Amerika...
"Huh selesai jugaaa..."
Jin Ah tampak merebahkan tubuhnya ke tempat tidur hotel setelah selesai berbenah segala keperluan make up-nya dan mengeluarkan pakaiannya dari dalam koper untuk pameran besok.
"Uwaaa.. kau membawa make up sebanyak itu? Kau kan hanya tinggal disini untuk beberapa hari saja? Apa jangan-jangan kau sudah berfikir untuk menetap di amerika?"
Chanyeol yang sejak tadi memperhatikan Jin Ah tampak terperanagh melihat make up yang ditata Jin Ah diatas meja rias hotel.
Jin Ah hanya menjawab Chanyeol dengan tatapan sinisnya.
"Jam berapa temanmu akan menjemputmu?" ujar Jin Ah
Kali ini giliran Chanyeol yang tidak menjawab Jin Ah. Matanya yang sedang sibuk memperhatikan wajah perempuan di depannya itu sepertinya tidak mendengar pertanyaan tersebut.
"Chanyeol-ah.. Wae?? Apa ada sesuatu di wajahku?"
Jin Ah meraba wajahnya sendiri mencoa menemukan sesuatu yang mungkin membuat Chanyeol menatapnya seperti itu.
"Ani, aku hanya kaget melihatmu, kau sangat berubah.."
"Mwosun suriyaa..."
Jin Ah mencoba menghindari tatapan Chanyeol dnegan menyibukkan dirinya dengan koper yang ada di depannya.
"Jinjja! kau sangat berubah, apa kau ingat kalau dulu kau bahkan tidak berani melihat mataku, giyoganna? (apa kau ingat?)"
"Apa kau benar-benar ingin membahas masa lau?"
Kali ini Jin Ah mulai menatap Chanyeol dengan tatapan menantang.
"Ah, ania ania.. Dwaesseo.. Kau pasti akan mengungkit kesalahanku dulu.. Arasseo kita tidak akan membahas itu.."
Sepertinya Chanyeol tampak gugup dengan tatapan mata Jin Ah yang sangat tiba-tiba ke arahnya. Hal itu membuat Jin Ah terkekeh puas melihat ekspresinya.
"Geudhae..(tetapi) aku benar-benar merasa aneh karena kau tidak memanggilku noona. apa kau tidak merasa aneh?: Ujar Jin Ah lagi
"Ani, aku merasa nyaman dengan tidak memanggilmu noona. Geuromyeon (jadi) apa itu akrena kau masih menganggapku anak kecil, jadi kau tidak merasa nyaman saat aku tidak memanggilmu noona dan berbicara informal padamu?"
"Nan Moella, mungkin begitu.."Jin Ah menjawab dengan nada yang sangat berhati-hati.
"Aku juga merasa kalau dirimu banyak berubah. Dulu kau berbicara dengan manis dan sangat berhati-hati padaku, Tapi sekarang... Emm.. Bagaimana aku mengatakannya ya.." ujar Jin Ah melanjutkan
"Apa sekarang aku lebih terlihat dewasa?"
"Hmm.. cukkumm (sedikit)" Jin Ah mengapitkan ibu jari dan jari telunjukkna ke hadapan Chanyeol
"Haha.. sepertinya kita sama-sama sudah berubah menajdi dewasa.."
Perkataan Chanyeol membuat Jin Ah tanpa terasa mengembangkan senyumnya ke arah lelaki yang saat ini duduk di hadapannya itu.
Jin Ah kembali merebahkan tubuhnya. Sepertinya, tubuhnya sudah tidak bisa lagi untuk diajak berkompromi. Lelah yang didapatnya setelah perjalanan jauhtadi membuat tulang belakangnya memberi signal untuk segera direbahkan.
***
Korea..
"Nee omonnie.. besok saya akan mengantarkan Kai pulang"
"...."
"Nee omonnie.. Josungeyo.. Neee.. Algeseumnida..Nee..."
Jae Hyun mengakhiri panggilannya. Wajahnya terlihat muram, tatapannya kemudian beralih pada 3 anak lelaki yang tergeletak kelelahan di tengah lapangan basket.
"Aisshhh...Kalian...Bertiga...Jinjja.."
Jae Hyun menendangi kaki ketiga lelaki itu satu persatu dengan kekuatan yang agak tertahan.
"Ah...hyung! appoooo...!!" protes Sehun dengan suara lemah
"Siapa suruh jadi sok jagoan ditengah malam begini??!! Lalu siapa yang jadi jagoannya?? Kau?? Kau?? atau kau???"
