home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Right There

Right There

Share:
Author : astituidt
Published : 11 Sep 2014, Updated : 19 Nov 2015
Cast : Im Jin AH (Nana Orange Caramel), Park Chanyeol (EXO) Kim Myeong Soo (L Infinite) Lizzy (Orange Caram
Tags :
Status : Ongoing
5 Subscribes |222113 Views |22 Loves
Right There
CHAPTER 19 : Chapter 19

"Anyyeoong Kai-ah. kau belum tidur?"

Jin Ah melangkahkan kaki masuk kedalam rumahnya dengan sedikit menyeret. Dia melambaikan tangan pada adik kesayangannya itu yang masih duduk di ruang televisi menyetel kartun kesayangannya.

 

"mana eomma?" Jin Ah melemparkan tubuhnya ke sofa dan memeluk Kai yang berada di sampingnya. Kedua kakinya di lingkarkan ketubuh Kai seakan adiknya itu adalah guling.

"sudah tidur, kenapa noona pulang malam sekali?"

"oh, ada urusan tadi. kenapa kau belum tidur?"

"belum ngantuk"

Kai menjawab singkat, pandangannya sama sekali tidak berpaling dari televisi.

"apa kau besok bisa mengantar noona ke bandara?" ujar Jin Ah lagi sambil mulai memejamkan matanya, rasa kantuk yang dirasanya membuat suaranya mulai terdengar pelan.

"oh, benar. noona besok mau berangkat ke Los Angeles ya?"

Jin Ah mengangguk pelan

"apa Jae Hyun hyung tidak mengantar noona?" ujar Kai lagi setelah dirasakannya anggukan kepala noonanya yang sedang bersandar di pundaknya itu.

"ani, dia ada pemotretan. kau bisa mengantar dengan mobil noona besok. noona akan ijinkan ke eomma"

"jinjja?? assaaa!! bolehkah aku pakai mobil noona untuk ke mall juga besok?"

"apa kau mau berkencan dengan pacarmu?" nada Jin Ah terdengar mengejek

"pacar apanya, aku tidak punya pacar!" Kai yang sebelumnya tidak mengalihkan pandangannya dari layar televisi, kali ini mulai menatap ke arah noona-nya dengan mata yang membulat setelah mendengar perkataan noona-nya itu.

"lalu? mau apa ke mall? game lagi??"

Kai mengangguk pelan sambil menatap noona-nya dengan penuh harap. Jin Ah hanya diam tanpa membuka matanya, sepertinya dia sudah hampir terlelap dalam tidurnya.

"nonaaaaa" Kai kembali memanggil Jin Ah yang benar-benar hampir terlelap

"ahhh arasseo arasseo, jangan bergerak" Jin Ah kembali menenggelamkan kepalanya di atas dada Kai. Kai kembali terdiam dan kembali mengalihkan padangannya menuju layar televisi

 

Tidak lama kemudian sayup-sayup terdengar themesong katun Conan terdengar dari arah televisi. Kai yang masih terjaga kemudian mematikan televisi dan menggendong tubuh noona-nya yang saat itu benar-benar sudah terlelap masuk ke dalam kamar.

"aughhh, berat sekali. meniru siapa dia dengan tubuh yang panjang begini" Kai terdengar menggerutu ketika mulai mengangkat tubuh kurus dan tinggi noona-nya itu.

 

Jam sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari. Karena besok adalah weekend, jadi eomma dan appa-nya tidak melarang Kai untuk tidur larut malam ini.

Kai menjatuhkan tubuh noona-nya di kasur dengan cukup keras, tetapi Jin Ah tetap tidak terbangun. sepertinya dia sudah cukup lelah saat ini. Udara di kamar Jin Ah terasa sangat dingin, hal itu karena jendela kamarnya yang pecah akibat lemparan batu orang yang tidak dikenal, sampai saat ini belum diperbaiki. Jin Ah hanya menutupnya dengan korden yang mudah ditembus oleh hawa dingin semacam ini

 

Kai berjalan keluar dari kamar Jin Ah setelah mematikan lampu kamar noona-nya itu. Dia menutup pelan pintu kamar dan berjalan menuju kamarnya.

