mengerti apa yang ada di pikiran Nana. “Kalau aku mau mencelakaimu, itu sudah kulakukan dari tadi sebelum kau bangun. Selalu berpikir yang tidak-tidak, eeii.”
“Aku mau mencuci mukaku dulu.” Nana beranjak dari tempatnya, dengan langkah sempoyongan ia masuk ke kamar kecil. Dibukanya keran air besar-besar, kemudian ia membasuh wajahnya. Ia mendongak menatap cermin dengan wajahnya yang basah, tidak percaya melihat seperti apa dirinya sendiri saat ini.
“Aku memang mau senang-senang. Tapi bukan seperti ini caranya. Kenapa aku jadi kacau begini?” hatinya gundah memikirkan apa yang akan dikatakan kedua orang tuanya kalau nanti ia pulang. Sekujur tubuhnya bau asap rokok dan mulutnya bau alkohol.
“Eotteokkhae!”
Tiba-tiba pintu dibuka dari luar. Nana kaget setengah mati, lalu dengan wajah tanpa rasa bersalah Chanyeol muncul sambil membawa sebuah handuk kecil.
“Kau Pasti mau mandi, ‘kan? Ini handuknya. Ada baju kaos di lemari Sehun, mungkin kebesaran untuk ukuranmu tapi lebih baik ganti daripada tetap memakai bajumu itu. Kau tercium seperti sosis panggang.”
Nana membisu.
“Lebih baik kau hubungi ke rumah dulu. Bilang saja kau menginap di rumah teman. Jangan sampai mereka mencemaskanmu. Nanti pagi kuantar kau pulang.”
Chanyeol melempar handuk itu ke wajah kaget Nana, kemudian ia menutup pintu.
Nana menatap pintu itu dengan kesal. “Semua karena dirimu, aish.”
** You Don’t Know Play Ur Love **
“Dia menghubungiku?” Jongsuk langsung berteriak “Ya! Neo eodiya?”
“Mianhaeyo, aku lupa memberitahu kalian, aku di rumah Eyoung. Aku menginap di rumahnya, aku tertidur ketika kami belajar, aku akan pulang besok pagi-pagi, jaljayo.” Nana langsung mematikan ponselnya
“Eotteokhae” Nana mendesah kecil dan ia terbelalak melihat log panggilan tak terjawabnya. “Lizzy?”
~TBC~