home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Right There

Right There

Share:
Author : astituidt
Published : 11 Sep 2014, Updated : 19 Nov 2015
Cast : Im Jin AH (Nana Orange Caramel), Park Chanyeol (EXO) Kim Myeong Soo (L Infinite) Lizzy (Orange Caram
Tags :
Status : Ongoing
5 Subscribes |222114 Views |22 Loves
Right There
CHAPTER 20 : Chapter 20

"aihh, kamcagiyaa!!!"

 

Jae Hyun yang baru saja membuka pintu kamarnya terlonjak kaget ketika melihat sesosok perempuan sedang berjongkok dan memeluk kedua lututnya sendiri di depan pintu kamarnya. Perempuan itu adalah Jin Ah, kekasihnya. Dia tetap pada posisi berjongkoknya tanpa merespon kehadiran Jae Hyun.

 

"ya! Im Jin Ah, apa yang kau lakukan pada pagi buta begini di depan kamarku?"

Jae Hyun mencoba membuat Jin Ah meresponnya dengan menyentuh lutut Jin Ah dengan kakinya. Jin Ah tidak merespon Jae Hyun yang berlaku seakan menendangnya.

 

"oppa, tumben sekali kau sudah bangun pagi-pagi begini?"

ujar Jin Ah dengan suara yang terdengar seperti terkena flu. Dia masih menyembunyikan wajahnya dibalik kedua lututnya.

 

"aku haus, aku berencana tidur lagi setelah minum.."

Jae Hyun berjalan melewati Jin Ah, dia menuju dapur untuk mengambil minum. Kemudian dia berhenti sejenak setelah melihat beberapa tas koper tergeletak di lantai apartemennya.

"wae? apa kau diusir dari rumah?"

ujar Jae Hyun lagi sambil menolehkan kepalanya ke arah Jin Ah. Jin Ah hanya menjawabnya dnegan gelengan kepala. Hal itu membuat Jae Hyun membuang nafas lega dan melanjutkan berjalannya menuju dapur.

 

"oppa, apa kau tidak ingat sesuatu tentang hari ini?"

"emmm, apa ini hari ke-3 tahun hubungan kita?"

"aniaaaa, bagaimana bisa secepat itu kita sudah 3 tahun, minggu lalu kita baru merayakan tahun ke 2 kita"

"lalu?"

"coba kau ingat-ingat lagi oppa"

"ya! kenapa kau selalu ingin membuatku berfikir tentang hal-hal yang bahkan tidak bisa kuingat. kau kan bisa tinggal mengatakan hari apa ini tanpa bertanya padaku. aishhh, aneh sekali"

 

Jin Ah tidak menjawab lagi perkataan Jae Hyun, dia semakin menenggelamkan kepalanya setelah mendengar perkataannya barusan.

 

"ah waee? kenapa kau tidak menjawab? arasseo, berikan aku clue"

"bandara"

 

Jae Hyun berfikir sejenak, pandangannya mengarah ke tubuh Jin Ah yang masih berjongkok di depan pintu. Dia memandang tubuh itu dengan pandangan bertanya-tanya.

 

"ahh benar, kau kan hari ini harus terbang ke Los Angeles, kenapa kau malah kesini?"

 

Akhirnya Jin Ah mengangkat kepalanya. Lingkar hitam di bawah matanya sangat terlihat jelas saat itu. Wajahnya yang kusut juga membuat Jae Hyun langsung mengarahkan tatapan aneh padanya.

 

"oppa, tidak bisakah kau pergi denganku kesana?"

Jin Ah memasang wajah memelasnya ke arah Jae Hyun

"andhwae, aku kan sudah bilang padamu kalau aku ada banyak pekerjaan"

Jin Ah kembali menenggelamkan wajahnya ke lututnya setelah mendengar jawaban Jae Hyun

 

"pergilah mandi, 3 jam lagi kau harus sudah berada di bandara"

perkataan Jae Hyun yang sepertinya tidak akan mengubah keputusannya untuk tidak ikut bersamanya akhirnya membuat Jin Ah bangkit dari posisinya.

 

"ya! apa kau tidak sadar kalau tanganmu mengeluarkan darah?"

Jae Hyun yang baru menyadari luka di tangan Jin Ah ketika dia berdiri langsung berjalan menuju lemari untuk mengambil kotak obat. Dia menyuruh Jin Ah untuk duduk dan meraih tangan Jin Ah untuk diberinya obat.