 

PYARR!!!

 

terdengar suara jendela yang pecah dari arah kamar Jin Ah. Hari yang sudah sangat larut dan suasana yang sepi membuat suara itu terdengar sangat jelas di telinga Kai. Buru-buru dia langsung membuka kembali pintu kamar Jin Ah dan menyalakan lampu kamarnya

 

Jin Ah terlihat sudah terbangun dari tidurnya dan dalam posisi duduk saat ini. Dia memegangi tangan kirinya yang terlihat mengeluarkan darah segar. Kai langsung berlari menuju jendela kamar Jin Ah untuk memeriksa. Dengan cepat Kai lalu berlari keluar dari kamar Jin Ah setelah melihat seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam berjalan menjauh dari depan rumahnya.

 

"ya! Kai-ah, Kai-ah kajima!!!"

Terdengar suara Jin Ah yang agak berteriak berusaha membuat Kai kembali. Sepertinya Kai tidak menghiraukan panggilan itu. Dia terus berlari menuju pintu. Kai berlari dengan cepat sehingga membuat kakinya dengan tidak sengaja menyenggol meja di ruang keluarga dan menjatuhkan foto yang ada di atasnya. Tapi Kai tetap berlari dan berusaha membuka pintu depan yang sudah dikunci oleh Jin Ah tadi.

Matanya kali ini tertuju pada sosok laki-laki tadi yang sudah berada di persimpangan jalan. Kai dengan cepat berusaha menyusulnya dan berlari sangat cepat. Kakinya yang terlihat mengeluarkan darah karena dia menginjak pecahan kaca dari bingkai foto yang terjatuh tadi tidak membuatnya memperlambat laju larinya.

Lelaki yang dikejarnya itu sudah terlihat lagi dari pandangannya. Kai menolehkan kepalanya dengan cepat mencoba mencari lelaki itu. Dia mencoba menyisir jalanan di komplek perumahannya itu. Jalan yang cukup luas dan tidak terlalu rapat seharusnya membuat lelaki itu kesusahan untuk bersembunyi. Kai emrasakan bahwa orang yang dikejarnya itu masih berada di sekitarnya.

 

"anyyeong!"

lelaki itu berdiri tepat di belakang Kai, jaraknya hanya sekitar 3 meter dari Kai. Kai membalikkan tubuhnya setelah mendengar suara itu. Kai langsung berlari mendekatinya dan segera mencengkram pakaian yang dikenakan lelaki itu. Tinjunya yang dengan cepat dia layangkan, membuat lelaki itu langsung jatuh terduduk di jalanan aspal. Lelaki itu tidak membalas pukulan Kai, dia bahkan juga tidak beranjak dari sana.

 

"YA!! NUGUYA??!!!"

Kai kembali meraih kerah lelaki itu dan memaksanya untuk berdiri, lelaki itu tidak melawan dan hanya mengikuti cengkraman tangan Kai yang mencoba membuatnya bangkit dari sana. Kai mencengkram kerah itu dengan kuat, mencoba menunggu jawaban dari lelaki itu.

Lelaki itu kemudian melepas salah satu tali masker yang melingkar di telinganya. Dia juga melepas topi hitam yang dikenakannya. Dia menatap Kai dengan santai dan mengeluarkan senyum anehnya.

 

"lama tidak berjumpa. Im Kai.."

 

Kai melepas cengkraman tangannya setelah melihat wajah itu. Tiba-tiba dia merasakan kakinya tidak bisa lagi menopang tubuhnya. Badannya tidak seimbang, dia melangkahkan salah satu kakinya kearah belakang mencoba menjauhkan dirinya dari lelaki itu. Matanya tetap terpaku pada wajah itu. Wajah yang tidak sengaja dikenalnya. 6 tahun yang lalu.

 

 

*Flashback*

 

"Kai-ah, mianhae, eomma tidak bisa menjemputmu hari ini. apa kau berani pulang sendiri?"

"shireo eomma. aku tidak mau pulang sendiri. aku akan menunggu eomma sampai eomma menjemputku di sekolah"

"ah, andhwae Kai-ah. kau tidak boleh merepotkan gurumu dengan menyuruhnya menemanimu disana"

"eommaaaa..." suara Kai terdengar agak merengek, Kai yang saat itu masih duduk di sekolah dasar sangatlah cengeng dan sangat bergantung pada orangtuanya.

"gwaenchana Kai-ah. kau tinggal menunjukkan kartu bus yang selalu eomma taruh di tasmu. oh? nanti kau tunggu Jin Ah noona ketika sudah sampai di halte bus dekat rumah. arasseo?"

"eommaaaa..." Kai merengek lagi

"mianhae Kai-ah, eomma benar-benar tidak bisa menjemputmu hari ini. kau kan sudah besar. cobalah pulang sendiri. oh?"

"neee eomma.." Kai yang merasa benar-benar harus pulang sendiri saat itu akhirnya terpaksa untuk meng-iyakan perkataan eommanya.

"ah anak pintar. arasseo, kembalikan ponsel ini pada gurumu"

 

Kai kemudian mengembalikan ponsel itu pada gurunya. Dia berjalan dengan pelan kembali menuju kelasnya dan mengambil tas sekolah yang berada di kelasnya. Ruang kelas itu sudah sangat sepi, semua teman-temannya sudah terlihat berjalan meninggalkan sekolah dengan orangtua yang menjemput mereka. Banyak juga anak laki-laki yang tidak dijemput orang tuanya, mereka berjalan bergerombol keluar gerbang sekolah dan pulang bersama-sama.

 

Kai sudah berada di halte bus dekat sekolahnya. Beberapa anak dari sekolahnya juga terlihat sedang menunggu bus disana. Kai yang agak memiliki kepribadian yang sama dengan Jin Ah, juga selalu menundukkan kepalanya jika berjalan di keramaian atau berada di sekitar orang-oarang yang tidak dikenalnya.

Bus terlihat tampak sudah datang dan pintunya mulai membuka. Kai mengekor di belakang anak-anak sekolahnya yang juga menaiki bus itu. Dia memilih duduk di belakang karena jarak sekolah dari rumahnya yang lumayan jauh. Kai duduk di sebelah jendela, matanya tidak lepas dari luar jendela mecoba melihat jalur bus yang berbeda dari jalur yang biasa dilewatinya.

 

 

"apa kau Kai? hhh.. hh.. hhh.."

Seorang lelaki yang tampak habis berlari menepuk pundak Kai yang duduk di halte bis untuk menunggu noona-nya. Anak lelaki yang tampak seumuran dengan noona-nya itu terlihat terengah-engah dan berusaha mengatur nafasnya.

"nuguseyoo?"

"aku teman sekolah noona-mu. ayo, kuantar kau pulang kerumah"

"dimana noonaku?"

"dia masih di belakang, kita sedang berlomba lari untuk sampai kesini. hhhhh..hhhh.. ayolah kau kuantar pulang agar aku bisa menang hahaha" anak lelaki itu menggandeng tangan Kai mereka menunggu lampu penyebrangan berubah menjadi hijau.

Seperti biasa, jalanan di sana tampak lengang. Tetapi mereka berdua tetap menunggu lampu penyebrangan itu berubah hijau.

Kai tampak mengekor di belakang anak lelaki itu. Kai yang baru pertama kali menyebrang jalan raya sepertinya tampak sangat berhati-hati ketika berjalan melewati penyebrangan jalan.

 

 

"Kai-aaaaaahhhhhhhhhh...."

 

Kai yang sudah sampai di sebrang jalan kemudian menolehkan kepalanya ketika mendengar suara noona-nya berteriak memanggilnya. Kai tersenyum lebar melihat noona-nya yang berada di sebrang jalan dan melambai-lambaikan kedua tangannya.

 

"ya!! Kai-ah!!!!!!"

 

tanpa disadari, kaki Kai sudah melangkah kembali melewati sebrang jalan untuk menghampiri noona-nya. Anak lelaki yang tidak terlalu memperhatikan Kai sebelumnya, sangat terkejut ketika Kai sudah tidak ada di sampingnya lagi. Dia berteriak memanggil Kai yang ternyata sudah sekitar 6 langkah dari tempat penyebrangan.

 

Sebuah mobil berwarna hitam pekat terlihat melaju mendekati Kai. Anak lelaki itu berlari menuju Kai berusaha mendorongnya menjauh dari mobil itu.

 

Bruugggg!!!!

 

Mobil itu menabrak tubuh keduanya. Kai, dan anak lelaki itu. Tubuh anak lelaki itu terlempar lebih jauh dari Kai yang hanya terserempet pinggiran mobil.

 

"Kai-ah!!!!!!"

Teriakan Jin Ah membuat pemilik mobil panik dan ketakutan melajukan mobilnya dengan cepat. Mobil itu melewati tubuh anak lelaki yang sedang terkapar disana.

Anak lelaki itu masih tersadar, dia menengadahkan kepalanya dan melihat ke arah jendela mobil yang menabraknya. Begitupula 2 anak lelaki yang sedang menyetir mobil itu ikut menolehkan wajahnya ke arah anak lelaki yang terkapar itu, mata mereka bertemu.

 

"YA! TAO BERHENTILAH!! ITU HYUNG-KU!!!!"

di dalam mobil tampak Chanyeol berteriak ke arah Tao yang sedang menyetir mobil.

"YA! ANDHWAE!! Apa kau mau masuk penjara??? Apa kau mau dibunuh orang tuamu karena kegilaan anak kecil seperti kita yang mencoba menyetir mobil??!!!!"

"tapi itu hyungku!! kembalillah Tao-ah!!"

wajah Chanyeol yang penuh rasa khawatir mulai ketakutan.

"aisshhhhh!!!!!"

Tao hanya menggertak Chanyeol tanpa menghentikan laju mobilnya.

 

 

"Kai-ah!! Kai-ah!! gwaenchana??? KAI-AH!!"

Jin Ah menghampiri Kai yang kepalanya sudah dipenuhi darah karena berbenturan dengan aspal.

"sa..saaakit seekali noona"

pandangan Jin Ah kemudian beralih pada Myeong Soo yang terlempar lebih jauh, luka di tubuh Myeong Soo terlihat lebih parah daripada luka Kai. Myeong Soo masih terlihat membuka matanya, tetapi dia sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya. Jin Ah yang sangat khawatir kemudian berdiri untuk menghampiri Myeong Soo.

 

"noona kajima...kepalaku berdarah.. noemu appa"

Kai meraih tangan Jin Ah yang hampir bangkit meninggalkannya. Jin Ah menatap wajah adiknya itu dan kemudian Kai memejamkan matanya, dia tidak sadarkan diri.

 

Jin Ah menggendong Kai di belakang tubuhnya. Dia menggendongnya berlari menuju komplek perumahan. Jin Ah meninggalkan Myeong Soo yang masih tergeletak disana dan memandangi tubuh Jin Ah yang berjalan menjauh

 

***

 

"KAI-AAAHHH!!!!"

 

Kai tersadar dari lamunannya. Teriakan appa-nya membuyarkan otak Kai yang sedang memutar kembali memori masa lalunya.

Anak laki-laki itu masih tampak menunjukkan senyum anehnya ke arah Kai, dia menatap Kai dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Langkah kaki appanya yang setengah berlari terdengar semakin dekat setelah melihat sosok anaknya yang sedang berhadapan dengan seorang laki-laki tampak di tengah kegelapan.

 

Anak lelaki itu berjalan melewati Kai. Tangannya menepuk pundak Kai, dan berbisik pelan di telinganya.

"apa kau senang bertemu denganku?"

Kemudian lelaki itu berjalan dengan santai, dia berjalan menjauh menuju persimpangan jalan dan membuat dirinya kembali hilang dalam cahanya remang-remang lampu jalan yang terlihat sudah redup. Kai bisa merasakan nafas lelaki itu berhembus melalui tengkuknya, senyum sinis lelaki itu bisa dibayangkan Kai saat dia membisikkan kata-kata itu di telinganya.

 

 

 

"apa kau melihat pelakunya? kenapa kau tidak membangunkan appa-mu dan malah mengejarnya sendirian?? auuhh.. anak nakal"

Eomma yang terlihat sedang memakaikan obat merah ke telapak kaki Kai itu mulai terlihat mengomel. Kai yang sudah berada di kamarnya hanya terdiam tanpa menggubris pertanyaan eomma-nya. Terkadang Kai terlihat meringis kesakitan ketika eommanya mulai menekan luka di kakinya.

 

"wae? kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan eomma??"

eomma kembali berbicara pada Kai, kali ini matanya terlihat membulat karena merasa tidak dihiraukan oleh anak lelakinya itu.

"aah eommaaa, moella. aku tidak melihat orangnya"

"tapi appa bilang dia melihatmu berhadapan dengan orang itu"

"nee, emm...oh..hmm tapi dia menggunakan masker, jadi aku tidak bisa melihat wajahnya"

Kai menjawab denga terbata-bata, matanya mencoba menghindar dari tatapan eommanya

"wae? kenapa kau berbohong? apa lelaki yang meneror noona-mu itu orang yang kau kenal?"

 

pertanyaan eommanya membuat dia mengutuk dirinya sendiri karena berbohong pada eommanya. Kai masih belum berani melihat wajah eommanya, matanya hanya terpaku pada kakinya yang saat ini sudah terbalut perban putih.

 

"ania eomma, aku tidak mengenalnya. sudahlah, eomma kembali tidur saja, kakiku sudah tidak apa-apa. palli waaaaaa.

"aahhh arasseo arasseo, dasar anak nakal. bagaimana bisa kamu berlarian keluar tanpa memakai sandal dan dengan kaca yang masih menempel di kakimu?? sungguh ceroboh.."

eomma memakaikan selimut pada anak lelakinya itu dengan tidak mengehentikan omelannya.

"eommaaaaaa, geumanhaeeee.. apa eomma mau mengomeliku terus sepanjang malam? cepatlah kembali tidur"

"ya, kenapa kau malah mengomeli eomma? harusnya kau minta maaf karena telah membangunkan eomma dan apaa"

"aahh arasseo, joesunghaeyo agasshi......"

 

eomma tertawa geli ketika mendengar Kai menyebutnya agashi, dia segera berjalan keluar kamar dan mematikan lampu agar Kai bisa tidur dengan nyenyak.

 

"noona, oetokkae?"

fikiran Kai yang masih dibayangi seribu perasaan bersalah membuat matanya susah dipejamkan malam ini.

 

***

 

 

 

"Myeong Soo-ah..... Myeong Soo-ah...berhentilah sebentar. hhhhh..hhhh naegaa.. naegaaa..."

"wae? wae?"

 

Myeong Soo membalikkan wajahnya, dia menoleh ke arah perempuan yang tengah berteriak memanggil namanya. Nafas perempuan itu tampak terengah-engah seraya memegangi lututnya.

 

"wae geure Jin Ah-ya?"

Myeong Soo tampak berlari kembali menuju arah Jin Ah dengan pandangan yang khawatir. Tangannya meraih pergelangan tangan Jin Ah dan mencoba melihat lutut yang coba ditutupi Jin Ah.

"wae? lututmu kenapa? apa kau jatuh? coba aku lihat"

Myong Soo kembali mencoba melepaskan tangan Jin Ah dari lututnya. Myeong Soo semakin merasa khawatir karena dia mendengar Jin Ah meringis kesakitan.

 

 

"hahah! kena kau Myeong Soo-ah..."

Jin Ah kemudian berlari kencang meninggalkan Myeong Soo yang masih dalam posisi menunduk.

 

"Ya! Im Jin Ah!!! kau curang sekaliii.."

Myeong Soo yang kemudian sadar bahwa dia telah ditipu akhirnya kembali berlari menyusul Jin Ah yang sudah jauh di depannya.

 

Mereka berdua berlari menuju gerbang sekolah dengan melewati segerombolan murid-murid yang terllihat berjalan dengan santai dan saling berbincang-bincang keluar dari gerbang sekolah.

 

"Wohooooo!! aku menaaaaaanggg.."

Jin Ah menyentuh gerbang sekolah dan memeluknya, hal itu menadakan jika dia telah menang melawan Myeong Soo sampai di gerbang lebih dahulu. Kakinya yang panjang membuat langkah Jin Ah tidak kalah cepat dengan anak laki-laki. Tidak jarang Myeong Soo dapat dengan mudah dikalahkan Jin Ah ketika mereka berlari. Walaupun lebih sering Jin Ah melakukan hal-hal yang curang

 

"aahh, andhwae andhwae. kau curang lagi. itu tidak di hitung. aku tidak mau mentraktirmu tteokboki hari ini"

"ahh mwoyaaaaa.. kau kan sudah berjanji. lagipula tadi lututku benar-benar sakit. aku tidak curang. jinjjaaaaa"

"ania ania, kau menipuku. hajima, hentikan mengeluarkan wajah polos begitu. aku tidak akan luluh"

Myeong Soo berkalan melewati Jin Ah yang masih menyandarkan tubuhnya di depan pagar sekolah. Myeong Soo memasukkan kedua tangannya ke saku celananya dan berjalan menjauhi Jin Ah yang mencoba merayunya untuk mentraktirnya tteokboki dengan wajah polosnya itu.

 

"Myeong Soo-ah tunggu akuu.."

Jin Ah akhirnya harus berlari kecil untuk menyusul Myeong Soo yang berada di depannya. Jin Ah berusaha membuat kakinya sejajar dengan langkah Myeong Soo. Setelah dirasanya langkah mereka sudah sama, Jin Ah kemudian menundukkan kepalanya dan berjalan dalam diam bersama Myeog Soo menuju halte bus di dekat sekolahnya.

 

"berhentilah menundukkan kepalamu ketika berjalan. apa kepalamu tidak sakit karena sering menabrak orang di depanmu?"

"ania, kau bilang kan kepalaku keras, jadi kepalaku tidak pernah sakit"

"oh benar, kau memang keras kepala"

"ya! aku kan bilang kepalaku keras, bukan keras kepala"

"bukannya itu sama saja? sama-sama keras"

"mwoya..menyebalkan sekali"

"ya, ya, ya! lihatlah itu tiang listrik di depanmu!"

Jin Ah segera mengehentikan langkahnya setelah mendengar perkataan Myeong Soo. Kepalanya menengadah ke atas untuk memeriksa.

 

"mwoyaaa. kau menipuku?"

Jin Ah melirik sinis Myeong Soo yang terlihat tersenyum puas karena berhasil menipu Jin Ah.

"kan? apa ku bilang. kau benar-benar tidak melihat sesuatu di depanmu, kau hanya bisa melihat apakah jalanan itu berlubang atau rusak di bawah kakimu, tapi kau tidak bisa melihat apa ada monster atau malaikat di depan tubuhmu"

"mwoseun seuriya, kata-katamu sungguh tidak bisa kucerna"

Jin Ah kembali berjalan dengan menundukkan kepalanya, kedua tangannya memegang tali tas rasel yang melingkar di pundaknya.

 

 

Tiba-tiba dirasanya Myeong Soo memegang wajahnya dengan kedua tangannya. Dia mengangkat wajah Jin Ah dan menatapnya dengan lembut.

 

"andhwae, kau tidak boleh lagi menundukkan kepalamu. aku tidak mau kau terluka"

Jin Ah tidak bergerak, matanya masih betah berlama-lama menatap mata itu. Mata seorang anak laki-laki pertama yang mengatakan hal yang begitu manis padanya. Dia tidak bergerak sama sekali, berharap tangan itu tidak melepas wajahnya saat ini.

 

 

"Myeong Soo-aaaaahhh..."

Tanpa terasa air mata Jin Ah mengalir dalam tidurnya. Dia tersadar dari mimpinya. Mimpi yang saat itu dia harap tidak pernah berakhir

 

***

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK