"Jin Ah noonaaa.."
"Oh, Chanyeol.."
Jin Ah tampak gugup berdiri mematung di tengah lapangan
"Anyeoooong.." Chanyeol berdiri di sebelah Jin Ah dengan tersenyum lebar.
"Nee, anyeonghaseo"
Chanyeol tetap tersenyum lebar melihat Jin Ah dan mengajaknya berjalan bersama menuju kelas.
"Kelas noona dimana?"
"Di lantai 2"
"Nanti aku ikut pertandingan basket, apa noona mau melihat? apa nanti noona bisa duduk di dekat jendela? Oh?"
"Nee, nanti aku akan lihat. Aku memang selalu duduk di dekat jendela.."
"Assaa! Nanti aku akan bermain sekeren mungkin. Semoga aku tetap bisa terlihat keren walau dilihat dari jauh.."
ujar Chanyeol sambil tetap menunjukkan senyum lebarnya. Jin Ah ikut tertawa lebar melihat ekspresi Chanyeol yang lucu
"Kenapa noona tidak membalas pesanku tadi pagi?"
"Ah mian, aku jarang membuka handphone pagi hari. Biasanya sepulang sekolah baru aku buka. Kamu mengirim apa?"
"Ania, aku cuma mengucapkan selamat pagi"
Chanyeol tersenyum malu dan menggaruk-garuk kepalanya.
"Kalau setiap pagi aku akan mengirimi noona pesan, apa noona akan membuka handphone dan membalasku?"
"Nee?"
Jin Ah menghentikan langkahnya melihat ke arah Chanyeol.
"Ah, ania noona. pokoknya jangan lupa lihat pertandinganku nanti yaa. Noona naiklah ke atas. kelasku di lantai 1. Anyeooong...."
Chanyeol tetap menatap punggung Jin Ah yang menaiki tangga sampai tak terlihat lagi.
***
--1 New Message--
*Apa tadi noona melihatku? Apa aku masih terlihat keren dari atas sana? :D*
*Kamu terlihat kecil dari sini. Aku lihat kamu menang pertandingan tadi. Apa ada hadiahnya? Chukae ^^*
--Message Sent--
--1 New Message--
*Ini baru babak penyisihan noona. Belum ada hadiahnya. Apa kamu mau hadiah? ~~ ^^*
"Apa kamu mau jawab. Tidak usah, kamu adalah hadiah terindah untukku. Begitu? Hahaha jinjja"
Lizzy yang daritadi melihat pesan Chanyeol mulai menggoda Jin Ah
"Aisssshhh, Lizzy jinjja!!"
"Hahaha, apa perlu aku putarkan lagu romantis sebagai backsound? Lihat wajahmu. Apa kamu mau lihat kaca? pipi merah seperti babi. Sampai kapan kamu mau senyum-senyum sendiri seperti itu? Ahh jongmal.."
"Lizzy jebaal. berhenti menggodaku. Apa pipiku benar-benar merah? oetokkajii?"
"Kamu sudah terserang virus cinta. Chukaeeee.. Ah ternyata tidak salah aku minta nomor Chanyeol kemarin.."
"Gomawo Lizzy-ah.."
"Sepertinya kamu harus mentraktirku makan. Ah, ajak Chanyeol makan siang nanti di kantin. oetokke?"
"Aniaaa, aku kan baru kenal dia bagaimana bisa langsung mengajak makan siang?"
"Ya! apa kamu tau kalu Chanyeol lumayan populer di sekolah ini? kemarin aku dengar ada anggota Cheerleaders memberinya coklat.."
"Wajar saja kalau dia populer. Tapi dia membalas SMSku, apa ini cuma biasa saja? Kamu gak merasa kalau dia menyukaiku?"
"Aku rasa semua lelaki seperti itu. Buktinya kemarin dia menerima coklat dari anak perempuan lain. Kamu harusnya melangkah cepat, sebelum dia diambil yang lain"
"Aku malu kalau harus mengajak dia duluan, aku kan perempuan.."
"Kalau suka kenapa harus malu? Apa kamu mau terus-terusan berteman di dunia maya?"
"Ani, tadi pagi dia mengajakku ngobrol"
"Tidak mungkin kan kalau anak perempuan yang diajak Chanyeol ngobrol cuma kamuu.. oh?"
Lizzy terus-teruskan memojokkan Jin Ah, berusaha membuat Jin Ah mengajak Chanyeol makan siang.
"Biar sajalah, kalau dia suka pasti dia mengajakku duluan"
Jin Ah terlihat pasrah karena tidak bisa menahan gengsinya. Lizzy cuma bisa tersenyum kecut melihat tingkah temannya itu.
***
--1 New Message--
*Ajari aku bermain basket. Apa aku boleh minta itu sebagai hadiah?*
Chanyeol tersenyum sendiri setelah membaca pesan itu.
Sebenarnya, dia sempat merasa gelisah setelah mengirimkan pesan terakhirnya ke Jin Ah. Dia takut Jin Ah mengiranya terlalu agresif dan tidak menyukainya.
Ketika hari pertama masuk sekolah, Chanyeol melihat Jin Ah di depan gerbang sekolah sedang berjalan masuk dengan kepala menunduk dan rambut yang tergerai menutupi wajahnya.
Chanyeol yang penasaran memperhatikan Jin Ah dan mengikuti langkah Jin Ah dari samping. Dia berusaha menyamakan langkahnya dengan Jin Ah dan sesekali meliriknya. Dia pun melihat Jin Ah dan Lizzy yang mengobrol dan bercanda di tengah lapangan.
"Ah, Kiyopta"
Chanyeol menundukkan kepalanya dan tersenyum melihat Jin Ah mencubit pipi Lizzy. Ketika itu Jin Ah menunjukkan wajah sebalnya dan rambutnya yang terkena angin kebelakang membuat wajahnya terlihat sangat jelas.
*Aku tunggu di lapangan basket komplek perumahan kita noona, aku janji akan mengajarimu nanti. Fighting!! ^^*
--Message Sent--
***
bug!
"Ah, Joesungeyo.."
Jin Ah menabrak seseorang dengan keras dan jatuh kebelakang. Dengan cepat dia bangun dan membersihkan debu yang ada di roknya. Jin Ah menundukkan kepalanya untuk meminta maaf tanpa melihat siapa yang di tabraknya. Selalu seperti itu, dia yang memang selalu berjalan dengan menundukkan kepalanya sering menabrak orang di depannya. Jin Ah yang memang saat itu sedang terburu-buru karena ingin ke toilet segera meninggalkan orang yang di tabraknya itu masih dengan menundukkan kepalanya.
"Ya! ya! jjangkaman. berhenti disitu!"
Lelaki itu menghentikan langkah Jin Ah
"Ya! kamu lagi. apa kamu tau sudah berapa kali menabrakku?"
Jin Ah langsung menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya dan melihat ke arah lelaki itu. Jin Ah menatap anak lelaki itu dari atas ke bawah.
"Apa aku pernah menabrakmu sebelumnya?"
"Sudah 4 kali. bahkan hari ini kau sudah menabrakku dua kali. kamu tidak ingat?"
Anak lelaki itu meninggikan nada suaranya karena kesal.
"Aku sudah minta maaf kan? kenapa kamu masih marah"
"Kepalamu yang keras itu menabrak dadaku. Aisshh, kenapa ada perempuan dengan kepala sepertimu. Satu kali lagi kamu menabrakku mungkin dadaku bisa bolong"
"Ya! aku sudah minta maaf kan? Siapa suruh kamu lewat di depanku? apa kamu mengikutiku? lagi pula mana mungkin kepalamu bisa bolong cuma gara-gara hal begini?"
Jin Ah mulai sebal karena anak lelaki itu menurutnya terlalu membesarkan masalah sepele. bahkan dia juga meninggikan nada bicaranya ke Jin Ah. Dia mengumpulkan keberanian untuk melotot ke arah anak lelaki itu. Wajahnya yang tiba-tiba berubah marah membuat anak lelaki itu kaget dan tidak bisa bicara lagi.
"Apa kamu gak mau mengomel lagi? Kalau sudah aku pergi dulu.."
Kim Myeong Soo. Dia membaca nametag yang tertempel di dada anak lelaki itu "Aisshh, dia kira dia saja yang rugi karena menabrakku. Apa dia tidak memikirkan hariku yang buruk karena menabrak dia!"
Jin Ah mengguman pelan dan langsung meninggalkan anak lelaki itu dengan langkah yang menyeret. Ternyata kaki Jin Ah terluka setelah jatuh ketika menabrak anak lelaki itu.
"Ya, gwaenchana? Apa kakimu terluka?"
Jin Ah mendengar anak lelaki itu bertanya sambil berteriak karena dia sudah berjalan cukup jauh. Jin Ah mengabaikannya dengan terus berjalan dengan langkah yang cepat dan menyeret ke arah toilet.
***
Ketika itu, satu tahun yang lalu, Jin Ah baru masuk menjadi murid baru di sekolahnya. Sangat sulit baginya menjadi anak baru karena sifatnya itu. Tidak mudah beradaptasi di lingkungan baru dan mencari teman dalam waktu singkat. Karena itulah Jin Ah selalu terlihat sendirian sepanjang hari pada pelaksanaan Masa Orientasi Siswa itu. Sudah 3 hari kegiatan ini dilaksanakan, tetapi Jin Ah masih belum terlihat mempunyai teman.
Hari itu Jin Ah merasa sangat kesal karena menabrak seorang anak lelaki yang menurutnya menyebalkan. Padahal pada Masa Orientasi hari terakhir, para sunbae-nya mengadakan lomba lari marathon yang wajib diikuti seluruh murid baru dan mereka yang kalah akan di beri hukuman seperti bernyanyi atau menari di depan teman-teman yang lain. Tentu saja Jin Ah tidak bisa melakukan itu karena sifatnya yang pemalu. Maka dari itu dia merasa sangat sebal pada anak lelaki yang mebuat kakinya terluka itu.
"Aishh sial sekali hari ini, bagaimana aku bisa menang kalau kakiku terluka begini.."
Jin Ah terus menggerutu dalam hati dengan tangan yang sibuk mengikat tali sepatunya.
"Gwaenchana?"
Seorang anak lelaki berdiri di depannya dan bertanya pelan.
Jin Ah mengangkat wajahnya dan melihat sosok anak lelaki menyebalkan yang di tabraknya tadi.
"Ah, kamu yang menabrakku tadi. Wae? Apa mau minta ganti rugi?"
Jin Ah menjawabnya dengan ketus dan kembali berkonsentrasi pada tali sepatunya. "Aishh, kenapa tali sepatu ini panjang sekali. harusnya eomma memasangkan tali yang lebih pendek.." Jin Ah bergumam dalam hati mengutuk tali sepatunya.
Myeong Soo duduk di depan Jin Ah, mengambil tali sepatu yang di pegang Jin Ah dan memasangkan di sepatunya. Dia merasa bersalah karena telah membuat kaki Jin Ah terluka. Setelah jam istirahat tadi, dia berusaha mencari Jin Ah dengan melihat sekeliling lapang. Myeong Soo yang juga merupakan murid baru juga meninggalkan kelompok lari marathonnya untuk mencari Jin Ah karena merasa khawatir.
"Aah, jadi kamu merasa bersalah sekarang? kamu kesini mau minta maaf?"
ujar Jin Ah ketika melihat Myeong Soo mengikat tali sepatunya.
"Ani? Naega wae? kan aku yang di tabrak dan kamu yang menabrak?"
"Dasar anak lelaki.."
"Wae? ada apa dengan anak lelaki?"
"Egois, seperti Kai."
"Siapa Kai? pacarmu?"
Jin Ah tidak menjawab pertanyaan Myeong Soo.
"Tadi aku lihat kakimu terluka, gwaenchana"
"Ini kan gara-gara kamu menabrakku.."
"Kamu yang menabrakku. mana aku lihat lukamu. Apa kamu bisa ikut lari marathon nanti?
"Apa aku yang menabrakmu? Aku yang ditrabrak olehmu"
"Arasseo, arraseo aku yang menabrakmu. oke? apa kamu senang? kemarikan kakimu"
Jin Ah tersenyum puas.
Myeong Soo melihat kaki Jin Ah dan mengeluarkan obat merah dan plester luka dari kantong celananya. Dia meniup-niup kaki Jin Ah dan merawatnya. Perasaan sebal Jin Ah langsung hilang setelah Myeong Soo merawat lukanya. Dia merasakan rasa nyaman ketika Myeong Soo duduk di sampingnya.
"Myeong Soo-ah. apa kamu ingat?"
***