 

"wae? ada apa dengan tangamu? kenapa kau tidak menyadari kalau tanganmu terluka?"

"ara, aku tau kalau tanganku berdarah"

"lalu kenapa tidak kau obati? aisshh kau sungguh tidak tau bagaimana jika lukamu sampai terinfeksi kuman? dasar anak nakal"

Jin Ah hanya memandangi tangannya yang sedang di sentuh Jae Hyun untuk diobati tanpa menjawab perkataan kekasihnya itu. Matanya seperti menerawang, dia kembali memikirkan tentang kejadian tadi malam yang membuat tangannya terluka karena dia berusaha menghindari batu yang dilempar seseorang dari jendelanya.

 

"oppa, sepertinya seseorang sedang menerorku"

ujar Jin Ah tiba-tiba

"wae? apa orang yan biasa mengirimimu bunga kali ini benar-benar mengirimkan bangkai tikus di rumahmu?"

Jin Ah menggelengkan kepalanya

"lalu kenapa?"

ujar Jae Hyun lagi dengan tangan yang masih tetap merawat luka di tangan Jin Ah

"sudah dua kali seseorang melemparkan batu ke arah kamarku. dia yang membuat tanganku menjadi begini. oppaa, aku sangat takut. dia selalu menempelkan sebuah kertas di batu itu dengan tulisan seperti ini"

Jin Ah mengeluarkan 2 kertas dari kantung celananya dan memberikannya pada Jae Hyun.

Jae Hyun dengan tenang meneliti 2 kertas dengan tulisan dan kata-kata yang sama itu. Wajahnya terlihat berfikir setelah membaca tulisan itu.

 

"apa kau pernah melihat orang yang melemparkan ini?"

"emm aku melihatnya, tapi lelaki itu menggunakan masker dan topi, jadi aku tidak bisa melihat wajahnya"

"jadi pelakunya laki-laki?"

"oh, walaupun dia menggunakan pakaian serba hitam, tapi aku yakin kalau dia laki-laki. aku bisa lihat dari caranya berjalan"

"emm, apa kau mau melaporkannya ke polisi?"

Jae Hyun tetap mencoba berkata sesantai mungkin, dia tidak ingin membuat kekasihnya itu lebih khawatir.

"apa ini masalah serius oppa?"

"jika di biarkan mungkin akan lebih serius. tapi terserah kau saja, jika kau merasa ini tidak terlalu mengganggu ya biarkan saja"

"emm, oppa kan tau kalau aku benci berurusan dengan polisi. mereka mengerikan. hiiii, jinjja busowoo"

 

Jae Hyun tersenyum kecil ketika mendengar perkataan kekasihnya itu. Suara itu sangat lucu menurutnya sehingga membuatnya tidak tahan untuk tertawa melihat tingkah Jin Ah yang imut itu.

 

"jadi kau memintaku ikut ke Los Angeles karena teror itu?"

ujar Jae Hyun yang sudah selesai dengan luka Jin Ah terlihat berkata sambil merapikan peralatan dan obatnya ke dalam kotak.

Jin Ah hanya mengangguk pelan sambil memperhatikan tangannya yang telah dibalut rapi dengan rapi.

"arasseo, aku akan ikut denganmu"

ujar Jae Hyun sambil beranjak dari sana dan berjalan menuju kamarnya. Jin Ah tersenyum lega ketika mendengar perkataan Jae hyun. Dia ikut beranjak dari sana dan melangkahkan kakiknya dengan ringan menuju kamar mandi.

 

***

 

 

"ah hyung, sekali ini saja. aku benar-benar harus pergi?"

"........"

Jae Hyun tampak menjauhkan ponselnya dari telinganya

"kau kan hanya tinggal membatalkan 2 event saja hyung. katakan saja pada mereka akalau aku tiba-tiba terkena demam tinggi. oh?"

"........"

Jae Hyun kembali menjauhkan ponsel dari telinganya

"ahhh arasseo arasseo, kau tidak perlu berteriak-teriak seperti itu hyung"

"......."

"neee. aku tidak akan pergi, apa kau puas?"

"......."

"aishhh jinjja orang ini. kenapa kau tidak percaya padaku? aku tidak akan pergi, tidak akan!"

