Chanyeol memarkir mobilnya di depan sebuah rumah mewah, rumah Nana. Beberapa mobil mewah terparkir di halaman depannya, mengingatkan Chanyeol seperti apa kehidupannya dulu. Lalu, pandangannya tertuju pada pria setengah baya yang keluar dari pintu rumah sambil mengenakan dasinya bersama Nana. Pria itu melihat Chanyeol dengan pandangan curiga.
Chanyeol melirik Nana. Nana terbelalak kaget dan menjadi serba salah.
“Kau mencari siapa?” tanya pria itu pada Chanyeol.
“Annyeong abeonim,” ucap Chanyeol dengan santai dan melirik Nana tersenyum.
Abeonim? Apa dia sudah gila
Nana cemas melihat ayahnya yang menatapnya dengan heran. Nana menoleh pada Chanyeol.
“Ayah, dia temanku. Iya, dia temanku hhe.” ucap Nana dengan terbata-bata dan takut.
Ayah melirik pada Nana. “Aku belum pernah melihatnya,”
“Dia teman baruku,”
Aish jinjja kenapa dia kemari, ayo Ayah cepat pergi, jangan banyak bertanya lagi
Nana benar-benar sangat gelisah.
“Berarti kau akan pergi sekolah dengannya?”
Nana terbelalak mendengar ucapan ayahnya “Ne?” tanpa pikir panjang Nana mengiyakannya “Oh. Aku pergi bersamanya.”
“Kalau begitu Ayah pergi dulu,” Ayah melihat Chanyeol pun dengan curiga.
“Iya, Ayah, hati-hati.”
Nana mengamati kepergian ayahnya. Setelah ayahnya sudah tidak terlihat lagi dia memukul lengan Chanyeol berkali-kali dengan seluruh tenaganya.
“Ya, neo. Michyeonya? huh? Apa yang kau lakukan? Ah,” Nana meremas rambutnya dengan gemas dan sangat frustasi. Ia berkacak pinggang dan melototi Chanyeol. “Argh. Kenapa kau datang ke rumahku?” Nana merasa benar-benar gila..
“Aku kan teman barumu. Apa tidak boleh aku ke rumah temanku? Kajja! Aku akan mengantarmu ke sekolah seperti yang diinginkan ayahmu.”
Nana menatapnya dengan tajam “Teman pantatmu. Aku bisa pergi sendiri. Keojyo!”
“Geurae geureom. Aku akan menjemputmu sepulang sekolah.”
Nana tidak mempunya kata-kata lagi untuk mengutuki pemuda di hadapannya itu. Ia hanya bisa menatapnya tajam dan berlalu meninggalkan pemuda itu dengan kekesalannya. Saat itu, mobil Chanyeol melewati Nana dengan cepat. Nana terhenti melihat mobil Chanyeol yang melewatinya. Kemudian, ia meringis kesal.
“Kenapa aku harus berurusan dengan orang sepertimu? Ah, jinjja!” Nana mendengus kesal, tiba-tiba dadanya menjadi sesak.
** You Don’t Know Play Ur Love **
Chanyeol memegang kemudi mobilnya kencang-kencang hingga jemarinya memutih. Otaknya bekerja keras menyusun rencana.
“Aku harus mempengaruhi Nana sampai ayahnya tidak suka Nana bergaul denganku? Aku harus melakukan apa? Aha,” Chanyeol mendapatkan ide.
“Benar, aku harus melakukan rencana itu, rencana itu harus berhasil”
** You Don’t Know Play Ur Love **
Di ruang menari Nana berbaring di lantai luas itu ia sembari memakai headphone dan memejamkan matanya. Sehingga dia tidak tahu jika ada seseorang yang mengawasinya dari jauh.
“Apa yang kau lakukan di sini?”
Nana yang merasa jika ada seseorang duduk di sebelahnya ia langsung melepaskan headphone-nya “Uhm?”
“Apa yang kau lakukan di sini? Akhir-akhir ini kau selalu di sini? kau membolos selama pelajaran dan ternyata lagi-lagi kau di sini?”
Nana bangun dan langsung duduk. “Aku– hanya sedikit bosan.”
“Tidak seperti biasanya. Ada masalah? Cerita padaku. Jangan menyimpannya sendirian. Aku ini juga temanmu.”
Nana menatapnya lama. “Eyoung-ah, eotteokhae? Kenapa aku harus seperti ini?!” Nana tiba-tiba memeluk Eyoung dengan sedikit cemberut.
“W..wae geurae?” Eyoung menjadi heran dan mengusap-usap punggung Nana.
"Eotteokkhae? Beri aku sianida. Rasanya aku ingin mati. Aku bahkan sekarang merasa sudah sangat gila.”
“YA!” Eyoung menatap Nana dengan tajam. “Jangan bicara yang tidak-tidak. Kau ini kenapa?”
Belum sempat Nana ingin mengeluh lagi, tiba-tiba ponselnya bergetar hebat. Ketika ia melihat nama si pemanggil, ia langsung membalik ponselnya.
“Nugu? Kenapa kau tidak mengangkatnya, mungkin itu penting.” Eyoung mengambil ponselnya.
“Hajima.”
“Wae?” Eyoung menjadi heran.
-1 Message-
Nana membuka pesannya.
Neo eodiya?
Wae?
Dengan malas Nana membalas pesannya. Satu menit kemudian ponselnya kembali berdering.
Nana mendengus kesal. “Oh, Wae?” ucap Nana kesal ketika ia sudah meletakkan ponsel ke telinganya. “MWORAGO!!!” Nana menutup flip ponselnya dan berlari meninggalkan Eyoung sendirian.
Eyoung menjadi heran melihat kelakuan Nana dan ia pun menyusul Nana. “Nana-ya. Wae Geurae? Eii,”
** You Don’t Know Play Ur Love **
“Apa kau bertemu dengannya?” Nana mengatur nafasnya dan menepuk-nepuk dadanya.
“Aniyo. Dia tidak melihatku. Hanya aku yang melihatnya. Lalu, dia berlalu begitu saja. Kenapa kau begitu takut jika aku bertemu dengan Lizzy?”
Ketika Nafas Nana sudah kembali seperti biasa, ia memicingkan matanya dengan tajam.
“Sebenarnya apa yang kau inginkan? Kenapa kau selalu menggangguku?!”
“Kau mau tahu apa yang ku inginkan? Hhe,” Chanyeol menyusupkan kepalan tangannya ke dalam saku jaketnya. “Dirimu? jadilah wanitaku.”
“Ye? Hahaha, Mworagoyo?” Nana tertawa. Tawanya sangat terdengar gila, terdengar frustasi. “Candaanmu terlalu gurih, sama sekali tidak lucu. Cih,”
Tiba-tiba muncul Eyoung di hadapan mereka “Nugu?” mata Eyoung berdalih ke arah Nana.
“Annyeonghaseyo,” Chanyeol mengulur tangannya untuk memperkenalkan diri. Namun, Nana yang kaget dan gelisah menepis tangan Chanyeol.
“Dia temanku, dan sekarang kami harus pergi, kau pulanglah. Hati-hati di jalan,” Nana pun menyeret Chanyeol dan berlalu meninggalkan Eyoung yang kebingungan.
~TBC~