Jae Hyun menunjuk satu persatu dari mereka dan masih berbicara dengan nada yang tinggi. Mereka bertiga tidak menjawab pertanyaan Jae Hyun karena masih sibuk menyentuh luka di wajah mereka.
"Bangunlah, kita ke rumah sakit.." ujar Jae Hyun lagi, Kali ini suaranya terdengar sedikit tenang.
Dengan bersusah payah Kai mencoba mengangkat tubuhnya dan segera berdiri.
"Dwaesseo.. aku hanya butuh tidur.." Kai berjalan pelan menuju mobil Jae Hyun yang terparkir di depan lapangan basket.
"Ya! Kau! bagaimana denganmu? apa kau bisa menyetir sendiri?"
Pandangan Jae Hyun kali ini tertuju pada Tao yang kemudian juga segera berusaha berdiri. Dia mendekati Jae Hyun dan menepuk pundaknya pelan.
"Aku ikut kau saja. Tadi sebelum berkelahi aku minum banyak alkohol, jadi aku tidak bisa menyetir sendiri.." Setelah berkata demikian, Tao mengikuti Kai berjalan menuju mobil Jae Hyun.
"Mwo? mwo? songong sekali anak itu. Padahal kita baru pertama kali bertemu! ya!! neon!! siapa kau??! Aisshhh!! sial sekali aku hari ini harus merawat orang babak belur!"
Jae Hyun menggerutu dengan keras. Dia menumpahkan kekesalannya dengan menendang-nendang lantai lapangan basket.
"Ya! Kau! bangunlah, kita pulang!"
Kali ini giliran Sehun yang terkena lampiasan kekesalan Jae Hyun.
***
Amerika...
Cahaya senja sudah mulai menyusup masuk melaliu celah jendela hotel yang sedikit terbuka. Jin Ah terbangun dengan menyipitkan matanya yang terkena cahaya senja sore itu. Dia merenggangkan kedua tangannya ke atas mencoba menyadarkan dirinya. Dia segera beranjak dari tempat tidurnya. Matanya tertuju pada jam dinding yang tertempel tepat dihadapannya.
"Sepertinya aku tidur cukup lama"
Jin Ah bergumam pada dirinya sendiri. Dia kemudian memperhatikan sekitar kamar itu. Matanya langsung terhenti pada sesosok lelaki yang terlihat sedang tidur meringkuk di atas sofa.
"Ah.. dia belum pergi.." ujar Jin Ah dalam hati. Kakinya kemudian melangkah mendekati Chanyeol. Matanya memperhatikan lelaki yang wajahnya saat ini terlihat sangat kelelahan.
"Aisshh.. kenapa dia belum pergi? Suasana pasti akan sangat akward ketika dia bangun nanti"
Jin Ah mencoba memejamkan matanya, menghentikan perintah dari otaknya yang menyuruhnya terus memperhatikan wajah lelaki tersebut. Ekspersi was-was sangat tampak menghiasi wajahnya saat ini.
Sebenarnya Jin Ah masih merasa canggung ketika Chanyeol berada di sekitarnya. Tapi dia berusaha menutupinya untuk menghindari penilaian yang berbeda dari Chanyeol.
"Hassh.. sepertinya aku harus keluar untuk mencari udara segar. Bisa-bisa aku berakhir dengan mengingat-ingat masa lalu jika aku terus berada disini.."
Gumam Jin Ah sambil mengetuk-ngetuk kepalanya dengan kedua tangan. Dia kemudian berbalik untuk mengambil jaketnya di kopernya lalu buru-buru berjalan menuju pintu hotel.
"Kau mau kemana Jin Ah shi?"
Ucapan Chanyeol seketika menghentikan langkah Jin Ah. Dia berhenti berjalan seakan tubuhnya membeku.
"Oediya?"
Tanya Chanyeol lagi memcoba menyadarkan Jin Ah dai kebekuannya
"Ka..kau sudah bangun? Emm.. sejak kapan kau bangun?"
Jin Ah akhirnya menggerakkan tubuhnya. Dia mencoba berbicara se rileks mungkin.
"Aku tidak tidur, aku hanya memejamkan mataku.."
Chanyeol menjawab dengan raut wajah polos.
"Aiissshhh kenapa kau tidak tidur?? apa kau mendengar semua perkataanku tadi??"