 

Jae Hyun mengakhiri panggilannya itu dan menatap layar ponselnya dengan tatapan sebal

"aisshhhh, suaranya membuat gendang telinagku pecah" Jae Hyun bergumam pelan matanya kemudian beralih pada Jin Ah yang berada di sampingnya dengan pandangan yang memelas.

"mian, Baekho hyung tidak bisa membatalkan eventku"

"gwaenchana oppa"

"oh, pastikan kau menghubungiku setiap hari"

"arasseo, kau siap-siaplah untuk eventmu hari ini. aku akan ke bandara naik taksi saja"

"ya! apa kau tidak mau aku antar ke bandara?"

"aniaaa, nan gwaenchana. bukankah eventmu dimulai beberapa jam lagi? kau akan terlambat jika harus mengantarku dulu ke bandara"

"mwoyaaaa, aku merasa di campakkan"

"aisshhh, berhentilah memasang wajah seperti itu. aku tau kau merasa bersalah karena tidak bisa ikut denganku"

"apa aktingku terlalu mecolok? ahhh harusnya Baekho hyung tidak terburu-buru mengambil peran untuk drama itu"

Jin Ah tersenyum kecil ketika melihat ekspresi Jae hyun yang mencoba untuk menutupi rasa bersalahnya. Jin Ah kemudian berjalan dengan membawa kopernya menuju pintu apartemen Jae Hyun.

 

"ya! ya! andhwae, letakkan kopermu disini. aku yang akan membawanya turun"

Jae Hyun berlari mendekati Jin Ah dan meraih koper yang dibawanya

 

***

 

 

 

"Yobuseyo. wae Kai-ah?"

"noona oediya? aa noona sudah sampai di bandara?"

"oh, sebentar lagi noona akan masuk ke pesawat. wae?"

"aniaaa. kenapa noona tidak membangunkanku tadi pagi? noona kan menyuruhku untuk mengantarkan ke bandara hari ini?"

"ya! bagaimana kau bisa menyetir mobil dengan kaki yang seperti itu? kau juga kan baru tidur beberapa jam tadi, mana mungkin noona membangunkanmu?!"

"noona, aku ini anak lelaki. nan gwaenchana"

"ania, noona masih ingin hidup Kai-ah"

"mwoyaa, mana mungkin aku membunuhmu"

"aisshhhh berhentilah menjawab noonamu ketika berbicara dasar anak nakal! ah geundhae Kai-ah, apa kemarin malam kau melihat orang yang melempar batu ke rumah kita?"

"emm..ohh..aa..ania noona. aku kehilangan orang itu"

"oh benarkah?"

"emm ohh benar. oh noona, bukankah noona bilang sebentar lagi akan masuk ke pesawat? kalau begitu aku tutup telephonenya. berhati-hatilah disana noona"

"uh.. ohh arasseo Kai-ah. anyeoonggg.."

 

Kai memutus panggilan itu terlebih dahulu.

 

"apa ada sesuatu yang disembunyikan anak itu?"

Jin Ah bergumam pada dirinya sendiri sambil berjalan memasuki pesawat.

 

Suasana di sana sangat ramai saat itu. Antrian penumpang pesawat terlihat sangat panjang untuk pesawat yang akan ditumpanginya. Dengan malas-malas.an Jin Ah memasuki antrian untuk masuk ke dalam pesawat.

Jin Ah berdiri di belakang seorang turis asing dengan badan yang sangat tinggi. badannya yang besar dan tinggi menjulang membuat Jin Ah tidak bisa melihat apa-apa di depannya selain punggung orang itu. Tiba-tiba, gerakan orang itu yang tiba-tiba mengenggol badannya membuat tubuh Jin Ah oleng dan dia mencoba mempertahankan keseimbangannya dengan melangkahkan salah satu kakinya ke belakang.

 

"auuuchhhhh...!!!"

terdengar suara seorang lelaki di belakangnya mengaduh kerena belakang sepatu High Heels Jin Ah menginjak kakinya.

"ahhh joesungeyo ajusshi. joesunghamnida"

Jin Ah membalikkan badannya untuk melihat kaki orang yang diinjaknya. Dia membungkukkan badannya sedikit untuk meminta maaf dan kembali membalikkan badannya tanpa melihat wajah orang itu

Antrian dan ramai mungkin membuat Jin Ah terselamatkan dari omelan ajusshi di belakangnya yang beraroma seperti minyak angin itu. Jin Ah buru-buru masuk ke dalam pesawat untuk menghindari lelaki yang aromanya seperti mengikuti sepanjang langkahnya. Bahkan sampai Jin Ah sudah berada di depan kursinya, ajusshi yang beraroma seperti minyak angin itu amsih berada di belakangnya.

