"ohh.. hyung. wa..wae geurae?"
Tao menatap ke arah Myeong Soo yang saat ini sudah duduk di sampingnya. Suaranya terdengar gugup. Entah perasaan takut karena apa yang membuat suara Tao terdengar begitu bergetar ketika berbicara pada Myeong Soo.
"jalanlah, lampu sudah berubah hijau"
Myeong Soo berkata dengan dingin tanpa menoleh ke arah Tao. Tatapannya terus mengarah ke depan jalan. Tao yang baru tersadar dengan lampu lalu lintas yang berubah hijau akhirnya kembali melajukan mobilnya pergi dari sana.
Mereka berdua tidak berbicara sama sekali di sepanjang jalan. Sesekali Tao melirikkan pandangannya ke arah tampang Myeong Soo yang terlihat kaku. Tao mengarahkan mobilnya ke arah rumah Myeong Soo yang pernah dikunjunginya. Pandangan Tao yang sebelumnya buram karena agak mabuk, kali ini seperti seketika menjadi terang karena perasaan was-was yang menghantuinya.
Mobil Tao mulai memasuki komplek perumahan Myeong Soo. Sekembalinya Myeong Soo dan Chanyeol dari Amerika, mereka berdua langsung menempati rumah lama Chanyeol saat dia masih bersekolah di Korea. Karena ayah mereka yang semakin sibuk dengan pekerjaannya dan semakin sering pergi keluar negeri membuat Chanyeol dan Myeong Soo lebih sering tinggal berdua dirumah itu.
"stoppp.."
Myeong Soo mengisyaratkan Tao untuk menghentikan laju mobilnya ketika mereka berdua baru sampai di depan lapangan basket di dalam komplek perumahan. Lapangan basket yang dulu sering Tao kunjungi ketika bermain basket bersama Chanyeol dan teman-temannya.
"aa..aapa kau tidak mau kuantar sampai rumah hyung?" ujar Tao yang masih belum bisa mengontrol suaranya yang bergetar
"aniaa, ayo kita behenti dulu untuk bermain basket. buakankah hawa yang tidak terlalu dingin ini sangat cocok untuk bermain basket?"
untuk pertama kalinya selama berada di dalam mobil, Myeong Soo menolehkan wajahnya ke arah Tao. Senyum aneh juga tersungging dari bibirnya.
"aah.. geurae hyung.."
Tao dengan kagok akhirnya mematikan mesin mobilnya dan membuak seatbelt yang melingkar ditubuhnya. Dia keluar dari mobil dan berjalan menuju tengah lapangan.
"apa kau ingin bertaruh?"
Myoeng Soo yang saat ini terlihat sudah berdiri di tengah lapangan sambil membawa bola basket di tangan kanannya bertanya pada Tao yang sedang membuak jaket jeans yang dikenakannya.
"ahh.. begitukah? bagaimana kalau yang kalah membelikan ramen di depan sana?" ujar Tao
"hmm. sepertinya kurang menantang. bagaimana kalau yang kalah akan mendapat 10 pukulan di wajahnya. bagaimana menurutmu?"
Myeong Soo kembali menunjukkan senyum aneh yang susah diartikan oleh Tao. Tanpa menunggu jawaban Tao, dia langsung mendrible bola dan memasukkannya ke ring basket.
Tao yang masih sedikit kaget dengan perkataan Myeong Soo akhirnya mulai masuk ke permainan dan berusaha merebut bola basket dari tangan Myeong Soo
Sedikit demi sedikit keduanya mulai menambahkan skor. Mereka berdua bermain tidak seperti dua orang teman yang sedang bermain basket untuk kesenangan atau karena ingin menikmati hawa di malam hari yang hangat dan cocok untuk bermain basket. Mereka lebih terlihat seperti dua orang musuh yang sedang berusaha mengungguli skor bagaimanapun caranya.
Beberapa kali Tao terlihat jatuh tersungkur karena Myeong Soo yang mendorongnya ataupun merebut bola dari tangannya dengan sangat kasar. Tubuh yang pada dasarnya lebih besar dari tubuh Myeong Soo pun saat ini bahkan tidak bisa menahan beberapa dorongan dari tubuh Myeong Soo yang seperti di penuhi dengan emosi itu.
"JASIKKIYAAAAAA!!!!"
Myeong Soo berteriak dengan keras. Kemudian dia bangkit dan mencengkram kerah baju Tao yang sebelumnya tidak sengaja mendorong tubuh Myong Soo dengan keras dan membuatnya tersungkur ke tanah.