Jin Ah menatap Chanyeol dengan wajah memelas. Dan dijawab dengan anggukan oleh Chanyeol. Tampangnya masih terlihat polos.
"Aisshhh menyebalkan sekali..." Ujar Jin Ah pelan sambil menutupi wajahnya yang saat ini terlihat kemerahan. Rasanya saat ini dia benar-benar ingin langsung menghilang saja dari hadapan lelaki di depannya ini. Dia melangkahkan kakinya dengan cepat menuju pintu dengan masih terus menutupi wajahnya.
***
"Aigooo..perempuan itu cepat sekali menghilang.."
Chanyeol tampak celingukan di sepanjang koridor hotel. Dia mencoba mencari Jin Ah yang tadi meninggalkan kamar terlebih dahulu dengan langkah yang sangat cepat.
"Telephone yang anda hubungi, tidak menjawab panggilan anda.."
"Kenapa dia tidak mengangkat panggilannya? apa dia tidak membawa ponselnya? atau mungkin ini bukan nomor handphoenya?"
Chanyeol masih terus bergumam sambil terus mencoba menghubungi nomor Jin Ah yang dia dapat dari Lizzy.
***
"Myeong Soo-ya.. neon oediya?"
Jin Ah yang tampak duduk di sebuah kursi taman di depan hotel kali ini bergumam pelan dengan menengadahkan kepalanya.
"Myeong Soo-ya.. neon giyoganna? wae?? kenapa kau tidak bisa mengingatku??"
Rutuk Jin Ah lagi, dia sepertinya sedang brbicara dengan bintang yang ada di langit dan menganggapnya sebagai Myeong Soo.
"Myeong Soo-ya.. apa kau tau? Chanyeol datang lagi di hidupku.. Hmm sebenarnya kita baru saja bertemu, tapi sepertinya dia akan benar-benar masuk ke hidupku lagi. huhu eotokkae Myeong Soo-ya?"
"Araaaa.. aku tau kalau aku sudah punya Jae Hyun Oppa.. tapi, apa kau tau? kalau cinta yang belum selesai itu akan terus tersimpan disini? ne maeum (di hatiku)"
"Myeong Soo-ya.. entah kenapa setiap aku melihat Chanyeol, pasti aku juga akan teringat lagi padamu? apa kau ingat dulu ketika aku menolak pernyataan cinta Chanyeol? itu karena aku teringat padamu.."
Suara Jin Ah terdengar melemah, dia menundukkan kepalanya dengan pelan ketika di rasa air matanya akan jatuh ke pipinya.
"Myeong Soo-ah.. turawaa (kembalilah). ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu.." Jin Ah menolehkan pandangannya ke kursi kosong di sebelahnya, seolah-oleh Myeong Soo sedang duduk disana dengan mata terpejam seperti biasanya. Seolah-olah Myeong Soo sedang mendengarkan rengekannya dengan menyilangkan kedua tangan di dada seperti biasanya.
***
"Hello.."
Seorang lelaki bule membuyarkan lamunan Jin Ah. Dia menepuk pundak Jin Ah karena berkali-kali panggilannya tidak di hiraukan
"Nee??"
Jin Ah yang tampak terkejut langsung menolehkan wajahnya pada sesorang yang menepuk pundaknya.
"Excuse me, are u korean?"
Sepertinya lelaki bule itu memperhatikan Jin Ah yang berbicara sendiri dengan bahasa korea tadi.
"Oh, yes i am, why?"
"I was looking for my friend. Mark. He is korean. Maybe you know him?"
"Mark? No, i don't know. I'm sorry"
"Oh, his korean name is Canyo or something like that. I can't remember it.."
"Chanyeol? yes i know him. are u going to pick him up?"
"Ah, yes. My name is Samuel. you can call me Sam. I'm Mark's friend"
"Oh, hello Sam, nice too meet you"
Jin Ah membalas uluran tangan Sam dengan senyum canggungnya.
"Sam!!!"
Suara seorang lelaki dari jauh membuat Sam lagsung mencari arah suara tersebut.
"Oh Mark!!"
Seru lelaki bule itu setelah matanya menangkap Chanyeol yang tengah berlari kecil menghampirinya.
"How are you Sam? ahh.. i missing you too much! I'm sorry for make you waiting me. Let's go to your apartement now"
cerocos Chanyeol setibanya dia di depan Sam. Dia langsung ber high five dengan Sam dan dengan cepat mengajaknya pergi meninggalkan hotel. Jin Ah yang hanya bisa melongo dengan tingkah Chanyeol yang seakan tidak melihatnya. Dia memperhatikan punggung Chanyeol dan Sam yang mulai berjalan menjauh meninggalkannya.
"Ya! Chanyeol-ah!! kopermu.."
Teriak Jin Ah mencoba membuat Chanyeol menoleh ke arahnya. Tapi punggung kedua lelaki itu sudah terlalu jauh, mereka tidak lagi terlihat di pandangan mata Jin Ah.
***
Korea...
"Iegoo.."
Sehun melemparkan kotak obat ke arah Tao yang duduk di meja makan.
"Gomawo.."
Tao dengan tepat menangkapnya dan segera mengobati luka-luka yang menghiasi wajahnya.
Setelah tidur tadi malam, Sehun merasakan luka-luka di sekujur tubuhnya semakin sakit. Pagi ini dia bangun paling awal diripada Kai dan Tao. Hyungnya sepertinya sudah pergi meninggalkan apartemen sejak subuh tadi sebelum mereka bangun karena Sehun tidak menemukan Hyungnya itu dimana-mana.
"Geundhaee.. kenapa Myeong Soo hyung menghajarmu?"
Tanya Sehun dengan raut wajah yang dipenuhi dengan rasa penasaran.
"Karena sesuatu hal, apa kau juga mengenal hyung itu?"
Tao balik bertanya pada Sehun
"Emm, sebelum dia memukulmu, sorenya dia juga sudah memukuli Kai, temanku itu. Entah ada apa dengannya. padahal sebelumnya, dia adalah orang yang sangat baik menurutku. Apa kau punya masalah dengannya?"
"Oh, masalah di masa lalu. Sepertinya dia menaruh dendam padaku" jawab Tao dengan enteng, sepertinya dia tidak akan menceritakan dnegan mudah kisah masa lalunya pada sembarang orang.
"Masa lalu? masa lalu seperti apa?"
Kai yang sedari tadi mendengarkan pembicaaraan mereka berdua melalui sofa di depan televisi kemudian merasa tertarik dengan perkataan Tao barusan. Ditegakkanlah badannya sehingga bisa melihat Tao dengan jelas dari sana.
"Wae? kenapa kau tiba-tiba tertarik dengan ceritaku? kau sendiri kenapa? kenapa dia menghajarmu?"
Tao balik bertanya pada Kai setelah melihat rasa penasaran yang begitu besar dari wajah Kai.
Dengan berhati-hati, Kai menceritakan kronologinya pada Tao dan Sehun. Ceritanya kadang terhenti ketika dia sedang mengingat-ingat kembali kejadian detailnya. Kai tidak ingin ada satupun kejadian yang terlewatkan.
"Jadi, Myeong Soo hyung menganggap kau adalah penyebab kecelakaannya? jadi menurutnya, kalau saja kau tidak berbalik ke arah noona-mu, mobil itu tidak akan menabrak kalian berdua? ya! maldoandhwae??!! ini kan sudah takdir, dia harusnya menyalahkan takdir!!"
ujar Sehun geram setelah Kai selesai menceritakan semuanya.
"Ani, aku rasa dia dendam karena aku tidak membiarkan noonaku menyelamatkannya. Aku bahkan tidak membiarkan noonaku menghampirinya padahal kepalanya sudah dipenuhi darah" tegas Kai berspekulasi
"Ya! kau bilang kan dia sedang meneror noonamu baru-baru ini? kenapa dia baru mucul sekarang? kenapa tidak dari dulu saja?" tanya Sehun lagi
"Moella, aku kira dia sudah mati ketika itu" jawab Kai dengan anda yang tidak yakin
"Dia hilang ingatan, setelah koma selama 2 tahun, dia kemudian kehilangan ingatannya" Tao yang sejak tadi bungkam akhirnya mulai membuka suaranya
"Mwooo?? hilang ingatan?? yaa!! bagaimana bisa dia mengingat Kai jika dia kehilangan ingatannya? Geundhaee, bagaimana denganmu? kenapa dia juga mengingatmu?"
"Aku pemilik mobil itu. Aku yang menabraknya ketika itu dan dia melihatnya"
"MWOOOO???"
Sehun dan Kai berteriak bersamaan.
"Emm, aku dan adik kandungnya yang menabraknya" Tao menambahkan lagi
"MWOOOOOOOOOO?????"
***