 

"ajusshi, kenapa kau masih mengikutiku terus? bukankah aa.... oh, Park Chanyeol????"

Jin Ah tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya akan sosok yang daritadi mengikutinya

 

***

 

 

mata Jin Ah tidak bisa beralih dari sesosok lelaki yang saat ini sedang berdiri berhadapan dengannya. Park Chanyeol, lelaki yang pernah menjadi kekasihnya untuk waktu yang tidak terlalu lama. Jin Ah mengamati wajah itu. Dia yakin lelaki itu adalah Park Chanyeol. Lelaki yang mengingkari janjinya untuk mengantar Hin Ah kerumah sakit dan menghilang begitu saja.

 

"anda mengenalku?"

Lelaki itu menatap Jin Ah dengan tatapan bingung dan terlihat seperti mencoba mengingat-ingat sesuatu.

"kau Chanyeol kan? Park Chanyeol?"

"ne, majayo. geundhae, nuguseyo?"

 

Jin Ah balik menatap Chanyeol dengan pandangan bertanya-tanya.

"dia tidak mengenalku? apa wajahku banyak berubah? ah aku rasa wajahku masih sama. apa dia hilang ingatan? ahhh kenapa banyak sekali orang yg hilang ingatan di dunia ini!!" Jin Ah bergumam dalam hati.

"kau tidak mengenalku? lalu kenapa kau mengikutiku?" ujar Jin Ah lagi, dia ingin meyakinkan kalau Chanyeol benar-benar tidak mengingatnya.

"aku tidak mengikutimu"

"lalu kenapa kau masih disini? pergilah sana kalau kau memang tidak mengenalku"

"kenapa aku harus pergi? tempat dudukku disini. apa kau masih mau berdiri disitu agashi? kau menghalangi jalanku"

"ah mian"

Jin Ah buru-buru menyingkir sedikit untuk memberi jalan pada Chanyeol yang ternyata duduk di sebelahnya. Pipinya bersemu merah karena dia merasa malu untuk pertanyaan bodoh yang dilontarkannya tadi.

 

Jin Ah kembali memperhatikan wajah Chanyeol yang kali ini sedang memejamkan matanya dengan earphone yang menempel di kedua telinganya. Postur tubuh dan wajah lelaki itu yang sudah berubah menjadi lebih dewasa membuat mata Jin Ah tidak bisa lepas untuk memandangi setiap lekuk wajah dari lelaki yang serig terlintas di fikirannya itu.

"aku yakin dia Chanyeol. tapi kenapa dia sepertinya sama sekali tidak mengenalku? apa di dunia ini benar-benar banyak orang yang kehilangan ingatannya? atau dia sengaja berpira-pura tidak mengenalku karena merasa bersalah?" Jin Ah kembali bertanya-tamya pada dirinya sendiri.

 


Pada akhirnya rasa penasaran yang tidak bisa dibendung lebih lama lagi membuat Jin Ah memberanikan diri untuk membangunkan Chanyeol.

 

"cogiyoo.."

Jin Ah menarik lengan kemeja hitam yang di kenaka Chanyeol

"nee?"

Chanyeol tampak membuka matanya dan melepas salah satu earphone di telinganya.

"apa kau benar-benar tidak mengingatku?"

Chanyeol terlihat menatap wajah itu. Kemudian dia menggelengkan kepalanya pelan.

"nan Jin Ah. Im Jin Ah. aku kakak kelasmu dulu"

Chanyeol menatap lagi wajah itu lekat-lekat "paboyaa..mana mungkin aku lupa padamu noona" gumam Chanyeol dalam hati mencoba menahan senyumnya mengembang dari bibirnya

"oh. majayoo. kau kakak kelasku dulu. ahh pantas saja aku seperti pernah melihatmu di suatu tempat. ah mianhae, wajahmu sangat berubah"

ujar Chanyeol dengan memasang senyumnya yang lebar ke arah Jin Ah. "ottokae? apakah kata-kataku terlalu berlebihan? ahh bagaimana kalau dia bisa merasakan kalau aku hanya pura-pura tidak mengenalnya"

"ah. nee. sebenarnya wajahku tidak terlalu berubah"

Jin Ah tampak menggaruk-garuk kepalanya dan menyunggingkan senyum canggung ke arah Chanyeol "kau? dia memanggilku kau? bagaimana bisa dia tidak memanggilku noona? issange..dia sangat berubah" Jin Ah bertanya-tanya dalam hati dengan perubahan sikap Chanyeol.

 


"apa kau mau ke amerika juga?" Jin Ah memulai pembicaraan lagi

"kalau aku menjawab aku mau ke Indonesia apa kau tidak berfikir kalau aku salah pesawat?"

Chanyeol mencoba menggoda Jin Ah dan mengarahkan senyum nakalnya

"ah, benar jugaa" Jin Ah kembali terdiam. Dia merasa terkena SkakMat oleh Chanyeol dengan candaannya barusan

"teman SMAku disana akan mengadakan reuni akbar. jadi aku akan pergi kesana"

"jadi dulu kau pindah ke Amerika?"

"oh, di Los Angeles"

"jinjja? aku juga mau ke Los Angeles"

"oh" Chanyeol menjawab Jin Ah dengan singkat "assa! tujuan kita sama. ahh thanks God!" dia kembali menahan senyum tersungging dari bibirnya.

"anak ini benar-benar berubah" Jin Ah tersenyum canggung ke arah Chanyeol dan dia akhirnya memasang earphone di telinganya dan mulai memejamkan matanya mencoba menikmati alunan musik yang mengalun ke dalam telinganya. Dia mencoba menetralkan perasaan ini. Perasaan aneh sejak bertemu Chanyeol. Perasaan canggung dan yang lainnya.

 

"noona, bogosipho"

mata Chanyeol tak henti menatap wanita dengan mata terpejam yang berada di sampingnya. Wanita yang posisinya tidak pernah digantikan oleh siapapun dihatinya selama ini. Wanita yang saat ini ditemuinya secara tidak terduga.

 

***


"yoboseyo?"

"apa kau sudah sampai?"

"emm. aku baru saja turun dari pesawat"

"apa nyonya Lee menjemputmu disana?"

"ania, tadi nyonya Lee bilang dia mengirim asistennya untuk menjemputku disini"


"Im Jin Ah!"

Seseorang menepuk pundak Jin Ah dari belakang. Chanyeol lagi. Dia tersenyum lebar ke arah Jin Ah

"nuguya?" Jae Hyun yang masih berada di balik telephone langsung bertanya pada Jin Ah ketika mendengar suara itu

Jin Ah cepat-cepat menjauhkan ponselnya dan menutup speakernya dengan tangannya. Tangan kanannya di dekatkan ke arah bibirnya mengisyaratkan ke Chanyeol untuk tidak berbicara. Chanyeol yang langsung mengerti maksud Jin Ah langsung menganggukkan kepalanya.

"a..ania oppa, hanya suara orang lewat"

"kenapa dia memanggil namamu? apa dia asisten nyonya Lee yang menjemputmu?"

"uhh...ohh nee majayo. dia sepertinya asisten nyonya Lee"

"oh..arasseo, kabari aku kalu sudah sampai di hotelmu"

"nee oppa.."

 

Jin Ah mengakhiri panggilannya dan kembali melihat ke arah Chanyeol yang masih berada disampingnya

"wae?"

"ania. apa tadi itu pacarmu yang menelfonmu?"

"kenapa kau mau tau?"

"karena aku adalah lelaki yang masih jadi pacarmu"

 

Jin Ah berhenti berjalan sejenak ketika mendengar perkataan Chanyeol barusan. Chanyeol yang hanya membalas tatapannya itu dengan senyuman khas-nya semakin membuatnya penasaran.

 

"aku fikir kau tidak terlalu mengingatku tadi. kenapa kau bahkan juga ingat kalau kita pernah berpacaran?"
 
Chanyeol tidak langsung menjawab pertanyaan Jin Ah. Dia menggaruk-garuk kepalanya sebentar dan wajahnya terlihat malu.

 

"ania, sebenarnya aku mengingatmu. aku hanya ingin berusaha terlihat keren ketika pertemuan kita setelah 4tahun tidak bertemu. ottokae? apa tadi itu aku terlihat keren?"

Jin Ah langsung tertawa setelah mendengar jawaban polos Chanyeol. Dia menjawab Chanyeol dengan anggukan dan senyumnya.

 

 

"bagaimana kabarmu?"

"waaahh.. kau banyak berubah ya Chanyeol-shi..kau bahkan tidak memanggilku noona"

"apa kau lebih suka kupanggil noona?"

 

Jin Ah hanya mengangkat kedua bahunya.

 

"arasseo. aku tidak akan memanggilmu noona"

Chanyeol kembali tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapi.



"anyeonghaseyo..."

"oh anyeonghaseo. apa kau nona Jin Ah?" Lelaki paruh baya yang sedaritadi terlihat mengangkat sebuah kertas yang bertuliskan nama Im Jin Ah langsung menurunkan kertas itu.

"nee.."

"mari kita langsung ke parkiran" tanpa banyak basa-basi, asisten nyonya Lee langsung mengajak Jin Ah pergi dari sana.

Jin Ah kemudian berjalan dengan membawa kopernya mengekor di belakang asisten nyonya Lee yang juga orang Korea itu.

Chanyeol yang sedari tadi masih berjalan di sebelah Jin Ah tiba-tiba berjalan cepat ke depan menyamakan langkahnya dengan langkah asisten nyonya Lee. Jin Ah hanya dia menatapnya dari belakang dengan pandangan bertanya-tanya

 

"cogiyoo...apa anda akan ke Los Angeles?"

Chanyeol berbicara pada asisten nyonya Lee yang tidak mengehentikan langkahnya.

"nee benar. ada apa?"

"apa saya boleh menumpang ke Los Angeles? saya belum benar-benar tau Amerika. apa boleh?"

 

asisten nyonya Lee langsung menatap ke arah Chanyeol.dengan tatapan heran

 

"saya adalah teman dari nona Jin Ah. benarkan Jin Ah-ya?"

mata Chanyeol beralih pada Jin Ah mencoba mencari dukungan

"bagaimana bisa dia bilang kalau dia benar-benar tidak tau amerika. padahal kan dia sudah 4 tahun tinggal disini" Jin Ah berguman dalam hati.

 


"Im Jin Ah-shiiiiiii?????"

panggilan Chanyeol langsung membuyarkan lamunannya.

 

"ahh nee..nee ajusshi. dia teman saya dari korea"

 

jawaban Jin Ah langsung di sambut anggukan dan senyuman dari asisten nyonya Lee yang artinya mempersilahkan Chanyeol ikut bersama mereka

"gamsahamnidaaaaaaaaaaa!"

Chanyeol mendundukkan badannya dengan semangat ke arah ajusshi itu. dam kembali mengekor di belakangnya dengan berjalan di samping Jin Ah.

 

--1 New Message--

*Where are you?*

 

*u don't need to pick me up Sam. see u at your apartmen*

--Message Sent--

 

 

"maafkan aku Jae Hyun hyung. biarkan aku memiliki wanitamu beberapa hari saja"

Chanyeol tersenyum dan bergumam dalam hati. Ujung matanya mencuri pandang pada wajah cantik wanita yang selama ini dirindukannya.

 

***
 

"ahhh.. berapa jam lagi kita harus menunggu? sudah 2 jam kita duduk disini"

Kai yang terus merengek membuat Sehun yang duduk di sampinya tidak menghiraukan lagi rengekan Kai itu. Mata Sehun tidak beralih dari game yang dimainkan melalui ponselnya.

 

"Ya! Oh Sehun!'

Kali ini Kai merebut ponselnya yang sedaritadi digunakan Sehun untuk bermain game.

 

"ah mwoyaaaa.. berhentilah merengek. ini memang belum saatnya mereka tampil"

"lalu kenapa kau mengajakku berangkat dari tadi pagi jika kau tau mereka tampil sore hari?"

"aku bosan dirumah. kau sih tidak mau naik wahana permainan itu. kalau kau mau, pasti kita tidak akan mati kebosanan"

Kai tidak lagi menjawab perkataan Sehun. Kedua bola matanya menjelajahi seluruh orang-orang yang ada di food court itu. Taman bermain yang hari ini banyak di datangi pengunjung membuatnya terlihat sangat penuh. Cuaca yang sangat terik tidak membuat pengunjung untuk menjajal setiap wahana permainan disana atau sekedar berjalan-jalan menikmati pertunjukan yang di tampilkan oleh banyak orang-orang berbakat di sepanjang jalan.

 

"apa kau yakin kalau mereka akan menerima kita?"

"oh. aku yakin. mereka benar-benar membutuhkan 2 orang personel sekarang. Kemarin aku sudah datang dan mereka menyuruhku mengajak teman yang lain"

"bukankah kau bilang mereka baru saja mengeluarkan satu personel? lalu kenapa mereka malah mencari 2 anggota lagi?"

"moella. aku juga tidak tau"
 

"ah. sepertinya setengah jam lagi pertunjukan mereka akan dimulai. ayo kita kesana"

Sehun dan Kai langsung beranjak dari tempat duduk mereka dan berjalan menjauh menuju tengah-tengah keramaian pengunjung taman bermain itu

Sehun berjalan mendahului Kai menuju segerombolan anak muda yang akan bersiap-siap untuk menunjukkan aksi dance-nya kepada pengunjung taman bermain. Sehun berdiri berhadapan dengan seorang lelaki yang sepertinya dalah ketua dari grup dance tersebut. Kai melihat Sehun dari jauh yang sedang mengobrol dengan seorang lelaki yang mengenakan topi hitam. Kai berjalan mendekati mereka berdua.

 

Deg!

 

Lelaki itu lagi!

 

Kai menghentikan langkahnya setelah melihat lelaki yang sedang berdiri berhadapan dengan Sehun. Lelaki itu mengarahkan pandangannya pada Kai. Dia membuka topi hitam yang dikenakannya dan memperlihatkan rambutnya yang berwarna gold itu.

 

"oh, kita bertemu lagi Im Kai"

Kai menatap lelaki itu dengan tatapan aneh. Kakinya seperti tidak mau digerakkan lagi dari tempatnya berdiri sekarang. Lelaki yang tidak sengaja di temuinya di masa lalu. Lelaki yang saat ini sedang meneror noona-nya. Kembali dipertemukan dengannya hari ini.

 

Lelaki itu kemudian berjalan dengan kedua tangan masuk ke saku celananya melewati Sehun yang ada di depannya dan mendekati Kai.

 

"Sehun-ah! apa ini temanmu yang kau bilang adalah seorang penari dengan kemampuan yang luar biasa itu?"

Lelaki itu berbicara pada Sehun tanpa melepaskan pandangannya pada Kai yang masih terpaku di hadapannya.

 

"nee hyung. dia temanku yang aku sarankan masuk ke grup dancemu"

Lelaki itu tersenyum setelah mendengar jawaban Sehun. Dia kembali menatap Kai dengan tatapan tajam.

"suruh dia untuk pulang karena aku tidak akan menerimanya di dalan grup danceku"

Lelaki itu menunjukkan senyum liciknya ke arah Kai.

"kau masih berhutang nyawa padaku, anak manja.."

Lelaki itu mendekatkan kepalanya ke telinga Kai. dan menggumamkan kata-kata itu.

 

Kai yang sejak tadi terdiam langsung terusik setelah mendengar kata-kata itu. Dia mendorong lelaki itu hingga tersungkur di bawahnya. Kai kemudian dengan cepat meraih kerah baju lelaki itu dan mengangkatnya berdiri dihadapannya. Dia mengepalkan tangannya dan mengarahkan ke wajah lelaki itu dengan cepat tanpa melepas cengkraman tangannya dari kerah lelaki itu.


Cengraman Kai yang tidak cukup kuat menahan tunuh lelaki itu membuat Kai harus balik tersungkur ke tanah setelah lelaki itu membalas pukulan Kai barusan dengan tendangan kuat ke perut Kai. Lelaki itu terus mengarahkan tendangannya ke arah Kai yang kali ini belum bisa mengangkat tubuhnya dan harus terus meringkuk untuk melindungi tubuh bagian depannya dari tendangan lelaki itu.

Sehun yang sejak tadi hanya memperhatikan kemudian mau tidak mau langsung menarik tubuh lelaki itu untuk menghentikan perlakuannya pada Kai.Tubuh lelaki itu meronta mencoba melepaakan tubuhnya dari cengkraman Sehun. Sepertinya dia masih belum puas untuk memberikab Kai tendangan-tendangan itu.

 

"urusan kita belum selesai Im Kai!!!! aku akan membunuhmu secepatnya jasiikkkiya!!!!!"

lelaki itu terus meneriakkan umpatan-umpatannya pada Kai yang masih tersungkur di tanah

***

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK