"oppaaaaaaaa... oppaaaaaaaaa"
Seperti biasa, Jin Ah yang selalu datang di pagi hari untuk membangunkan Jae Hyun mengetuk pintu kamarnya dan meneriakinya. Jae Hyun yang tidak mempan dibangunkan dengan panggilan telephone akhirnya membuat Jin Ah harus datang ke apartemen yang letaknya tidak jauh dari rumah Jin Ah itu datang langsung untuk membangunkannya setiap Jae Hyun ada jadwal kelas pagi di kampusnya.
"oppaaaaa...apa kau sudah mati? kenapa kau tidak bangun-bangun??!! ireonaaaa palli!! aku juga ada kelas pagi hari ini!!!"
Jin Ah terus mengetuk pintu kamar Jae Hyun yang sebenarnya tidak dikunci itu.
Di dalam kamar, Jae Hyun yang baru saja terbangun karena mendengar teriakan Jin Ah berusaha menutup telinganya dengan bantal dan menghentak-hentakkan kakinya ke kasur karena measa terganggu dengan teriakan kekasihnya itu.
"oppaaaaaaaa.. palliii.... buka pintunyaaa!!!"
Jin Ah mengetuk pintu lebih keras
"pintunya tidak dikunci. Kenapa aku harus membuka pintu???"
Jae Hyun membalas teriakan Jin Ah dengan suara yang malas
"aku mau oppa yang membukakan pintu!! pali-wa oppaaaaaaa!!"
"ahhhh arasseooo arasseooooo.."
Jae Hyun menjambak rambutnya sendiri karena merasa tidurnya terganggu oleh teriakan Jin Ah itu. Jae Hyun akhirnya terpaksa beranjak dari kasurnya dan berjalan dengan malas menuju pintu kamarnya dan membukanya.
"aku sudah bangun, apa kau puas?"
Jin Ah melihat jam tangannya, kemudian memasang wajah puas dan tersenyum lebar melihat Jae Hyun.
"hari ini aku berhasil membangunkanmu lebih cepat dari sebelumnya. 2 menit 19 detik. ahh daebaaaakkk"
"ahh myowa, menyebalkan sekali"
Jae Hyun menunjukkan wajah malasnya pada Jin Ah
"ahhh kyeowoooooo....."
Jin Ah mengulurkan tangannya ke atas dan meraih rambut Jae Hyun. Dia mengusapnya dengan pelan sambil menunjukkan aegyo-nya pada Jae Hyun yang terlihat sangat kesal. Jae Hyun akhirnya tersenyum melihat perlakuan Jin Ah padanya.
"oppa cepatlah mandi, 1 jam lagi kita harus sudah berangkat"
Jin Ah menarik tangan Jae Hyun dan menyeretnya keluar dari pintu kamarnya. Setelah dirasanya Jae Hyun berjalan ke kamar mandi, Jin Ah kemudian beranjak menuju ruang tengah. Dia menuju sebuah meja kecil yang diatasnya terdapat vas dengan beberapa tangkai bunga matahari yang sudah tampak layu. Jin Ah mengeluarkan bunga itu dan menggatinya dengan beberapa tangkai bunga tulip yang sejak tadi dibawanya.
Jae Hyun yang sedari tadi masih duduk di meja makan memperhatikan Jin Ah.
"lagi?"
Jin Ah hanya mengangguk pelan mendengar pertanyaan Jae Hyun tanpa mengalihkan pandangannya dari bunga tulip yang ditata-nya di vas tersebut "sekarang kan tanggal 6" ujar Jin Ah.
"apa kau masih belum tau siapa yang selalu mengirimkan bunga itu padamu?"
Jin Ah menggelengkan kepalanya.
"kau harusnya mencari tau, ini kan teror"
"teror apanya? ini kan romantis. setiap tanggal 6 selalu ada yang mengirimiku bunga. seperti di film-film. aku rasa aku punya secret admirer. keren kan?"
Jae Hyun menatap Jin Ah dengan tatapan mengejek ketika mendengar perkataan Jin Ah yang menurutrnya sangat lucu itu.
"berhati-hatilah, siapa tau bulan depan dia akan mengirimu tikus mati. hiiii"
"maldoandhwae, sudah 2 tahun dia selalu mengirimiku bunga. mana mungkin tiba-tiba dia mengirimiku tikus mati"
Jin Ah membalas perkataan Jae Hyun dan menatapnya dengan mata melotot.
"aku kan cuma bilang agar kau berhati-hati. kenapa wajahmu sewot begitu"
"aisshhhhh menyebalkan. capatlah mandi oppa! kenapa kau malah duduk disitu!"
Jin Ah menatap Jae Hyun dengan tatapan sebal. Jae Hyun menjulurkan lidahnya ke arah Jin Ah kemudian beranjak dari kursinya menuju kamar mandi.
Jin Ah yang sudah selesai menata bunga yang diterimanya ke dalam vas kemudian beranjak dengan membawa bunga matahari yang telah layu. Dia menuju dapur dan membuang bunga itu ke dalam tempat sampah.
Jin Ah menuju kulkas dan mengambil beberapa bahan makanan untuk membuatkan Jae hyun sarapan. Karena Jin Ah tidak terlalu mahir memasak, dia biasanya hanya membuatkan Jae Hyun sandwich atau eggroll untuk sarapan.
--URI LIZZY Calling--
"Jin Aaaaaaaaaahhhhh.....!!!"
Suara Lizzy terdengar lantang di telinga Jin Ah. Dia menjauhkan ponsel dari telinganya dan mengucek telinganya. kemudian mendekatkan lagi ponselnya.
"suaramu ceria sekali. ada apaa?"
"ah mwoya, kenapa suaramu begitu? apa kau tidak merindukanku?"
"bogosiphooooo. jinjja bogosiphoso"
Jin Ah menjawab Lizzy dengan suara yang di lebih-lebihkan
"auuuhhhhh. suaramu palsu sekali"
Lizzy terdengar protes. Jin Ah hanya terkekeh mendengar lizzy yang tampak kecewa.
"oediya?" Lizzy melanjutkan
"di apartemen Jae Hyun oppa. kamu dimana?"
"di gedung SM entertaiment. hari ini aku mau ikut audisi. wish me luck Jin Ah-ya! aku nervous sekali"
"kau pasti diterima disana, fighting!"
"gomawo saranghaeeeeeee!!! hehe. ah, Jin Ah-ya. apa kau tau? aku bertemu Luhan oppa disini. dia juga ikut audisi disini. dia tampan sekaliiiii, masih sama seperti dulu.."
"waahh daebak!! kurasa kalian berjodoh. apa kau menyapanya?"
"ajik, aku akan menyapanya nanti setelah audisi. aku akan menceritakannya padamu nanti"
"arasseo, fighting!"
"oh, gomawo Jin Ah-ya. sampaikan salamku pada Jae Hyun oppa. aku tutup ya"
"oohh.."
Jin Ah mengakhiri panggilannya dan meletakkan ponselnya. Dia memutar badannya ketika mendengar suara langkah kaki Jae Hyun berjalan ke arahnya. Jae Hyun yang sudah terlihat rapi kemudian duduk di meja makan. Jin Ah cepat-cepat menyelesaikan sandwich buatannya dan memberikannya pada Jae Hyun.
"oppa"
"hmm?"
Jae Hyun menatap Jin Ah sambil terus mengunyah sandwichnya.
"apa kau benar-benar tidak bisa ikut denganku ke Los Angeles?"
Jae Hyun menganggukkan kepalanya "kenapa kau bertanya lagi? bukannya kmarin kau bilang tidak apa-apa kalau aku tidak bisa ikut?"
"ani, aku cuma memastikan"
"wae? apa ada sesuatu yang kau pikirkan?"
Jae Hyun melihat ada sesuatu yang disembunyikan Jin Ah
"ania, opseo"
Jin Ah melipat kedua tangannya di atas meja dan tersenyum ke arah Jae Hyun
*flashback*
"aku pulaaaaanggg"
Jin Ah memasuki rumahnya tanpa membuka kacamata hitamnya. Jin Ah masuk ke kamarnyadengan teburu-buru melewati Kai yang sedang disuapi eoammanya makanan di depan televisi. Mata Kai dan eomma-nya mengikuti arah Jin Ah dengan tatapan heran.
"Kai-ah, kenapa noona-mu memakai kacamata hitam malam-malam begini?"
Eomma-nya bertanya pada Kai dengan tatapan bertanya-tanya.
"Eomma, kau kan mempunyai toko pakaian terpopuler di Seoul, apa eomma tidak tau style anak muda jaman sekarang? itu style eomma, style!"
"jongmal?"
Eommanya menatap Kai dengan pandangan tidak percaya.
Jin Ah langsung merebahkan badan di tempat tidur sesampainya dia di kamarnya. Dia melepas kacamata hitam milik Jae Hyun dan meletakkan disebelah tubuhnya. Matanya menerawang ke atas langit-langit kamarnya. Fikirannya kembali ke saat dia bertemu dengan Myeong Soo tadi sore.
Pyaar!
Sebuah batu menembus kaca kamar Jin Ah dan jatuh di sebelahnya. Jin Ah yang kaget langsung beranjak dari kasurnya dan berlari menuju jendela kamarnya untuk melihat siapa yang melemparkan batu itu. Jin Ah melihat seorang lelaki dengan pakaian serba hitam menggunakan topi hitam dan masker berjalan dengan cepat menjauhi rumahnya
"ya!!!! micheoseo!!!!"
Jin Ah berteriak dengan keras. lelaki itu mendengar teriakan Jin Ah dan menolehkan kepalanya. dia melihat Jin Ah sejenak dan kemudian kembali berjalan menjauh.
Jin Ah kemudian mencari batu yang dilempar lelaki tadi. ternyata batu itu di bungkus dengan selembar kertas. Jin Ah membuka kertas itu dan membacanya.
'ANYEONG! BOGOSIPHO! TUNGGU AKU, KITA AKAN BERTEMU'
***
"Hyung! Suho hyung!"
Seorang laki-laki terlihat menoleh dan berjalan kembali menuju keluar pitu masuk.
"oh, Chanyeol-ah kau disini?"
"nee, aku mengantar D.O untuk ikut audisi. Hyung sedang apa disini?"
"aku sedang mengantar berkas untuk ayahku. ah, D.O ikut audisi? Lalu kenapa aku tidak menunggunya didalam?"
"Di dalam ramai sekali. ah katakan pada ayahmu untuk meloloskannya hyung, sepertinya dia benar-benar ingin jadi penyanyi"
"aissh, kau pikir ayahku itu Lee Soo Man yang punya wewenang meloloskan sesuka hatinya!"
Suho memukul kepala Chanyeol. Sepertinya dia memukulnya dengan kerasa karena Chaneyol alngsung meringis kesakitan dengan mengusap-usap belakang kepalanya.
"ahhh mwoya, kenapa kau memukul kepalaku. aku kan hanya memberi ide, siapa tau ayahmu bisa mengatakan pada Lee Soo Man untuk meloloskannya"
"arasseo, nanti aku coba katakan pada ayahku. Tapi, kenapa kau tidak ikut audisi juga? kau kan jago nge-rapp? menurutku jadi Rapper sekarang keren juga"
"shireo, aku masih belum percaya diri untuk ikut audisi-audisi seperti ini. Lagipula, setelah 3 tahun aku tinggal di Amerika, bahasa koreaku jadi tidak seberapa bagus lagi. So, i have no confidence. Ottokae Hyung? apa gaya bicaraku terdengar keren?"
Suho kembali memukul kepala Chanyeol, kali ini sedikit lebih keras dari pukulan sebelumnya.
"moesun seuriya. ah jongmal, kau sungguh lucu. keren apanya? kau terdengar seperti balita yang baru belajar bicara"
"aaah hyung kenapa kau memukul kepalaku lagi. Kau pergilah mengantar berkas itu ke ayahmu hyung. Aisshh, kepalaku sakit sekali. noemu appa, jinjja!"
Chanyeol kembali mengusap-usap rambutnya dengan tangannya. Suho yang terkekeh melihat Chanyeol yang kesakitan ikut mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Chanyeol.
"arasseo, arasseo. aku akan ke dalam dulu. Hubungi aku ketika D.O sudah selesai dengan audisinya. aku akan menemui kalian"
"nee hyung.."
Chanyeol menjawab Suho dengan masih mengusap-usap belakang kepalanya. Suho terlihat kembali menuju pintu masuk dan berjalan menjauh memasuki gedung SM Entertainment.
Chanyeol yang memang tidak terlalu suka keramaian akhirnya tetap diluar untuk menunggu D.O selesai audisi. Dia berjalan menyusuri taman yang terdapat di belakang gedung SM entertainment itu.
--1 New Message--
*ya! oediya???*
Setelah membaca pesan itu, tangan Chanyeol langsung menyusuri layar ponselnya.
"wae?"
"neon oediya?"
"aku diluar, wae? apa audisimu sudah selesai"
"kenapa kau diluar? kemarilah, kau bilang mau menemaniku. sebentar lagi giliranku masuk ruang audisi"
"kapan aku bilang mau menemanimu? aku hanya bilang mau mengantarmu"
"ya! seharusnya kau juga menemaniku" D.O berbicara dengan suara berbisik Suaranya terdengar ketus.
"aish kau manja sekali. knapa aku harus menemanimu? wae? apa aku harus menggandengmu ketika di dalam ruang audisi nanti?"
"aniaaaaa.."
"jadi?"
"ahh arasseo, nanti aku akan menghubungimu lagi"
"popo.."
"shireo!!"
D.O langsung mengakhiri panggilan tersebut. Chanyeol yang merasa berhasil menggoda D.O, terkekeh sambil tetap memandangi layar ponselnya itu.
Sudah setahun semenjak dia kembali dari Amerika. Setelah menyelesaikan sekolahnya disana, tahun ini dia masuk ke sebuah universitas di Korea dan mengambil jurusan Hukum. Sebenarnya dia tidak ingin mengambil jurusan itu, tapi ayahnya selalu mendorongnya untuk masuk ke dunia hukum. Chanyeol yang pada dasarnya memang adalah anak yang penurut akhirnya dengan terpaksa masuk ke universitas yang sudah disiapkan oleh ayahnya sejak dia masih duduk di bangku sekolah
Tangannya kembali menyusuri layar ponselnya, kali ini tangannya tertuju pada kontak Tao, dia kemudian menelfon Tao. Temannya sejak di SMA yang belum pernah ditemuinya sejak dia kembali ke Korea karena Tao yang juga meninggalkan sekolahnya dan meneruskannya di China baru saja kembali ke Korea minggu lalu.
"yoboseyo...."
"yeeee..."
"Tao-ah oedieniiiiiiiii?"
Chanyeol memasang suara yang sangat imut pada Tao.
"oh Chanyeol oppaaaaa, aku dirumanh sekarang. waeeeeeee?"
Tao membalasnya dengan suara yang tidak kalah manja dari Chanyeol. Tao yang terkenal dengan gayanya yang agak feminim memang sangat pantas lucu ketika mengeluarkan aegyo ataupun suara-suara manjanya.
"oppa mwoyaaaa.. hajima hajima. arasseo, aku kalah imut darimu.."
"hahaha, wae? kenapa kau menelfonku?"
"kemarilah, aku sedang di gedung SM. bukankah kau sudah kembali dari China?"
"shireo, panas sekali siang ini. kita bertemu nanti malam saja. geundae, sedang apa kau di gedung SM?"
"aku sedang mengantar D.O untuk ikut audisi. ahhh kemarilah Tao-ah aku bosan sekali"
"arasseo araseeo, 15 menit lagi aku sampai sana"
"nee.."
Chanyeol langsung mengakhiri panggilannya. Dia tersenyum sendiri setelah menelfon Tao. Seperti perkiraannya, Tao yang tidak pernah bisa menolak permintaan Chanyeol memang selalu membuat Chanyeol menghubungi Tao ketika dia merasa bosan. Walaupun sudah 3 tahun lebih mereka tidak pernah bertemu, tetap tidak ada yang berubah dari hubungan mereka.
Memang benar, tidak sampai 15 menit Chanyeol menunggu, Tao sudah terlihat berjalan dari parkiran untuk menemuinya. Rumahnya yang memang tidak terlalu jauh dari gedung SM membuatnya tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk sampai disana.
Chanyeol dan Tao berbincang mengenang masa lalu mereka dan saling menanyakan kegiatan masing-masing.
"geundae Chanyeol-ah. apa kau sudah menemui noona itu?"
tanya Tao disela-sela percakapan mereka
"ajik, aku masih belum berani"
"ah, terakhir kali kau bercerita kalau noona itu sudah punya pacar. apa mereka masih bersama?"
"oh, mereka masih bersama"
suara Chanyeol terdengar melemah ketika Tao membahas tentang Jin Ah
"apa di Amerika tidak ada wanita cantik? kenapa kau terus mengejar noona itu?"
"ya! dia kan cinta pertamaku. lagipula tidak ada wanita menarik disana. aku lebih suka wanita lokal"
"Hyung-mu?"
Tao melanjutkan pertanyaannya. wajahnya terlihat lebih serius dari sebelumnya.
"dia sudah lebih baik, tapi sepertinya ingatannya belum banyak kembali"
"ania, bukan itu maksudku. kau kan tau kalau noona itu juga cinta pertama hyung-mu. Apa kau juga memberitahu hyung-mu kalau noona itu juga cinta pertamamu?"
"oh, aku kan sudah bercerita padanya sebelum aku tau kalau Jin Ah noona juga cinta pertama Myeong Soo hyung. ahh.. seharusnya aku tidak bercerita pada hyung waktu itu"
"bagaimana reaksinya?"
"dia tidak beraksi apa-apa. Lagipula aku belum memberitau dia jika aku melihat foto masa lalunya dengan Jin Ah. kau tau? dia menyembunyikan foto itu dengan baik. sepertinya dia tidak ingin aku tau kalau dulu mereka adalah pasangan"
Tao terdiam sejenak. otaknya mencoba mencerna kata-kata Chanyeol. Tao yang sekarang sedang berkuliah di jurusan Psikolog mecoba mencerna cerita Chanyeol tentang Hyung-nya. Kemudian dia kembali bertanya.
"apa Hyung-mu benar-benar hilang ingatan?"
"ya! kenapa kau bertanya begitu?"
Chanyeol terdengar menaikkan nada suaranya dan menatap Tao dengan pandangan bertanya-tanya.
"ania, aku cuma mau tau. Apa dokter pernah bilang sesuatu?"
"Dokter bilang tidak ada yang salah dengan otaknya. mungkin karena 1 tahun koma, membuat ingatannya pudar. moella, aku juga tidak mengerti"
Tao terlihat berfikir lagi
"apa yang hyung-mu lakukan untuk mencoba mengembalikan ingatannya?" Tao bertanya lagi
"emm, dia tidak berusaha terlalu keras untuk mengingat-ingat masa lalunya. Aku juga berharap dia tidak kembali mengingat masa lalunya. Mungkin dia akan sangat membenciku ketika ingatannya sudah kembali"
Tao terdiam, kejadian masa lalu yang membuat Myeong Soo terbaring koma selama satu setengah tahun kembali terngiang di benak Tao. Chanyeol dan Tao sama-sama terdiam. Kejadian itu seperti kembali bermain di ingatan mereka berdua. Tao dan Chanyeol
***