Myeong Soo menghantam wajah Tao dengan kepalan tangannya berkali-kali. Dia sama sekali tidak memberikan Tao kesempatan untuk membela diri. Tao kemudian menjatuhkan tubuhnya ke tanah untuk membuat Myeong Soo menghentikan pukulannya. Tao yang memang mempunyai kelebihan dalam bela diri kemudian menetapkan sasarannya pada kaki Myeong Soo. Dia membuat Myeong Soo tesungkur dengan keras dalam sekejap. Tubuh Myong Soo kemudian di kuncinya sehingga membuatnya susah untuk bergerak.
"YA!!!!! LEPASKAN AKU!!! AISHH JINJJA!!"
Myeong Soo terus meronta mencoba membuat tubuhnya yang tidak bisa di gerakkan itu agar bisa bebas.
"hyung.. kenapa kau menyerangku?" ujar Tao dengan masih mengunci tubuh Myeong Soo yang terus meronta itu
"kenapa?? kau bertanya padaku kenapa????? neon jinjja jasikkiya!! apa kau masih akan terus berpura-pura bahwa kau tidak pernah melihatku sebelumnya??"
"hyungg...."
"wae??? kau kaget?? apa kau terkejut karena aku masih bisa mengenalimu?? apa kau fikir aku benar-benar kehilangan ingatanku?? ani. aku masih ingat ketika kau menabrakku dijalan ketika itu!!!"
"hyung.. apa kau mau membalas dendam padaku?"
"oh, aku sangat ingin membalaskan dendamku pada orang yang membuatku koma selama bertahun-tahun. aku ingin membalaskan dendamku pada orang yang membuat masa mudaku hancur karena hanya tergeletak tak berdaya di rumah sakit. aku ingin membalaskan dendamku pada orang yang membuatku selalu di banding-bandingkan dengan adik kandung sialanku yang sangat pintar itu. wae?? apa kau merasa aku sangat jahat??? ani, bukan aku yang jahat, kaulah brengsek sebenarnya karena membuat hidupku seperti ini. arasseo???!!!"
Seketika tubuh Tao terasa lemas. Dilepaskannya tubuh Myeong Soo dengan pelan. Myeong Soo yang sekektika langsung bangkit kemudian dengan cepat mengarahkan pukulannya pada Tao. Kali ini Tao tidak membalas, dia menerima pukulan bertubi-tubi yang diarahkan Myeong Soo kepadanya.
***
"ya! Kai-ah.. kau tidak pulang? lihatlahh.. eomma-mu sudah menghubungimu berkali-kali"
Jae Hyun membangunkan Kai yang masih tertidur di kamarnya.
"YA! KAI-AH. LIHATLAH! EOMMAMU SUDAH 20 KALI MENELFONMU!!"
Jae hyun yang tidak berhasil membangunkan Kai dengan suara pelan akhirnya berteriak tepat di telinga Kai.
"aiisshhhhh, hyunngg arasseo arasseo.."
Kai dengan malas langsung beranjak dari temat tidur dan berjalan keluar kamar.
"aahhhhhh..." Kai memegangi wajahnya yang terasa sangat nyeri
Jae Hyun mengekor di belakang Kai, mengikutinya berjalan keluar kamar. Kai menghampiri Sehun yang masih asik dengan kartun yang di tontonnya. Jae Hyun melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil kotak obat.
"pergilah mandi dulu, kemudian obati lukamu. lalu pulanglah. eomma-mu sudah mencarimu"
Jae Hyun membuka lemari kecil dan mengambil kotak obat di dalamnya
"dwaesseo, aku akan langsung pulang"
Kai meraih tasnya yang ada di sebelas Sehun dan berjalan keluar menuju pintu.
"ya..yaa.. jangkamman aku akan mengantarmu"
Sehun cepat-cepat beranjak dari sofa dan mengambil kunci mobil di atas meja makan.
"shireo, aku akan pulang naik bis"
"yaa..bagaimana kau bisa naik bis dengan tubuh seperti itu. coba kau lihat perutmu yang lebam itu"
Sehun mendekati Kai dan membuka kaos yang digunakan Kai sehingga memperlihatkan perut Kai yang saat ini berwarna kebiruan.
"pabaaaaa (lihatlah).. perutmu sangat lebam. anappa (tidak sakit)?" uajr Sehun sambil menunjuk-nunjuk luka di perut Kai dengan wajah khawatir.
"aiishhhhh... hajima" Kai buru-buru menepis tangan Sehun dan membenahi kaosnya.
"ya! Sehunie! apa kau Gay? kenapa kau bertingkah seperti itu padanya? aiiisss aku merasa geli. ya! kau juga pulanglah. besok kan kau juga sekolah. khaaaaa (pergilah)!! aihh aku benar-benar merinding melihat persahabatan kalian"
Ujar Jae Hyun yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
"hyung, aku ikut Kai naik bus dan menginap dirumahnya. Bisakah kau menjemputku sepulang sekolah besok?" Sehun berkata sambil berjalan melewati Jae hyun menuju ruang televisi untuk mengambil tas-nya.
"GEUNYANG KHAAA (pergilah saja) !!!" jawab Jae Hyun dengan suara lantang
"arasseo arasseo, anyeonggg" Sehun menjawab Jae Hyun sambil berlari kecil ke arah pintu.
***
Pintu bus menutup dan kemudian melaju dengan pelan. Sehun dan Kai yang sudah turun dari dalam bus kemudia melanjutkan berjalan menyebrangi jalan dan memasuki komplek perumahan Kai.
"oh, Kai-ah. bagaimana kalau kau ikut audisi di SM entertaimen?"
Sehun tiba-tiba membuka suara
"SM entertaimen? shireo, mana mungkin aku bisa masuk ke sana? aku kan tidak bisa bernyanyi"
"ya, kau bisa hanya menunjukkan dancemu"
"jongmal?"
"emm, biasanya mereka mengadakan audisi untuk bernyanyi dan dance. cobalah, aku juga akan mencobanya. aku fikir dance kita cukup keren"
"emm, arasseo.. aku akan bertanya pada noona-ku besok"
"ya! kenapa kau harus bertanya pada noona-mu? apa dia yeoja cinggu-mu?"
"emm. dia yeoja (perempuan) dan dia noona yang juga seperti cinggu (teman)"
"aisshh. mwosun suriyaa.."
Kai hanya tersenyum melihat ekspresi Sehun. Mereka berdua kembali melangkahkan kaki mereka menuju rumah Kai. Jam yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari membuat suasana di komplek sudah sangat sepi.
"ya.. yaa lihatlah. ada orang bertengkar di sana"
Sehun menunjukkan tangannya ke arah lapangan basket. Kai yang mengikuti arah tangan Sehun kemudian melihat 2 orang lelaki sedang bertengkar. Lebih tepatnya seorang laki-laki yang sedang memukuli laki-laki lainnya karena salah satu lelaki disana tidak memberikan perlawanan sama sekali.
Mereka berdua terpaku di sana memperhaikan lelaki yang sedang berkelahi itu.
"yak! kajja, jangan ikut campur. kau sudah banyak menerima banyak pukulan hari ini. jangan sampai luka di wajah atau di perutmu itu bertambah lagi"
Sehun mengajak Kai untuk meninggalkan tempat itu. Kai dengan wajah yang masih memperhatikan lapangan basket itu kemudian ikut berjalan menjauh dari sana. Baru beberapa langkah Kai berjalan, dia kembali menghentikan langkahnya.
"ya Sehun-ah, itu Myeong Soo" ujar Kai
Sehun dengan cepat kembali menoleh dan melihat lapangan dnegan menyipitkan kedua matanya.
"ya! itu benar-benar Myeong Soo Hyung! aisshhh.. apa lagi yang di lakukannya? kenapa dia memukuli semua orang yang di temuinya"
Sehun dengan cepat berlari menuju lapangan untuk melerai perkelahian yang ada di sana.
Kai yang tampak ragu-ragu kemudian ikut mendekat dan membantu Sehun melerai perkelahian itu.
Sehun membekap tubuh Myeong Soo dari belakang dan memeluknya menjauh dari Tao. Myeong Soo menolehkan wajahnya dan melihat Sehun. Sehun yang tidak terlalu pandai dalam berkelahi dan mempunyai tubuh yang sangat kurus dengan mudahnya langsung terlempar karena ronta-an tubuh Myeong Soo yang sangat menggebu-gebu itu.
Kai langsung menolong Sehun untuk bangkit dari sana dan kali ini giliran Kai yang membekap tubuh Myong Soo.
Myeong Soo kembali menolehkah wajahnya. Dia melihat Kai yang kali ini berada di depannya. Dengan cepat Kaikinya langsung menendang kaki Kai yang membuatnya langsung tersungkur.
"AHHH.. CHUWAA!! kebetulan sekali kalian berdua disini. Aku tidak perlu berlama-lama lagi menghabisi kalian!!!"
Kali ini Myeong Soo mengarahkan serangannya ke arah Kai dan berusaha menyingkirkan Sehun yang masih mencoba melerai mereka.
***