home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Right There

Right There

Share:
Author : astituidt
Published : 11 Sep 2014, Updated : 19 Nov 2015
Cast : Im Jin AH (Nana Orange Caramel), Park Chanyeol (EXO) Kim Myeong Soo (L Infinite) Lizzy (Orange Caram
Tags :
Status : Ongoing
5 Subscribes |222113 Views |22 Loves
Right There
CHAPTER 8 : Chapter 8

Suasana sore itu bagi Jin Ah terasa sangat panas, padahal mungkin bagi orang-orang yang berada di taman, cuacanya cukup cerah dan agak mendung. Fikiran Jin Ah dipenuhi dengan kata-kata Jae Hyun barusan. Ketika Jin Ah meminta bantuan Jae Hyun untuk menjaga Kai dirumah, sepertinya malapetaka akan datang di hidupnya.

Sebenarnya tidak terlalu perlu untuk Jin Ah meminta tolong Jae Hyun untuk menjaga Kai, lagi pula Baekhyun ada disana. Tapi, Jin Ah sangat khawatir, karena Kai biasanya akan sangat rewel jika kecapaian. Ketika Kai terlalu banyak beraktifitas, dia biasanya sering mimisan. Baekhyun yang takut darah sangat tidak membantu ketika itu terjadi. Jadi dengan terpaksa dia minta bantuan Jae Hyun untuk menjaga Kai.

 

* FlashBack*

 

"Jebaaaaall...."

Jin Ah memperlihatkan ekspresi melasnya ke Jaehyun. Dia berbicara dengan suara berbisik, khawatir Chanyeol akan mendengarnya.

"Waee? kamu fikir aku babysitter?"

Jae Hyun dengan ekspresi menyebalkannya mulai meninggikan nada suaranya.

"Ssstttt"

"Wae? apa kamu takut pacarmu dengar dan cemburu? ah.. aku tau kalau wajahku sangat tampan, tapi dia tidak perlu takut karena kamu not my type"

Jin Ah yang sedikit kaget kemudian menatap Jae Hyun dengan tatapan aneh dan melihatnya dari kaki sampai rambutnya. Dia yang mulai kehilangan selera untuk bernegosiasi dengan Jae Hyun akhirnya ikut meninggikan suaranya.

"Ani, aku takut kalau dia tidak jadi mengajakku berkencan karena tidak mau aku meninggalkan Kai. Biasanya lelaki baik hati selalu seperti itu. Ahh.. kamu sepertinya type bad boy, jadi pasti kamu berbeda dengan dia.."

Jae Hyun yang terhenyak dengan perkataan Jin Ah tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dia tampak terganggu dengan perkataan Jin Ah yang menyebutnya seorang Bad Boy.

"Ya! Ya! arasseo aku akan jaga Kai"

Jae Hyun menghentikan langkah Jin Ah yang sudah beranjak dari ruang depan. Jin Ah tampak menoleh dengan senyum kemenangan dan berjalan kembali menuju ruang depan. Dia seketika merubah raut wajahnya menjadi sangat menyenangkan ke arah Jae Hyun.

"Kamu tidak perlu menunjukkan aegyomu seperti itu. Wajahmu mengerikan"

Jin Ah yang tidak memperdulikan Jae Hyun yang mengatakannya mengerikan malah lebih melebarkan senyumnya lagi ke arah Jae Hyun.

"Gomawoo, aku janji aku cuma akan pergi sebentar. Nanti aku belikan makanan enak untukmu.."

Jin Ah tetap menunjukkan senyum lebarnya. Ekspresi Jae Hyun sepertinya sangat aneh melihat senyuman Jin Ah yang terlihat sangat tidak tulus itu. Mungkin Jin Ah berusaha membuat Jae Hyun tidak merubah fikirannya lagi.

"Arasseo arasseo, sekali lagi aku mohon hilangkan senyum itu dari wajahmu. Apa kamu mau membuatku ketakutan? Ahhh, aku bisa mimpi buruk nanti malam"

Setelah Jae Hyun mengatakan itu, Jin Ah langsung menghilangkan ekspresi senyumnya itu dan mengulurkan lidahnya ke arah Jae Hyun dengan tampang sebal dan kembali berbalik ke arah ruang TV.

"Kau berhutang budi padaku, kapan-kapan aku akan menagihnya"

Kata-kata Jae Hyun yang pelan dan santai membuat Jin Ah menolehkan wajahnya lagi ke arahya dengan raut wajah bertanya-tanya "Ahh.. aku dalam masalah besar" Jin Ah yang pasrah meninggalkan Jae Hyun yang tersenyum puas.

 

***

 

 

"Sepertinya aku pernah lihat hyung yang ada di rumah noona itu, bukankah dia kakak kelas kita?"

Chanyeol langsung memulai pembicaraan sesampainya mereka ditaman.

Mereka berdua  pergi ke taman sore ini. Setelah Jin Ah memasak untuknya tadi, dia berjanji mengajak Jin Ah ke taman untuk membeli permen kapas.

"Moela, kata Baekhyun dia kakak kelas, tapi aku belum pernah melihatnya"

Jin Ah menjawab pertanyaan Chanyeol dengan nada malas, tiba-tiba moodnya menjadi sangat buruk ketika Chanyeol membicarakan Jae Hyun.

Chanyeol yang mencoba membaca raut wajah Jin Ah kemudian mendekatkan pandangannya ke arah Jin Ah membuat tubuh Jin Ah yang refleks mundur dengan canggung.

"Apa noona tidak suka aku membahasnya? apa hyung itu menyebalkan? mianhae noona"

"Ania Chanyeol-ah. kenapa kamu sering meminta maaf? apa wajahku terlihat judes?"

"Ania noona. aku ingin membuatmu tersenyum, jadi ketika wajahmu berubah seperti tadi, aku takut kalau aku membuatmu marah"

Jin Ah menatap ke arah Chanyeol dengan tersenyum lebar. Dia sangat senang mendengar Chanyeol mengatakan itu padanya, jadi dia berusaha menenangkan Chanyeol dengan senyumnya.

Jin Ah tiba-tiba melupakan semua perasaan sebalnya pada Jae Hyun. Dia saat ini terlalu bahagia dengan perkataan Chanyeol yang menyenangkan sehingga tidak ada ruang baginya untuk mengingat-ingat wajah Jae Hyun yang menyebalkan itu.

Menurutnya, Chanyeol ada orang yang sangat pintar mengubah-ubah mood-nya. Ada kalanya Chanyeol membuatnya cemas ketika Jin Ah tidak melihatnya ketika jam istirahat di sekolah, atau ketika dia membalas pesan Jin Ah lebih dari 5 menit. Ketika itu, fikiran Jin Ah akan di penuhi dengan rasa bertanya-tanya akan hubungan mereka "Apa dia menyukaiku?" "Apa dia hanya menganggap teman?" selalu seperti itu fikiran yang terlintas.

Chanyeol juga bisa diandalkan untuk mengubah mood-nya menjadi sangat baik. Pesan "Good Morning" dan "Good Night" dari Chanyeol sangat berpengaruh pada awal hari yang baik dan tidur yang nyenyak menurutnya. Dia juga sangat suka dengan cara bicara Chanyeol. Selalu terdengar  menyenangkan. Matanya yang selalu bersinar-sinar ketika menceritakan sesuatu membuat Jin Ah serasa terhipnotis untuk selalu melihat matanya ketika Chanyeol berbicara.

 

"Ini permen kapasnya noona, aku minta ajusshi-nya membuatkan yang paling besar untukmu.."

Chanyeol kembali dengan dua permen kapas ditangannya. Dia memberikan permen kapas yang paling besar ke Jin Ah dan memakan satunya yang lebih kecil.

"Kenapa permenmu kecil?"

"Aku tidak terlalu suka rasa manis noona, uri appa jarang membeli sesuatu yang manis jadi aku tidak terbiasa"

Chanyeol bercerita tentang ayahnya. Matanya bersinar lagi. Setiap kali dia menceritakan sesuatu yang dia suka, selalu seperti itu. Matanya, bersinar dan ikut berbicara, membuat Jin Ah tidak bisa melepaskan pandangannya dari mata yang bersinar itu.

Chanyeol yang melanjutkan ceritanya tentang ayahnya terdengar sangat bersemangat. Jin Ah menyukainya, dia melupakan permen kapas yang di pegangnya. Mungkin menurutnya, melihat Chanyeol bercerita itu lebih manis dari permen kapas. Jin Ah merespon cerita Chanyeol dengan anggukan dan senyuman. Sesekali mereka terlihat tertawa bersama. Biasanya Jin Ah sangat menghindari kontak mata ketika bersama lawan biacaranya. Tapi kali ini matanya tak bisa lepas dari Chanyeol.

 

Tiba-tiba Chanyeol bergerak sedikit menjauh dari Jin Ah di sela-sela ceritanya. Dia melepaskan jaketnya. Chanyeol sepertinya menyadari bahwa sore itu semakin dingin dan Jin Ah saat itu memakai rok pendek. Dia meletakkan jaketnya di pangkuan Jin Ah berharap Jin Ah tidak kedinginan. Kemudian dia kembali medekatkan dirinya ke Jin Ah melanjutkan ceritanya.

 

***

 

 

"Nomor yang anda hubungi sedang tidak bisa menerima panggilan anda, Silahkan hubungi beberapa saat lagi"

 

"Hyung, anyeong! jinjja bogosipho. bagaimana kabarmu?"

 

"Tuut..tuut...tuut.."

 

"Hari ini aku senang sekali hyung, apa kamu masih ingat noona yang aku ceritakan kemarin? hari ini kita pergi berdua ke taman. Aku rasa ini adalah sebuah kencan hehe.."

 

"Tuut..tuut...tuut.."

 

"Dia sangat cantik, kalau kau ketemu dia mungkin hyung juga akan menyukainya. Nanti kalau hyung sudah kembali ke korea akan kuajak dia bertemu hyung. nee?"

 

"Tuut..tuut...tuut.."

 

"Aku belum bercerita padanya kalau aku punya seorang hyung. Mungkin kalau kalian sudah bertemu dia tidak akan percaya kalau kamu adalah hyungku karena wajah kita sangat berbeda.."

Chanyeol tertawa. Dia mungkin sedang membayangkan ketika Jin Ah dan Hyungnya bertemu. Kemudian tawanya terdengar parau.

 

"Tuut..tuut...tuut.."

 

"Hyung, Cepatlah kembali ke korea. aku punya banyak cerita untukmu disini.."

 

"Tuut.. tuut.. tuut"

 

Chanyeol kemudian mengakhiri panggilannya dan membuka option pesan.

 

--Kringgg..kriing.--

Tiba-tiba telephone rumahnya berbunyi

 

"Yobuseyo"

"Chanyeol-ah"

"Ne eomma?"

"1 Minggu lagi hyung-mu akan kembali ke korea"

"Ahh jinja? arassseo eomma. kabari aku lagi ketika kalian sudah sampai"

"Eoh,apa kau sudah makan?"

"Sudah eomma, hari ini appa masih di China. Tadi aku makan ramen"

"Ahh, berhenti makan makanan seperti itu Chanyeol, kau bisa kena masalah kalau appa-mu tau. Jangan malas memasak sendiri, oh? Pesanlah makanan yang sehat kalau kau malas masak"

"Nee eomma, arasseo. Bisakah sekali saja kamu tidak cerewet"

"Aigoo anak nakal. awas saja sampai badanmu bertambah kurus ketika aku melihatmu minggu depan"

"Nee eomma, saranghae"

"Saranghae anakku"

 

Chanyeol menutup telephonenya dengan senang dan kemudian berjalan kembali ke sofa sambil menari

"Hyung-ku akan pulang" serunya dalam hati sambil terus menari freestyle mengikuti gerakan dance girl band yang sedang disiarkan di TV

 

***

 

 

Pagi itu Jin Ah rasanya sangat malas untuk memasuki gerbang sekolah. Jin Ah terlihat berjalan sangat cepat menuju kelasnya tanpa menoleh sama sekali. Dia menundukkan kepalanya lebih dalam seakan tidak ada seorang pun hari ini yang boleh melihat wajahnya. Bahkan hari ini dia memakai jaket dengan hoddie yang menutupi seluruh rambutnya. Lucu memang, Jin Ah sendiripun merasa dia sedang ber akting menjadi mata-mata FBI. Dia sebenarnya sempat menertawakan dirinya sendiri ketika berjalan seperti itu, tapi dia tetap tidak memperlambat langkahnya menuju kelas.

 

Tiba-tiba langkah Jin Ah dihentikan oleh sebuah jari telunjuk yang mendorong dahinya. 

Jin Ah mendongakkan kepalanya dengan pelan. Terlihat sebuah senyum menyebalkan dengan tangan yang masih berada di dahinya dan mendorongnya kebelakang

 

"Anyeong, Good morning.."

Setelah melepaskan jari telunjknya dari dahi Jin Ah, Jae Hyun langsung melambaikan tangannya menyapa Jin Ah dan menunjukkan senyumnya yang di buat-buat.

Ya, Jae Hyun. Dialah orang yang membuat Jin Ah berpenampilan seperti ini. Sejak kejadian 2 hari yang lalu, Lizzy selalu mengatakan jika ada anak lelaki yang terus mencarinya ketika jam istirahat. Jin Ah yang memang sangat malas selalu bersembunyi dari Jae Hyun. Dia khawatir Jae Hyun akan meminta permintaan yang aneh-aneh.

Hari ini mungkin adalah hari yang sial untuk Jin Ah karena Jae Hyun ternyata sedang berada di jalan yang di lewatinya saat itu.

Jin Ah berusaha kabur lagi kali ini, dia menabrak Jae Hyun mencoba melarikan diri. Tetapi Jae Hyun yang tidak mau kehilangannya lagi kemudian menarik tas Jin Ah mengembalikannya ke posisi semula. Jin Ah cuma bisa melihatnya dengan pasrah.

 

"Ah, jinjja. berhentilah melarikan diri..!"

Jae Hyun memulai perkataannya dengan nada tinggi lagi. Jin Ah hanya menatap wajah Jae Hyun dengan pandangan datar.

"Wae? apa kamu takut padaku?"

"Ani"

Jin Ah menjawab singkat masih dengan ekspresi datar.

"Apa kamu lupa kalau kamu masih punya hutang budi padaku?"

"Ani"

kali ini Jin Ah menggelengkan kepalanya masih dengan ekspresi semula

"Good girl" Jae Hyun tersenyum puas "Masukklah kelas, nanti akan kupikirkan permintaanku. Jangan mencoba menghindar lagi. Dengan dandananmu yang seperti ini pun aku masih bisa mengenalmu. Arasseo?"

"Neeee.."

Jin Ah menjawab dengan wajah innocent dan kembali berjalan cepat menuju kelasnya "Ahhh jinjja, hariku pasti akan sangat sial" gumam Jin Ah sambil membuka hoodie-nya dan mengusap dahinya yang berkeringat.

 

***

 

 

"Ah jinjja? kau sudah bertemu dengan oppa itu? ya! bagaimana kamu bisa menghindari oppa setampan dia? apa matamu sudah dipenuhi oleh wajah Chanyeol?"

Lizzy menatap Jin Ah dengan pandangan mengejek

"Dia menyebalkan. baru pertama kali aku melihat anak lelaki yang sangat cerewt seperti dia"

"Jongmal? biasanya dia sangat pendiam kok"

"Apa kamu sering bertemu dengannya?"

"Hmm, pacarnya adalah anggota Cheerleaders, seangkatan dengan kita"

"Aku yakin pacarnya adalah orang yang paling sabar sedunia. Bagaimana bisa dia menghadapi lelaki cerewet seperti itu"

"Ani, Jae Hyun oppa tidak banyak bicara ketika dengan pacarnya. Mana mungkin anak lelaki dengan wajah se kalem dia itu membentakmu? kau salah orang mungkin? maldoandwae.."

"Kan kamu sendiri yang bilang kalau orang itu mencariku? mana mungkin aku salah orang. Aneh sekali, apa mungkin dia ingin terlihat cool di depan pacarnya? gezz, pintar sekali rubah itu"

Jin Ah menatap Lizzy dengan kesal karena tidak mempercayainya. Lizzy yang tampak kaget kemudian berdiri dari kursinya. "Oh, oppa"

Jin Ah kemudian menatap Lizzy yang sedang melihat seseorang di depannya. "Aishh, pasti dia lagi" Jin Ah yang masih belum mau melihat ke arah orang yang di lihat Lizzy menggerutu dalam hati.

Jae Hyun berdiri di depan Jin Ah dengan kedua tangan masuk di saku celana. Dia berdiri menatap Jin Ah dengan pandangan cool-nya. Mau tidak mau Jin Ah kemudian menoleh ke arah Jae Hyun karena merasa pipinya terbakar oleh tatapan tajam Jae Hyun.

"Anyeong!" Jae Hyun melambaikan tangannya ke arah Jin Ah kemudian memasukkannnya lagi ke dalam saku celananya.

Jin Ah cuma membalasnya dengan senyum kecut dan mengalihkan pandangannya ke handphone yang di pegangnya.

"Ah Jin Ah aku ada latihan Cheerleaders, aku pergi dulu"

Lizzy yang canggung melihat mereka berdua akhirnya berusaha melarikan diri "Anyeonghaseo" dia berpamitan pada Jae Hyun. Jae Hyun membalas dengan senyum cool yang membuat Jin Ah menatapnya dengan aneh.

Setelah Lizzy pergi. Jae Hyun mengambil kursi dan duduk di depan Jin Ah.

 

"Aku sudah memikirkan caramu membalas budi"

"Apa itu?"

"Hari ini aku lupa membawa dompetku. Kamu harus mentraktirku makan"

"Oke deal!"

Jin Ah kemudian merogoh tas-nya dan mengambil dompet di dalamnya.

"Ya aku tidak butuh uang. Kamu harus ikut ke kantin bersamaku"

"Aaaa sireo, kenapa aku harus ikut?"

"Aku tidak suka makan sendiri"

"Sireo, aku tidak lapar"

"Kalau begitu kamu gak perlu makan, cukup duduk diam di kantin"

Jae Hyun tetap memaksa Jin Ah ikut bersamanya.

 

"Jin Ah noona sudah punya janji denganku.."

Terdengar suara Chanyeol dari pintu belakang. Ternyata Chanyeol yang sudah cukup lama disana mendengar percakapan mereka. Jin Ah yang kaget kemudian menoleh dan hanya bisa diam melihat Chanyeol. Jin Ah merasa canggung.

Jae Hyun tetap menunjukkan sikap tenangnya dan melihat ke arah Chanyeol yang datang menghampiri Jin Ah dan menggandeng tangannya.

"Noona kajja"

Jin Ah langsung mengikuti Chanyeol yang menggandeng tangannya keluar kelas.

Jae Hyun melihat mereka keluar kelas. Kemudian dia berdiri dan memasukkan tangannya lagi kedalam saku dan berjalan keluar dari kelas Jin Ah "Dasar anak kecil" Jae Hyun bergumam pelan sambil tersenyum.

 

***

 

 

Jin Ah keluar dari gerbang sekolah dan berjalan menuju halte bus dekat sekolah. Hari ini dia pulang sendiri karena Baekhyun dan Chanyeol sedang mengikuti kelas tambahan di kelasnya. 

Sudah tidak banyak siswa yang menunggu di halte bus, karena sebenarnya jam pelajaran sudah selesai dari satu jam yang lalu. Jin Ah hari ini pulang agak terlambat karena Lizzy yang minta di temani untuk latihan Cheers. Lizzy yang rumahnya memang sangat jauh dari rumah Jin Ah sudah menaiki bus yang berbeda jalur dengan bisnya. Tinggal sekitar 3 orang siswa yang menunggu bus datang.

 

Ketika bus sudah datang, banyak penumpang yang turun dari bus tersebut, setelah menunggu semuanya turun, Jin Ah akhirnya naik dan memilih duduk di belakang karena rumahnya yang lumayan jauh dari sekolah.

Jin Ah mengambil handphone dan earphone dari dalam tas-nya dan memasangkan di telinganya. Kemudian memejamkan matanya ketika dirasakannya bus sudah mulai berjalan kembali.

Seseorang melepas earphone dari telinga kanannya.

"Ah kamcaggiya. Myeong soo-ah"

"Hehe mianhae"

Myeong soo memasangkan salah satu earphone itu ke telinganya dan memejamkan matanya

"Kenapa kamu baru pulang?"

Jin Ah menatap Myeong Soo dengan heran

"Tadi ada rapat OSIS"

Myeong soo menjawab dengan mata masih terpejam

Jin Ah kembali memejamkan matanya dan menikmati lagu yang di dengar melalui earphonenya. "Tears by LeeSsang" lagu favorit mereka berdua mendapat giliran untuk di putar. Seketika mereka berdua tersenyum bersamaan.

Tanpa mereka sadari, bus yang mereka tumpangi telah sampai di pemberhentian yang mereka tuju. Mereka berdua pun turun dari sana. Di halte bus dekat rumah Jin Ah tidak ada satu orang pun yang menunggu. Lalu lintasnya pun sangat sepi. Hanya beberapa mobil saja yang terlihat melewati jalan itu.

Mereka berdua berdiri di tempat penyebrangan untuk menunggu lampu pejalan kak menjadi hijau. Karena jalanan yang sepi, banyak mobil yang terlihat berjalan dengan sangat ngebut. Jin Ah dan Myeong soo berjalan berdampingan dengan masih menggunakan earphone di masing-masing telinganya. Tali earphone yang tidak terlalu panjang membuat mereka harus mendekatkan tubuh mereka ke satu sama lain agar earphone tidak lepas.

Myeong Soo tiba-tiba menggandeng tangan Jin Ah dan mengajaknya untuk menyebrang jalan. Jin Ah melihat ke arah lampu lalu lintas.

"Myeong Soo-ah, lampunya belum hij.."

Ciiiitttttttt!!!!

Sebuah mobil berusaha berhenti saat mereka berdua menyebrang jalan

 

Jin Ah dan Myeong Soo terkapar di jalan. Sang pengemudi yang ketakutan langsung membawa mobilnya melaju lagi.

 

 

Jin Ah  kemudian terbangun, ternyata mobil itu tidak menabraknya terlalu keras. Jin Ah mengalami luka di kepalanya yang terus mengeluarkan darah, tetapi dia masih sanggup berdiri dan berjalan menuju pinggir jalan. Jin Ah berjalan kembali ke halte bis dan duduk disana.

 

Dia manundukkan kepalanya yang berdarah dan menangis, menutupi kedua wajah dengan tangannya.

 

***

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK